Dulu waktu baru datang hampir tiap hari Ilham mengeluh tidak betah karena terpencil, jauh dari kota kabupaten. Bila mau ke kabupaten Ketapang Kalimantan Barat memakan waktu sekitar delapan jam dengan bus . Bila musim kemarau debunya minta ampun kadang disertai kabut asap kebakaran hutan atau gambut. Bila musim hujan jalanan licin berlumpur ,salah ambil jalan ban bisa tertanam dan sulit keluar kalau tidak ditarik truk atau kendaraan lain. Kalau mau ke Pangkalanbun ibu kota kabupaten Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah menempuh waktu perjalanan sekitar delapan jam melewati ribuan hektar perkebunan kelapa sawit yang menyerupai labirin raksasa. Salah ambil rute satu blok saja fatal akibatnya bisa dua hari dua malam muter muter diperkebunan. Untungnya masyarakat pribumi tidak ada yang jail seperti dikota kota besar. Mereka memutar searah saja papan petunjuk jalan yang hanya terbuat dari potongan papan dan ditulis dengan arang atau buah pinang, maka tersesatlah pengguna jalan.
Desa Air Durian masuk wilayah kecamatan Air Upas kabupaten Ketapang. Dulu desa ini dan sembilan desa lain disekitarnya merupakan daerah terisolir karena jauh kemana mana. Tapi meski pun terisolir warga desa yang keturunan suku dayak bunsu ini punya penghasilan dari menyadap karet selain menanam padi dengan cara tugal. Roda perekonomian dengan jual beli menggunakan mata uang dan bukan barter sudah berjalan lama. Pedagang pedagang cina asal Ketapang atau Pontianak rela tinggal di pedalaman mendirikan rumah dan toko sembako disitu untuk warga desa Air Durian dan warga sembilan desa lainnya. Mereka para taoke itu cepat beradaptasi dengan masyarakar setempat kemudian menawarkan sistem jual beli yang saling menguntungkan. Mereka diperbolehkan bon dulu barang barang kebutuhan sehari hari nanti bila hasil sadapan karet terkumpul ditimbang dan dibeli oleh para taoke seberapa hasilnya dipotong hutang. Banyak warga yang masih punya sisa pembayaran karet setelah dipotong hutang. Ada juga yang pas pasan bahkan minus. Sayangnya masih saja ada warga yang belum bisa meninggalkan kebiasaan lama. Dengan sisa uang pembayaran setelah dipotong hutang bukannya ditabung untuk keperluan lain, akan tetapi untuk pesta pesta begendang sambil minum tuak.
Pendeta Stanley terpana melihat kedatangan Nikky di gereja pagi itu mengikuti kebaktian pertama. Pagi itu Nikky mengenakan stelan putih berenda . Wajah polos tanpa make up namun memancarkan aura yang mempesona. Dulu saat pertama kali pendeta Stanley membawa misi keagamaan di desa tersebut, warga desa masih belum bisa menerima agama baru itu. Mereka masih setia pada kepercayaan nenek moyang yaitu hindu kaharingan. Seiring perjalanan waktu dan kesabaran pendeta Stanley seorang demi seorang mulai menerima ajaran kristen protestan termasuk Nikky.
"Puji Tuhan, pagi ini kamu sangat cantik.' ujar pendeta Stanley membuat pipi Nikky memerah.
Mandor Sembiring pun sejak tadi mencuri curi pandang ke arah Nikky sampai dicubit istrinya.
Pulang dari gereja Nikky singgah ditoko koh A siong beli gula dan ragi. Nenek mau belajar bikin tapai singkong . Kemarin sepulang menyadap karet bersama Nikky mereka singgah dirumah Kirno, kebetulan ia tengah membuat tapai singkong.
" Pacarku mau beli apa ini?" goda koh A siong.
"jangan koh dia sudah ada yang punya!" seru Lingsai yang tengah nimbang karet.
"Sebelum ada janur melengkung boleh aja kan usaha."
Kadang Nikky malas ke warung karena setiap kali ada saja yang menggoda seperti koh A siong siang itu. Pasti istrinya lagi di Ketapang itu, coba kalau ada istrinya, ia jinak tidak berkutik.
Saat ganti pakaian Nikky memandang wajahnya dicermin. Sejak ia berhubungan intim dengan Ilham sehari lalu hampir setiap lelaki memujinya. Ia bertanya tanya dalam hati, apa mungkin Ilham punya hubungan darah dengannya. Sepeninggalan ibunya nenek peenah berpesan agar jangan sekali kali berhubungan intim dengan lelaki kecuali masih sedarah. Sampai saat ini Nikky tidak tau apa yang dimaksud neneknya. Beberapa tahun lalu sebelum Ilham datang Nikky pernah mengalami kejadian aneh yang tidak bisa dijelaskan oleh dirinya sendiri. Saat menyadap karet sendirian ia disekap dua orang lelaki tak dikenal. Ia dibawa ke tengah tengah perkebunan dan dioerkosa oleh kedua lelaki tersebut. Seingat Nikky ia pingsan dan ketika bangun sudah terbaring dikamarnya. Keesokan harinya warga desa dihebohkan penemuan mayat dua lelaki diperkebunan karet. Tubuh kedua lelaki itu hancur terkoyak koyak. Dugaan sementara mereka tewas diserang beruang madu. Nikky tidak tau apakah kedua lelaki itu adalah orang yang memperkosanya, pagi itu ia hanya merasa tubuhnya segar meski pun area kewanitaanya terasa ngilu ngilu. Ada lagi kejadian lain yang tidak kalah membingungkan. Saat itu Nikky pacaran dengan Leman pemuda desa Gahang. Pada puncak acara peringatan hari kemerdekaan RI, di balai desa Air Durian ada pertunjukkan orkes. Masyarakat yang datang tidak saja dari desa Air Durian namun dari desa desa lain termasuk desa Gahang. Pada saat perhatian warga terfokus pada jalannya pertunjukkan, Nikky dan Leman justru menjauh. Mereka lebih nyaman dan leluasa berduaan dibelakang gudang balai desa. Tidak seorang pun yang melihat karena terlindung tingginya rumput gajah yang tumbuh subur disekitar gudang. Mulanya Leman hanya membelai dan meremas jemari tangan Nikky, namun ketika hasrat makin menggelegak, jemari tangannya pun kian liar menggerayangi bagian sensitif. Nikky pasrah. Ketika hasrat terpuaskan, tubuh Nikky menggelinjang selanjutnya pingsan dan ketika sadar ia telah terbaring dikamarnya. Keesokan harinya terdengar kabar bahwa Leman tewas dimangsa binatang buas. Tubuhnya hancur terkoyak koyak.
"Kamu belum cukup dewasa untuk mengetahui siapa dirimu. "
Hanya itu yang selalu dikatakan nenek setiap kali Nikky bertanya tentang keanehan pada dirinya. Kenapa setiap lelaki yang menyetubuhi dirinya selalu tewas mengenaskan.
Dulu kakek Nikky adalah seorang tumenggung dikerajaan Manis Mata. Karena ia ketahuan mempelajari ilmu yang hanya diperbolehkan bagi raja, patih dan adipati, kakek Nikky ditangkap. Sebelum diadili ia berhasil melarikan diri sampai desa Air Durian. Karena kedigdayaannya kakek Nikky diangkat oleh masyarakat desa setempat sebagai kepala adat hingga akhir hayatnya. Sementara pengejaran pasukan kerajaan Manis Mata terhadap kakeknya Nikky terhenti karena Kerajaan Manis Mata runtuh. Kedudukan kepala adat desa Air Durian digantikan oleh ayah Nikky. Dua tahun berselang ayah Nikky terbunuh karena ambisi kekuasaan dari tokoh desa lain. Setahap demi setahap pemerintah daerah mulai menata desa desa di kawasan kecamatan Tumbag Titi, Marau dan Air Upas, menjadi wilayah yang memiliki otoritas hukum jelas. Apalagi setelah beberapa perusahaan besar masuk untuk mengalihfungsikan hutan rimba menjadi hutan industri dengan membuka lahan perkebunan kelapa sawit. Geliat perekonomian mulai tampak. Kaum urban pun berdatangan baik sebagai tenaga ahli mau pun buruh kasar di perkebunan. Dalam beberapa warsa terjadi asimilasi adat dan budaya dan yang lebih penting adalah pemerataan segala sektor. Kini desa Air Durian setara dengan desa desa lain dibelahan nusantara yang memiliki hak menikmati ataa tanah leluhur mereka dengan sistem terbarukan tanpa menghapus adat dan budaya leluhur.
bersambung...
Hujan yang mengguyur kawasan perkebunan kelapa sawit di desa air durian dan sekitarnya menghanyutkan permukaan jalan yang berstruktur pasir campur koral serta tanah liat. Dengan terkikisnya lapisan jalan muncul batu batu putih bening trasparan berbentuk kristal segi enam dan meruncing dibagian atasnya. Warga jalur 11 ujung yang berbatasan dengan kecamatan air hitam, heboh melihat kemunculan bebatuan aneh itu terurama kaum lelaki.
"Ini kecubung Jas," kata salah seorang warga yang tau tentang batu batu permata.
"Kalau di Banjar namanya kecubung air."
Warga dirumah ujung ada yang menemukan warna keungu unguan. Ada pula yang menemukan warna semacam teh ada pula yang berwarna putih bening namun didalamnya terdapat nofkah notkah garis abstrak. Yakin kalau itu benar benar batu kecubung, warga yang mayoritas berasal dari jawa itu makin bersemangat mencongkel satu persatu berbagai warna dan ukuran mulai ibu jari sampai sebesar gagang sapu. Dua orang warga lokal Maliki dan Nusui melintas menyandang senjata lantak laras panjang dibahu siap berburu.
"Pada nyari apa pak?" tanya Nusui pada Alek.
"Batu kecubung." ujar Akek.
"Batu jelek jelek gitu buat apa." kata Maliki sambil berlalu.
"Maliki...! tunggu !" seru Alek mengejar mereka berdua.
"Dimana banyak kecubung bagus pak.?"
"Ditempat adik saya. Air Hitam."
"Kapan kapan kita kesana yuk"
"Minggu besuk kami kesana."
Alek girang diijinkan ikut mereka.
Hari minggu Alek, Jasri, Man dan Maliki berangkat ke rumah adiknya Maliki di Air Hitam. Selepas perbatasan kecamatan Air Upas dan Air Hitam, mereka menerobos perkebunan inti kelapa sawit milik PT. Sawit Lestari, sedang perkebunan plasma milik warga Air Durian dikelola PT. Poliplan Sejahtera. Sebenarnya ada jalan propinsi kemudian diteruskan jalan kecamatan, namun memutar cukup jauh. Maliki pun potong kompas lewat inclaf warga, hutan sempalan milik warga yang tidak bersedia dialih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. Kata Maliki tanah adat milik yohanes ini memang sudah lama dipersengketakan antara Yohanes dan pihak PT. SL namun sampai saat ini belum ada keputusan dari pemkab Ketapang.
"Katanya disini banyak pohon gaharu ya ?" tanya Alek.
"Banyak pak. Sampai sekarang aja masih banyak, cuma ditutupi warga."
"Mana Ki?!"
Maliki berhenti. Memetik selembar daun kemudian diremas remas sambil komat kamit. Daun yang sudah hancur ditebar keatas.
"Na, itu gaharu. Itu gaharu."
Mereka bertiga tercengang. Ilmu apa yang dipakai tadi.
Dulu sebelum perkebunan kelapa sawit dibuka, orang orang dari luar menebang kayu untuk diolah dalam berbagai ukuran. Makanya disepanjang sungai arut selatan tampak camp camp sawmil pengolahan kayu. Ketika kayu rimba campuran mulai habis seperti kruing, kamper, kayu ulin, orang orang berburu kayu gaharu.
Kayu kaharu termasuk tanaman langka dan banyak manfaatnya diantaranya untuk dupa, kosmetik, medis dan mistik. Karena kegunaan dan kelangkaannya itulah harga kayu kaharu bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta perkilonya tergantung kwalitas. Selama ini masyarakat awam belum tau banyak tentang kayu dari syurga ini. Kayu yang banyak dijual dipasaran dengan harga puluhan ribu rupiah itu hanya kilit dan batangnya. Ada pun yang dicari oleh para pemburu kayu kaharu berada pada inti batang berwarna coklat tua. Tidak sepanjang batang terdapat galih atau inti kagaru. Kadang diatas, ditengah atau dibawah dan tidak semua pohon ada inti kaharunya tergantung proses mikroba fusarium mengolah resin kayu tersebut. Peoses alami itu terjadi sampai puluhan bahkan ratusan tahun.
Sampai di rumah adiknya Maliki di Air Hitam, pukul sepuluh. Alek dan kedua temannya heran begitu masuk rumah adiknya Maliki. Diatas pintu masuk terdapat lafal "Bismillahirohmannirrohim." padahal mereka penganut hindu kaharingan, agama nenek moyang mereka. Saat ditanya untuk apa lafal itu mereka menjawab untuk mengusir hantu. Disudut ruang ada hiasan dinding berupa piring melamin Tiongkok dari dinasty Ming. Dari mana lagi mereka dapat barang berharga seperti ini. Dulu katanya barang barang seperti itu banyak. Tapi habis satu demi satu dibeli orang luar dengan harga murah.
"Ini pada mau kemana ." tanya Hainan, suami adiknya Maliki.
"Mau cari kecubung ungu." jawab Alek.
Hainan tersenyum. Lalu ia menjelaskan bahwa kecubungn ungu itu memang banyak didaerah sini , tapi harus digali dulu kadang sampai puluhan meter kedalam tanah, itu yang kwalitas super. Kalau yang biasa dikebun belakang aja kadang ada saat mencangkul. Beberapa bulan lalu seorang pekerja pembangunan jalan kebetulan dapat intinya dekat sungai itu. Tidak banyak paling satu ember kecil tapi super. Para penambang batu kecubung dari Banjar atau kota kota lain sekarang lagi rame nambang di Air Tarap dan Air Bulan. Biasanya ada yang menemukan jalur bebatuan disana. Butuh waktu berhari hari bila mau menambang. Itu pun belum tentu dapat.
Bayangan Alek dan kedua temannya dapat kecubung ungu buyar seketika.
"Makan dulu kak " ujar istri Hainan.
Setelah melakukan perjalan jauh mereka lahap menyantap makanan yang dihidangkan. Usai makan mereka cuci tangan dibelakang dan terkejut melihat kepala **** segede itu, sontak mereka menutup mulut. Istri Hainan tertawa.
"Yang dimasak tadi itu rusa pak bukan itu. Daging babinya sudah habis dijual kemarin. Kita juga tau kok soal itu" kata istri Hainan. Alek dan kedua temannya tersipu.
"Kemarin malam saya berburu dapat **** sama rusa." ujar Hainan.
"Pake lantak ya nembaknya?"
"Iya pak "
Jasri berdiri termangu mangu memandang pohon tinggi dari samping rumah. Pohon itu tingginya kira kira satu setengah pohon kelapa. Dari bawah hingga keatas ada semacam pasak kira kira tigapuluh centimeter tertancap sepanjang batang pohon. Kata Hainan pasak itu untuk memanjat mengambil anak burung tiung atau beo.
"Gila ! manjat setinggi itu" ujar Jasri.
Pukul duabelas mereka pulang, sebelum pamitan Hainan memberi mereka seember kecil kecubung warna ungu muda untuk dibagi tiga. Kecubung itu ia kumpulkan saat mencangkul dikebun belakang. Sehari kadang ada lima sampai sepuluh, rata rata sebesar ibu jari. Bagi mereka itu sudah lebih dari cukup etung etung pengobat lelah.
Mereka pulang bertiga karena Maliki tidak bisa pulang. Karena tidak ada penunjuk jalan terpaksa mereka pulang lewat jalan kabupaten. Dalam satu jam perjalanan mereka baru bersimpangan dengan satu orang. Setelah melewati simpang tiga yang menuju Manis mata dan Air Durian, baru ketemu satu dua orang pedagang dari Manis Mata kedesa desa diaekitar Air Upas dan sebaliknya. Ketika masuk perkebunan kelapa sawit PT.SL, hari sudah senja. Mereka mulai bingung kehilangan arah. Untung Alek punya pengalaman di laut saat jadi nelayan di Banjar Negara . Ia pakai pedoman bintang gubug penceng untuk menuntun jalan pulang. Pukul sembilan malam mereka baru sampai desa Air Durian. Capek, lelah, cemas, takut yang menggelayuti selama perjalanan pulang tergantikan oleh seember kecubung ungu.
Waktu baru menunjukkan pukul enam pagi, para pekerja harian lepas di perkebunan inti sudah bersiap menunggu jemputan di depan gang masing masing. Kabut masih tampak tebal menyelimuti desa menghalangi jarak pandang. Sebenarnya para BHL itu masing masing punya perkebunan sendiri seluas dua hektar setiap kepala keluarga sekitar 213 batang kelapa sawit. Namun karena tanaman sawit mereka baru berusia empat tahun sedang panen pertama baru bisa dilakukan saat tanaman berusia tujuh tahunan, maka untuk memenuhi kebutuhan sehari hari mereka bekerja sebagai buruh harian lepas di perkebunan lain
Jemputan berupa damp truk datang pukul enam tiga puluh mengangkut sekitar empatpuluh orang buruh harian lepas. Untuk mencapai blok yang akan dikerjakan kadang truk harus melewati jalan berlubang hingga truk terguncang hebat kadang sampai membuat orang orang didalamnya saling berbenturan atau membentur bodi truk. Sekali kali harus melewati jembatan darurat yang hanya terbuat dari beberapa kayu gelondongan diletakkan melintang begitu saja tanpa pengaman sehingga meleset sedikit saja ban dari bantaran kayu gelondongan, akibatnya fatal. Truk bisa terperosok dalam parit berbatu padas. Ironisnya para pekerja itu tidak dilindungi asuransi tenaga kerja sesuai aturan yang berkaku. Tapi mau apa lagi hanya itu satu satunya jalan untuk dapat mencukupi kebutuhan sehari hari.
Sampai di lokaai pekerja dibagi dua kelompok. Duapuluh orang ikut mandor Kholil, sisanya bersama mandor Tris. Hari ini menyelesaikan pekerjaan di blok B.12, jenis pekerjaan : piringan, membersihkan rumput dan gulma lain dibawah pokok sawit melingkar sepanjang pelepah atau sekitar dua meter keliling. Tiap orang satu jalur kurang lebih duapuluh pohon. Ketebalan rumput atau gulma pada masing masing pohon tidak sama sehingga ada yang lebih cepat selesai satu jalur ada yang lambat. Karena pekerjaan ini sifatnya kolektif, maka yang selesai duluan membantu yang lain. Bila sudah selesai satu jalur pekerja diperbolehkan istirahat makan. Biasanya sekitar pukul sepuluh. Bila sudah selesai makan dilanjutkan jalur berikunya sampai pukul duabelasan.
Perkebunan inti adalah perkebunan milik perusahaan yang dikerjakan para buruh harian lepas atau pekerjaan borongan seperti membuat parit, penanaman dan memanen. Seperti rombongan Asep misalnya mengambil spk memanen. Rombongan Alex mengambil spk penanaman dan rombongan Muntari mengambil spk atau surat perintah kerja parit. Ada cerita menarik diluar nalar yang dialami Asep beberapa waktu lalu. Hari itu Asep memanen di bok BB.25 dekat inklaf. Sawit yang sudah turun dari pihon harus dikumpulkan dipinggir jalan pada tiap jalur menunggu diangkut ke CPU, pengolahan minyak menrah di Kendawangan. Setiap tandan beratnya antara 20 hingga 25 kg. Hari itu juga harus keluar dari kebun untuk mempermudah pencatatan tiap blok. Sekitar tengah Asep istirahat makan. Saat itu ia sudah menyelesaikan 75 persen pekerjaan. Usai makan Asep duduk bersandar pada batang pohon sawit. Rindangnya pohon sawit dan semilir angin sepoi sepoi membuat Asep terbuai dan akhirnya tertidur. Entah karena melelahan atau apa pukul tiga ia baru terbangun. Asep kelabakan karena masih ada 25 pekerjaan lagi yang belum selesai. Ia pun buru buru mengerjakan sisa pekerjaannya. Asep yakin semua temannya sudah selesai dari tadi tapi kenapa tidak ada yang menghampirinya ketika mau pulang. Asep mulai gelisah, suasana perkebunan sudah sepi tidak terdengar lagi lagi suara truk truk melangsir buah. Sekitar pukul lima Asep baru menyelesaikan pekerjaannya. Saat ia mengambil peralatan makan untuk bersiap pulang tiba tiba Asep mendengar gemuruh seperti ada konvoi. Asep terperanjat begitu melihat puluhan ekor **** hutan berlari menuju ke arahnya. Asep bersembunyi dibalik batang sawit, ia genggam erat erat dodos ditangan, alat pemetik sawit semacam tombak dengan ujung datar seperti scrap. Semakin dekat rombongan **** hutan itu kearahnya, jantung Asep makin berdetak kencang. Rombongan **** hutan itu berhenti dan mengelilinginya. Asep pasrah sudah bila harus mati dicincang **** **** itu. Asep makin ketakutan dengan kemunculan **** lain dari semak semak. **** itu lebih besar dari yang lain dan anehnya dari kepala hingga pusat berwujud wanita cantik berambut panjang hingga menutup sebagian payudaranya. Mungkin ia adalah ratu dari **** **** yang ada di rimba ini.
"Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu." kata si ratu **** membuat Asep tercengang.
"Aku hanya akan mengucapkan terima kasih atas budi baikmu menyelamatkan anak kami yang tertimpa pohon beberapa waktu lalu."
Asep ingat enam hari lalu ia menyelamatkan anak **** yang masih merah terjepit batang pohon.
"Sebagai tanda terima kasihku terimalah ini"
Si ratu **** maju, memberikan benda semacam gelang terbuat dari anyaman bulu bulu ****, meski pun terbuat dari bulu benda itu elastis.
"Pakailah gelang itu."
Begitu memakai gelang itu Asep kembali tersentak kaget karena puluhan **** yang mengerumuninya tadi berubah wujud menjadi perempuan perempuan cantik. Begitu pula dengan si ratu. Ia tampak semakin cantik bermahkota kecil dengan wujud manusia seutuhnya.
"Asep,gunakan gelang itu untuk kebajikan dan jangan sekali kali kamu gunakan untuk kemudararan." kata sang ratu.
Asep mengangguk kemudian mengusap usap gelang yang tidak berwujud itu. Ketika ia menengadah untuk menyampaikan terima kasih, sang ratu beserta pendampingnya sudah lenyap entah kemana. Asep melangkah keluar kebun untuk pulang, namun baru beberapa langkah ia berjalan kepala terasa pusing, mata berkunang kunang dan akhirnya ia jatuh pingsan.
Asep bingung mendapati dirinya terbaring di kasur rumahnya ditunggui istri dan kedua anaknya. Diluar terdengar beberapa tetangga berbincang bincang.
"Bapak. Bapak sudah sadar mak" ujar anak bungsunya.
Tetangga yang semula berada diruang tengah berdesakan masuk kamar.
"Sep, eling Sep. Istighfar." kata pak RT.
Asep mengucap iatighfar berulang kali kemudian duduk.
"Alhamdulillah..." kata mereka hampir bersamaan.
Asep bingung kenapa ia ada dirumah. Seingatnya ia ada dikebun sawit. Kata pak RT. Asep ditemukan warga dalam keadaan pingsan di pinggir blok BB.25. Ia tidak sadarkan diri selama empatpuluh hari. Anak istri serta tetangga mencemaskan keadaan Asep. Tapi mau bagaimana lagi, mantri Ilham sendiri tidak bisa berbuat apa apa karena menurut medis Asep sehat tidak ada kelainan apa pun dalam metabolisme tubunya. Mantri Ilham hanya bisa berspekulasi mungkin Asep mengalami somnipati, yaitu kelaianan pada pola tidur. Ustad Muntari juga sudah mencoba dengan cara ruqyah namun gagal. Terakhir neneknya Nikky yang dikenal sebagai orang pintar di desa hanya memberi keterangan bahwa Asep tidak apa apa, ia hanya dibawa makhluk sebelah. Nanti juga pulang. Ucapan neneknya Nikky benar. Asep kembali tak kurang satu apa pun. Namun sayang Asep tidak mau cerita apa yang terjadi. Ia beralasan tidak ingat apa apa.
Sejak kejadian itu Asep merasa ada yang aneh pada dirinya. Ia bisa melihat makhluk astral, tampaknya mereka segan pada Asep. Bahkan ada yang langsung ngacir begitu ketemu dirinya.Asep sadar semua itu karena gelang yang dipakainya. Pernah suatu kali Asep mencoba melepas gelang itu dari pergelangannya, namun tidak bisa. Gelang itu seakan akan sudah menyatu dengan pergelangan tangannya. Ada pengalaman menarik yang belum pernah terungkap selama ini, ketika ia sholat jumat dimasjid, jamaah yang ada bukan saja manusia tapi beberapa diantara makhluk lain entah dari golongan jin atau siluman.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!