"Jadi, apa dokter bisa membuat saya jadi tak perawan lagi?" Tanya seorang gadis remaja yang langsung membuat Sakya melongokkan kepalanya keluar dari tirai persembunyian.
Sakya memperhatikan gadis yang tengah duduk di depan rekan Sakya yang sesama dokter juga yang saat ini sedang garuk-garuk kepala. Merasa bingung mungkin dengan permintaan luar biasa dari gadis di depannya.
"Bisa, kan, Dok?" Tanya gadis itu lagi dengan nada memaksa.
"Tidak bisa!" Jawab dokter itu tegas.
Sakya refleks mengulum senyum.
"Kenapa?" Tanya gadis itu dengan suara yang sudah meninggi.
"Begini, Gre-" dokter yang juga merupakan rekan Sakya itu membaca sekali lagi nama si gadis yang menjadi pasiennya tersebut.
"Gretha!" Gumam dokter itu setelah membaca nama si gadis.
Bagus juga namanya. Gretha!
"Jadi begini, Gretha! Usiamu berapa?" Tanya dokter itu pada Gretha.
"Delapan belas tahun!"
"Delapan belas tahun! Lalu alasan apa yang membuatmu ingin tidak perawan lagi?" Tanya dokter menatap Gretha penuh selidik.
"Karena pacar saya mengajak saya kencan untuk pertama kalinya besok. Dan dia mengatakan kalau kami akan check in ke hotel. Tapi dia punya syarat!"
"Dia maunya saya udah nggak perawan lagi, Dok! Katanya dia suka dengan gadis yang sudah berpengalaman. Sedangkan saya kan belum pernah melakukan itu!" Kedua telunjuk Gretha membentuk tanda kutip.
"Itu?" Dokter mengernyit dan Sakya masih mengul*m semyum di balik tirai mendengarkan percakapan rekan sesama dokternya bersama Gretha.
"Iya itu! Itu yang cowok sama cewek bobok bareng," ujar Gretha lagi dengan raut polos.
"Seperti yang dilakukan Jenny sama pacarnya," sambung Gretha lagi.
"Jenny siapa?" Tanya dokter lagi penuh selidik.
"Teman saya, Dok!"
"Tapi dia udah berpengalaman. Udah sering check in ke hotel bareng pacarnya." Cerita Gretha tetap dengan raut polos.
"Kalau saya kan baru mau nyoba yang pertama kali. Eh, tapi malah pacar saya ngajuin syarat itu tadi." Gretha memainkan kedua jari telunjuknya.
"Saya kan jadi bingung, Dok! Makanya saya datang ke dokter, kali aja dokter punya solusi dan bisa mewujudkan permintaan saya tadi," tukas Gretha lagi yang langsung membuat dokter geleng-geleng kepala.
"Gretha, begini!"
"Kamu kan masih perawan, masih suci, jadi tidak usahlah kamu itu ikut-ikutan teman kamu Jenny Jenny itu yang sering check in ke hotel bersama pacarnya."
"Kamu kalau mau pacaran itu yang sehat-'
"Saya sehat, kok, Dok!" Sergah Gretha cepat dengan ekspresi yakin.
"Maksudnya gaya pacarannya yang sehat!" Tukas dokter yang langsung membuat Gretha mengernyit.
"Maksudnya pacaran sambil olahraga gitu, Dok? Jogging, ke Gym?" Tanya Gretha sedikit ragu yang benar-benar membuat Sakya tak bisa lagi menahan tawanya.
"Itu siapa yang tertawa, Dok? Ada yang ngintip, ya?" Tanya Gretha memicing curiga.
"Sakya, keluarlah!" Perintah dokter di depan Gretha tersebut. Dan Gretha langsung menatap curiga pada Sakya.
"Dia siapa?" Tanya Gretha seraya menunjuk pada Sakya.
"Dia temanku. Dokter juga," jelas dokter yang merupakan teman Sakya tersebut.
Tadi sebenarnya Sakya dan temannya yang bernama dokter Caleb tersebut sedang mengobrol ringan karena jam praktek Sakya yang kebetulan jugavsudah berakhir dan pasien dokter Caleb yang tadinya juga sudah tak ada. Namun di tengah-tengah obrolan keduanya, tiba-tiba Gretha datang dan mengatakan ingin berkonsultasi dengan dokter Caleb. Jadilah Sakya bersembunyi di dalam ruang periksa sembari menunggu dan juga mendengarkan konsultasi Gretha pada dokter Caleb.
"Dokter spOG juga?" Tanya Gretha lagi penasaran.
"Dokter orthopedi!" Jawab Sakya cepat seraya mengulurkan tangannya pada Gretha.
"Gretha," ucap Gretha menyebutkan namanya dengan sedikit lebay.
"Sakya!"
"Jadi bagaimana, Dokter Caleb?" Gretha membaca nama dokter di depannya tersebut dari nametag yang terbordir di jas dokternya.
"Apanya yang bagaimana?"
"Soal tadi, saya bisa tidak dibuat tidak perawan lagi?" Tanya Gretha dengan raut wajah yang serius.
"Tidak bisa, Gretha! Seperti yang aku bilang tadi, jika pacarmu mengajakmu check in ke hotel. Sebaiknya kau menolak!" Nasehat dokter Caleb panjang lebar pada Gretha.
"Jangan melakukan hubungan suami istri sebelum menikah!" Imbuh dokter Caleb lagi seraya membentuk tanda silang dengan kedua lengannya.
"Bahaya!"
"Betul!" Timpal Sakya membenarkan.
"Tapi saya mencintai pacar saya, Dok! Dia itu cowok paling populer di sekolah dulu!" Cerita Gretha beralasan
"Cowok populer tapi pasti playboy!" Tebak Sakya sok tahu.
"Enggak, Dok! Pacarnya cuma saya, kok!" Jawab Gretha membela sang pacar.
"Tapi dia cowok brengsek karena mengajakmu check in ke hotel sebelum menikah!" Ujar Sakya lagi yang mendadak merasa geregetan.
"Tapi kata Jenny, itu hal wajar di jaman sekarang! Untuk membuktikan kesetiaan!" Sergah Gretha yang ternyata begitu jeras kepala.
Sakya dan dokter Caleb saling bertukar pandang dan keduanya benar-benar geleng-geleng kepala dengan sikap keras kepala Gretha padahal sebenarnya gadis ini juga masih polos.
Bagaimana ceritanya dia bisa pergi ke dokter kandungan, lalu minta dibuat tidak perawan lagi?
Kalau misalnya dia bertemu dokter yang ternyata berjiwa brengsek bagaimana?
"Kesetiaan dalam berpacaran tak harus dibuktikan dengan hubungan badan sebelum menikah, Gretha!" Ucap Sakya akhirnya mencoba menasehati Gretha sekali lagi.
"Ck! Kok dokter malah nyeramahin saya, sih! Ganteng-ganteng tapi nyebelin!" Omel Gretha pada Sakya yang berekspresi sok tersinggung.
Eh, tapi barusan Gretha kan muji Sakya ganteng! Berarti Sakya memang ganteng, ya?
Sementara dokter Caleb hanya menahan tawa melihat Gretha yang kini mengomeli Sakya.
Gretha kemudian bangkit berdiri dan menyampirkan tasnya di pundak.
"Yaudah, kalau memang dokter Caleb tidak bisa membuat saya menjadi tidak perawan lagi, saya akan mencari dokter lain!" Ucap Gretha yang langsung membuat Sakya dan dokter Caleb kembali bertukar pandang.
"Gretha, sebaiknya kau tidak usah kencan bersama pacarmu yang brengsek itu!" Nasehat Sakya sekali lagi seraya menahan Gretha yang hendak pergi.
"Apa, sih! Saya mencintai pacar saya, Dok! Jadi dokter jangan melarang-larang saya!" Sergah Gretha keras kepala.
"Saya akan memcari dokter lain yang bisa membuat saya tidak perawan lagi-"
"Sakya bisa melakukannya!" Cetus dokter Caleb tiba-tiba yang langsung membuat Sakya membeliak.
"Kok aku?" Sakya menatap tak paham pada dokter Caleb.
"Karena aku sudah menikah! Kau kan masih single! Jomblo juga!" Dokter Caleb menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya dan tak lupa mengingatkan tentang status Sakya yang memang masih jomblo.
Bukan jomblo ngenes tapi!
Sakya juga pernah pacaran, kok!
Meskipun akhirnya putus di tengah jalan karena Sakya sedang mengejar gelar dokternya waktu itu dan sang pacar yang katanya kurang perhatian dari Sakya.
Ya, ya, ya!
Nasib mahasiswa kedokteran kala itu!
"Benar, dokter Sakya bisa melakukannya?" Tanya Gretha menatap penuh selidik pada Sakya.
"Soal itu...." Sakya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dokter Caleb kemudian membisikkan sesuatu pada Sakya.
"Bisik-bisik apa?" Tanya Gretha penasaran.
"Bukan apa-apa!" Jawab Sakya seraya tersenyum pada Gretha.
"Jadi, dokter Sakya bisa melakukannya tidak?" Tanya Gretha sekali lagi pada Sakya.
"Bisa!" Jawab Sakya seyakin mungkin.
"Gretha, kapan kamu ketemu sama pacarmu yang brengsek itu?" Tanya Sakya selanjutnya pada Gretha.
"Pacar saya tidak brengsek, Dok! Kami kencannya nanti malam. Mumpung Mom dan Dad di luar kota!"
"Karena kalau Mom dan Dad di rumah, Gretha nggak pernah dikasih izin keluar malam," cerita Gretha yang entah mengapa malah lebih mirip curhatan.
"Nanti malam? Jam berapa?" Cecar Sakya lagi.
"Kok tanyanya mendetail begitu? Dokter Sakya mau mengintip pas saya kencan, ya?" Tuduh Gretha yang langsung membuat Sakya menggeleng.
"Bukan begitu! Tapi akan lebih bagus kalau aku melakukan tugasku itu mepet-mepet sama waktu kencan kamu!" Jelas Sakya berusaha meyakinkan Gretha.
"Oh. Nanti malam kata Jenny kami kumpul di rumah Jenny, lalu nanti ke villa bareng." Jelas Gretha akhirnya.
"Tadi katanya mau check in ke hotel?" Tanya Dokter Caleb sedikit bingung karena penjelasan Gretha yang plin plan dan berubah-ubah.
"Hehe, Gretha lupa, Dok! Check in-nya ke villa punya Jenny di atas bukit," jelas Gretha lagi menatap bergantian pada Sakya dan dokter Caleb.
"Jadi bagaimana dokter Sakya? Apa bisa dimulai sekarang karena ini juga sudah sore! Nanti Gretha masih harus siap-siap." Tukas Gretha yang langsung membuat Sakya kembali garuk-garuk.
"Iya, bisa! Tapi tidak disini!" Jawab Sakya yang akhirnya mengajak Gretha untuk keluar dari poli kandungan dan juga dari rumah sakit.
Sakya juga bingung harus mengajak Gretha kemana sekarang.
.
.
.
Hai hai!
Kita ketemu sama Sak bukan sak semen melainkan Sakya Abraham dan Greget alias Gretha Orlando.
Sakya Abraham anaknya Zayn Abraham dan Thalita Halley. Adiknya Zeline Abraham .
Oke sudah kenal semua!
Gretha Orlando anaknya Matthew Orlando dan Melody.
Kok Gretha bisa polos banget, Bund?
😅😅😅
Nanti ada penjelasannya.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
💜 Zayn Abraham & Thalita Halley ada di "Cinta Gadis Kembar yang Tertukar"
💜 Zeline Abraham & Gavin R. Diba ada di "Telat Nikah (Zeline dan Gavin)"
💜 Matthew Orlando & Melody Safira ada di "Mendadak Jadi Nona Muda"
Sekian, terima gaji!
"Pak Dokter, kita sebenarnya mau kemana? Kok sejak tadi kita cuma muter-muter?" Tanya Gretha akhirnya setelah sejak tadi Sakya memang hanya mengajaknya berkeliling tanoa arah dan tujuan. Sakya juga sebenarnya bingung mau mengajak Gretha kemana.
"Ini sudah keburu malam, Pak Dokter! Nanti Gretha keburu ditinggal sama Jenny ke villa!" Ujar Gretha lagi yang mulai terlihat resah. Gadis itu berulang kali melihat ke jam tangan yang melingkar di lengan mungilnya.
Ya, gadis di depan Sakya itu memang terlihat mungil. Sesuai dengan usianya yang memang masih delapan belas tahun!
"Mmmm, kalau aku antar langsung ke villa Jenny, bagaimana?" Tawar Sakya akhirnya pada Gretha.
"Tapi Pak Dokter belum jadi membuat saya tidak perawan!" Sergah Gretha yang seolah mengingatkan Sakya kalau tujuan gadis itu tadi pergi bersama Sakya adalah untuk membuatnya tidak perawan lagi.
Hhhh!
Sakya padahal tak mungkin melakukannya, karena Sakya memang bukan pria brengsek!
"Nanti kita lakukan di dekat villa-nya Jenny saja!" Ujar Sakya akhirnya menjawab tagihan Gretha barusan. Kedua bola mata Gretha sontak langsung membulat dengan lucu.
"Di dalam mobil, Pak Dokter?" Tanya Gretha tetap dengan bola mata yang membulat.
"I.....ya!" Sakya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Apanya juga yang di dalam mobil?
Seperti Gretha paham saja!
"Baiklah!" Gretha terlihat bersorak, seolah acara untuk membuat gadis itu kehilangan keperawanan, adalah sebuah acara yang menyenangkan.
Mungkin dipikirnya akan seperti acara menjatuhkankan isian pinata di acara ulang tahun. Dasar Gretha!
"Jadi, Villa Jenny kemana?" Tanya Sakya selanjutnya pada Gretha.
"Sebentar, Pak Dokter! Aku tanya Jenny dulu!" Jawab Gretha yang kemudian lanjut menelepon sang teman yang bernama Jenny.
Lah!
Sakya kira Gretha sudah tahu!
Sakya kembali garuk-garuk kepala dan menunggu Gretha yang katanya mau menelepon Jenny.
"Sekarang kalian udah dimana?" Tanya Gretha pada Jenny yang tadi lama sekali mengangkat telepon.
"Udah mau berangkat ke villa ini, Gre! Kamu jadi ikut nggak, sih?"
"Aku nyusul sendiri saja, ya! Boleh minta alamat villa kamu yang lengkap, Jen?"
"Maksudnya nyusul? Kamu pergi sama siapa?"
"Sana supir aku!" Jawab Gretha seraya menatap pada Sakya yang langsung berekspresi kaget karena disebut supir oleh Gretha. Namun jemudian, Gretha sehera memasang wajah manis, serta membentuk jarinya jadi V ke arah Sakya sebagai tanda perdamaian.
"Nggak jadi pergi sama Haruan? Dia udah nungguin kamu ini lho! Katanya mau senang-senang berdua di villa?"
"Mana mana? Aku mau ngomong sama Uan!" Nada bicara Gretha sudah berubah jadi sok imut dan sok manja. Sakya sedikit mencibir melihat oerubahan ekspresi wajah gadis di sampingnya tersebut.
Aneh!
"Gre, gimana? Jadi senang-senang ke villa?"
"Jadi, dong, Uan!" Jawab Gretha tetap dengan ekspresi wajah lebay.
"Trus, kok belum datang?"
"Nanti aku nyusul sama supir aku, Uan!" Gretha kembali meringis pada Sakya yang hanya memutar bola mata.
"Oh, begitu! Baiklah. Tapi tetap datang, kan?"
"Iya pasti datang, dong, Uan! Kan kita mau senang-senang!" Jawab Gretha kembali dengan ekspresi wajah lebay.
"Alamat villa!" Sakya berbisik pada Gretha untuk mengingatkan gadis yang masih berekspresi lebay itu.
"Apa, Pak Dokter?" Tanya Gretha cukup keras dan sepertinya gadis itu lupa kalau teleponnya pada sang pacar masih tersambung.
"Pak Dokter? Kamu lagi sama siapa memangnya Gre?"
"Hah! Eh, aku lagi sama supir aku! Mau berangkat ke villa!" Jawab Gretha cepat yangvterlihat gelagapan. Berbeda denga Sakya yang malah mengulum senyum dan berusaha menahan tawa.
"Kok tadi panggil Pak Dokter? Kamu selingkuh di belakang aku?"
"Enggak, Uan! Enggak! Sumpah, suwer!" Gretha semakin gelagapan dan Sakya semakin tak bisa menahan tawa.
"Uan, jangan marah, dong! Pacar aku cuma kamu, Uan! Nanti kita senang-senang di villa, ya!" Cerocos Gretha lagi yang sepertinya berusaha untuk membujuk sang pacar.
"Yaudah! Buruan kamu nyusul! Ini kita disini udah mau berangkat!"
"Iya, aku langsung nyusul! Kirim alamat villa-nya Jenny dulu, biar qku nggak nyasar!" Ujar Gretha lagi yang ternyata masih ingat. Tadi Sakya kira gadis ini lupa.
"Kirim lewat pesan kata Jenny!"
"Baiklah, aku tunggu. Bye!" Pungkas Gretha seraya bernafas lega seolah baru saja melakukan hal melegakan.
"Ish! Pak Dokter tadi pakai acara bisik-bisik jenapa, sih? Uan kan jadi marah ke aku!" Omel Gretha pada Sakya yang hanya berekspresi datar.
"Uan itu siapa memangnya?" Tanya Sakya pura-pura kepo.
"Pacar aku, Pak Dokter! Yang mau senang-senang sama aku. Tapi dia maunya aku yang udah pengalaman." Gretha memainkan kedua telunjuknya.
"Nanti beneran Pak Dokter bisa bikin aku nggak perawan lagi, kan! Biar Uan ngiranya aku udah pengalaman," lanjut Gretha lagi seraya menatap Sakya dengan puppy eye.
Rasanya Sakya ingin garuk-garuk aspal sekarang!
Ping!
Terdengar suara dari ponsel Gretha. Gadis itu bergegas membukanya.
"Alamat villa Jenny, Pak Dokter!" Gretha menunjukkan layar ponselnya pada Sakya.
"Pak Dokter tahu?" Tanya Gretha lagi pada Sakya yang masih membaca alamat di layar ponsel Gretha.
"Iya, tahu!" Jawab Sakya sedikit malas.
"Ayo ke sana cepat, Pak Dokter!" Ajak Gretha penuh semangat seperti mau mendapatkan hadiah saja. Padahal mau dikadali sama pria bernama Uan Uan tadi.
"Iya!"
"Ke pom dulu, ya! Bahan bakar habis," ujar Sakya beralasan seraya menunjuk ke jarum penunjuk jumlah bahan bakar di dashboard mobil.
"Ish! Kenapa nggak dari tadi habisnya?" Gerutu Gretha seraya bersedekap dan merengut. Sakya hanya mengendikkan bahu dan segera mencari stasiun pengisian bahan bakar terdekat, sebelum lanjut pergi ke villa Jenny.
Tapi sepertinya Sakya harus mencari ide agar Gretha tak usah ke villa Jenny. Tak sampai hati rasanya Sakya melihat gadis polos ini dikadali teman-temannya.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
"Hoaaaaaam!" Gretha menguap lebar, saat mobil Sakya tak kunjung tiba di villa Jenny.
"Pak Dokter, masih jauh villa-nya, ya?" Tanya Gretha yang sepertinya sudah mulai mengantuk.
"Iya, masih jauh!" Jawab Sakya yang pura-pura fokus dengan jalan di depannya, sambil sesekali menoleh pada Gretha. Sakya masih sambil memikirkan cara untuk membuat Gretha batal ke villa Jenny. Tadi sudah pakai cara berputar-putar di jalan agar tak kunjung sampai. Tapi Gretha ternyata peka dan langsung protes. Jadilah Sakya harus mencari cara lain.
Andai Gretha tertidur, mungkin Sakya akan langsung dengan cepat mengajaknya putar balik dan pulang. Tapi meskipun gadis di samping Sakya itu sudah menguap berkali-kali, kedua matanya masih saja terbuka lebar dan tak kunjung terpejam.
Ya ampun!
Masa iya Sakya harus mengantarnya ke villa Jenny?
"Pak Dokter, Pak Dokter!" Seruan Gretha seketika langsung membuyarkan lamunan Sakya.
"Berhenti dulu, Pak Dokter!" Ucao Gretha lagi yang langsung membuat Sakya menepikan mobilnya dan berhenti.
"Ada apa?" Tanya Sakya pada Gretha yang berulang kali melongok ke belakang, dimana ada mobil yang berhenti beberapa meter dari mobil Sakya. Sepertinya tengah ganti ban.
"Itu kok kayak mobil teman-temannya Gretha, ya?" Gretha masih celingukan dan memastikan sambil melongok-longok lewat kaca jendela mobil.
"Benar teman kamu bukan? Nanti salah orang!" Tanya Sakya memastikan. Suasana di luar mobil memang minim cahaya karena ini adalah jalan yang mengarah ke luar kota.
"Bisa turun dulu buat mastiin nggak, Pak Dokter? Takutnya itu benar-benar teman Gretha," tanya Gretha yang sudah melepaskan sabuk pengaman.
"Sebentar, sebentar! Aku temani!" Sergah Sakya cepat yang sedikit parno dengan mobil di belakang yang dipikir Gretha adalah teman-temannya tersebut.
Bagaimana kalau ternyata begal atau orang jahat? Mana Sakya tidak bawa alat perlindungan diri!
Ya sudahlah!
Modal bogem dan otot yang setiap hari Sakya latih ini saja!
"Gretha, jangan turun duluan!" Cegah Sakya saat Gretha hendak membuka pintu.
"Kenapa, sih, Pak Dokter? Lebay!" Cibir Gretha yang tak jadi membuka pintu mobil. Sakya sudah turun duluan, lalu pria itu mengitari mobil, dan membukakan pintu untuk Gretha.
"Oh, Pak Dokter mau bukain pintu buat Gretha? Kenapa nggak bilang langsung aja, sih?" Cerocos Gretha yang tak ditanggapi oleh Sakya.
Gretha baru turun dari mobil, saat ada dua orang dari mobil di belakang yang menghampiri mobil Sakya.
"Permisi-"
"Uan!" Pekik Gretha lebay yang langsung bersorak, saat ternyata dua orang yang hendak menghampiri Sakya dan Gretha tadi adalah teman-teman Gretha.
Sepertinya memang benar, kalau mobil yang berhenti di sisi jalan tadi adalah rombongan teman-teman Gretha.
"Pak Dokter, lihat! Mereka benar-benar teman Gretha!" Seru Gretha pada Sakya yang hanya manggut-manggut.
"Pak dokter? Dia siapa, Gretha?'" Tanya Uan yang terlihat langsung nenjaga jarak dari Gretha seraya menatap aneh pada gadis itu.
"Eh, dia sopir aku." Gretha terlihat salah tingkah atau mungkin sedang kalang kabut karena sang pacar memergokinya pergi bersama seorang pria dewasa?
Bagus juga ini dijadikan alasan agar Gretha tak jadi pergi bersama teman-teman brengseknya.
"Iya itu sopir aku!" Ujar Gretha lagi berusaha menjelaskan pada Uan sembari jarinya menunjuk ke arah Sakya.
"Pak Dok-"
"Eh, Pak! Bapak sopir saya, kan?" Gretha mengerling beberapa kali pada Sakya seolah memberikan kode agar Sakya mau menbantu Gretha berakting.
Enak saja!
Sakya tak mau membantu Gretha!
"Benar sopir kamu? Kok penampilannya tak seperti seorang sopir?" Tanya Uan memicing curiga pada Gretha.
"Beneran sopir aku itu, Uan! Suwer!"
"Iya kan, Pak? Bapak supir aku, kan?" Gretha kembali berseru pada Sakya.
"Bukan!" Jawab Sakya to the point yang langsung membuat kedua mata Gretha melebar dengan lucu.
"Itu bukan katanya!" Uan semakin menjaga jarak dari Gretha.
"Kamu selingkuh di belakang aku, Gre?" Tanya Uan lagi yang semakin membuat Gretha kalang kabut.
"Enggak, Uan! Aku nggak selingkuh!" Gretha mengibas-ngibaskan tangannya di depan Uan. Sementara Sakya malah sudah menghampiri dan mendekati Gretha.
"Ayo pulang, Sayang!" Ajak Sakya sok mesra seraya merangkul pundak Gretha yang langsung menyentaknyq.
"Iih! Pak Dokter apaan, sih? Kok panggil sayang?" Protes Gretha yang tentu saja turut didengar oleh Uan.
"Pak Dokter? Jadi ini yang sama kamu pas kita teleponan tadi! Benar kamu selingkuh di belakang aku?" Cecar Uan lagi yang kembali membuat Gretha kalang kabut.
"Uan, enggak! Aku nggak selingkuh!" Gretha mencoba membujuk dan meyakinkan sang pacar. Namun pemuda beraa Uan tadi malah semakin beringsut menjauhi Gretha.
"Kenapa Uan?" Tanya Jenny yang sudah ikut menghampiri Uan dan Gretha yang tengah berdebat.
"Gretha selingkuh di belakang aku!"
"Sama om om lagi!" Lapor Uan pada Jenny.
"Enggak! Aku nggak selingkuh! Sumpah! Suwer!" Gretha terus berusaha meyakinkan kedua temannya, sementara Sakya malah tertawa penuh kemenangan di dalam hati.
"Pak Dokter! Bantu Gretha jelasin ke Uan dan Jenny kalau kita nggak selingkuh!" Pinta Gretha pada Sakya yang malah berekspresi datar.
"Pak Dokter, iiih!" Gretha mulai geregetan pada Sakya sekarang.
"Ck! Jadi kamu itu simpanan om om, Gre?" Cibir Jenny yang langsung membuat Gretha geleng-geleng kepala.
"Enggak, Jen!"
"Trus itu siapa? Yang kamu panggil Pak Dokter?" Cecar Jenny lagi pada Gretha.
"Itu Pak Dokter! Tapi dia bukan selingkuhan aku, Uan!"
"Udahlah! Nggak usah ngelak lagi!" Sergah Uan yang sudah balik kanan dan hebdak kembali ke mobil.
"Uan!" Panggil Gretha yang buru-buru mengejar Uan.
"Uan, dengerin dulu penjelasan aku!"
"Enggak!" Jawab Uan ketus.
"Jenny!" Gretha ganti memohon pada Jenny.
"Bantu jelasin ke Uan, Jen!" Mohon Gretha pada sang teman.
"Enggak, males!"
"Pura-pura polos tapi ternyata simpanan om om kamu!" Cibir Jenny sekali lagi pada Gretha sebelum kemudian gadis itu menyusul Uan ke mobil.
"Uan!" Gretha masih berusaha untuk mengejar Uan dan Jenny, sebelum akhirnya mobil yang ditumpangi dua remaja itu melaju pergi.
"Uan, Jenny! Dengerin dulu penjelasan aku!" Teriak Gretha merasa frustasi pada teman-temannya yang sudah pergi meninggalkan gadis itu.
"Aku nggak selingkuh!" Isak Gretha lagi yang kininsudah berjongkok di pinggir jalan. Buru-buru Sakya menghampiri Gretha untuk membujuk gadis itu agar kembali lagi ke mobil.
"Enggak!" Tolak Gretha pada Sakya dengan nada galak.
"Ini semua gara-gara Pak Dokter!" Sergah Gretha lagi yang sudah ganti menyalahkan Sakya.
"Iya, gara-gara aku! Ayo pulang!" Ajak Sakya sekali lagi pada Gretha.
"Enggak! Gretha nggak mau pulang sama Pak Dokter!" Tolak Gretha keras kepala.
"Trus kamu mau pulang sama siapa? Ini sudah malam, Gretha!" Ujar Sakya mengingatkan Gretha yang masih berjongkok seraya merengut di pinggir jalan.
"Ayo pu-".
"Enggak!' Gretha kembali menyalak pada Sakya. Dan Sakya yang akhirnya hilang kesabaran, segera membopong Gretha dan membawa gadis itu masuk ke dalam mobilnya.
"Enggak mau!"
"Lepasin Gretha, Pak Dokter!" Ronta Gretha sembari memukul-mukul punggung Sakya, karena kini Sakya membopong Gretha dengan posisi di pundak sebelah kanan bak karung beras.
"Lepasin Gretha!"
"Lepasin Gretha, Pak Dokter!"
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!