"Sovia....Sovia, kamu belum bangun ya,ini uda jam berapa sebentar lagi semua akan sarapan kenapa kamu masih belum bangun,pemalas banget jadi orang."Sungut mertuanya.Sovia terbangun dari tidurnya saat mendengar ocehan mertuanya.
Saat ini dia benar-benar malas untuk bangun karna dari semalam kepalanya benar-benar pusing.Sovia berjalan keluar dari kamar dengan sempoyongan,kali ini kepalanya benar-benar tidak bisa di ajak kerja sama tetapi walaupun begitu dia tetap berjalan menuju dapur untuk mempersiapkan sarapan untuk semua penghuni rumah itu.
Sovia adalah seorang gadis yang kebetulan dinikahi seorang pria yang sudah lumayan mapan.Adrian suaminya bekerja disebuah bank swasta.Setelah menikah satu tahun yang lalu Sovia sangat berharap suaminya membawanya tinggal terpisah dengan mertuanya,tetapi dengan alasan tidak ingin boros membayar kontrakan rumah Adrian suaminya memutuskan tetap tinggal di rumah orang tuanya.
Sovia sebagai seorang istri tidak bisa membantah,apalagi ibu mertuanya jelas-jelas menolak jika mereka ingin pindah dari rumah itu.Dan ternyata penderitaan Sovia di awali dari dia menikah dengan Adrian pria yang sangat dia cintai.
Di rumah mertuanya dia tinggal dengan keluarga kaka dari suaminya yang juga sudah menikah juga dan satu anak gadis yang masih kuliah.Hari-hari yang di jalani Sovia sangat lah melelahkan karna setelah menikah dengan Adrian dia tidak lebih dari seorang babu di rumah itu.
Maria istri dari Kaka suaminya,mempunyai pekerjaan sebagai guru di sebuah sekolah swasta sehingga dia punya alasan untuk tidak mengerjakan rumah setiap saat,bahkan bajunya dan suaminya juga dia yang mencuci setiap hari hingga membuat Sovia benar-benar melelahkan setiap harinya.
"Sovia sarapannya Uda belum? Tanya mama mertuanya yang sudah berdiri dibelakangnya,Sovia hannya mengangguk lalu mulai menata semua sarapan di meja makan.
Saat semuanya sudah tertata rapi,Sovia kembali kedalam kamar untuk mandi karna dia merasa tubuhnya sudah sangat panas.Sementara suaminya sudah tidak ada dikamar mungkin dia sudah keluar atau sedang olahraga yang seperti biasa dilakukannya.
Setelah selesai mandi dia berniat ingin ikut sarapan bersama semua keluarganya,tapi saat dia hendak berjalan ke dapur betapa sakitnya hatinya saat melihat semua orang sudah sarapan tampa memanggilnya terlebih dahulu akhirnya dia mundur dan kembali ke dalam kamar,disana dia tidak mampu lagi menahan air matanya hingga dia menangis.
Semenjak memasuki keluarga itu,sedikit pun keluarga suaminya memang tidak pernah mendukungnya sedikit pun,awalnya Adrian suaminya selalu membelanya tetapi beberapa bulan belakangan ini pria itu sangat jauh berubah.
Sovia duduk di pinggiran ranjang,rasanya dia tidak bisa mengungkapkan rasa sakit hatinya melihat keluarganya yang sangat tidak menghargainya.
"Sovia,nanti aku pulangnya agak malam karna ada rapat dikantor."Ucap Adrian suaminya,Saat itu Sovia mengabaikan ucapan suaminya lalu dia keluar dari kamar dan kembali kedapur.Saat dia berada di meja makan dia melihat tumpukan bekas makan dan lauk yang tidak tersisa sama sekali.Ingin sekali rasanya Sovia marah,tapi dia tidak mampu melakukan itu karna pada akhirnya semua orang di rumah itu akan menyalahkannya.
"Sovia,tolong cuci bajuku ya,soalnya besok aku mau pake untuk acara disekolah."Ucap Maria istri dari Kaka iparnya.
"Kaka saja yang cuci aku juga banyak kerjaan dirumah,kalau Kaka tidak ada waktu Kaka bisa membawa semua pakaian Kaka dan juga suami Kaka ke laundry."jawab Sovia.Dia sudah tidak tahan atas semua ulah orang-orang di rumah itu yang menganggapnya sebagai pembantu di rumah itu.
Mertuanya yang mendengar ucapannya langsung emosi dan berjalan mendekati mereka,
"Emang kesibukan mu apa hah? Kamu punya pekerjaan rupanya dasar tidak tau diri kamu di rumah kerjanya cuma itu-itu saja,masih syukur kamu tidak disuruh mencari nafkah kamu di rumah ini cuma numpang makan dasar menantu tidak guna ,cepat kamu harus cuci pakaian kakak mu."Ucap mama mertuanya lalu melempar pakaian kotor itu ke wajah Sovia lalu mereka berdua meninggalkan Sovia yang masih berdiri di tempat itu.
"Dasar menantu tidak berguna,dulu juga aku sudah melarang mu Adrian menikah dengan orang miskin tapi kamu tetap pada pendirian mu,lihat lah istri kolot mu itu,Kakak iparnya minta tolong saja dia tidak mau apa gunanya dia di rumah ini."Sungut ibu mertuanya.
"Sudahkah ma,mungkin dia kelelahan,kakak juga kan bisa bawa pakaiannya ke laundry kenapa harus dia terus yang mengerjakan semua yang ada di rumah ini?" Ucap adrian,Sovia yang mendengar keributan mereka hannya bisa menangis sedih,rasanya dia sudah tidak mampu untuk menjalani hidup bersama suaminya.
Bela...Terus bela,makanya istrimu itu manja karna kamu terus membelanya,toh dia tidak punya pekerjaan kalau dia punya pekerjaan mungkin saja,kami tidak menyuruh nya dia kan pengangguran,dia tidak punya pekerjaan,harusnya dia bersyukur punya suami berpendidikan dan juga punya pekerjaan mapan."Jawab ibunya berang,karna tidak ingin semakin memperpanjang masalah akhirnya Adrian pergi meninggalkan mereka.
"Sudahlah ma,mendengar mama bicara terus yang ada Adrian malah terlambat,nasabah ku sudah menunggu."Ucap Adrian lalu dia berjalan menuju mobil nya dan langsung berangkat.
Iya Adrian sudah punya mobil sendiri,walaupun di kredit,itulah alasannya dia tidak mau mengontrak karna tidak ingin mengeluarkan biaya banyak.
****
Sovia menyelesaikan semua pekerjaannya,tidak lupa memasak untuk makan siang keluarga besar nya,dia yang sudah sangat kelelahan karna baru saja selesai mencuci akhirnya merebahkan tubuhnya sebentar di dalam kamar hingga akhirnya dia tertidur pulas.
Mertuanya yang baru pulang dari pesta,langsung masuk kedalam rumah,lalu membuka tudung saji dan tidak menemukan apa pun di sana.Dengan emosi dia mencari Sovia ke kamar mandi tapi dia tidak menemukannya.
"Kemana sih dia,dasar pemalas sudah jam berapa dia masih saja belum selesai memasak."Sungut mertuanya,sampai akhirnya karna tidak menemukan Sovia di belakang dia mencarinya ke dalam kamarnya.
"Dasar menantu miskin nga tau diri,enak banget hidupmu,makan tidur saja,ini sudah jam berapa kamu belum juga memasak,sebentar lagi semua orang pulang kerja kamu malah enak-enakan tidur disini."Ucap mertuanya.Seketika Sovia terbangun dia tidak menyangka sudah tertidur satu jam hingga dia lupa akan memasak.
"Maaf ma,Sovia tadi kelelahan,Sovia nga sengaja ma."Jawab sovia lalu turun dari ranjang dan berjalan meninggalkan mertuanya yang masih mengoceh disana.
"Entah dosa apa yang di lakukan anakku hingga harus menikahi wanita sepertimu,sudah miskin tidak berpendidikan lagi,pemalas lagi,harusnya anakku menikah dengan wanita yang punya pendidikan seperti Maria bukan sepertimu."Jawab mertuanya.
**** bersambung****
Saat Adrian melamar Sovia satu tahun yang lalu,Sovia merasa dirinya wanita yang paling bahagia di dunia.Wajar saja dia menganggap dirinya wanita yang paling bahagia karna saat itu seorang pria yang sudah mapan melamar dirinya yang tidak punya apa-apa.
Saat itu ibunya melarangnya untuk menerima lamaran Adrian dengan alasan mereka sangat jauh berbeda,orang tuanya tidak ingin suatu saat Sovia menderita.Tapi karna sovia sudah sangat jatuh cinta kepada Adrian dia menerimanya dengan cepat,bahkan banyak tetangga yang memuji keberuntungan sovia di lamar pria mapan.
Sovia tidak pernah menyangka pernikahannya dengan Adrian adalah awal dari penderitanya,apalagi karna suaminya Adrian tidak mau pisah rumah dari mertuanya yang begitu sombong dan angkuh yang selalu membandingkan Maria istri dari anak pertamanya.
Seperti yang terjadi hari ini Maria pulang dari sekolah sambil membawa barang belanjaan mungkin dia sedang gajian dan wanita itu membeli sebuah tas untuk mertuanya dan sontak saja mertuanya memuji Maria setinggi langit.
"Kamu baik banget sih nak,ngapain mesti beli tas untuk mama,pasti kamu dapat gaji banyak ya."Ucap mama mertuanya dia sengaja meninggikan nada suaranya agar Sovia dengar apa yang dia ucapkan nya.
"Tidak juga ma,kebetulan aja tadi aku lewat dari toko aku tas ini pas banget untuk ya udah aku beliin aja."Jawab Maria,dia memang wanita yang cukup royal hingga mertuanya selalu memujinya setinggi langit.
"Sesekali belilah barang bagus sama orang dapur,biar nga dekil,ya begitulah kalau dia tidak punya pendidikan jadinya dia hannya bisa mengharapkan pemberian suami."Ucap mertuanya lagi membuat Sovia semakin tidak tahan lagi.Sovia berjalan ke depan menghampiri Maria dan juga mertuanya dia sudah benar-benar tidak tahan mendengar makian mertuanya yang ditujukan untuknya.
"Ma,maksud mama menyindirku setiap saat apa sih ma,aku tau ma aku tidak punya pendidikan dan pekerjaan tapi tidak seharusnya mama setiap saat menghinaku,lagian ma aku juga bekerja di rumah ini jika mama membayar pembantu mama sudah berapa bayar gaji."Ucap Sovia dengan sangat marah,wajahnya terlihat memerah karna menahan emosi selama ini.
"Hei....Wanita kampungan,berani sekali kamu membentak mamaku,begitulah kalau wanita tidak punya pendidikan,dia tidak akan tau tata Krama dengan orang tua."Jawab Raka yang tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu,
"Tapi bang mere...."
"Diam kamu,jika kamu merasa iri dengan maria istriku yang bisa memberikan apa pun yang di inginkan ibuku,maka carilah pekerjaan yang pantas denganmu jangan cuma mengharap gaji suami."Ucap Raka memotong pembicaraan Sovia,seketika Sovia merasa tenggorokannya kering,air matanya hampir jatuh dan suaranya mulai serak akhirnya dia kembali kebelakang dan melanjutkan pekerjaannya dengan berlinang air mata.
"Aku lelah Tuhan,aku sudah tidak mampu,mungkin ini balasan dari Tuhan untuk anak yang tidak mau mendengar nasehat orang tua."Batin Sovia,sudah dari empat bulan yang lalu Sovia ingin meminta cerai kepada suaminya Karan sudah tidak tahan menerima semua penghinaan mertuanya tapi dia takut ibunya akan jatuh sakit jika dia tau pernikahannya dengan Adrian tidak berjalan lancar.
****
Malam semakin larut,semua orang sudah hampir tertidur Sovia juga sudah sangat mengantuk tapi dia berusaha untuk tidak tidur karna dia menunggu suaminya.
"Kamu belum tidur,apa yang kamu lakukan bukankah besok kamu akan bangun pagi untuk memasak nanti kamu marah lagi dan ibu marah lagi kepadamu."Ucap Adrian saat dia masuk kedalam kamar dan melihat Sovia masih terjaga dan dia sedang duduk sambil merenung.
"Mas,sampai kapan aku harus menjadi babu keluargamu,aku disini kerja tidak dapat apa-apa kecuali hinaan dari ibumu setiap saat mas."Ucap Sovia hannya itu yang bisa dia lakukan setiap malam mengadu kepada suaminya,tetapi apa yang di harapkan dari pria yang sangat mencintai ibunya,kecuali rasa kecewa dan sakit hati.
"Sudahlah dek,kamu kan tau sendiri kalau aku banyak utang,jadi kita tidak akan bisa mengontrak lagian bukan kah kalau kita tinggal sama itu jauh lebih baik,tidak bayar rumah dan juga semua kebutuhan dapur selalu lengkap tampa capek-capek mikir,"
"Tapi mas,aku lelah aku sudah tidak sanggup mas," Pekik Sovia,suaranya terdengar sampai keluar kamar hingga membangunkan mertuanya yang sudah tidur pulas.
"Adrian....Apa yang kalian lakukan malam-malam hingga harus berteriak,kalian tidak punya malu sama tetangga?" Ucap ibunya berang,dia keluar dari kamarnya saat mendengar suara Sovia.
"Sudahlah mas aku lelah."Ucap Sovia lalu tidur mengambil selimut dan menutup tubuhnya dan membelakangi Adrian yang sudah berbaring di sampingnya.
Sovia menagis sesenggukan,dia merasa tidak ada gunanya sama sekali menceritakan kesedihannya kepada keluarganya Karna dia memang tidak peduli dengannya.Dia hanya bisa menangis untuk meluapkan seluruh emosinya.
Mertuanya terlalu tinggi bicara,dia tidak sadar jika anaknya tidak pernah memberinya gaji bahkan mereka sudah menikah hampir satu tahun sekalipun Adrian belum pernah membelikan dia sepotong baju pun,dia memakai bajunya waktu gadis hingga terlihat penampilannya yang terlalu lusuh dan kolot.
Semakin hari Sovia semakin sadar jika suaminya tidak pernah mencintainya,ucapan yang dulu di ungkapkan saat melamarnya dihadapan ibunya hanyalah topeng,satu hal yang membuat Sovia heran kenapa Adrian melamarnya dan menikahinya jika memang tidak menyukainya.
Keesokan harinya Sovia bangun dan menyiapkan sarapan untuk semua orang,setelah itu dia kembali ke dapur dia tidak ingin bergabung dengan mereka rasanya kehadirannya juga di meja makan tidak di harapkan keluarga itu ,tapi hal yang paling menyakitkan saat suaminya juga tidak menanyakan keberadaannya.
****
Pagi ini setelah semua orang berangkat dari rumah Sovia,bergegas membereskan semua pekerjaan rumah,dia ingin keluar rumah bertemu teman lamanya yang baru pulang dari luar Malaysia,sebelumnya mereka sudah janjian untuk bertemu di cafe.
Setelah semuanya beres,dia segera ganti pakaian,dia tidak ingin sahabatnya menunggunya lama.
"Mau kemana kamu?" Saat keluar dari kamarnya tiba-tiba saja mama mertuanya sudah berada di rumah,wanita itu menatapnya dengan sinis.
"Maaf ma,aku mau keluar sebentar mau bertemu dengan temanku."Jawab Sovia di sangat takut wanita itu tidak memberinya ijin.
"Sudahlah Sovia,kamu tidak usah banyak gaya,sekarang lebih baik kamu membersihkan semua rumah ini,nga usah gaya-gayan mau keluar rumah."Ujar mertuanya.
"Ma,aku cuma sebentar saja,"Ucap sovia dengan nada memelas."
"Aku bilang tidak,ya tidak jangan banyak tingkah kamu sudah menikah dengan anakku,semua aturan ku adalah mutlak tidak bisa di bantah sekarang kamu masuk dan selesaikan semua pekerjaan rumah."Ucap mertuanya.Setelah mengucapkan kata-katanya wanita itu pergi ke dapur.
**** bersambung****
Sovia menelan saliva nya saat mendengar ucapan mertuanya,rasanya tiba-tiba saja hatinya sangat terluka mendengar ucapan wanita itu,entah kenapa dari dulu setiap dia ingin keluar mertuanya sangat sulit memberi ijin kepadanya.
"Mah,aku keluar sebentar saja,aku langsung pulang kok mah."Ucap Sovia yang membuntuti mertuanya dari belakang.Dia masih berusaha agar mama mertuanya memberi ijin kepadanya.
"Ma,aku pergi karna ingin membahas pekerjaan ma,aku ingin bekerja dengan mereka agar aku bisa mendapat penghasilan."Ucap sovia dia berharap dengan begitu mertuanya langsung memberinya ijin untuk keluar.
Mama mertuanya langsung membalikan badan dan menoleh kepadanya,tatapannya begitu sinis dan terkesan merendahkan menantu miskin nya itu.
"Hahaha...Maksudmu kamu menjadi babu di luar sana,Sovia...Sovia....mau di tarok dimana wajah mama mertuamu ini,ya ampun naas banget sih hidupmu,dari pada kamu jadi babu di luar yang membuatku malu nantinya lebih baik kamu di rumah saja,aku tidak sudi punya menantu babu,apa kata orang nanti melihat kamu jadi babu di sana,cari kerjaan kok jadi babu kenapa nga cari kerja yang bergensi sedikit."Ucap mertuanya,mendengar ucapan yang sangat mengerikan itu seketika amarah Sovia kembali memuncak,dia sudah tidak sanggup lagi.
"Ma,...Maunya mama apa sih,aku tidak kerja mama keberatan,saat ada orang yang menawari ku pekerjaan mama juga tidak terima,terus aku harus bagaimana."
"Sudahlah Sovia,sudah takdirmu memang jadi orang tidak ada gunanya lebih baik kamu bereskan semua rumah dan kamu memasak karna sebentar lagi Maria pulang,nanti mama bilang Maria membayar gaji mu."Ucap mertuanya lalu meninggalkan Sovia yang masih mematung di sana.
"Dasar orang miskin seperti itu kalau tidak punya pendidikan seleranya pun jadi babu."Ucap mertuanya dan wanita itu sengaja meninggikan nadanya supaya Sovia mendengar ucapannya.
****
Sovia melupakan segalanya,dan dia tidak ingin menambah masalah di rumah itu karna dia sudah sangat yakin takkan ada orang satu pun di rumah itu yang akan membelanya.Keesokan harinya tidak jauh dari rumah mertuanya ada pesta pernikahan semua wanita termasuk Maria bersiap-siap berangkat kesana karna mereka semua di undang ke pesta itu.
Maria yang berpakaian sangat elegan dan cantik di dukung dengan make up yang sangat bagus membuatnya sangat cantik dan kelihatan kaya sangat berbeda dengan sovia yang hannya berpakaian apa adanya,karna memang dia tidak punya baju yang bagus.
Maria dan mertuanya pergi ke pesta dengan dandanan yang sangat bagus,di tambah mereka memakai tas yang mereka tenteng membuat mereka terlihat sangat modis sangat jauh berbeda dengan sovia yang begitu polos dengan pakaian yang masih jadul.
"Sovia,kamu tidak usah dekat dengan kami,mama malu punya mantu seperti kamu jadi kamu lebih baik belakangan saja."Ucap mama mertuanya tampa memikirkan perasaan Sovia sedikit pun,mendengar itu Sovia langsung tau diri dan langsung kembali masuk kedalam rumah.
"Wah menantu dan mertua yang sangat kompak,mantap bu,Lilis selalu dekat dengan mantu,terus menantu mu yang satu lagi mana Bu?" Tanya tetangga yang kebetulan juga akan pergi ke pesta itu.
Mendengar pujian yang dilontarkan kepadanya seketika lilis sebagai mertua kaya di gang ini merasa bangga,dia seorang mertua yang haus akan pujian.
"Aahh Bu Ratna bisa aja,kebetulan saja Maria memang anak yang sangat baik dan mengerti keadaan mertua sangat jauh sekali bedanya dengan menantuku yang satu lagi,dia benar-benar orang tidak tau diri seharusnya dia bersyukur dinikahi anakku,yang bekerja di bank sarjana lagi,tapi dia tidak pernah mengerti keadaan ku "Ucap Lilis,dia memasang wajah menyedihkan agar semua orang percaya dengan ucapannya itu.
"Masak sih Bu Lilis,padahal dia kelihatan alim,ternyata dia menantu durhaka."Ucap Ratna,Lilis menyunggingkan senyum jahat,dia tidak ingin orang menilainya sebagai mertua jahat karna dia selalu berpenampilan kuno dan kampungan.
"Kalian lihat saja,dia hannya berpura-pura,polos kami selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya tapi dia menolak kebaikan yang kami berikan makanya aku nga peduli dengannya coba menantuku yang ini,dia selalu menuruti kemauanku,makanya kami bisa dekat seperti ini."Ucap Lilis.Dia tersenyum jahat,
"Biarkan saja si Sovia di bully orang sini,enak aja dia hidup dengan nyaman,menikmati gaji anakku,tapi dia terlalu banyak tingkah."Batin Lilis.Setelah berbincang akhirnya sampai di pesta dan mereka berpisah di pesta karna Lilis dan Maria menghampiri orang-orang yang bergaya modis.
Setelah acara pesta selesai Sovia langsung pulang dia enggan pulang bersama Kaka dan mama mertuanya karna dia juga sudah yakin kalau mama mertuanya malu untuk pulang bersama dengannya.Sesampainya di rumah dia melihat suaminya yang sedang tidur selonjoran di sopa sambil memainkan ponselnya,dia terlihat senyum-senyum memandangi ponsel itu.
"Mas,kenapa kamu dari tadi kelihatan bahagia memandangi ponsel mu?" Tanya Sovia,sebenarnya dia malas menanyakan hal yang sangat membuatnya terlalu cemburuan tapi dia juga ingin tau apa yang membuat suaminya senyum-senyum.
"Eh...Kamu sudah pulang,aku cuma membalas pesan chat dari group kantor."Ucap Adrian,setelah itu dia mematikan ponselnya dan memasukkan ke dalam sakunya.
"Mas,kamu gajian hari ini kan,berikan aku uang mas,baju-baju semua sudah jelek aku mau beli baju baru,aku malu kalau ada pesta baju ku itu-itu saja." Ucap Sovia,dia langsung duduk di samping Adrian dan berharap pria itu mau memberikannya uang.
Adrian menghela napas berat,Melihat hal itu Sovia langsung menatapnya,dia sudah tau arti dari helaan napas suaminya itu,itu sudah biasa terjadi setiap sovia minta uang,
"Mas,sejak aku menikah denganmu sudah hampir setahun sepotong baju pun kamu belum pernah kamu belikan untukku,kok kayaknya kamu menikahi hannya untuk babu keluarga mu ya mas,selama kita menikah apa pun belum pernah kamu kasih ke aku,sebenarnya gunanya kamu sebagai kepala rumah tangga apa sih mas?" Tanya Sovia,melihat reaksinya yang seperti biasanya Sovia menjauh dari suaminya,
"Kamu kan tau dek,kalau aku masih banyak tanggungan,belum lagi aku harus membayar biaya kita tinggal di rumah ini,kamu kan tau sendiri berapa yang harus ku bayar sama mama tiap bukan belum lagi angsuran mobil,harusnya kamu pengertian sedikit dek."Ucap Adrian,
"Sudah lah mas,aku lelah,"
"Kaka,kamu sudah pulang,kak bagi duit dong kak soalnya aku mau perawatan ke salon sudah lama aku tidak perawatan."Ucap Amira,adik perempuan Adrian yang paling kecil.
Saat itu dengan sigap Adrian membuka dompetnya lalu menyerahkan uang merah sebanyak lima lembar kepada adiknya setelah menerima uang itu Amira langsung pergi dari hadapan mereka.Seketika Sovia merasa hatinya bagai ditusuk jarum yang begitu tajam.
*** bersambung***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!