NovelToon NovelToon

Menikah Tanpa Cinta

Bab 1. Pertemuan

Udara pagi masih terasa dingin ketika seorang wanita muda yang bernama Yanti, sedang mengayuh sepeda menyusuri jalanan yang masih sepi. Raut wajahnya tampak bahagia menjalani aktivitas yang dilakukannya setiap pagi.

Setiap pagi, dia harus mengantarkan koran ke rumah-rumah yang sudah menjadi langganannya.

Pekerjaan ini baginya sangat menyenangkan dan sudah dijalaninya sejak SMA. Selain bisa mendapatkan uang, dirinya juga menganggap pekerjaannya ini sebagai olahraga pagi. Jika orang kaya berolahraga di sebuah gym, Yanti berolahraga dengan mengayuh sepeda hingga berkilo-kilo jauhnya.

Diasuh di keluarga yang serba kekurangan, tidak menjadikan Yanti minder atau menyalahkan takdir. Yanti malah menjadi lebih bersemangat untuk mengubah nasib. Yanti, adalah nama yang diberikan ayahnya sejak mereka bertemu.

Entah kenapa, pagi ini badannya terasa capek. Sedangkan pagi ini jam 9, dia sudah harus pergi untuk wawancara kerja di sebuah Mall sebagai pelayan.

Waktu sudah menunjukan pukul 8 ketika Yanti baru beranjak dari rumah langganan terakhirnya. Satu jam lagi, wawancaranya akan segera berlangsung.

Yanti mengayuh sepedanya semakin kuat dan kencang tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri. Sampai di persimpangan, Yanti berusaha mengerem sepedanya karena tiba-tiba ada sepeda motor yang melaju kencang dari arah depan. Yanti membelokkan sedikit sepedanya ke samping dan srettt...

Sepeda Yanti menyerempet dan menggores bodi sebuah mobil yang kebetulan sedang parkir di pinggir jalan. Mobil yang terlihat mewah dan pasti sangat mahal.

Seorang laki-laki keluar dari dalam mobil dengan wajah penuh amarah. Dia menatap goresan yang diakibatkan oleh sepeda Yanti.

Yanti agak ketakutan, tetapi dia ingat jika hari ini dia harus segera pergi untuk melakukan wawancara. Sebelum pemilik mobil itu marah, Yanti segera minta maaf dan berniat pergi.

"Maaf, saya nanti akan ganti rugi. Tapi salah Bapak juga, kenapa memarkir mobilnya disini. Saya pamit pergi dulu ya," ucap Yanti pelan.

Yanti berniat mengayuh sepedanya kembali, ketika tiba-tiba laki-laki itu menarik bagian belakang sepeda Yanti hingga Yanti tidak bisa menggerakkan sepedanya. Yanti menarik sepedanya dengan kuat, namun kekuatan dia kalah jauh dari kekuatan laki-laki itu.

"Mau lari?"

Laki-laki itu bernama Deni. Deni memiliki badan yang tegap dan berperawakan tinggi. Wajahnya tampan dengan bibir yang sedikit tebal tapi seksi. Deni bekerja sebagai manajer di perusahaan milik ayahnya, Hendra.

"Tidak, pak. Saya tidak ingin lari. Tapi izinkan saya pergi, karena hari ini saya ada wawancara kerja. Saya sangat butuh pekerjaan itu," jawab Yanti sambil sedikit memohon.

"Tidak bisa. Kamu lihat hasil perbuatanmu. Kamu tahu berapa harga mobil ini, hah?!" ucap Deni marah.

"Saya tidak tahu. Tapi saya janji, saya akan memberi bapak biaya perbaikannya," ucap Yanti memohon.

"Kalau begitu, berikan sekarang!" teriak Deni.

"Saya tidak memiliki uang. Saya harus bekerja dulu mencari uang. Baru nanti saya akan memberi anda uangnya," ucap Yanti ketakutan.

"Mana bisa begitu!"

"Anda bisa memberi saya surat hutang. Nanti pasti saya akan membayarnya, jika saya memiliki uang. Saya berjanji, saya tidak akan berbohong."

Deni berpikir sejenak, melihat kondisi gadis yang ada didepannya memang pastilah bukan orang kaya. Bahkan bisa dibilang, dia pasti orang miskin. Seberapa besar dia memaksa, Gadis itu tidak akan memiliki uang untuk biaya perbaikan.

"Baiklah, saya akan memberi kamu surat hutang. Dan kamu harus segera membayarnya atau kamu akan aku jebloskan ke penjara sebagai penipu," ucap Deni kesal.

"Ya, iya. Baik, baik. Saya tahu, bapak baik sekali. Terima kasih," ucap Yanti lega.

Deni menulis di selembar kertas yang diambilnya dari dalam mobilnya. Disitu tertulis dengan jelas bahwa yang bertandatangan dibawah ini memiliki hutang dan harus segera dibayar. Jika tidak saya bersedia masuk penjara.

Pria itu menyerahkan kertas itu pada Yanti dan meminta Yanti untuk menandatanganinya beserta nama lengkap.

Yanti menatap lembar kertas hutang yang ada ditangannya. Setelah itu dia menuliskan namanya beserta tandatangan.

Tetapi sepertinya Deni tidak puas dengan surat hutang yang telah ditanda tangani oleh Yanti.

"Sepertinya kalau hanya sekedar surat ini saja, kamu masih bisa lepas. Karena aku tidak tahu alamat rumah dan nomor ponselmu. Bagaimana jika kamu melarikan diri?" kata Deni menatap Yanti tajam.

"Tidak mungkin saya lari, Pak. Tolonglah Pak, pagi ini saya ada janji dengan seseorang. Ini sangat penting. Ini demi masa depan saya," ucap Yanti memelas.

"Berikan KTP mu padaku!"

"Setelah itu, Bapak akan membiarkan saya pergi?" tanya Yanti.

"Tentu saja," ucap Deni.

Yanti segera menyerahkan KTP miliknya pada Deni. Setelah itu, dia bergegas pergi dengan sepedanya menuju tempat wawancara. Untung saja, giliran dia belum dipanggil.

Setelah keluar dari ruang tempat wawancara berlangsung, mereka tampak gembira, itu berarti mereka pasti diterima. Karena kebetulan Mall ini baru dan pasti akan banyak merekrut pegawai baru. Biarpun hanya menjadi pelayan, tapi bisa memiliki gaji yang tetap setiap bulan.

Nama Yanti, akhirnya dipanggil juga. Yanti tampak gugup dan hampir tidak bisa berkata-kata. Ternyata syarat bekerja di sini cukup mudah. Lulusan SMA sederajat dan mau berdandan. Tapi bagi Yanti yang tidak pernah berdandan, hal itu menjadi hal yang sulit untuk dilakukan.

Setelah berpikir sejenak, Yanti memutuskan untuk menerima pekerjaan itu dan belajar berdandan. Hanya berdandan, soal cantik atau tidak bukan urusan dia. Dan itulah yang yang sedang dia pikirkan saat ini.

Dengan perasaan senang, Yanti keluar dari ruang wawancara.

Yanti bergegas pulang dengan gembira. Sepanjang jalan, Yanti bernyanyi kecil sambil tersenyum. Menebar kebahagiaan dengan tetangga dekat rumah dengan senyum manisnya.

Sampai di rumah, Yanti terkejut karena ada sebuah mobil yang sangat di kenalnya terparkir di depan rumahnya.

"Pak Hendra," gumamnya.

Yanti segera memarkir sepedanya. Dia berjalan masuk dan melihat pak Hendra sudah duduk di ruang tamu.

"Yanti, Pak Hendra sudah lama menunggumu," kata pak Hadi, ayah Yanti.

"Tidak juga. Aku tahu jam segini kamu pasti sedang mengantar koran. Santai saja, Yanti," kata pak Hendra sambil tersenyum.

"Maaf, Om. Tadi Yanti wawancara kerja dulu," jawab Yanti sambil menyalami dan mencium punggung tangan pak Hendra.

"Yanti, bapak mau istirahat. Kamu temani pak Hendra dulu," kata pak Hadi.

"Ya, ayah. Ayah memang harus banyak-banyak istirahat. Biar segera sembuh," kata Yanti.

"Saya istirahat dulu, pak Hendra."

"Iya, Pak Hadi. Semoga segera sembuh," kata pak Hendra.

Pak Hadi segera melangkah masuk untuk beristirahat meninggalkan mantan bosnya bersama Yanti. Pak Hadi bekerja sebagai sopir pak Hendra. Kali ini pak Hendra datang, selain menjenguk pak Hadi, juga menemui Yanti.

"Kemarin aku tawari pekerjaan, kamu tidak mau. Kenapa sekarang kamu malah wawancara kerja?" tanya pak Hendra penasaran.

"Yanti pingin usaha cari kerja sendiri."

"Terus, apa kamu di terima?"

"Sudah, Om. Walaupun hanya sebagai pelayan Mall, tapi Yanti senang, kok," jawab Yanti.

"Padahal, pekerjaan yang kemarin Om tawarkan padamu, jauh lebih baik dari sekedar pelayan Mall. Tapi, Om hargai keputusan kamu. Om bawakan kamu, peralatan make up dan kecantikan," kata pak Hendra sambil menyerahkan barang yang dibawanya kepada Yanti.

"Untuk apa semua ini, Om. Yanti tidak membutuhkannya," kata Yanti berusaha menolak.

"Jangan menolak. Om lihat, selama ini kamu tidak pernah memakai make up. Kamu itu seorang gadis, berdandan lah sedikit supaya kamu terlihat lebih cantik dan menarik," kata pak Hendra sambil menghela nafas.

Yanti memasang wajah manyun mendengar ucapan pak Hendra. Hubungan keduanya memang sudah terjalin sejak lama.

bersambung

Bab 2. Hari pertama kerja

Yanti terpaksa menerima pemberian pak Hendra. Terlebih lagi, pekerjaannya saat ini juga membutuhkan alat make up untuk sehari-hari.

"Ya, sudah. Yanti terima pemberian, Om. Makasih ya, Om," ucap Yanti sambil tersenyum.

"Nah, gitu. Lain kali kalau kita ketemu lagi, Yanti pakai make up yang Om kasih ya. Oke?"

"Siap, Om."

"Om pamit dulu. Sampaikan salam untuk ayahmu. Semoga cepat sembuh." kata pak Hendra pamit.

Yanti kembali mencium punggung tangan pak Hendra.

"Nanti, Yanti sampaikan," jawab Yanti.

Yanti menatap kepergian pak Hendra yang dipanggilnya 'Om'. Yanti segera masuk dan segera menyimpan barang-barang pemberian pak Hendra.

Keesokan harinya, Yanti bersiap berangkat bekerja. Karena ia ini adalah hari pertamanya bekerja, dia tidak ingin terlambat. Berbekal alat make up pemberian pak Hendra, Yanti berangkat dengan senang hati.

Sepanjang perjalanan, wajah cerianya membuat setiap yang melihatnya menjadi ikut terbawa bahagia. Yanti memang seolah tidak pernah bersedih. Meski beban seberat apapun, dia hadapi dengan senyum.

Sampai di tempat kerja, dia diberi seragam dan harus berdandan. Setidaknya tidak terlihat kusam karena harus menghadapi berbagai karakter pelanggan yang berbeda.

Yanti mencoba merias wajah polosnya dengan bedak tipis dan lipstik. Awalnya, Yanti tidak percaya jika dengan polesan yang sederhana saja, penampilannya sudah sangat berubah. Biasanya dia hanya memakai kaos oblong dan celana gombrong. Hari ini, dia memakai pakaian rapi dan sepatu berhak tanggung. Bodinya terlihat seksi dan kulit putih mulusnya terlihat karena rok seragamnya yang pendek.

"Ayo, semua berkumpul!" teriak pak Deri yang merupakan atasan Yanti.

Semua pekerja baru berkumpul menjadi satu. Mereka berjumlah 10 orang, semuanya seorang wanita.

"Hari ini, bos kecil akan akan datang untuk menyambut pegawai baru dan akan memberi sedikit pencerahan. Aku harap , kalian semua mendengarkan dengan baik. Jangan membuat aku malu," kata pak Deri lagi.

"Siap, pak."

Suara kesepuluh pegawai baru kompak. Mereka saling melirik satu sama lain. Tidak berapa lama, semua orang terlihat gugup menyambut bos kecil datang. Sebenarnya Yanti penasaran, kenapa dia disebut bos kecil. Padahal dia terlihat sudah dewasa.

Bos kecil sudah memasuki ruangan dan Yanti sangat kaget saat melihat seorang pria yang sepertinya pernah dilihatnya. Yanti berusaha mengingat pria tersebut. Ternyata, bos kecilnya adalah pria yang mobilnya kemarin tergores sepedanya. Sementara KTP-nya juga masih berada di tangan pria itu.

Karena takut dikenali, Yanti terus menunduk selama pria itu memberikan arahan dalam bekerja. Tetapi tidak sedikitpun yang masuk dalam pikiran Yanti. Yang ada dalam pikiran Yanti saat ini, hanyalah bagaimana caranya, pria itu tidak mengenalinya.

Untunglah sampai acara selesai, semua baik-baik saja. Setelah bos kecil pergi, Yanti menarik nafas lega.

"Akhirnya, bebas juga," gumam Yanti dalam hati.

"Jangan bubar dulu. Hari ini akan ada pembagian tugas untuk masing-masing pegawai baru. Jadi nanti kalian tidak bingung lagi, apa-apa yang harus dikerjakan dan tidak tumpang tindih dalam bekerja," kata pak Deri.

Pak Deri segera memberikan arahan untuk masing-masing pekerjaan. Yanti sangat senang karena dia berada di bagian pakaian. Menurut dia, ini lebih menantang karena harus menghadapi banyak karakter cewek yang hobbi belanja.

Yanti dan 2 orang temannya, Sasa dan Mina berjalan menuju tempat tugasnya. Mereka tampak senang, meski akan banyak tantangan di tempat ini. Mereka bergabung dengan beberapa pegawai senior yang lebih dulu bekerja di sini.

Pelanggan pertama datang. Sepasang kekasih sedang memilih baju.

"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya Yanti ramah.

"Iya, aku butuh baju untuk ke pesta, tolong diberi rekomendasi yang cocok, untuk bentuk tubuh seperti aku ini," kata Mbak-mbak itu.

Yanti mencari pakaian pesta yang cocok untuk mbak-mbak itu. Setelah menemukannya, Yanti meminta Mbak itu untuk mencobanya. Saat, sang wanita mencoba pakaian, sang pria malah berusaha mendekati Yanti.

"Hai, Cantik. Boleh tukeran nomor telepon? Belum punya kekasih kan?" tanya pria itu bertubi-tubi.

"Maaf, saya tidak memiliki nomor telepon."

"Kok bisa," tanya pria itu heran.

"Karena saya tidak memiliki Handphone," jawab Yanti sambil tersenyum.

Tanpa sepengetahuan mereka, gadis itu terus memperhatikan gerak-gerik kekasihnya yang sedang merayu Yanti. Setelah hatinya cukup yakin, jika kekasihnya mata keranjang, gadis itu keluar dan langsung menampar wajah kekasihnya. Tentu saja suasana jadi kacau. Yanti jadi bingung dengan apa yang terjadi.

Pertengkaran sepasang kekasih itu akhirnya dapat diatasi oleh pak Deri dan beberapa orang pegawai lain. Sementara Yanti, di panggil oleh bos kecil untuk di mintai keterangan.

Yanti sangat kaget dan bingung jika nanti bos kecil mengenalnya.

Yanti mengetuk pintu perlahan, dan suara tegas dari bos kecil itu terdengar keras.

"Masuk!"

Yanti membuka pintu dengan pelan. Dia berjalan sambil menunduk untuk menyembunyikan wajahnya. Berharap, bos kecil tidak mengenalnya.

"Jadi, kamu penyebab masalah hari ini?" tanya Deni datar.

Yanti semakin menundukkan kepalanya karena dia tahu, Deni sedang melihatnya.

"Siapa nama kamu. Jika kamu masih tidak mau menjawab, hari ini juga kamu akan saya pecat. Silahkan tinggalkan tempat ini," kata Deni kesal.

Mendengar dia akan dipecat, dia sangat panik dan dia tidak ingin dipecat pada hari pertama dia bekerja. Capek-capek cari pekerjaan yang bisa mendapatkan gaji bulanan, masa harus cari pekerjaan baru lagi.

"Bukan. Saya tidak tahu apa yang Bapak maksud. Bukan saya penyebabnya. Mereka bertengkar sendiri," bela Yanti yang tanpa sadar mengangkat kepalanya.

"Kamu, kamu gadis yang kemarin kan?" kata Deni kaget.

"Bapak mengenali saya?" tanya Yanti sambil tersenyum takut.

"Kamu pikir, karena penampilanmu berubah, aku tidak akan mengenalimu. Jadi kamu bekerja di tempatku untuk membayar hutang-hutangmu?"

"Benar. Jadi jangan pecat saya," kata Yanti setengah memohon.

"Sampai kapan kamu akan bisa membayar biaya perbaikan mobilku?"

"Sebenarnya berapa biayanya?"

"20 juta."

"Hhh, sebesar itu?" tanya Yanti kaget.

"Memang, kamu pikir biaya perbaikan mobil itu murah?"

"20 juta, aku bisa kumpulkan kira-kira harus bekerja disini berapa bulan?" gumam Yanti.

"Lalu, kamu pikir, aku mau kamu cicil? Aku akan memberimu jalan agar hutang kamu lunas dan kamu bisa mendapatkan uang yang cukup besar," kata Deni sambil tersenyum licik.

"Tidak. Pasti pekerjaan itu sangat sulit dilakukan," jawab Yanti cemas.

"Tidak juga. Menikahlah denganku."

"Apa, menikah?"

Deni menatap tajam wajah Yanti yang tiba-tiba berubah pucat. Yanti sendiri masih syok dan tidak percaya, bos kecil itu akan melamarnya. Mereka baru kemarin bertemu, mana mungkin bos kecil jatuh cinta padanya. Yanti mulai curiga, dengan keinginan bos kecil. Pasti hanya ingin mempermainkannya.

"Benar, kita menikah. Jika kamu setuju, tidak hanya hutang kamu lunas, kamu akan mendapatkan apapun yang kamu inginkan. Dan juga status sebagai nyonya Deni," kata Deni sambil melebarkan matanya.

"Sayangnya, saya sama sekali tidak tertarik," jawab Yanti tersenyum tipis.

"Kamu menganggap tawaranku ini serius?"

"Lalu?"

"Jangan kira, aku akan tertarik menikah dengan gadis sepertimu. Jangan berpikir, ini seperti drama idola," ucap Deni ambil tertawa mengejek Yanti.

Benar dugaanku. Ternyata ada bos, yang suka mempermainkan bawahan, gumam Yanti.

Bab 3. Flashback Deni

Yanti menarik nafas dalam-dalam, berusaha agar tidak marah karena dipermainkan oleh Deni.

"Kamu sudah tahu kesalahan kamu hari ini? Jika kamu masih ingin bekerja, kamu harus mau menerima hukuman," kata Deni serius.

"Hukuman?" tanya Yanti cemas.

"Tentu saja hukuman. Apa harus di beri hadiah? Mulai besok, kamu akan menjadi asistenku untuk sementara. Menggantikan Riko yang sedang cuti seminggu. Ingat, jika pekerjaanmu baik, kamu akan tetap bisa bekerja di sini. Tapi, jika kamu membuat kesalahan lagi, bye bye. Selamat tinggal untuk pekerjaanmu," kata Deni sambil menatap wajah gadis yang tampak kacau di depannya.

"Saya hanya lulusan SMA. Saya tidak akan bisa menjadi asisten Bapak," kata Yanti sedih.

"Kamu tidak usah khawatir, kamu hanya menggantikan sementara bukan selamanya. Dan tugas kamu cukup ikut dan nurut saja perintahku," kata Deni sinis.

"Semudah itu? Ini tidak mungkin, pasti ada yang tidak beres," gumam Yanti.

"Oh ya, besok, ikut aku tugas ke luar kota."

"Apa, tugas luar kota?" tanya Yanti kaget.

Bos kecil yang bernama Deni ini benar-benar selalu membuatnya kaget.

Apa ini balas dendam dari dia karena aku belum bisa membayar denda perbaikan mobilnya? Uang sebanyak itu memang membutuhkan waktu yang cukup lama, harusnya pak Deni paham hal itu dan tidak menyulitkan seperti ini, batinnya.

"Itu salah satu tugas asisten. Menemani tugas ke luar kota. Jika kamu tidak bersedia, silahkan keluar dan bayar hutang kamu segera."

"Tentu saya bersedia," jawab Yanti gugup.

"Sekarang, kamu boleh pulang. persiapkan keperluanmu. Kita akan menginap disana beberapa hari," kata Deni.

"Kenapa harus menginap?" tanya Yanti.

"Kenapa? Kamu ternyata terlalu banyak bertanya dan selalu protes dengan tugas kamu. Tinggal turuti perintah, apa susahnya. Tidak aku suruh masuk kandang macan juga. Yang jadi bos disini, kamu atau aku?" tanya Deni kesal karena Yanti terlalu banyak bicara.

"Tentu saja anda. Saya hanya pegawai kecil. Maka kasihanilah saya. Biarkan hutang saya, saya bayar dengan mencicil, gimana Bos?" tanya Yanti berusaha mencari kelonggaran.

"Asalkan, kamu tanpa protes bersedia ikut ke luar kota, hutang kamu boleh kamu cicil sampai lunas. Bagaimana?" tanya Deni berusaha membuat kesepakatan baru.

"Baik, Pak Deni. Saya anggap, Pak Deni setuju saya boleh mencicil. Kalau begitu, berikan kartu identitas saya sekarang," kata Yanti sambil mengulurkan tangan.

"Aku hanya bilang boleh mencicil, tapi aku tidak bilang akan mengembalikan kartu identitas kamu. Lagipula, kartu identitas ini tidak aku bawa," kata Deni sambil tersenyum licik.

"Ya sudah, kalau tidak dibawa. Yanti mohon, besok bawa ya Bos. takutnya nanti hilang," kata Yanti.

"Kamu berani memerintah, atasanmu?"

"Bukan memerintah, tapi meminta. Gitu saja tidak bisa membedakan," kata Yanti setengah bergumam.

"Sudah-sudah, mending sekarang kamu pulang dan persiapkan untuk perjalanan kamu besok."

"Baiklah, Pak Deni. Tapi besok saya datang kesini jam berapa?"

"Pertanyaan bagus. Kamu tunggu saja, di jalan raya dekat rumah kamu sekitar jam 9."

"Baik, saya pergi dulu. selamat siang," pamit Yanti.

Yanti melangkah keluar dengan hati dongkol. Awalnya Yanti mengira, dia akan dimaafkan. Karena, pak Deni terlihat suka bergurau dan tidak pemarah seperti waktu pertama bertemu. Tetapi ternyata, pak Deni itu suka berubah-ubah sikap tergantung hatinya.

Sementara itu, Deni tersenyum sinis melihat Yanti. Gadis yang membuat ibunya bersedih sepanjang hari. Lalu ada hubungan apa, Yanti dengan ibunya Deni?

Flashback on.

Hari itu, Deni pulang lebih awal karena sedang tidak ada pekerjaan yang mendesak. Dia ingin memberi perhatian pada ibunya dan mengajak ibunya pergi makan diluar.

"Deni, tumben pulang cepat?" tanya Bu Sekar sedih.

"Iya, Bu. Hari ini, Deni ingin menemani ibu. Sepertinya sudah lama kita tidak pergi makan bersama. Tapi kenapa ibu tampak sedih?"

"Deni, ayahmu memiliki wanita lain," ucap Bu Sekar sambil meneteskan air mata.

"Apa, dari mana ibu tahu kalau ayah memiliki wanita lain?" tanya Deni emosi.

"Kemarin, ibu menemukan nota pembayaran kalung emas. Tidak hanya itu, sebelumnya ibu juga menemukan pakaian wanita muda di dalam mobilnya. Ibu tidak berani bertanya pada ayahmu. Karena setiap kali ini bertanya, dia akan bilang, jika itu milik pak Hadi untuk anaknya," kata Bu Sekar sedih.

"Ibu, ibu tenang saja. Biar Deni yang akan mencari tahu kebenarannya. Jika benar ayah memiliki wanita simpanan, Deni pastikan, wanita itu tidak akan bisa bersama ayah lagi," kata Deni menenangkan ibunya.

"Deni, ibu bahagia memiliki anak sepertimu. Meskipun ibu bukan ibu kandungmu, tapi ibu sangat menyayangimu," kata Bu Sekar sambil memegang tangan Deni.

"Ibu, sejak ibuku koma, ibu sudah merawat aku dengan penuh kasih sayang. Sekarang, ibuku sudah meninggal, hanya ibu tempat Deni bisa berbakti. Deni akan membuat ibu tersenyum bahagia. Deni tidak akan membiarkan ayah, menyakiti ibu," kata Deni.

"Terimakasih, Deni."

Setelah mengetahui kabar perselingkuhan ayahnya, Deni meminta seseorang untuk mengawasi dan mencari tahu kemana saja ayahnya pergi, setelah pulang kerja.

Tidak butuh waktu lama, informasi tentang selingkuhan ayahnya sudah dia dapatkan. Deni sangat terkejut ketika tahu siapa wanita selingkuhan ayahnya. Dia adalah anak pak Hadi, Yanti.

Pak Hadi, dulu pernah bekerja sebagai sopir di rumah keluarga Hendra. Tetapi, beberapa tahun yang lalu, pak Hadi sakit dan mengundurkan diri.

Mungkin, karena ayahnya sudah memberikan mereka uang yang banyak sehingga pak Hadi tidak perlu bekerja lagi dan menjadikan anaknya sebagai simpanan ayahnya. Itulah yang ada didalam pikirannya saat ini.

Deni memutar otak untuk bisa memisahkan ayahnya dari jerat gadis kecil itu. Gadis itu baru saja lulus SMA, dan dia sudah menjadi sugar baby ayahnya.

Menjijikkan, gumamnya dalam hati.

Deni mulai menjalankan rencananya dengan membuat mobilnya bersinggungan dengan sepeda Yanti. Rencananya berhasil membuat Yanti berhutang padanya. Menyerahkan kartu identitas dan membuat Yanti tidak bisa begitu saja lepas darinya.

Setelah tahu, Yanti bekerja di tempatnya, Deni mulai menjalankan rencananya. Mengirim sepasang kekasih untuk bertengkar di tempat kerja Yanti hingga membuat Yanti takut di pecat. Sekarang dia berhasil membuat Yanti menjadi asistennya selama beberapa hari.

Deni ingin membuat rencana agar antara Yanti dan ayahnya tidak memiliki kesempatan untuk bisa bersama. Dengan kata lain, Deni ingin mengikat Yanti dengan ikatan yang ayahnya tidak akan bisa memiliki Yanti Samapi kapanpun. Dan Yanti akan tetap berada didalam kendali Deni. Deni tidak akan memberi mereka kesempatan untuk memadu cinta lagi. Pengorbanan Deni untuk ibunya, sebagai balasan atas kasih sayang yang sudah diberikan Bu Sekar padanya selam ini.

Flashback off.

Suara dering ponselnya, menyadarkan dirinya dari lamunannya. Ternyata yang menghubunginya adalah Riko, untuk memberitahukan bahwa Riko sudah menyiapkan semua yang diminta Deni.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!