Venezuela.
Dalam pantulan cermin besar, terlihat seorang wanita cantik yang dengan senyum manis sedang melepaskan kalung yang sedari tadi dia amati dengan baik-baik. Wanita itu bernama Helena, dia baru saja lulus dari kuliah dan memilih untuk pergi ke Kolombia dengan sebuah misi yang akan dia pecahkan, sebuah misi yang sedari dulu ingin dia lakukan namun baru mendapatkan kesempatan itu sekarang. "Kau yakin akan pergi? 1 bulan lagi hari pernikahan mu, bagaimana jika Tuan Zack marah?" tanya Ella dengan sedikit ketakutan dengan ide gila anak majikannya ini.
Helena berbalik dan melihat Ella yang tampak tak tenang duduk di pinggir sofa ranjangnya. Mereka tumbuh sedari kecil bersama, Megan sudah lama bekerja di keluarganya dari semenjak orangtua Helena menikah bahkan sekarang memiliki anak yang seusia dengan Helena, anak itu adalah Ella. "Kau tenang saja Ella, aku berjanji akan kembali dalam seminggu ini. Lagi pula perjodohan konyol ini tidak terlalu penting, aku benci pria posesif," ucap Helena sambil menyimpan kalung ke kotak khusus yang dia pesan 10 tahun yang lalu. Pandangan Helena kembali tertuju pada kalung cantik dengan model sederhana. "Aku ingin bertemu dengan dia dulu Ella, siapa tahu dia masih mengingat ku dan bisa membantu ku terbebas dari perjodohan ini," gumam Helena pelan.
Ella yang merasa semua ide ini sangat tidak masuk akal langsung berdiri dari duduknya, dia menghampiri Helena sambil menggelengkan kepalanya kuat. "Jangan gila Helena, semuanya sudah dipersiapkan, Tuan Zack posesif karena sangat mencintai mu."
"Tidak, itu bukan cinta Ella, dia selalu mengatur ku dan tidak pernah mendengarkan pendapat ku. Cara menarik tangan ku sangatlah kasar," jawab Helena, dia menoleh pelan ke arah Ella. "Aku mohon bantu aku Ella, bantu aku agar Mom dan Dad tidak curiga selama 1 minggu ini, jangan sampai mereka mendatangi rumah Bella. Aku yakin kau bisa mengatur semua ini, Ella."
"Tapi Helena, aku..."
"Sudah tidak ada waktu lagi, aku harus pergi sekarang, jam penerbangan ku sebentar lagi tiba."
***
Bogota, Kolombia.
Bogota, sebuah kota indah dengan bangunan bertingkat tinggi yang berdiri disamping gereja-gereja kolonial. Budaya campuran pengaruh Spanyol, India dan Inggris. Di beberapa gedung tinggi, sebuah papan iklan menampilkan sosok pria tampan yang sedang di sorot oleh banyak media, beberapa penghargaan berhasil dia raih saat debut film pertamanya. Vegas Dominic, nama itu cukup terkenal di America, mengawali karir sebagai Model dan memiliki pengikut cukup banyak di sosial media, entah bagaimana awalnya, vidio pemotretan Vegas mendadak viral dan ramai diperbincangkan di sosial media, hingga 1 tahun kemudian dia mendapatkan sebuah kesempatan untuk bermain film dengan jumlah penjualan tiket yang menembus 1 juta di hari pertama tayang.
Nama Vegas terus ramai dan selalu tranding topik sampai sekarang. "Bersiaplah, jangan membuat ku kecewa untuk kali ini," ucap Harry yang sudah selama 4 tahun ini menjadi asisten Vegas dari awal karir yang terbilang cukup sepi, namun Vegas beruntung memiliki Harry yang tak pernah mengeluh dan bekerja dengan baik saat Vegas hanya bisa memberikannya gaji dibawah standar.
"Tidak, aku butuh 15 menit lagi untuk tidur!" protes Vegas yang menarik kembali selimut dari tangan Harry.
"Tidak ini sudah siang! berhenti mengeluh atau aku akan berhenti menjadi asisten mu!"
Vegas membuka matanya perlahan dan cukup silau dengan cahaya dari jendela. "Ancaman seperti apa itu? Seharusnya tidak ada asisten seperti mu di dunia ini Harry! kau sama cerewetnya seperti Rose," gumam Vegas. Rose, seorang wanita yang satu-satunya Vegas cintai, dia adalah kakak terbaik dan keluarga satu-satunya yang Vegas punya, jika Vegas memeriksa ponselnya saat ini juga, pasti sudah ada beberapa daftar panggilan tak terjawab dari Rose yang dia abaikan karena ponsel yang sengaja dia mode hening.
***
Sebelum lanjut, kenalan sama tokoh yuk.
Shawn Mandes as Vegas Dominic.
Kendall Jenner as Helena
Manu Rios as Zack
Taylor Hill as Laura
Vegas menatap lurus pandangannya pada lensa kamera, dia mengikuti beberapa arahan dari fotografer. "1 2 3, tahan!"
cekrek
cekrek
"Oke, ini cukup bagus, tapi aku tidak melihat ada chemistry yang kuat dalam foto ini. Laura, bisa lebih rapat? Vegas, aku ingin kau merangkul Laura dengan tatapan dalam."
Mendengar arahan tersebut, Vegas menghembuskan nafasnya dalam, ruangan gelap ini mulai terasa pengap sekarang, dia paling benci saat mendapatkan pekerjaan bersama Laura, model cantik namun selalu mengusik hidupnya, menyebarkan segala rumor tentang hubungan mereka yang tak pernah ada. Di mana ada Laura, pasti nama Vegas selalu disebutkan di sana, dan Vegas membenci itu, terlebih lagi warna rambut Laura yang membuatnya merasa tak nyaman. "Hai, kau merindukan ku?" bisik Laura saat wajah mereka berdua begitu dekat, jika tak mementingkan kata profesional dan memikirkan besarnya denda sejak awal Vegas sudah membatalkan kontrak ini!
"Aku yakin kau yang lebih merindukan ku," bisik Vegas dengan sorot mata yang seperti diarahkan fotografer.
Senyuman kecil muncul di wajah Laura, dia mengusap pelan bagian kerah kemeja Vegas yang sedikit terbuka. "Aku memang selalu merindukan mu, Vegas. Jadi, apa malam ini akan ada makan malam romantis?" tanya Laura dengan nada yang berhasil membuat rasa bencinya bertambah. Vegas membenci wanita yang menggodanya, bayangannya selalu tertuju pada wanita yang menghancurkan hati Ibunya, wanita seperti itu hanya bisa mengambil seorang Ayah dari anak-anak yang tak berdaya seperti Vegas dan Rose, tak bisa membujuk Ayah mereka untuk kembali pada Ibu mereka yang sedang sakit, meninggalkan kedua anak yang kebingungan harus bertahan hidup disebuah Desa kecil dengan seorang Ibu yang hanya bisa berbaring menahan rasa sakitnya.
Suara bidikan kamera dan kilatan cahaya membuat Vegas kembali ke dunia nyatanya, dia menoleh kearah Bas dan pria itu seolah mengerti dengan tatapan Vegas lalu mengacungkan ibu jarinya. "Oke, kedekatan seperti ini yang aku inginkan. Good job!"
Kali ini Vegas yang tersenyum kecil, dia dengan cepat melepaskan rangkulan tangannya pada pinggang Laura dan sebelum menjauh dari wajah cantik itu, Vegas membisikkan sesuatu. "Tidak akan pernah ada makan malam romantis bersama ku Laura, terus lah bermimpi seperti itu jika kau menyukainya," ucap Vegas lalu berlalu dari tempat pemotretan dan berjalan ke arah Harry yang sudah menyiapkan tissue dan air putih.
"Kau ingin makan siang dulu atau kita langsung ke lokasi selanjutnya?" tanya Harry yang membuat Vegas langsung menatapnya bingung.
"Selanjutnya? bukankah hanya ada 1 lagi?"
Harry berdecak pelan, dia memberikan tab dan menunjukkan daftar pemotretan Vegas untuk hari ini. "Tidak 1, tapi 4 lagi Vegas. Kau ingat saat kau pernah berbicara, 'Ambil saja semua pekerjaan yang mendapatkan bayaran besar, jangan membuat mereka kecewa dan kita akan kaya' kau masih bersemangat dengan kata-kata mu sendiri bukan?" tanya Harry.
Vegas menatap tak percaya, dia sudah bosan sedari pagi melakukan pemotretan di 2 tempat dan rupanya masih ada 4 tempat lagi! "Tapi tidak sebanyak ini Harry, kau ingin melihat ku mati muda?"
"Kau tidak akan mati hanya karena foto, cepat minum ini dan aku akan memesankan makan siang mu dulu. Oh ya, lokasi selanjutnya kau hanya perlu mengambil beberapa foto untuk iklan live Minggu depan," ucap Harry yang langung berlalu sambil menerima panggilan yang baru masuk.
Vegas menghela nafasnya lalu duduk di sofa nyaman dan menghabiskan air yang ada di botol mineral. "Laura, kau sangat cantik hari ini, pertahankan ekspresi menggoda seperti tadi, kau memang tidak pernah mengecewakan aku. Aku sangat menyukai bagian ini." Vegas menoleh ke arah suara Bas yang sedang sibuk menunjukkan beberapa foto pada Laura, mata Vegas pun melihat beberapa crew yang sedang sibuk membereskan peralatan sesi pemotretan ini dan menggantinya dengan tema lain untuk model selanjutnya.
***
Seharian ini benar-benar membuat Vegas lelah, dia seakan tak berhenti untuk menampilkan berbagai ekspresi di kamera, keinginan-nya saat ini hanyalah tidur dan kembali segar di pagi hari. "Istirahatlah, aku akan membangunkan mu lagi besok pagi."
"Hmmm," gumam Vegas yang langsung menutup pintu kamar mandi.
Harry mengatur suhu ruang kamar Vegas agar tidak terlalu dingin dan setelah melihat kamar ini cukup rapi, Harry mengeluarkan sebuah surat yang sudah dia persiapkan dari pagi lalu menyimpannya di atas meja dekat televisi dikamar ini. "Sebelum tidur aku harap kau menyempatkan diri untuk membaca surat di dekat TV," teriak Harry yang lagi-lagi hanya mendapatkan gumaman dari Vegas. "Aku pulang," lanjut Harry yang kali ini tak mendapatkan jawaban apapun dari Vegas.
Selesai membersihkan diri dan mengganti pakaian, Vegas langsung menghempaskan dirinya di atas tempat tidur, dia tidak sempat membuka ponsel atau mengingat ucapan Harry sebelumnya.
Keesokan paginya, bukan suara Harry yang membangun kan Vegas seperti biasanya, kini suara panggilan masuk dari ponselnya yang berhasil mengganggu tidur nyenyak Vegas. Rose, nama itu terpampang jelas di layar ponsel Vegas dan membuatnya menghembuskan nafas kasar, dia lupa mengubah mode hening ponsel semalam! Dengan malas, Vegas menggapai ponselnya di atas nakas dan sambil terpejam dia meletakkan ponsel di telinganya. "Ya, hallo kak?" ucap Vegas dengan nada tidak bersemangat, bahkan terdengar jelas jika pria itu baru saja bangun dari tidurnya.
"Astaga, kau baru bangun? jangan lupa sarapan dan olahraga sebelum sebelum kau bekerja, Vegas."
"Aku tidak ada waktu untuk berolahraga kak, kau bisa tanyakan langsung pada Harry seberapa sibuk aku di Bulan ini," jawab Vegas sambil bergumam pelan, ingin sekali dia mengabaikan telepon ini dan kembali tidur sampai waktu yang dia inginkan.
Tak berapa lama setelah mendengarkan beberapa pesan Rose, terdengar suara pintu apartemennya terbuka dan untuk pertama kalinya Vegas merasa senang dengan kehadiran Harry di pagi hari. "Vegas, bagun! kau memiliki jadwal padat hari ini," teriakan Harry mulai terdengar sampai kamar disaat raganya belum terlihat oleh Vegas.
"Kak, Harry sudah memintaku untuk bersiap, kalau begitu aku harus mulai bersiap dan menutup panggilan mu, bye." Dengan cepat Vegas mengakhiri panggilan Rose dan turun dari ranjangnya.
Pintu kamar terbuka dan menampilkan Harry yang sedang menatap Vegas dengan sebelah alis yang terangkat. "Apa ini benar kau? tumben sekali sudah bangun," ucap Harry yang lebih tepatnya gerutuan kecil sambil membuka beberapa tirai yang ada di kamar Vegas seperti biasanya.
"Aku lupa mematikan Alarm." Vegas berjalan gontai dan saat dia akan masuk ke dalam kamar mandi, terdengar suara Harry yang memanggilnya.
Vegas berbalik dan menatap bingung kearahnya. "Kau sudah membaca surat yang aku berikan?" tanya Harry sambil melirik sebuah amplop yang ada didekat TV.
Vegas menggelengkan kepalanya, dia baru menyadari jika ada sebuah amplop di atas sana. "Tidak sempat, setelah mandi aku akan membacanya," jawab Vegas pada akhirnya. Mengapa masih ada yang mengirimkannya sebuah surat padahal di zaman sekarang sudah dipermudah dengan adanya email.
***
Saat di ruang make up, Harry lagi-lagi menatapnya dengan ragu dan hal itu membuat Vegas cukup terganggu, selama diperjalanan pun Harry seakan meliriknya beberapa kali tanpa mengucapkan apapun. "Apa ada sesuatu?" tanya Vegas pada akhirnya, walaupun perasaannya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres, dia sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan Harry. Apakah ini masalah pekerjaan atau sesuatu yang lebih parah hingga Harry sulit mengatakannya?
Harry terlihat menarik nafasnya dalam, dia menatap Vegas dari pantulan cermin yang ada dihadapannya. "Sebenarnya kau sudah membaca surat itu atau belum?" tanya Harry yang kini tampak frustasi.
Vegas mengerutkan keningnya seolah mengingat surat apa yang Harry maksud, setelah dia ingat, Vegas tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Aku tidak sempat, tadi aku kesulitan mencari topi," jawab Vegas dengan santai. "Memangnya apa isi surat itu? apa ada masalah dengan pekerjaanku?" tanya Vegas. Dia sedikit menundukkan wajahnya saat seorang hairstylist merapikan rambutnya.
"Ini masalah ku, aku tidak memiliki waktu lebih lama lagi Vegas."
"Apa maksudmu?" tanya Vegas dengan wajah serius, kebingungan tersirat diwajahnya.
Harry menggelengkan kepalanya, dia mendengus pelan dan berdiri dari duduknya. "Ayo, sudah saat shooting iklan, kita bahas ini nanti saja," ucap Harry.
***
Guys jangan lupa like ya...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!