Suara bariton milik seorang pria bergema di setiap sudut ruangan, dia telah mengucapkan sebuah janji suci pernikahan untuk gadis yang tidak pernah dia cintai sama sekali.
Namun, kalimat pemberkatan itu mampu membuat semua orang yang menyaksikan merasa haru, berbeda sekali dengan pria tampan itu.
Seorang pria yang memiliki nama lengkap Chow Branson King Tan, dia terlihat memancarkan wajah datar. Sedikitpun tidak ada senyum yang tersemat di bibir tipisnya, sebab ia harus menelan kekecawaan dengan menikahi calon anak tirinya sendiri.
Dia terpaksa melakukan itu semua. Karena beberapa jam sebelum acara sakral itu dimulai, sebuah tragedi terjadi dan mengejutkan semua orang.
Pria yang kerap disapa Choco itu diketahui tidur dengan sang calon anak tiri, dan ditemukan dalam satu kamar tanpa memakai sehelai benang pun.
Hingga akhirnya mau tidak mau Choco harus merelakan cintanya, beralih pada seorang gadis licik bernama Prilly Hadwin.
Dia bukannya tidak tahu apa-apa. Sebab malam itu Prilly sengaja memberinya minuman, dan mengunci mereka dalam satu kamar.
“Minuman apa ini, Pril?” tanya Choco pada saat itu.
Mereka semua berencana menginap di hotel sebelum hari H itu berlangsung, jadi tidak aneh, jika semua anggota keluarga sudah berada di sana. Tak terkceuali keluarga besar dari pihak pria.
“Aku tidak tahu, Uncle, tapi Mommy berpesan agar Uncle menghabiskannya,” jawab Prilly bohong sambil menggelengkan kepala.
Karena Choco sudah menganggap Prilly sebagai anaknya, dia tidak merasa curiga sedikitpun dan langsung menenggak minuman tersebut hingga tandas.
Membuat Prilly menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk sebuah seringai.
Tanpa Choco ketahui semua itu telah menjadi petaka baginya, karena detik selanjutnya dia merasakan sesuatu yang aneh dalam tubuhnya.
Pria tampan itu hanya bisa membelalakan mata begitu Prilly mendekat sambil menyuguhkan tubuhnya dengan cuma-cuma.
Sementara tubuh Choco terasa seperti terbakar, menghasilkan gairah yang meminta dilepaskan. Nafas pria itu memburu, hingga akhirnya dia pun merasa curiga bahwa Prilly telah menaruh sesuatu di minuman tersebut.
“Apa maksud dari semua ini?” tanya Choco penuh penekanan, karena dia benar-benar tidak tahu apa tujuan gadis itu. Benarkah dia sengaja ingin menjebak dirinya?
Mendengar itu, Prilly hanya tersenyum. Sebab selangkah lagi rencana untuk menggagalkan pernikahan antara ibu tirinya dengan sang calon ayah, berhasil. Selama ini Prilly diam-diam mengagumi Choco—salah seorang dosen yang mengajar di kampusnya.
Namun, entah takdir apa yang mengikat mereka berdua, Choco malah berpacaran dengan ibu tirinya, dan itu artinya sebentar lagi Choco akan menjadi ayahnya.
Dia tidak terima, sebab dia pun tahu bagaimana tabiat Melinda—wanita yang tega merebut ayahnya dari mendiang sang ibu.
Dan setelah sang ayah telah tiada, Melinda begitu bebas menikmati semua harta kekayaan yang Prilly punya. Demi mempertahankan apa yang menjadi haknya, Prilly terpaksa bertahan di rumah peninggalan kedua orang tuanya dan hidup dengan wanita itu. Tak peduli meskipun hubungan keduanya tidak bisa dikatakan baik.
Jadi, bisa disimpulkan di samping Prilly mencintai pria berusia 32 tahun itu. Dia pun ingin membalaskan dendam sang ibu, dengan merebut Choco dari Melinda.
“Aku tidak memiliki maksud apa-apa, Uncle, aku hanya ingin menyelamatkanmu dari seseorang yang kamu anggap baik,” jawab Prilly, sambil menatap Choco yang sudah sangat tidak karuan.
Keringat mulai membasahi tubuh pria matang itu, hingga dengan terpaksa dia membuang kemejanya.
Menyisakan dada bidang dan otot kekar yang begitu sempurna di mata Prilly. Namun, gadis itu tak bisa membohongi hatinya, bahwa kini dia sangat bergetar untuk mempersiapkan diri mendapat serangan dari Choco.
Ingin mundur? Tidak bisa, sebab tak berapa lama kemudian sebuah tarikan yang Choco lakukan membuat Prilly terjerembab di atas ranjang.
Akal sehat pria itu telah hilang, hingga dengan cepat dia menyerang tubuh mungil yang kini berada dalam kungkungannya.
“Kamu yang menginginkan ini semua, jadi jangan salahkan aku, Gadis Licik!” Kalimat itu lolos dari mulut Choco sesaat sebelum ia memasuki tubuh Prilly, dan sebuah erangan kesakitan membuktikan bahwa kini gadis itu telah menjatuhkan harga dirinya di depan Choco.
Sehingga membuat pria itu berubah membencinya. Bagi Choco, Prilly adalah petaka yang paling menakutkan dalam hidupnya, karena gadis itu dia membuat keluarganya kecewa.
“Jangan harap kamu bisa mendapatkan hatiku begitu saja, karena hatiku milik ibumu—Melinda!”
***
Hola Nak-anak Uler👋👋
Balik lagi sama cerita keluarga satu ini. Nggak ada habisnya gue minta dukungan kalian semua, semoga kalian selalu suka ya dengan cerita yang gue suguhkan.
Jangan lupa tap favorit dan follow akun ngothor, supaya bisa dapat notif update-nya.
Oke selamat membaca 🤗🤗🤗
Salam anu👑
“Jangan harap kamu bisa mendapatkan hatiku begitu saja, karena hatiku milik ibumu—Melinda!” bisik Choco tepat di telinga Prilly.
Gadis itu hanya bisa membeku dengan hati yang terasa sakit. Dia cukup tahu apa konsekuensi yang harus ia terima setelah semuanya terjadi. Choco akan sangat membencinya, karena dia adalah penyebab gagalnya pernikahan antara Choco dengan Melinda.
Pesta pernikahan itu berlangsung dengan sangat meriah. Namun, itu semua tidak bisa membuat Choco merasakan kebahagiaan. Berulang kali Zoya—sang ibu, mengingatkannya untuk mencoba menerima semuanya. Akan tetapi hatinya menolak, dia tidak bisa.
Apalagi saat ia melihat ke sudut ruangan, di mana Melinda berada. Wanita itu tampak memperhatikannya dari jauh. Dan dalam jarak yang terbentang di antara mereka, Choco masih bisa melihat kekecewaan di mata wanita yang dicintainya.
Melinda menangis, sementara Choco tidak bisa berbuat apa-apa, meksipun hatinya ikut teriris. Dia tidak mungkin melepaskan tanggung jawabnya terhadap Prilly, karena semalam dia benar-benar menggagahi gadis cantik itu.
Maafkan aku, Mel. Aku tidak bisa berbuat banyak, karena aku tidak mungkin bisa menentang keluargaku. Batin Choco dengan sendu. Hatinya terlanjur berpusat pada satu arah yaitu Melinda.
Dia meremat kepalan tangannya, sungguh tidak berdaya. Sementara kebencian terhadap Prilly kini makin membara di hatinya.
Melinda tampak meninggalkan pesta. Hal tersebut tentu membuat Choco terbelalak. Dia takut kalau Melinda sampai berbuat nekad, hingga membahayakan nyawanya sendiri. Choco pun mengedarkan pandangan, memastikan bahwa keluarganya tidak berada di dekat sana.
Dengan dada yang bergemuruh, dia hendak turun dari pelaminan, tak peduli meksipun banyak orang yang ingin menyalaminya.
Namun, secepat kilat Prilly mencekal pergelangan tangan Choco. Dia tahu sedari tadi suaminya bersitatap dengan netra milik ibu tirinya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Prilly, mencoba untuk menahan sesak di hatinya. Dia mencintai Choco, tak peduli dengan perbedaan usia di antara mereka.
Choco melirik sekilas tangan langsing itu. Tanpa orang ketahui Choco menekan dan melepaskannya dengan cukup kuat. "Ini semua bukan urusanmu!" Ucap pria itu, memberi ketegasan pada Prilly, bahwa gadis itu tidak berarti apa-apa untuknya.
Belum apa-apa Prilly harus menelan kekecewaan. Karena Choco sudah benar-benar berubah. Pria itu bukanlah pria lemah lembut yang ia temui kemarin. Dengan bola mata berkaca-kaca, Prilly melepaskan kepergian Choco yang ingin mengejar Melinda.
Ini baru awal, Pril. Yakinlah suatu saat dia akan mencintaimu. Apalagi saat dia tahu, bahwa wanita yang selama ini ia cintai, hanya ingin memanfaatkan harta kekayaannya saja.
Di sisi lain.
Choco berhasil menarik tubuh Melinda masuk ke dalam sebuah ruangan yang tidak terpakai dan jarang dilewati oleh banyak orang. Awalnya Melinda meronta, tetapi begitu Choco menatapnya, dia hanya bisa terisak-isak.
Air mata wanita itu kembali luruh, sementara dadanya naik turun, seiring tarikan nafas yang menyesakkan dadanya.
Melihat itu, Choco tidak bisa diam saja, karena walau bagaimanapun, dia sudah berhubungan cukup lama dengan wanita itu. Dia menarik tubuh Melinda untuk masuk dalam dekapnya, dan di sana tangis Melinda semakin pecah.
"Kamu jahat, Cho! Kamu jahat!" ucap Melinda sambil terisak-isak. Dia sedikit memukuli dada bidang Choco, sebagai pelampiasan kekesalannya.
Bagaimana dia tidak kesal? Gara-gara anak tirinya, dia harus kehilangan pria kaya raya seperti Choco, sebab meskipun Choco hanya seorang dosen, Melinda tahu latar belakang pria itu—dia adalah salah satu pewaris keluarga Tan.
Selama ini dia menahan diri untuk tidak meminta ini dan itu pada Choco. Karena ia berharap untuk menjadi istri dari pria itu. Namun, pada kenyataannya Prilly malah menggagalkan semuanya.
"Maafkan aku, Mel. Ini di luar kehendakku. Dan kamu tahu aku tidak bisa melepaskan tanggung jawabku padanya, terlebih keluargaku memergoki kami berdua," jelas Choco, berharap semua itu dapat mengurangi sakit hati Melinda.
Akan tetapi dugaannya salah. Sebab pukulan di dadanya malah terasa semakin kencang. "Lalu bagaimana dengan aku, Cho? Kamu tahu aku sangat mencintaimu. Dan sekarang, lagi-lagi aku harus merasakan kehilangan. Beginikah takdir hidupku?"
"Maafkan aku, Mel."
"Jangan hanya minta maaf, katakan aku harus apa!"
Choco terdiam sejenak untuk berpikir. Mencari jalan terbaik agar ia dan Melinda bisa bersatu kembali. Karena walau bagaimanapun, ini adalah jebakan yang sengaja Prilly perbuat. Maka gadis itu harus menerima akibatnya.
Choco menarik tubuh Melinda agar sedikit menjauh, lalu menangkup kedua sisi wajah wanita itu. Jari jemari hangat itu mengusap pelan air mata Melinda, hingga ia bisa melihat dua bola mata yang berbinar indah milik wanitanya.
"Tunggu sampai beberapa bulan, kalau dia tidak hamil. Aku akan menceraikannya," ucap Choco dengan wajah yang terlihat begitu serius.
Melinda tidak salah dengar? Benarkah Choco akan mengambil tindakan itu. Pelan tapi pasti, bibir Melinda mulai melengkung membentuk sebuah senyuman. "Kamu benar-benar ingin melakukannya?"
Pria tampan itu menarik nafas dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya secara perlahan. Tidak ada pilihan lain, dia tidak mencintai Prilly sedikitpun, karena dia sudah menganggap gadis licik itu sebagai anaknya.
Dan akhirnya Choco menganggukkan kepala.
***
Minta dikemplang nih uler atu🙄🙄🙄 Jangan lupa tuh mpot, kembang, kupinya🤸🤸🤸
Setelah acara pesta selesai, semua tamu undangan pun berangsur meninggalkan ballroom hotel dan pulang ke rumah masing-masing. Tak terkecuali keluarga Choco—mereka meninggalkan Choco di hotel—tepatnya di kamar yang sudah disiapkan untuk malam pertama pengantin.
Namun, bagaimana bisa Choco berdiam diri dengan seorang gadis yang dia anggap licik itu. Untuk saat ini, dia benar-benar tidak sudi satu ruangan dengan Prilly.
Sebab hanya api kemarahan yang memuncak ketika dia melihat wajah Prilly yang sok lugu. Padahal gadis itu tidak lebih dari seorang wanita rendahan.
Choco berpura-pura masuk ke dalam kamar, agar keluarganya tidak curiga. Dan setelah semua orang pergi, Choco pun bangkit dari sofa. Membuat Prilly yang kala itu tengah melepaskan gaunnya, mendadak berhenti.
"Kak!" panggil Prilly menghentikan langkah Choco, mereka sudah menjadi suami istri, jadi Prilly memutuskan untuk memanggil Choco dengan sebutan kakak.
Akan tetapi Choco malah berdecih, seolah jijik dengan panggilan yang Prilly berikan untuknya.
"Mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan sebutan Kakak," sambung Prilly menjelaskan, dia begitu paham, bahwa kini Choco sangat membencinya.
Namun, dia tetap meyakinkan hatinya, bahwa tidak akan ada perjuangan yang sia-sia. Dia akan berusaha keras mendapatkan cinta suaminya.
Mendengar itu, Choco langsung mengangkat wajahnya. Dia menatap nyalang, tak habis pikir bahwa dia akan menghadapi wanita seperti Prilly. Wanita yang sungguh tidak tahu malu.
"Terserah! Aku tidak peduli. Karena apapun yang dilakukan olehmu, tidak akan merubah cara pandangku. Di mataku, kamu hanyalah seekor rubah betina!" ketus Choco tanpa perasaan. Baginya, Prilly pantas mendapatkan itu semua.
Karena gara-gara gadis itu, semua impian dia dan Melinda harus pupus seketika. Siapa yang tidak sakit hati, siapa yang tidak kecewa, siapa yang tidak marah ketika kita mengharapkan sesuatu, tetapi orang lain malah datang dan menghancurkannya.
"Aku mengerti, tapi aku minta jangan pergi malam ini."
"Apa urusanmu? Pergi atau tidak, aku tidak butuh izin darimu!"
"Tapi sekarang aku adalah istrimu, Kak. Aku berhak menahan kamu di sini!" ujar Prilly dengan suara yang sedikit meninggi.
Choco menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk senyum sinis yang begitu menakutkan. Dia menghunuskan tatapan tajam, dengan langkah yang terasa begitu mendebarkan.
Masih ada beberapa meter jarak di antara keduanya. Akan tetapi hal tersebut mampu membuat tubuh Prilly bergetar.
"Istri? Heuh, seharusnya kamu sadar, kamu memang berhasil merebut status itu dari Melinda. Tapi tidak dengan aku—kamu perlu tahu diri, bahwa aku hanyalah miliknya. Jadi, jangan berharap lebih pada pernikahan ini, Rubah Licik!" cibir Choco yang membuat Prilly menahan nafas.
Ya, dia memang perlu tahu diri. Karena di hati Choco masih ada nama ibu tirinya. Namun, apakah benar nama itu akan tersemat selamanya di sana? Dan jawabannya tidak!
"Baiklah, kita lihat saja. Siapa yang akan menyerah pada pernikahan ini. Aku atau kamu. Pergilah, biar semua orang tahu, kalau kamu bukanlah suami yang bertanggung jawab, meninggalkan seorang istri di malam pertama," ucap Prilly, memberanikan diri untuk membalas semua ucapan Choco.
Meskipun sebenarnya tenggorokan dia terasa tercekak. Dia berharap bahwa Choco akan memikirkan semua perkataannya. Akan tetapi ternyata dia salah. Sebab pria itu malah membuka jas dengan gerakan kasar, lalu melemparkannya tepat ke wajah Prilly.
Bruk!
"Aku tidak butuh ancamanmu. Karena wanita sepertimu tidak pantas dipertahankan sama sekali. Dan ingat, jangan berani untuk menghubungi keluargaku, karena hal itu hanya akan membuatku semakin membencimu!"
Lantas setelah itu, Choco keluar dari kamar mereka. Meninggalkan Prilly sendiri dengan segala kesakitan yang Choco torehkan.
Dia hanya menatap punggung kekar Choco yang semakin menjauh dari pandangannya. Hingga benar-benar hilang karena ada pintu yang menjadi pembatas di antara mereka.
Setetes cairan bening meluncur dari sudut mata Prilly. Namun, dia segera menepisnya dengan kasar. Karena dengan menangis, hanya akan membuat dia terlihat lemah. Dia sudah memprediksi semuanya. Bahwa Choco, memang tidak akan bisa menerima semua ini dengan mudah.
Dia yang telah dibutakan oleh cinta dan dendam. Jadi, dia juga harus menerima segala konsekuensinya. "Sekarang kamu bisa bicara seperti itu. Tapi tidak lain kali!"
***
Selow up yang guys, masih dalam bimbingan soalnya😘😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!