NovelToon NovelToon

Esmeralda Canduku

BAB 1 PROLOG

...Happy Reading...

...****************...

Di penghujung kemarau yang bersambut rintik bening hujan yang membasahi permukaan alam. Seorang gadis tampak cemas mencari bantuan. Rupanya dia sedang tersesat sendirian saat hendak berkunjung ke rumah neneknya di sebuah desa. Esmeralda namanya, usianya tepat memasuki 21 tahun, satu minggu yang lalu.

Di tengah kecemasan yang melandanya, mata Esmeralda tertuju pada sebuah gedung tua yang pintunya tampak terbuka. Dengan harapan mendapat pertolongan dari seseorang yang mungkin ada di sana, Esmeralda pun bergegas menuju gedung tua tersebut.

"Permisi, ada orang di dalam?" kata Esmeralda bersuara agak keras dengan hati berdebar.

"Hellooooo!" serunya sekali lagi.

Tak kunjung mendapat jawaban dan menemukan seorang pun juga, membuat Esmeralda semakin ketakutan. Ditambah suasana kala itu grimis mengundang dengan mendung pekat menyelimuti seluruh permukaan langit. Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar. "Sepi sekali, kurasa tidak ada siapa pun di sini. Aduuh ... bagaimana ini?" risaunya.

Wajah Esmeralda menegang, bulu kuduknya meremang, lalu dia menggigit kuku jarinya merasa ngeri. Kemudian, ada sosok bayangan hitam yang terus mendekat beriringan dengan pendar lampu lentera yang dijinjing oleh sebelah tangan. Semakin lama bayangan hitam itu semakin mendekat dan ....

"Aaaaaaa!!" jerit Esmeralda sangat nyaring hingga nyaris memecah gendang telinga.

"Tolong jangan makan aku! Aku tidak berniat jahat. Aku hanya ingin menanyakan jalan," papar Gadis itu sembari menutupkan tangan ke wajahnya.

"Ya ampun! Hey, apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu berteriak seperti sedang melihat hantu?" lontar seorang Pria.

"Apa? Jadi, dia bukan makhluk astral yang memakan manusia?" gumamnya dan terdengar oleh Pria tersebut.

"Huh, dasar Gadis aneh!" dengus Pria itu.

"Apa katamu? Kamu memang seram, bahkan lebih seram dari kata seram itu sendiri! Wajar saja kalau aku berteriak dan merasa takut," oceh Esmeralda tidak terima.

"Ha! Baiklah, Nona. Kamu yang datang sendiri ke gedung ini dan sekarang kamu juga yang memaki pemiliknya. Bagus, tidak ada sikap yang lebih baik dibandingkan sikapmu itu. Tidak beradab," sarkas Si Pria.

"Baiklah, aku mengaku salah. Sekarang aku ingin bertanya, apakah kamu tahu jalan menuju desa penjahit?" tanya Esmeralda.

"Bahkan, dia masih saja angkuh setelah mengaku salah," cicit Pria itu lagi.

Esmeralda mengatur napasnya berusaha untuk tidak tersulut emosi. "Huuuft, maaf ... apa Anda tahu jalan menuju desa penjahit?" ulang Esmeralda kali ini lebih santun.

Alih-alih menjawab, Pria itu justru berlalu begitu saja meninggalkan Esmeralda. Entah karena tersinggung oleh sikap Esmeralda sebelumnya, atau karena dia memang tidak tahu. Esmeralda yang kebingungan, akhirnya mengikuti arah kemana Pria itu berjalan.

"Hey, tunggu! Kenapa kamu tidak menjawab?" teriak Gadis berparas indah itu sambil mengekor di belakang Pria tak dikenal tersebut.

"Apa pemukiman ini tidak berpenghuni? Kenapa sepi dan tidak ada orang?" Esmeralda terus bertanya walau tidak juga dijawab.

"Apa ini desa mati?" imbuhnya lagi.

"Kamu sedang bicara pada siapa?" ujar Pria itu seraya membalikkan badannya dan menoleh pada Esmeralda.

"Tentu saja padamu. Apa ada makhluk aneh lain di sini?" cetus Gadis cantik itu.

"Maheer ...," kata Pria itu sembari mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

Ya, namanya adalah Maheer (29 tahun), anak dari saudagar kaya di desa penjahit. Dia dikenal tampan, mapan, tetapi sangat dingin dan acuh terhadap wanita. Bahkan, tak jarang gadis-gadis memanggilnya Pria Salju karena sikapnya yang dingin itu.

Esmeralda hendak menyambut uluran tangan pria yang ternyata bernama Maheer tersebut. Namun, sesuatu hal melintasi pikirannya. Hingga dia mengurungkan niat.

"Tunggu dulu, apa aku bisa menjamin bahwa orang ini baik? Bagaimana kalau dia menjebakku dan mengirimku ke lembah kenistaan?" batin Esmeralda merasa ragu.

Menyadari Gadis itu tidak menyambut uluran tangannya, Maheer pun masuk ke dalam mobilnya yang terparkir beberapa langkah dari tempatnya berdiri saat itu. "Siapa sebenarnya gadis itu? Apa dia benar-benar tidak tahu jalan sampai tersesat ke sini?" gumam Maheer dari dalam mobil.

Meneliti dari kejauhan dan melihat Esmeralda hanya diam mematung sembari memegangi tengkuknya, Maheer pun memutuskan untuk menghampirinya lagi. "Hey, kamu mau pergi ke rumah siapa?" tanya Maheer sembari menepuk bahu Gadis pemilik rambut lurus tersebut hingga membuatnya terkejut.

"Aaaaaaa!" jerit Esmeralda lagi. Dia melompat kaget sampai-sampai kakinya tersandung dan nyaris membuatnya terjerembab.

"Hati-hati!" kata Maheer seraya menangkap tubuh Esmeralda dengan sigap dan membuat keduanya hampir beradu bibir.

Di posisi saling bertatapan itu mereka mematung dan sama-sama terpaku. Mata Esmeralda yang bulat sempurna dengan bulu-bulu lentiknya, membuat Maheer terasa bagai dibidik oleh panah tepat di jantungnya. Pandangan Pria itu seakan terpenjara di dalam mata Esmeralda. Dia tersihir oleh keindahan gadis bernama Esmeralda tersebut.

Mereka terhanyut dalam buaian suasana tidak terduga dan kini bibir mereka benar-benar saling bertemu. Jantung keduanya dag-dig-dug tidak karuan. Detaknya berdegup kencang seakan mampu meremukkan diri mereka sendiri.

"Aaaaaaaa! Kamu menodai kesucian bibirku. Dasar bejad, tidak tahu diri!" raung Esmeralda saat kesadarannya kembali.

"Ahh, dia senang sekali berteriak," gerundal Maheer.

"Maaf, sungguh aku tidak sengaja," lanjut Maheer memohon maaf dengan sungguh.

"Bilang saja kamu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dasar maniak!" Maki Esmeralda tak henti-henti.

"Sungguh, aku tidak sengaja melakukannya," imbuh Maheer.

"Aku tidak mau tahu! Pokoknya kamu harus mengembalikan kemurnian bibir suciku!" tandas Esmeralda tak mau memaafkan.

"Ya ampun! Bagaimana caranya?" batin Maheer bingung.

"Siapa namamu?" tanya Maheer ingin tahu.

"Esmeralda! Aku mempesona seperti namaku. Karena itu 'kan kamu mengambil kesempatan untuk mencuri ciuman pertamaku. Ciihhh! Ciiihhh! Ciiiiihhh!" celoteh Esmeralda sembari menyeka bibirnya berulang kali.

Maheer terdiam sejenak, lalu tersenyum menyeringai. "Esmeralda? Berat sekali namamu," bisik hati Maheer yang diam-diam berseloroh senang.

Bersambung ....

BAB 2 Berapi-Api

"Kenapa senyum-senyum? Kamu pasti sedang terpikir hal mesuum tentangku, ya?" terka Esmeralda.

"Dia sangat agresif dan penuh praduga!" batin Maheer.

Hujan semakin deras kala itu. Maheer menggandeng tangan Esmeralda begitu saja dan membawanya untuk berteduh ke dalam mobil. Esmeralda yang tidak punya pilihan lain pun hanya pasrah dan menurut ketika Maheer tiba-tiba meraih tangan dan menuntunnya.

"Huhuhu ... kenapa aku harus tersesat di sini? Ini sangat menyebalkan dan membuat predikat kerenku memudar," ratap Esmeralda bersedih.

"Ambil ini," kata Maheer menyodorkan sapu tangan pada Esmeralda.

"Tidak mau! Jangan-jangan kamu sudah menaruh obat bius di situ," tolak Gadis itu penuh curiga.

"Astaga, apa kamu tidak bisa berprasangka baik sedikit saja pada orang lain yang berusaha untuk membantumu?" lontar Maheer yang tidak tahu harus bagaimana lagi.

"Tidak! Karena curiga adalah pelita hati!" tandas Esmeralda.

"Ya sudah, terserah kamu saja. Sial sekali aku bertemu dengan orang sepertimu!" hardik Maheer.

"Aku juga tidak berharap bertemu denganmu. Bahkan, memimpikannya saja aku tidak sudi!"

"Huuuft! Baiklah, Nona Esmeralda. Kemana kamu akan pergi? Biar aku antar. Kalau saja kamu bukan seorang wanita pasti sudah aku lempar jauh ke negara api."

"Tega sekali! Tega, tega, tega!" Tanpa sadar Esmeralda memukuli dada bidang Maheer secara bertubi-tubi.

"Ouughh ... kau membuatku ingin ...." Belum sempat melanjutkan kata-katanya, Maheer sudah pingsan.

"Ingin apa? Ohh tidak! Bagaimana ini? Apa aku memukulnya terlalu kencang? Oughh ... ini sangat gawat," ucap Esmeralda panik.

"Hey, bangun! Tolong jangan mati sekarang, kamu belum mengantarkan aku sampai ke tempat tujuan," oceh Gadis itu sembari mengguncang pelan tubuh Maheer.

"Kumohon bangunlah, jangan membuatku ketakutan!" lanjutnya lagi seraya mengedarkan pendangan ke segala arah.

Esmeralda yang panik mengatur napasnya agar dirinya lebih tenang. Kemudian, dia melepas sepatu Maheer dan juga kaos kakinya. "Maaf, tapi kurasa tidak ada cara lain, kecuali memberi hidungmu hadiah yang sangat bagus ini," tutur Esmeralda sambil menaruh kaos kaki di depan hidung Maheer.

"Sial, kukira dia akan memberiku napas buatan, ternyata malah mengenduskan kaos kaki padaku," cicit Maheer dalam hati. Tenyata, dia hanya berpura-pura tidak sadarkan diri.

Karena Maheer tidak berhasil melakukan triknya untuk mendapat napas buatan, dia pun memilih tersadar saja dari pada kaos kaki itu terus terpampang di depan indera penciumannya. Dengan perlahan Maheer mengerjapkan matanya seolah habis pingsan sungguhan. "Aaakhh, dadaku sangat sakit," pekik Maheer sambil berpura-pura meringis.

"Ha! Benarkah? Mana yang sakit? Apa aku memukulmu terlalu keras? Maafkan aku!" ujar Esmeralda memberondong Maheer dengan pertanyaan.

"Di sini," tunjuk Maheer memegangi dadanya yang katanya sakit.

"Baiklah, aku akan mengobatinya!" tukas Esmeralda, lalu mengambil krim panas pereda nyeri dari dalam tasnya.

"Buka bajumu!" titah Esmeralda.

"Apa? Secepat inikah kita akan melakukannya?"

"Melakukan apa? Apa yang kamu pikirkan? Aku hanya akan mengoleskan krim pereda nyeri padamu. Jangan berpikir macam-macam, ya." Esmeralda membelalakkan matanya memberi ultimatum.

"Shiittt! Aku salah lagi," batin Maheer.

"Cepat buka! Sebelah mana yang sakit?" kata Esmeralda seakan tidak sabar.

"Sebenarnya tidak ada yang sakit," cetus Maheer pelan, tapi tak disangka Gadis itu ternyata mendengarnya.

"Apa? Jadi kamu hanya pura-pura? Iihh ... menyebalkan, menyebalkan, menyebalkan!" omel Esmeralda sambil kembali memukuli dada Maheer.

Maheer menangkis tangan Esmeralda dan menarik tubuh gadis itu lebih rapat ke tubuhnya.

Katanya dia pria yang dingin, lalu kenapa pada Esmeralda seperti mencari perhatian? Jawabannya sangat sederhana. Itu tidak lain karena pesona Esmeralda yang begitu memukau. Hingga Maheer yang biasa dijuluki pria salju saja berubah menghangat dan berapi-api.

"Ohh, perasaan apa ini? Kenapa jantungku seperti mau copot?" keluh hati Maheer.

Esmeralda tertegun dan tidak bisa berkutik. Tatapan matanya bertaut dengan sorot mata Maheer seolah tidak bisa dilepaskan. Tiba-tiba saja ada yang menyadarkan Esmeralda.

"Ihh, apa ini? Kenapa rasanya geli sekali?" batin Esmeralda penuh tanya.

Bersambung ....

BAB 3 Srigala Berbulu Domba

Seketika Esmeralda menarik tubuhnya menjauh dari Maheer. Dia tidak betah merasakan geli-geli yang menempel di kulitnya. Keadaan yang gelap membuatnya tidak dapat memastikan benda apa yang sebenarnya membuat dia geli itu.

"Aku akan tamat," gumam Esmeralda sembari bergidig ngeri.

Selekas melihat Esmeralda yang menghindari dirinya, Maheer pun menyalakan lampu kabin mobil yang langsung menampakkan wajah tampannya. Dia melemparkan senyum yang mematikan kepada Esmeralda, hingga Gadis itu terkesima. Maheer seakan sengaja menebar pesona saat melihat mimik wajah Gadis berkulit putih bersih itu diam menganga.

"Ooh, jadi yang membuatku geli tadi bulu dadanya," batin Esmeralda.

"Ouugh! harum tubuhnya, suara merdunya, dan segala yang ada padanya membuatku ingin memiliki dan mengenalnya lebih jauh. Esmeralda ... canduku," sanjung Maheer di dalam hati.

"Nona, Esme! Kamu tampak seksii saat sedang bengong seperti itu," lontar Maheer membuyarkan lamunan Esmeralda.

"O ... Ohh! Jangan memujiku." Esmeralda memalingkan wajahnya sambil salah tingkah.

"Hahaha! Oke, jadi apa kita akan terus di sini? Tidakkah kamu ingin memberitahu tujuanmu supaya aku bisa mengantarkanmu ke sana?" tutur Maheer.

"Tentu saja," kata Esmeralda sembari menyapukan pandangan matanya ke arah luar yang gelap.

"Apa di sini aman?" imbuhnya menanyakan tentang tempat itu.

"Paling-paling ada srigala," jawab Maheer sekenanya.

"Apa? Srigala?" kata Esmeralda berteriak kaget.

"Apakah dia berbulu domba?" lanjutnya dengan wajah yang mulai memucat.

Maheer menahan tawanya. Walau sesungguhnya, ingin sekali dia tertawa terbahak-bahak. Namun, untuk menghormati ketakutan Esmeralda dia pura-pura ikut menegang, tapi bukan anunya ... hanya ekspresi wajahnya saja.

"Dia sangat menawan, bahkan ketika sedang ketakutan." Sekali lagi, Maheer berdecak kagum pada aura rembulan yang ada pada Esmeralda.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu? Apa kamu juga jelmaan srigala?" cetus Esmeralda.

"Aku menunggu kamu mengatakan alamat tujuanmu, itu saja. Kenapa kamu senang sekali menduga-duga?" alibi Maheer.

"Ooh, aku kira kamu jelmaan siluman srigala. Hiiii, mengerikan!" ucap Gadis itu seraya mengangkat bahunya.

"Jadi, apa kita akan bermalam di dalam mobil saja, Nona?" sindir Maheer pada Esmeralda yang tidak juga mengatakan dengan jelas alamat tujuannya.

"Enak saja! Aku tidak mau! Kamu pikir siapa dirimu? Berani-beraninya berkata begitu padaku," geram Esmeralda merasa direndahkan.

"Kalau begitu katakan kamu akan kemana!" tegas Maheer dengan sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Baiklah .... Ke desa penjahit."

"Rumah siapa?" tanya Maheer lagi.

"Nenekku, Rossalinda," jawab Esmeralda ketus.

Tanpa menoleh lagi, Maheer pun langsung memutar kunci untuk menyalakan mesin mobilnya. Namun, situasi tidak terduga kembali terjadi. "Aaahhh, siaal! Mobilnya mogok," umpat Maheer.

"Lalu kita harus bagaimana?" kata Esmeralda panik.

Maheer merogoh ponsel dari saku celananya. Sayang sekali, ternyata bateray ponselnya juga habis. "Apa aku boleh pinjam ponselmu?" tanya Maheer sambil tidak enak hati.

"Untuk apa?" kata Esmeralda menaruh kembali rasa curiganya pada Maheer.

"Menghubungi bengkel!" tandas Maheer.

"Memangnya masih ada yang buka? Ini sudah mulai malam," tanya Esmeralda.

"Benar juga, ya," setuju Maheer.

"Ya sudah, kalau begitu kita menginap di mobil saja," tutur Maheer, lantas merebah di sandaran jok mobilnya.

"Apa tidak ada cara lain?" protes Esmeralda meragu.

"Ada ... kita bisa tidur di rumah lamaku yang tadi itu, tapi di luar 'kan sedang hujan deras," papar Maheer dengan santainya.

"Siaal sekali hari ini!" umpat Esmeralda.

"Sudah, jangan mengumpat," lontar Maheer.

"Dasar pria srigala!" cerca Esmeralda mengatai Maheer.

"Aku mendengarnya, Nona."

"Awas saja kalau berani macam-macam!" peringati Esmeralda.

"Aku tidak janji. Bagaimana kalau nanti aku berubah jadi srigala yang buas? Apa kamu akan melawan atau menyerahkan diri?" ledek Maheer.

"Aku akan memmbunuhmu!" jawab Gadis itu dengan tatapan sinis.

Malam semakin gelap dan hujan pun tak kunjung reda. Rasa kantuk mulai mendera kedua insan yang terjebak dalam situasi itu. Akhirnya, mereka pun tertidur dan tanpa disadari mereka sudah saling berdekapan.

Bersambung ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!