NovelToon NovelToon

A Grandmother'S Time Travel

Bab 1 : Kehidupan Ke Dua.

A Grandmother's Time Trevel•

...🐉🐉🐉...

HUTAN•

Bhuss ... Tap. Tap. Tap.

Gemercik air dari rintiknya hujan di tengah malam yang gelap, membuat dua wanita berbeda usia tengah menyelamatkan diri dari kejaran orang yang sedang mengejar mereka.

Bugh!

''Ahh ... hisk, hisk, Nenek aku sudah tidak bisa berlari.''

''Kau kuat sayang, ayo berdiri.'' Seorang Nenek yang bernama Chan Lya berusia 50 thn menyemangati sang cucu yang dia sayang.

''Kaki ku sakit Nenek.'' keluh sang cucu memegangi kakinya.

Nenek Chan merasa bimbang mau menggedong pun ia sudah tidak sanggup, lalu Nenek Chan pun memikirkan sebuah ide yang bisa menyelamatkan nyawa cucunya.

''Ayo, ayo sayang ... kau harus bersembunyi.'' Nenek Chan memapah sang cucu, dan menguburkan dedaunan yang sedikit basah hingga separuh tubuh sang cucu tidak terlihat di gelapnya malam.

''Nek, bagaimana dengan dirimu.''

''Jangan pikirkan aku, hidup mu masih panjang Nak. Dan ingat, jangan keluar dari persembunyian ini apapun yang akan terjadi.''

''Nek.''

''Berjanjilah, kau akan hidup dengan baik.''

Cup.

Nenek Chan mencium kening cucu kesayangan nya, lalu menutup seluruh tubuh sang cucu dan hanya membuka jalan pernapasan saja.

Nenek Chan pun segera berlari menjauh, agar orang yang mengejarnya tidak menemukan sang cucu yang sedang bersembunyi.

Tap. Tap. Tap.

''Ha.'' Nenek Chan berhenti berlari, menatap ke depan dengan rasa ketakutan dan jantung yang berdegub kencang.

''Ap-apa mau mu!''

''Serahkan cucu mu, maka nyawamu akan selamat!'' bentak seorang pria dengan mata merah dan berjalan sempoyongan.

Nenek Chan terdiam lalu berlari ke arah kanan dengan cepat, sedangkan pria itu berlari menyusul Nenek Chan dari arah belakang.

''Berhenti wanita Tua!'' Teriaknya.

Nenek Chan terus berlari sekuat yang dia bisa, hingga dia menemukan cahaya di depan lalu Nenek Chan melihat kebelakang di mana pria jahat itu masih mengejarnya.

''Ya Dewa ... tolonglah aku.''

Nenek Chan berhenti, ketika di depan nya ada jurang yang sangat dalam dan gelap.

''Mau lari ke mana kau Nenek tua!'' Pria itu tersenyum melihat mangsanya tidak memiliki jalan untuk berlari.

Nenek Chan berbalik badan lalu melihat jurang di belakangnya, degub jantung nya semakin cepat ketika pria jahat itu melangkah ke arahnya dengan perlahan.

Tap. Tap.

''Berhenti di situ!''

''Mengapa? apa kau takut mati Nenek? haha haha ... sudah aku bilang, jangan melawan dan biarkan cucu mu menjadi milik ku.''

''Tidak akan! Sampai kapan pun aku tidak sudi cucuku bersama mu!'' pekik Nenek Chan mundur perlahan ke belakang.

Srik!

Pria itu mengeluarkan pisau dari balik jaketnya, dan menodongkan pisau itu kedepan Nenek Chan.

''Cepat atau lambat aku akan menemukan cucu mu yang cantik itu! Dan dia akan menjadi budak ku! Jika kau penghalangnya, lebih baik aku lenyapkan saja dirimu.''

Hiyaaa ...

Jleb!

Pisau itu menusuk tepat di purut wanita tua berusia 50 thn, sedangkan pria itu tersenyum penuh kepuasan. ''Selamat jalan nenek.'' bisiknya pada Nenek Chan.

Bukannya takut, Nenek Chan terkekeh dan berbisik. ''Tidak akan aku biarkan dirimu memiliki cucuku! Jika aku mati, kau pun harus ikut mati bersamaku!''

Kedua mata pria itu melotot, saat tangan tua itu memeluknya dengan erat.

''Lepaskan! Apa yang mau kau lakukan!''

''Mati bersama!'' Bisiknya lalu menerjunkan diri bersama pria itu, hingga tubuh mereka melayang secara bersamaan ke jurang yang kelam.

Netra mata Nenek Chan melihat bulan di antara gelapnya malam dan rintiknya hujan, dalam hatinya berkata ... ''Ya Dewa, berikan aku kehidupan ke dua yang layak dan kuat, agar tidak ada yang bisa menggertak dan mengambil apa yang menjadi miliku! MeiMei hiduplah dengan tenang cucuku, aku sudah membawa pria yang selalu menggertakmu.''

Bruuuugh!!!

ABAD DINASTI SEBELUM MASEHI•

Pada abad dinasti sebelum masehi, terdapat banyak kekaisaran yang berdiri pada puncaknya. Seperti Dinasti Sui. Dinasti Tang. Dinasti Song. Dinasti Yuan dan Dinasti Ming.

Mereka tak kenal ampun jika siapa pun mengusik kerajaan mereka. Peperangan bagi kedua kubu untuk mempertahankan kerajaan mereka masing-masing sangatlah kuat, dan tidak ada yang akan mengalah sebelum salah satu dari kerajaan tumbang untuk mengibarkan bendera putih.

Namun...

Di kerajaan selatan terdapat kekaisaran yang maju dan damai serta tentram dari segala peperangan. setelah mereka memenang 'kan peperangan dengan kerajaan tetangga dan mengambil alih lalu menyatukan kerajaan mereka menjadi satu.

Terbentuklah Kekaisaran yang damai dan tenteram, di pimpin oleh Kaisar yang bernama Zhang Dai Lian dan seorang Permaisuri yang bernama Mei Jiang.

Kekaisaran Zhang memimpin lima kerajaan di bawah Kekaisaran mereka, kerajaan Lou, Seng, Yin dan Ming.

Kediaman Mawar•

Terdapat seorang gadis cantik yang sedang terbaring lemah dengan mata tertutup. Di periksa oleh tabib kerajaan yang sudah di percaya oleh Kaisar.

''Yang Mulia.''

''Bagaimana keadaan putri Guan Lien?'' tanya Kaisar Zhang Dai Lian, yang menyempatkan diri untuk melihat kondisi Putri kesayanganya.

''Mohon ampun yang Mulia, penyakit putri Guan Lien sangat parah hingga saya memprediksikan jika nyawa nya tidak akan lama.'' Ucapnya menunduk sedih.

Kaisar Zhang memejamkan kedua matanya dengan sedih, Putri sah yang sudah ia nobatkan sebagai Putri Mahkota tidak akan memiliki umur panjang.

''Hisk, yang Mulia ... malangnya nasib putri kita.'' Ucap permaisuri Mei Jiang dengan sedih, lalu duduk di sisi peraduan dan menggenggam tangan putri Guan Lien.

Namun berbeda dengan beberapa Selir di belakangnya yang senang akan kabar yang mereka dengar, namun naasnya di mana pun zaman nya, Selir pasti memiliki dua muka, dua hati, dan dua sifat.

Yaitu Munafik dan ingin unggul dari beberapa istri seorang Kaisar.

''Apakah ada obat yang bisa menyembuhkan Putri ku?''

Tabib itu terdiam dan mengingat sesuatu. ''Ada yang Mulia, tap-tapi ... obat hanya tumbuh sepuluh thn sekali dan berada di utara.''

''Temuilah Jenderal Bao Yu, bicarakan denganya.''

''Baik yang Mulia.'' Tabib itu membungkuk dan melangkah keluar.

Kaisar Zhang menatap putri kesayangan nya dan menghela nafas dengan berat. ''Sudahlah Permaisuri, jangan menangis lagi dan biarkan Putri Guan Lien istirahat.''

''Baik yang Mulia.''

Dengan berat hati, Permaisuri Mei Jiang berdiri dan melangkah ke luar kediaman Mawar bersama dayangnya, begitu pun semua orang.

Namun ada salah satu Selir yang menatap Guan Lien dengan tatapan puas. Dia adalah Selir kehormatan yang bernama Song Qian, dia memiliki seorang putri bersama Kaisar dan dia sangat benci dengan Song Qian karna putri nya selalu di abaikan oleh Kaisar.

Setelah puas menatap putri Guan Lien, Selir Song pun pergi.

Hening ...

Kediaman Mawar sepi di saat semua orang sudah meninggalkan Putri Guan Lien, hanya ada dua pengawal yang menjaga di depan kediaman Mawar.

''Haaaah! Hos ... Hos ...''

Putri Guan Lien terbangun dari koma nya dengan nafas naik turun tak beraturan.

''Aku masih hidup? Syukurlah Dewa menyelamatkan ku.'' Ucap Putri Guan Lien yang jiwanya sudah di gantikan oleh Nenek Chan.

''Cucuku! Dimana cucuku!'' Triak Putri Guan Lien, langsung turun dari atas peraduan dan berlari keluar dari kamar.

BRAK!!

Putri Guan Lien membuka pintu dengan kencang, membuat dua Penjaga terkejut hingga terjungkal secara bersamaan.

''Astaga!''

''Mana cucuku! MeiMei ...'' Teriak Nenek Chan, sambil berlari ke sana kemari mencari cucu kesayanganya.

...🐉🐉🐉...

...LIKE.KOMEN.VOTE...

Bab 2 : Tidak Mungkin.

A Grandmother's Time Trevel•

...🐉🐉🐉...

Kabar jika putri Mahkota Guan Lien telah bangun dari koma nya sudah menyebar ke setiap sudut istana, termasuk para rakyat yang turut senang jika Putri Mahkota telah bangun.

Sedangkan yang menjadi perbincangan masih mencari cucunya, bahkan Nenek Chan belum menyadari jika dirinya sudah berpindah zaman.

''Tuan Putri, tenangkan diri anda.'' Sang dayang mencoba untuk menenangkan Nenek Chan yang masih panik.

Pletak!

''Aiii ...''

Nenek Chan menjitak kepala dayang Niyu, "Apa yang kau bicarakan, siapa Tuan putri? aku tau kalau aku ini masih sehat bugar dan cantik di usia kepala lima! Tapi jangan kamu panggil aku Tuan putri juga kali.'' Bentak Nenek Chan.

''Tapi Tuan Put-.''

''Stop!'' Nenek Chan memperhatikan kedua bola mata dayang Niyu dengan seksama. ''Apa ini?'' Nenek Chan merangkup pipi Dayang Niyu untuk memastikan sesuatu, hingga jarak mereka berdua seperti ingin berciuman.

''Tuan Putri, apa yang akan anda lakukan.'' jantung Dayang Niyu berdebar kencang, ia beranggapan jika Tuan Putri Guan Lien akan menciumnya.

Demi Dewa, ia masih normal dan ingin menikah dengan seorang pria.

''Siapa yang ada di kedua bola mata mu?''

''Maksud Tuan Putri apa?'' Dayang Niyu semakin tidak mengerti kemana alur pertanyaan junjungan nya ini, ''Tuan Putri, apa anda tidak akan melepaskan wajahku dari genggam mu? semua orang tengah melihat kita.''

Nenek Chan menoleh ke arah kanan, di mana semua pelayan, dayang, pengawal tengah memandangnya dengan tatapan aneh.

Semua orang tengah berbisik-bisik namun Nenek Chan tidak fokus pada tatapan semua orang, ia lebih fokus dengan cara semua orang pakaian yang berbeda dengan dirinya.

''Apa ini ... kenapa semua orang menggunakan hanfu, apa kalian sedang suting film? dimana kameranya, aku mau melapor jika cucuku dalam masalah.'' Ujar Nenek Chan, celingak-celinguk mencari kameramen dan sutradara.

''Putriku.'' Panggil seseorang.

Nenek Chan menoleh ke arah belakang, di mana ada seorang wanita berlari ke arahnya sambil menangis.

''Oohh Putriku, akhirnya kau bangun. Hiks ... Hikss ... Ibunda mu ini sangat merindukan mu sayang.'' Ucap Permaisuri Mei Jiang dalam pelukan Nenek Chan.

''Siapa kau?'' Nenek Chan sedikit mendorong Permaisuri Mei Jiang, hingga semua orang terkejut.

''Putri Guan Lien.'' Kaisar Zhang mendekat, ''Mengapa kau berbicara seperti itu? apa kau tidak ingat Ibunda mu?''

Nenek Chan mengerutkan keningnya dan menatap Kaisar Zhang lalu menggelengkan kepalanya, melangkah mundur dua langkah hingga kedua matanya berputar untuk melihat sekitar di mana semua orang menggunakan hanfu di zaman kuno.

''Tidak! Ini tidak mungkin.'' Nenek Chan melihat kedua tanganya yang mungil dengan kulit yang halus dan putih, kini Nenek Chan sudah mengerti apa yang terjadi padanya.

"Oh Dewa, aku meminta hidup yang layak untuk kehidupan kedua ku! Tapi kenapa kau berikan aku hidup di Zaman kuno, terlebih aku harus hidup di tubuh gadis kecil yang usianya sama dengan cucuku."

Gubrak!!

''Tuan Putri ...'' Semua orang berteriak secara bersamaan, di mana sang Putri tidak sadarkan diri.

''Bagaimana Tabib?''

''Menakjubkan, suguh anugerah Dewa yang agung telah mengambil penyakit dan racun yang ada di tubuh Putri Guan Lien.'' Ucap Tabib dengan gembira.

Kaisar dan Permaisuri tersenyum bahagia mendengar kabar jika putrinya sudah sembuh dari penyakit dan racun yang ada di tubuh Putrinya.

''Benarkah itu tabib? Namun ... mengapa dia tidak mengenaliku sebagai Ibunda nya?'' tanya Permaisuri Mei Jiang penasaran.

Tabib itu tersenyum dan menunduk hormat, "Sebelumnya mohon ampun yang Mulia Permaisuri, mungkin sang Dewa tengah merencanakan sesuatu untuk Putri Guan Lien. Atau mungkin apa yang harus di ambil, harus ada pengorbanan nya.''

''Tidak perlu khawatir Permaisuri, ingatan Putri akan kembali seiringnya waktu berjalan, fokuslah untuk kesembuhan nya terlebih dahulu.''

''Kau benar-benar luar biasa Tabib, tidak sia-sia aku memberikan pangkat yang tinggi di Kerajaan ini untuk mu.''

''Suatu kehormatan bagi hamba Yang Mulia Kaisar.''

''Kasim.'' Kaisar memanggil Kasim setianya.

''Hamba, Yang Mulia.''

''Berikan hadiah pada Tabib Jin.''

Kasim itu mengangguk, lalu pergi dengan Tabib.''

Sedangkan Kaisar menyuruh semua orang untuk pergi dan membiarkan Putri Guan Lien beristirahat, menyuruh kedua dayang untuk berjaga jaga jika ada sesuatu pada Putri kesayangan nya.

Kediaman Tulip•

Braak!!

''Sialan! Bagaimana bisa anak sialan itu sembuh dengan cepat.'' Bentak Selir Song dengan geram.

''Apa yang harus kita lakukan, Nyonya.''

Selir Song diam sejenak lalu berkata. ''Tidak perlu melakukan apapun untuk sekarang, bukan 'kah ingatan nya hilang? Kita akan bergerak jika anak itu sudah pulih ingatan nya.''

''Hamba mengerti.'' Sang dayang setia menunduk dengan patuh.

''Cari tau dan kirim mata-mata ke kediaman Mawar, aku tidak mau jika anak itu mengingat tentang kejadian sehari sebelum dia koma.''

''Baik, Nyonya.''

Dayang itu mengangguk patuh lalu pergi meninggalkan Selir Song seorang diri, Selir Song ingat percakapan antara dirinya dan Putri Guan Lien saat itu.

"*Apa kau tega memisahkan dua orang yang saling mencintai? lihat lah Jeijei mu, dia begitu bahagia bersama pangeran Zhu Quan*."

"*Tapi Ibu Selir, aku pun sangat mencintai pangeran Zhu Quan*."

"*Apakah Pangeran Zhu Quan juga mencintai mu? dia dekat dengan mu hanya merasa kasian terhadapmu yang selalu sakit sakitan*."

Selir Song mengepalkan tanganya, bagaimana pun dia harus memisahkan Putri Guan Lien dari pangeran Zhu Quan, karna pangeran Zhu Quan hanya milik putrinya seorang.

Kediaman Mawar•

![](contribute/fiction/5756661/markdown/11244335/1664764250808.jpg)

"Apakah Putri baik-baik saja?" tanya dayang Niyu, pada Putri Guan alias Nenek Chan yang sudah tersadar dari pingsan nya.

Nenek Chan terbangun dari tidurnya dan menatap dayang Niyu. "Tahun berapa sekarang?"

''1046, Tuan Putri.''

''Apa!!'' Nenek Chan terkejut bukan main, ''1046sm? Sungguh gila, ini benar-benar gila! Aku terjun begitu jauh. Apa bisa aku kembali ke dunia ku?'' Gumam Nenek Chan dengan sedih.

Sedangkan kedua dayang yang menunggu, mengerutkan kening mereka karna sang Putri bergumam sendiri.

Nenek Chan turun dari ranjang dengan sedih, berjalan ke arah jendela dan membukanya dengan lebar, menghirup udara segar yang masih asri.

"*Dewa, bagaimana nasib cucuku di sana? apa dia sudah makan, apa dia kedinginan, apa dia selamat malam itu? Apa penjahat itu mati bersama jasadku*?"

Nenek Chan benar-benar mengkhawatirkan cucunya, yang entah bagaimana kabarnya saat ini ... yang pasti Nenek Chan meminta pada sang Dewa agar cucu nya bisa hidup dengan baik dan membangun masa depannya yang cerah.

''Putri ... Pangeran Zhu Quan dan Putri Shuan ingin berkunjung.'' Ujar dayang Nienie, menyadarkan Nenek Chan dari lamunan nya.

''Pangeran Zhu Quan dan Putri Shuan ... siapa lagi meraka?''

...🍒🍒🍒...

...LIKE.KOMEN.VOTE...

Bab 3 : Buat Mereka Bungkam.

A Grandmother's Time Trevel•

...🐉🐉🐉...

Ingatan ....

"*Nenek, lihatlah aku mendapatkan nilai tertinggi di sekolah."

"Nenek, jangan terus memberikan uang padaku! Aku ini sudah dewasa Nek."

"Nenek, kau terus memberikan aku makan! nanti aku bisa gemuk Nek."

''Sini Nek, biar aku yang mebantumu."

"Terima kasih sepatunya Nenek, kau Nenek yang paling baik, yang paling cantik, yang paaaaalliiingg aku sayangi."

"Nenek, kenapa kamu berdiam sendiri di malam yang gelap nanti sakit*."

Nenek Chan menoleh dan langsung tersenyum saat cucu kesayanganya menyelimuti dirinya dengan selimut. "Nenek hanya merindukan kedua orang tua mu, dan mendiang Kakek mu.''

''Jangan terus memikirkan mereka, masih ada aku yang sayang dan akan terus menemani Nenek sampai kapan pun."

''Apa kamu tidak lelah hidup serba kekurangan?"

''Nenek, jangan berbicara seperti itu ... aku bahagia di mana pun Nenek berada, asal Nenek selalu ada bersamaku.'' Sang cucu memeluk Nenek Chan dengan erat.

''Jika nanti kita punya uang banyak, apa yang mau kau inginkan?'' tanya Nenek Chan.

''Aku tidak mau apapun Nek, aku hanya ingin berada terus bersama mu dan menemani hari tua mu.''

''Nenek sayang menyayangi mu.''

''Aku juga sayang Nenek."

Bayangan akan kebersamaan dengan cucu kesayanganya terus berputar layaknya pemutaran video.

"Tuan Putri."

"Tuan Putri."

Nenek Chan masih dalam lamunanya, ia masih memikirkan nasib sang cucu hingga Nenek Chan tidak mendengar panggilan dayangnya.

![](contribute/fiction/5756661/markdown/11244335/1664778194725.jpg)

"Tuan Putri!"

"Yaa ..." Nenek Chan tersadar dari lamunanya.

"Tuan Putri melamun? apa Tuan Putri merasakan sakit lagi?" tanya Dayang Niyu khawatir.

''Tidak.'' Nenek Chan langsung menggelengkan kepalanya.

"Syukurlah ... Tuan Putri, anda harus berdandan sebaik mungkin sebelum bertemu dengan mereka." Ujar Dayang Niyu, menata rambut Junjungan nya secantik mungkin.

"Kenapa?" Tanya Nenek Chan bingung, ''Apa mereka tamu spesial?''

"Apa Tuan Putri benar-benar melupakan semua kejadian yang sudah-sudah?'' Tanya dayang Nienie memastikan.

Nenek Chan yang bingung hanya menggidikan kedua bahunya, karna memang tidak ada ingatan apapun mengenai jiwa si pemilik raga yang sedang dia tempati.

''Jadi begini Tuan Put--.''

''Sudah, tidak perlu memberi tahu apapun, Tuan putri akan melihat dan mengingat semuanya.'' Ujar dayang Niyu, menghentikan dayang Nienie berbicara.

''Ahhh baiklah.''

''Sudah selesai Putri Guan, kami akan menemani mu menemui sepasang kekasih yang sudah menunggu anda di gazebo.'' Ucap dayang Niyu, lalu melanjutkan ucapan nya dalam hati. "*Menemui sepasang penghianat tentunya*."

''Ahhh baiklah, ayo.''

Ketiga nya pun berjalan dari kediaman Mawar ke arah Gazebo, dimana sudah ada pangeran Zhu Quan dan Putri Shuan menunggunya.

''Nán péngyǒu (Sayang) aku begitu senang mendengar kabar bahwa MeiMei sudah sadar.''

''Hm.'' Jawab Pangeran Zhu Quan dengan nada dingin.

Putri Shuan cemberut dengan reaksi calon suaminya, namun ia tersenyum lagi. ''Sayang apa ka--.''

''Putri Mahkota Guan Lien sudah tiba.'' Teriak pengawal, membuat pangeran Zhu Quan dan Putri Shuan berdiri dari duduknya.

Putri Guan yang tidak lain adalah Nenek Chan berdiri di depan keduanya dan memandang keduanya dari atas sampai bawah.

''MeiMei, syukurlah jika kamu baik-baik saja ... aku begitu bahagia.'' Putri Shuan memeluk Putri Guan dengan erat.

"*MeiMei? apakah dia kakak ku*?" tanya Nenek Chan dalam hati.

''MeiMei kenapa kau diam?'' tanya Putri Shuan, memegang pundak Putri Guan Lien.

Nenek Chan menoleh pada dayang Niyu, mencoba untuk bertanya lewat mata batin. Hebatnya, dayang Niyu seakan tau apa yang di inginkan Junjungan nya.

Dayang Niyu melangkah satu langkah, lalu memperkenalkan tamu yang berkunjung. ''Tuan Putri, dia adalah anak pertama dari Selir Song. Dan yang ada di sebelahnya adalah Pangeran ke dua dari kerajaan Ning.''

Dayang Niyu diam sejenak lalu berkata, "Mereka berdua sudah bertunangan dan akan menikah sebentar lagi.'' Ucap dayang Niyu dengan sangat hati-hati.

''Ouh ...'' Nenek Chan acuh tak acuh, karna baginya itu tidak penting.

''Bagaimana keadaan mu Putri Guan.''

''Baik, sangat baik.'' Jawab Nenek Chan, lalu duduk berhadapan.

Pangeran dan Putri Shuan mengerutkan kening mereka, tidak biasanya Putri Guan menjawab dengan tenang dan santai seperti itu.

''MeiMei apa ka--''

''MeiMei ... apakah kita sedekat itu, Nona Shuan?'' tanya Nenek Chan, yang merasa jika ada yang ganjal dengan anak dari Selir Song ini.

Dayang Niyu dan dayang Nienie menahan tawanya, mereka berdua tidak menyangka jika Junjungan mereka akan berkata seperti itu ... hati kedua dayang ini bersorak gembira karna Junjungan mereka lebih tegas pada putri Shuan.

Sementara itu jangan di tanya bagaimana wajah Putri Shuan, kedua giginya menggertak dengan tangan mengepal kuat di balik hanfu.

''Sialan! Berani nya dirimu!''

''Putri, bagaimana keadaan anda?'' tanya Pangeran Zhu Quan untuk mengalihkan pembicaraan yang canggung. Sebenarnya ia sedikit terkejut juga mendengar perkataan Putri Guan yang cetus, namun ia sedikit tenang mengetahui jika Putri Guan mau melawan.

Para pelayan menyajikan teh, dan menuangkan teh itu kedalam cangkir.

Nenek Chan yang mencium aroma teh yang sangat kuat, ia segera mengbil cangkir miliknya dan meminum teh itu dengan anggun dan elegan.

Setelah menyeruput teh, Nenek Chan menatap Pangeran Zhu Quan dan menjawab. ''Bukankah pertanyaan Pangeran sudah aku jawab tadi? Aahh saya ulang sekali lagi. Baik, kabarku baik-baik saja dan hanya ada beberapa hal yang aku lupakan, termasuk anda Pangeran.''

Pangeran Zhu Quan tersenyum dan mengambil cangkir teh, lalu memberikan cangkir itu pada Shuan. "Minumlah sayang.''

''Nán péngyǒu ... kau sangat perhatian, aku semakin mencintaimu.'' Ucap Shuan, lalu menyenderkan kepalanya di bahu Pangeran Zhu Quan dengan manja.

Dayang Niyu dan dayang Nienie memutar matanya ke atas, seakan malas melihat pasangan sok harmonis ini. ''Mulai lagi.'' Ucap mereka bersamaan dalam hati.

"*Apa mereka berdua mencoba untuk membuat aku cemburu? ya Dewa ... aku sudah kenyang di masa muda dulu, terlebih belum ada yang bisa menggantikan mending suamiku*." Gumam Nenek Chan dalam hati.

''Apa kalian sudah selesai, mengunjungiku? jika sudah, saya pamit ingin beristirahat.'' Nenek Chan berdiri dari tempatnya dan langsung melangkah untuk pergi, namun baru saja dua langkah ... Nenek Chan berbalik dan menatap sepasang kekasih itu.

''Lain kali jika berkunjung, jangan lupa untuk membawa buah tangan.'' Ucap Nenek Chan, yang membuat kedua sepasang kekasih itu bungkam.

''MeiMei, tidak pantas berbicara seperti itu pada Pangeran.''

''Tidak pantas? ohooo ... lebih tidak pantas jika kau memanggil Putri Mahkota dengan sebutan MeiMei, walau Ayahanda sudah memberikan gelar Putri padamu! Tapi kau tetap anak dari Selir.

Duarr!!

Putri Shuan begitu terkejut dengan ucapan adik tirinya yang menusuk langsung ke ulu jantung yang paling dalam.

Sedangkan dua dayang yang selalu setia pada Putri Guan, bertos ria dengan sembunyi-sembunyi dan menahan tawa meraka.

...🐉🐉🐉...

...LIKE.KOMEN.VOTE...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!