Hari kelulusan Angel dari akademi keperawatan milik sebuah rumah sakit jiwa sudah lama di tunggu - tunggu oleh Angel dan kini hari yang di tunggu itu telah tiba.
"Selamat ya Angel, sudah menjadi seorang perawat di rumah sakit," ucap seorang pria sambil mengulurkan tangan kanannya.
"Terima kasih dokter," ucap Angel sambil membalas uluran tangannya.
"Selamat bergabung di rumah sakit kami," ucap pemilik rumah sakit sambil mengulurkan tangannya ke arah Angel.
"Terima kasih pak, saya tidak akan mengecewakan Bapak karena Bapak sudah memberikan beasiswa padaku. Saya akan sungguh - sungguh berkerja dengan baik," ucap Angel sambil membalas uluran tangannya.
"Kami percaya kamu tidak akan mengecewakan Bapak dalam berkerja di rumah sakit milik Bapak.
Semua orang mengucapkan selamat ke Angel dan juga para lulusan akademi perawat. Setelah hampir dua jam lebih acara wisuda sudah selesai dan para lulusan, dokter, dosen dan pemilik kampus sekaligus pemilik rumah sakit pergi meninggalkan tempat tersebut menuju ke rumah masing-masing.
xxxxxxx
Angel kini memulai hari pertamanya bekerja di rumah sakit jiwa. Angel berjalan dengan anggun menuju ke ruangannya dengan di antar oleh seorang perawat.
Ceklek
Perawat tersebut membuka pintu ruangan tersebut kemudian Angel masuk ke dalam ruangan tersebut sedangkan perawat tersebut meninggalkan Angel sendirian di ruangannya.
Angel berjalan ke arah balkon dan melihat para pasien rumah sakit jiwa dengan berbagai tingkah pola berbeda. Ada yang bernyanyi sendirian, ada yang tertawa sendirian, ada yang diam sambil menatap dengan tatapan kosong dan masih banyak lagi. Para pasien rumah sakit itu mengingatkan Angel pada masa lalunya.
xxxxxxx Flash Back On xxxxxxx
Dua Belas Tahun Yang Lalu
Angel yang saat itu berumur 8 tahun putri dari keluarga yang paling terkaya di kota itu tiba - tiba orang tuanya mengalami bangkrut akibat ulah ibunya yang boros.
Plak
"Gara - gara Mommy yang sangat suka menghamburkan uang membuat kita menjadi miskin dan tinggal di kolong jembatan," ucap suaminya kemudian menampar pipi mulus istrinya yang baru saja pulang dari arisan bersama teman - teman sosialitanya.
"Gara - gara Mommy? Memangnya apa yang terjadi dad?" tanya istrinya tanpa memperdulikan rasa sakit akibat tamparan suaminya karena sudah biasa suaminya melakukan hal tersebut.
"Kamu tahu, perusahaan milik Daddy bangkrut semua aset berharga milik kita di sita bank termasuk mansion ini," ucap suaminya dengan nada frustrasi.
"Apa?? Bagaimana bisa??" tanya istrinya tidak percaya.
"Bisa saja, ini semua gara - gara Mommy yang sangat boros membeli barang yang tidak penting bahkan diam - diam Mommy mengambil uang dan emas batangan milik Daddy yang Daddy simpan di brangkas padahal sudah jelas kalau uang itu untuk berjaga - jaga kalau perusahaan mengalami bangkrut," jawab suaminya dengan penuh amarah terhadap istrinya.
Suaminya memukul bertubi-tubi tanpa henti membuat perempuan cantik tersebut berteriak kesakitan hingga perempuan tersebut babak belur dan tanpa sepengetahuan mereka kalau putri kecilnya bernama Angel yang saat itu masih delapan tahun melihat semua apa yang dilakukan oleh ayahnya.
Hal itu membuat gadis kecil tersebut hanya bisa menutup mulutnya sambil menangis di sudut pojok yang tersembunyi yang tidak jauh dari tempat kejadian. Setiap hari Ayahnya sering melakukan Kdrt hingga ibunya menjadi gila.
"Hahahaha... Pukul terus ... Hahahaha!!!!" teriak istrinya sambil tertawa terbahak-bahak.
Deg
Deg
Suaminya sangat terkejut membuat jantungnya berdetak kencang karena melihat istrinya tertawa seperti orang tidak waras atau orang gi*a bersamaan kedatangan empat orang datang dari bank untuk melakukan penyitaan.
"Apa yang kalian lakukan!!! Hahahaha... Ini rumah ku kalian pergi sana .... Hush ... Hush ...." teriak wanita itu sambil mengusir seperti mengusir anak ayam.
"Wanita ini gi*a lebih baik kamu hubungi rumah sakit jiwa untuk membawa wanita yang tidak waras ini," ucap temannya.
Tanpa menjawab temannya mengambil ponselnya untuk menghubungi rumah sakit jiwa untuk membawanya ke rumah sakit jiwa namun wanita tersebut tiba-tiba berlari keluar dari mansion sambil berteriak tidak jelas.
Besoknya Angel dan ayah kandungnya terpaksa tinggal di rumah kecil itupun mereka kontrak. Angel kecil sangat sedih melihat orang tuanya, ibu nya pergi entah kemana sedangkan Ayah nya pendiam seperti orang linglung.
Ayah nya yang biasa ceria dan sering bermain dengan Angel kini berubah menjadi pribadi yang sangat tertutup. Angel terpaksa berhenti sekolah karena biaya sekolahnya sangat mahal sedangkan mereka kini sudah menjadi miskin.
Angel terpaksa berkerja menjadi pemulung mengambil barang-barang bekas hingga dirinya bertemu dengan teman - temannya yang dulu sekolah bersama mereka.
"Angel miskin ... Angel miskin ..."ledek teman-temannya.
"Ibunya gi*a .... Angel miskin ..." sambung teman lainnya.
Masih banyak lagi kata - kata yang membuat Angel hanya bisa menangis dan menangis meratapi hidupnya yang malang membuat Angel berlari pulang untuk mengadu ke ayahnya.
brak
"Daddy .. huhuhuhu... " Isak Angel saat itu sambil membuka pintu rumahnya dengan kasar dan masuk ke dalam.
"Daddy!!!!" teriak Angel.
Mata Angel membulat sempurna melihat ayahnya gantung diri dengan menggunakan tali yang diikatkan di kusen pintu dengan mata melotot dan lidahnya menjulur membuat Angel berteriak.
"Tolong .... Tolong ... Tolong ... !!!" teriak Angel.
Suara teriakan Angel membuat para tetangga berdatangan dan masuk ke dalam rumah Angel.
"Ada apa Angel ... Akhhhhhhhh!!" teriak mereka serempak.
Salah satu tetangga Angel memeriksa denyut nadi Ayahnya Angel.
"Bagaimana?" tanya tetangganya sambil melepaskan ikatan tali tersebut.
"Sudah meninggal," jawab pria tersebut yang baru selesai mengecek nadi Ayahnya Angel.
"Daddy .... Huhuhuhu... " tangis Angel pecah.
"Aduh gawat, dasar pria bo**h kenapa bunuh diri di rumahku!!" teriak pemilik rumah kontrakan dengan nada satu oktaf.
"Sabar Bu, Bapak ini sudah meninggal nanti kalau Ibu ditakuti bagaimana?" tanya tetangganya.
"Masalah nya rumahku nanti tidak ada yang mau mengontrak dan kamu anak kecil pergi dari sini. Kedatangan kalian membuatku menjadi si*l," usir pemilik rumah kontrakan.
"Huhuhuhu... Aku tinggal di mana Bu?" tanya Angel sambil menangis.
"Ibu tidak perduli lebih baik kamu pergi dari sini dan untuk kalian bawa pergi pria dungu itu untuk kuburkan," ucap pemilik rumah kontrakan tanpa ada rasa empati sedikitpun.
"Iya ... Iya.. ayo Bapak - Bapak kita pergi dan kuburkan pria ini," ucap salah satu tetangganya.
Merekapun saling membantu membawa jenasah pria tersebut sedangkan Angel mengikuti langkah para tetangganya.
Singkat cerita kini pria tersebut sudah dikuburkan dan kini hanya Angel yang duduk bersimpuh di pusara tanah merah tanpa ada bunga karena mereka rata-rata penduduknya miskin.
"Hiks ... Hiks .. Daddy ... Hiks.. Hiks ... Angel kini sama siapa?" tanya Angel sambil terisak.
Setelah hampir setengah jam lebih Angel pergi dari area kuburan tersebut dan berjalan dengan langkah gontai. Baru beberapa langkah terdengar suara tabrakan bersamaan suara teriakan yang sangat familiar di telinganya membuat Angel berlari.
"Mommy!!!" teriak Angel.
Angel sangat terkejut melihat ibu nya tertabrak mobil dan ambruk di tanah dengan tubuh mengeluarkan darah segar sedangkan mobil tersebut kabur karena takut dihakimi oleh massa.
Grep
"Mommy .... huhuhu..." tangis Angel sambil memeluk tubuh Ibunya yang penuh dengan noda darah bercampur kotoran debu.
"Angel ... Maafkan Mommy, Mommy memberikan namamu Angel yang artinya malaikat karena itu Mommy ingin kamu menjadi malaikat yang menolong orang-orang yang menderita dan terbuang," ucap Ibunya dengan nada lirih.
Selesai mengatakan hal tersebut Ibunya mulai kejang-kejang dan tidak berapa lama menghembuskan nafas terakhirnya.
"Mommy huhuhuhu..." tangis Angel pecah
Bruk
Rasa lapar bercampur rasa kesedihan yang teramat sangat membuat Angel tidak sadarkan diri sambil memeluk jenasah Ibunya.
xxxxx
Perlahan jari jemarinya yang mungil bersamaan ke dua matanya perlahan membuka kemudian menatap sekeliling ruangan yang sangat asing baginya terlebih seorang wanita cantik sedang menatap dirinya sambil tersenyum.
"Aku di mana?" tanya gadis itu yang bernama Angel.
"Kamu ada di panti asuhan, kami menemukanmu sedang memeluk jenasah seorang wanita," ucap wanita cantik tersebut.
"Mommy ... huhuhuhu ...." tangis Angel.
Grep
"Sstttttt... Jangan menangis Mommy mu sudah tenang di sana, siapa namamu?" tanya wanita cantik tersebut dengan nada lembut sambil memeluk Angel.
"Angel, Nyonya," jawab Angel sambil membalas pelukan wanita cantik tersebut.
"Nama yang cantik, secantik orangnya. Jangan panggil Nyonya tapi panggil aku dengan sebutan Mommy Alona karena mulai sekarang kamu adalah putriku," ucap Mommy Alona sambil
"Mommy huhuhuhu... " isak Angel.
"Sstttttt ... Sudah jangan menangis nanti cantiknya hilang," goda mommy Alona.
"Kamu lapar kan, mommy suapi ya," ucap mommy Alona.
Angel hanya menganggukkan kepalanya kemudian Mommy Alona mulai menyuapi Alona dengan penuh kesabaran dan sejak saat itu Angel tinggal di panti asuhan bersama penghuni lainnya.
"Kalau aku tidak bertemu dengan Mommy Alona, aku tidak akan bisa seperti ini. Sayang sekali waktu aku lulus wisuda Mommy Alona tidak datang karena Mommy Alona di rawat rumah sakit," ucap Angel yang masih berdiri di balkon.
Setelah beberapa saat Angel berjalan ke arah meja kerjanya dan melihat dan membaca data informasi tentan pasien rumah sakit jiwa setelah hampir dua jam Angel keluar dari ruangannya dan membantu dokter lainnya untuk mengajak mengobrol dengan pasien rumah sakit jiwa.
Ada yang menjawabnya benar namun setelah itu ketawa sendiri dan ada juga hanya diam bahkan ada yang tiba-tiba memeluk tubuh Angel. Angel tidak marah karena dirinya tahu mereka bukannya tidak sopan atau merendahkan Angel tapi karena pikiran mereka tidak sama seperti pikiran orang yang normal.
Tidak terasa sudah tiga hari Angel berkerja dan menangani para pasien yang mengalami gangguan jiwa. Hingga suatu hari, dalam perjalanan pulang kerja. Angel bertemu dengan seorang pria di jalan dengan rambut acak-acakan dan rambutnya gimbal, pakaian kotor dan sangat lusuh terlihat dengan jelas kalau pria tersebut berhari-hari tidak pernah mandi.
"Orang gi*a .... Orang gi*a...." teriak anak - anak kecil sambil melempari batu.
"Eh, ada orang gi*a kita ikut lempari batu yuk," ucap anak - anak kecil lainnya yang ikut melempari batu mengikuti anak - anak lainnya.
"Ayo," jawab anak-anak kecil itu serempak.
Pria tersebut hanya bisa menutupi wajahnya ketika wajahnya terkena batu sambil berteriak-teriak kesakitan karena tubuhnya dilempari batu.
Angel yang melihat hal tersebut tidak tega membuat Angel menghentikan mobilnya kemudian turun dari mobil dengan tergesa-gesa.
"Berhenti!!!" teriak Angel sambil berlari ke pria tersebut.
"Kasihan, jangan dilempari batu!!" teriak Angel lagi karena melihat masih ada anak-anak kecil yang melempari batu dengan cara mengusir anak - anak kecil tersebut.
Anak-anak kecil itupun berlari sambil masih meledek pria tersebut. Angel mengurangi langkahnya ketika hampir dekat dengan pria tersebut.
"Ada yang sakit?" tanya Angel.
Pria tersebut masih menutupi kepalanya hingga tiba-tiba pria tersebut tertawa terbahak-bahak namun beberapa detik kemudian menangis histeris membuat Angel melangkahkan kakinya ke arah pria tersebut. Pria tersebut tiba-tiba bangun dan melihat Angel dan langsung memeluknya.
"Jangan tinggalkan aku Leona, huhuhuhu..." tangis pria tersebut.
"Aku tidak akan meninggalkan mu, ayo kita pulang," ucap Angel.
Entah kenapa Angel membalas pelukan pria tersebut tanpa ada rasa jijik ataupun bau padahal pria tersebut sudah beberapa hari tidak mandi.
Pria tersebut melepaskan pelukannya kemudian mendorong tubuh Angel hingga Angel terjatuh ke jalan beraspal.
"Kamu bukan Leona," ucap pria tersebut dengan mata melotot ke arah Angel.
Angel hanya terdiam dan berusaha bangun namun salah satu kakinya ada yang terluka karena tergores aspal akibat di dorong dengan kasar dan Angel belum ada persiapan.
"Sayang, maafkan aku," ucap pria tersebut merasa bersalah.
Pria tersebut berusaha membantu Angel berdiri sedangkan Angel hanya diam karena dirinya tahu kalau pria tersebut mengalami gangguan jiwa di lihat dari sifatnya yang tiba-tiba berubah secara mendadak.
"Antar kan aku ke rumah itu," pinta Angel sambil berusaha menahan rasa sakit.
Entah kenapa pria tersebut sangat patuh dan membantu Angel untuk berjalan.
"Maaf Bu, kenal pria ini?" tanya Angel dengan nada lembut.
"Tidak kenal," jawab wanita itu sambil menutup hidungnya karena pria tersebut sangat bau.
"Kita coba ke sana saja," ucap Angel.
Lagi - lagi pria tersebut patuh kemudian mereka berjalan ke arah yang di tunjuk oleh Angel.
"Maaf Bu, kenal pria ini atau adakah kenal dengan salah satu anggota keluarganya?" tanya Angel dengan nada lembut.
"Tidak kenal," jawab wanita itu sambil menutup hidungnya karena pria tersebut sangat bau.
"Kita coba ke sana lagi," ucap Angel kembali menunjuk ke arah rumah yang lain.
Lagi - lagi pria tersebut patuh dan Angel tanpa putus asa bertanya ke lingkungan sekitar. Apakah pria itu punya keluarga atau tidak.
"Maaf Bu, kenal pria ini atau salah satu anggota keluarganya?" tanya Angel dengan nada lembut.
"Pria ini sudah ada seminggu berada dilingkungan kami dan kami tidak tahu siapa keluarganya," jawab wanita itu sambil menutup hidungnya karena pria tersebut sangat bau.
"Terima kasih banyak Bu, jika seandainya ada salah satu anggota keluarganya menanyakan katakan saja kalau pria ini aku bawa ke rumah sakit jiwa yang ada di kota ini," ucap Angel.
"Baik, sekarang kalian pergilah karena pria ini sangat bau," ucap wanita tersebut.
"Kamu yang bau!!!" teriak pria tersebut yang merasa tubuhnya wangi.
"Baik, sekali lagi terima kasih," jawab Angel sambil membalikkan badannya meninggalkan tempat tersebut.
("Ternyata pria ini adalah tunawisma lebih baik aku bawa saja ke rumah sakit jiwa dan semoga saja cepat sembuh dan bisa beraktifitas seperti pria pada umumnya," ucap Angel dalam hati).
Angel terpaksa kembali lagi ke rumah sakit jiwa untuk membawa pria itu ke rumah sakit tempatnya bekerja, mendaftarkannya sebagai pasien terlantar.
Hari-hari Angel lalui untuk merawat pria itu dan pasien-pasien lainnya dengan penuh kesabaran tanpa banyak mengeluh karena terkadang Angel mengalami luka akibat ulah para pasiennya yang tiba - tiba menyerang dirinya.
Bukan dirinya saja para dokter yang satu profesi dengannya juga para perawat pernah mengalaminya. Jika beberapa kali menyerang biasanya para pasien dimasukkan ke ruangan khusus agar tidak melukai petugas, dokter dan teman - temannya yang juga sama-sama sakit jiwa.
Suatu hari Angel merawat pria tersebut karena pria tersebut melukai dirinya sendiri.
"Kenapa melukai diri sendiri?" tanya Angel dengan nada lembut.
Pria tersebut hanya diam tanpa bicara sedikitpun hanya memperhatikan wajah Angel membuat Angel tersenyum.
"Sudah selesai," ucap Angel.
Angel membereskan perlengkapan dokternya untuk dimasukkan ke dalam tasnya bersamaan ponselnya berdering.
"Aku angkat telepon dulu ya," ucap Angel sambil membuka tasnya.
Walau pria tersebut tidak menjawab ucapan Angel tapi Angel selalu bicara agar pria itu mau bicara terlebih Angel memperlakukan semua pasien seperti pasien pada umumnya bukan pasien orang yang mengalami gangguan jiwa.
Angel menggeser tombol berwarna hijau kemudian menempelkan ponselnya ke telinganya tanpa melihat siapa yang menghubungi dirinya karena arah pandangannya ke pria tersebut.
("Hallo," panggil Angel)
("Hallo Doktor Angel, das ist Doktor Steven", sagte Doktor Steven und stellte sich vor).
("Hallo dokter Angel, ini dokter Steven," ucap dokter Steven memperkenalkan dirinya).
("Sorry, can you use English?" Angel asked).
("Maaf, apakah bisa menggunakan bahasa Inggris?" tanya Angel).
("Es tut mir leid, ich spreche nur Deutsch und Französisch", antwortete Doktor Steven).
("Maafkan saya, saya hanya bisa bahasa Jerman dan Perancis," jawab dokter Steven).
("Aduh aku tidak bisa bahasa Jerman dan Perancis," ucap Angel)
("Tut mir leid, ich verstehe nicht, was Doktor Angel gesagt hat", sagte Doktor Steven).
("Maaf, saya tidak mengerti apa yang dokter Angel katakan," ucap dokter Steven).
("Speaker," ucap pria tersebut yang sejak tadi diam).
Angel sangat terkejut karena pria tersebut mulai bicara namun Angel langsung menepisnya karena ada yang lebih penting. Angel melakukan permintaan pria tersebut walau dirinya sangat bingung akan apa yang akan dilakukan oleh pria tersebut.
("Tut mir leid, Doktor Angel, bist du noch da?", fragte Doktor Steven).
("Maaf dokter Angel, masih ada di sana?" tanya dokter Steven).
("Doktor Angel ist immer noch hier", antwortete der Mann)
("Dokter Angel masih ada di sini," jawab pria tersebut).
("Maaf ini siapa?" tanya dokter Steven).
.....
("Sorry, this is my friend who happens to be able to speak German," said Angel because the man was confused about his name).
("Maaf ini temanku yang kebetulan bisa bahasa Jerman," ucap Angel karena pria tersebut bingung menyebutkan namanya).
("Entschuldigung, das ist mein Freund, der zufällig Deutsch spricht", sagte der Mann).1
("Maaf ini temanku yang kebetulan bisa bahasa Jerman," ucap pria tersebut).
("Okay, wir von der Vereinigung der Ärzte, die Geisteskranke behandeln, möchten Doktor Angel einladen, zu der Veranstaltung zu kommen", erklärte Doktor Steven).
("Oke, kami dari perkumpulan dokter yang menangani pasien gangguan jiwa ingin mengundang dokter Angel untuk datang ke acara tersebut," ucap dokter Steven menjelaskan).
("Apa yang dikatakannya?"tanya dokter Angel dengan suara pelan).
("Oke, kami dari perkumpulan dokter yang menangani pasien gangguan jiwa ingin mengundang dokter Angel untuk datang ke acara tersebut," ucap pria tersebut menjelaskan).
("Katakan di tunggu undangan resminya dan apakah yang di undang semua dokter dari semua negara? tanya Angel)
("Doktor Angel hat gefragt, ob alle Ärzte aus allen Ländern eingeladen sind?", fragte der Mann).
("Dokter Angel bertanya apakah semua dokter dari semua negara di undang?" tanya pria tersebut).
("Ya, kalau bersedia datang kami akan mengirimkan undangannya," jawab dokter Steven).
("Apa yang dikatakannya?"tanya dokter Angel dengan suara pelan).
("Ya, kalau bersedia datang kami akan mengirimkan undangannya," jawab pria tersebut).
("Ok, aku tunggu undangannya," jawab Angel).
("Ok, ich warte auf die Einladung", antwortete der Mann).
("Ok, aku tunggu undangannya," jawab pria tersebut).
("Ok, danke", antwortete Doktor Steven).
("Ok, terima kasih," jawab dokter Steven).
("Gern geschehen", antwortete der Mann).
("Sama-sama," jawab pria tersebut).
Tut Tut Tut Tut
Sambungan komunikasi langsung terputus kemudian Angel menatap ke arah pria tersebut.
"Tadi dokter Steven bilang apa?" tanya Angel yang masih penasaran.
"Hanya bilang Ok, terima kasih terus aku bilang sama-sama," jawab pria tersebut.
"Tuan sangat hebat bisa bicara bahasa Jerman, selain bahasa Jerman bisa bahasa apa lagi?" tanya Angel.
"Yunani, Spanyol, Perancis dan Inggris," jawab pria tersebut.
Angel sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh pria tersebut dan dirinya baru menemukan bahwa meski otaknya geser, pria tersebut sangat pintar karena pria tersebut bisa berbicara lima bahasa.
Angel menduga, dulunya pria ini pastinya dari keluarga kaya. Ketampanan dan kecerdasan pria ini menarik hati Angel.
"Apakah tuan ingat siapa nama tuan?" tanya Angel.
"Aku tidak ingat siapa namaku," jawab pria tersebut.
"Bagaimana kalau aku kasih nama Angelo dan aku memanggilnya dengan sebutan kak Angelo. Apakah kak Angelo suka dengan nama itu?" tanya Angel sambil tersenyum karena pria tersebut mau bicara karena sudah beberapa hari selalu diam.
"Suka," jawab Angelo singkat.
"Kalau begitu kak Angelo, aku mau melihat dan memeriksa pasien lainnya," ucap Angel.
Angelo hanya diam tapi pandangannya kembali kosong seperti biasanya. Angel hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian pergi meninggalkan Angelo.
Namun belum ada satu jam Angelo berteriak histeris membuat salah satu perawat berlari untuk memanggil Angel.
"Dokter Angel," panggil perawat tersebut ketika menemukan Angel sedang memeriksa pasien lainnya.
"Iya ada apa?" tanya Angel.
"Pasien yang waktu itu ditemukan dokter Angel di pemukiman penduduk." ucap perawat tersebut sambil mengatur napasnya karena habis berlari.
"Ada apa dengan Angelo?" tanya Angel.
"Angelo?" tanya ulang perawat tersebut.
"Pria itu tidak tahu namanya karena itulah aku kasih nama Angelo. Ada apa dengan Angelo?" tanya Angel mengulangi perkataannya.
"Angelo berteriak histeris," ucap perawat tersebut.
"Apa? Baik aku akan ke sana," ucap Angel.
Angel dengan cepat merapikan perlengkapan dokternya kemudian berjalan dengan cepat diikuti oleh perawat menuju ke ruangan Angelo.
"Deliaaa!!!! Delaaaa!!!" teriak Angelo histeris
"Kak Angelo," panggil Angel dengan suara lembut sambil melangkahkan kakinya ke arah Angelo tanpa ada rasa takut sedikitpun.
Grep
"Hiks .... Hiks .... Hiks ... Delia ... Hiks ... Hiks ... Dela..." ucap Angelo sambil terisak dan memeluk Angel.
Angel hanya diam dan membiarkan Angelo memeluk dirinya sambil mengusap punggung Angelo. Setelah beberapa saat Angelo mulai tenang dan tidak menangis lagi.
"Sekarang kak Angelo tidur ya," pinta Angel dengan nada masih lembut.
Angelo dengan patuh mengikuti permintaan Angel. Angelo berbaring di ranjang dan tidak berapa lama Angelo tidur dengan pulas. Angel dan perawat tersebut menghembuskan nafasnya dengan lega dan mereka pergi meninggalkan ruangan Angelo.
Beberapa hari ini Angelo suka tiba-tiba menangis dan secara konstan menyebut dua nama yaitu Delia dan Dela. Hanya Angel yang bisa menenangkan pria tersebut ketika Angelo sedang berteriak histeris.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!