NovelToon NovelToon

HOW CAN I NOT LOVE YOU

BAB 1 -- Ingin Adik Perempuan

Bagi Readers baru yang baru bergabung disarankan membaca kisah ANINDITA, Sepenggal Kisah Masa Lalu dulu agar lebih mengerti jalan ceritanya.

Pengenalan Tokoh

ANINDITA PURBANINGRUM

Seorang wanita cantik berusia tiga puluh tahun, Ibu dua orang anak laki-laki dari dua pria berbeda. Mengalami kepahitan saat hamil di luar nikah akibat dinodai oleh seorang pria tak dikenal, yang ternyata orang penting di sebuah perusahaan property ternama di Jakarta bernama Ricky Pratama. Namun kesabarannya selama ini akhirnya membawa kebahagiaan untuknya. Melalui jalan panjang sebelum akhirnya dia memutuskan menerima pria yang dulu pernah menodainya dan memaafkan kesalahan pria itu. Anindita memberi kesempatan kepada Ricky untuk menebus kesalahannya dengan menjadi suami dan juga Papa untuk kedua anak Anindita.

RICKY PRATAMA

Pria berusia 37 tahun, yang berprofesi sebagai Executive Assistant di Angkasa Raya Group. Sebagai tanggung jawab atas kesalahannya di masa lalu, Ricky bersedia menikahi Anindita yang baru saja ditinggal oleh suami pertamanya. Lewat mimpinya, Ricky pun berjanji kepada suami Anindita untuk menjaga Anindita dan anak-anak, apalagi saat itu Anindita sedang mengandung anak suaminya, Arya Rahardja.

Kebahagian rumah tangga Anindita dan Arya Rahardja harus berakhir saat Tuhan manggil Arya untuk selama-lamanya. Sebuah pukulan yang berat dialami Anindita, tidak hanya kehilangan suaminya, namun juga harus diusir oleh adik-adik iparnya.

Untungnya di masa sulit Anindita, Ricky Pratama, pria yang pernah merenggut kesuciannya dulu datang bagai malaikat pelindung bagi Anindita. Ricky yang tidak pernah tersentuh wanita sebelumnya memang sejak bertekad bertanggung jawab terhadap wanita yang pernah dinodainya. Namun, sayangnya Ricky terlambat karena Anindita sudah menemukan tambatan hatinya dan akhirnya menikah dengan seorang kepala sekolah yang baik hati yang mau menerima Anindita dengan masa lalunya.

Tapi Tuhan sudah menentukan garis jodoh Anindita bersama dengan Ricky, karena tak lama setelah pernikahannya, Arya, suami Anindita meninggal dunia. Lewat mimpinya, Arya berpesan dan menitipkan Anindita dan juga bayi yang dikandung Anindita kepada Ricky.

Sejak itu Ricky selalu berusaha melindungi Anindita dari siapapun orang yang berusaha menyakitinya hingga akhirnya dia hingga memutuskan untuk menikahi Anindita dan menjadi ayah untuk anaknya dan juga anak dari mantan suami pertama Anindita.

Walaupun harus menjalani pernikahan keduanya karena keterpaksaan dengan pria yang pernah merenggut kesuciannya hingga membuat dia hamil anak pertama, namun Anindita merasakan kebahagiaan karena dirinya diperlakukan dengan sangat istimewa oleh sang suami, Ricky Pratama.

Kebahagiaan rumah tangga mereka sedikit terusik dengan orang dari masa lalu mereka yang mencoba mengusik kebahagiaan rumah tangga mereka. Bagaimanakah Ricky dan Anindita menghadapi semua rintangan dan mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka?

*********************❤️❤️❤️******************

Anindita memperhatikan tiga orang pria yang terlihat asyik bermain di taman belakang rumahnya. Seorang pria dewasa dan dua bocah berusia dua tahun dan tujuh tahun. Seulas senyuman terbias di sudut bibir wanita cantik beranak dua itu. Dia merasa bahagia dengan rumah tangga yang dia jalani saat ini, tak beda jauh dengan pernikahan pertamanya dulu bersama Arya.

Anindita memejamkan matanya ketika mengingat nama mantan suaminya dulu. Walaupun dirinya sudah menikah bersama Ricky, namun entah mengapa jika mengingat akan kepergian Arya yang sangat mendadak membuat hatinya masih saja terasa pilu.

" Semoga Mas Arya bahagia dia sana," gumam Anindita penuh harap mendongakkan kepalanya ke arah langit sore ini yang terlihat cerah.

" Mama ...!!"

Suara teriakan Rama terdengar membuyarkan lamunan Anindita soal mantan suaminya dulu.

" Mama ...!" Suara Ramadhan berteriak terdengar memanggil namanya.

" Ma, turun sini! Main layangan sama Rama!" Ramadhan menyuruh Mamanya ikut bergabung bersama mereka bermain layangan di taman belakang.

" Mama nggak bisa main layangan, Sayang." seru Anindita menolak permintaan putra pertamanya itu.

" Hahaha, Mama malu dong sama Rama, masa Mama nggak bisa main layangan!" Rama meledek Anindita karena menganggap Anindya kalah darinya yang sudah bisa memainkan layangan.

" Mama 'kan perempuan, Sayang. Masa Mama harus main layangan?" Anindita berjalan menuruni anak tangga untuk menghampiri Ramadhan seraya mengusap kepala Ramadhan.

" Memang kalau perempuan nggak boleh mainan layangan ya, Ma?" tanya Ramadhan kemudian.

" Bukan nggak boleh, Rama. Tapi nggak pantas kalau anak perempuan main layangan." Ricky yang sedang menggendong Arka menjelaskan kepada Ramadhan. Dia lalu menyerahkan Arka kepada Anindita karena dia akan membantu Ramadhan menarik layangannya karena waktu sudah semakin sore.

" Oh iya, anak perempuan 'kan mainnya boneka ya, Ma?" tanya Ramadhan kembali.

" Iya, anak perempuan itu mainnya boneka dan main masak-masakan." Anindita menambahkan.

" Rama kok nggak punya adik perempuan sih, Ma?" tanya Ramadhan tiba-tiba. " Rama mau punya adik perempuan dong, Ma." celoteh anak laki-laki yang sudah duduk di bangku sekolah dasar kelas dua di usianya yang ketujuh tahun.

Anindita seketika menolehkan pandangan ke arah suaminya yang juga langsung menolehkan pandangan ke arahnya. Dia kembali mengusap kepala putranya itu penuh dengan kelembutan.

" Rama, adik Arka 'kan masih kecil. Nanti kalau adik Arka sudah besar, sudah pintar seperti Rama, mungkin nanti Rama akan punya adik lagi." Anindita memberi pengertian kepada Ramadhan agar Ramadhan tidak terus mendesak ingin punya adik.

" Tapi Rama mau adiknya perempuan ya, Ma!? Biar Mama ada temannya." Bocah cilik itu menyahuti.

Anindita tersenyum, bagaimana dia harus menjelaskan kepada putranya jika sebagai manusia kita hanya berusaha. Diberi anak laki-laki atau perempuan itu hanya Allah SWT lah yang dapat menentukan.

" Jika Rama ingin mempunyai adik perempuan, Rama harus banyak berdoa setelah sholat agar keinginan Rama dikabulkan oleh Allah." Anindita memberi pengertian kepada putranya itu.

" Iya, Ma. Nanti kalau habis sholat, Rama akan berdoa yang banyak agar diberi adik perempuan." Ramadhan merespon apa yang dikatakan Anindita.

" Adik Arka ayo mandi dulu sama Mbak Tita." Dari dalam rumah Tita keluar ingin memandikan Arka.

Anindita segera menyerahkan Arka yang sedang dia gendong kepada Tita lalu berucap, " Adik Arka mandi dulu sama Mbak Tita, ya!?" Kecupan-kecupan langsung berikan Anindita kepada putra keduanya..

" Rama mau ikut mandi sambil main air ya, Ma!?" Ramadhan pun ingin ikut mandi bersama adiknya.

" Ya sudah, tapi jangan lama-lama main airnya, nanti sakit perut." Anindita mengijinkan Ramadhan mandi bersama Arka.

" Asyik ...! Pa, Papa yang terusin main layangannya." Ramadhan berlari mengikuti langkah Tita yang menggedong Arka masuk ke dalam rumah.

Aninda lalu membantu Ricky yang sedang menurunkan layangan dengan menggulung benang layangan.

" Apa kamu nggak ingin berubah pikiran, Anin? Rama sudah ingin mempunyai adik lagi." Ricky bertanya dengan mengulum senyuman.

" Arka masih kecil, Mas. Kasihan kalau aku hamil lagi." Anindita tetap pada keputusannya yang akan bersedia hamil jika Arka sudah lepas ASI darinya.

" Lagipula Mas 'kan sudah setuju aku menunda kehamilan ..." Anindita memprotes sikap Ricky yang berusaha mempengaruhi dirinya agar mau merubah pendiriannya untuk hamil dalam waktu dekat, padahal Ricky sendiri sudah berjanji akan menunggu dia siap untuk mempunyai anak kembali.

Ricky menarik samar sudut bibirnya itu seraya melingkarkan lengan berototnya di pundak wanita cantik yang tidak dia duga akan menjadi jodohnya itu.

" Ya sudah, kamu jangan cemberut seperti ini." Ricky mengusap lengan sang istri. " Sebaiknya kita juga ikut mandi, apa kamu mau mandi bersamaku seperti Rama dan Arka, Anin?" Ricky mengedipkan matanya menggoda Anindita membuat bias rona merah di pipi Anindita terlihat jelas di wajah wanita cantik yang sanggup membuat Ricky sulit berpaling kepada wanita lain walaupun ribuan wanita menggodanya, namun kehadiran wanita desa yang ditemuinya malam itu benar-benar membuatnya merasa terikat dan tidak bisa melupakan sosok wanita bersepeda yang pernah dia nodai dulu

*

*

*

Bersambung ...

Jangan lupa kasih like & komennya, makasih🙏

Happy Reading❤️

Bab 2 -- Mengenang Arya

Anindita memasangkan dasi di kerah kemeja yang dikenakan oleh Ricky. Salah satu ritual favoritnya setiap pagi sebelum Ricky berangkat ke kantor Angkasa Raya milik pengusaha kaya raya, Dirgantara Poetra Laksmana. Tak jarang Anindita berlama-lama memasangkan dasi itu hanya untuk berdekatan dengan Ricky dan merasakan aroma maskulin yang menguar dari tubuh sang suami, karena walaupun mereka sudah menikah namun Anindita masih suka merasa malu-malu terhadap suaminya itu.

" Apa kamu merasa berat melepas suamimu ini bekerja, Anin?"

Anindita terkesiap saat suaminya itu menyadari jika dirinya memang sengaja berlama-lama dekat dengan suaminya.

" Maaf, Mas." Anindita segera menyelesaikan tugasnya mengikat tali di kerah kemeja suaminya itu kemudian hendak mengambilkan blazer Ricky namun tangan suaminya itu lebih cepat bergerak menahan pinggang Anindita sehingga Anindita saat ini berada dalam dekapan sang suami.

" Kenapa, Mas?" Guratan di kening wanita cantik asal desa itu terlihat karena Ricky menahannya.

" Bagaimana jika kita berlibur berdua, Anin?" ucap Ricky dengan jari menaikkan dagu Anindita hingga wajah istrinya terangkat ke arah wajahnya. Tatapan matanya kini terarah kepada bibir ranum wanita cantik itu.

" Liburan berdua? Lalu bagaimana dengan anak-anak, Mas?" tanya Anindita, sudah mempunyai dua orang anak tentu membuatnya tidak leluasa berpergian berdua saja dengan Ricky.

" Nanti kita titipkan saja pada Dessy, dia pasti tidak akan keberatan dititipi anak-anak." Ricky mengurai pelukannya lalu berjalan mengambil blazer warna putih tulang yang akan dikenakannya yang tadi ingin diambil oleh Anindita.

" Mbak Dessy 'kan bekerja, Mas. Apa tidak merepotkan menitipkan anak-anak pada Mbak Dessy?" Profesi Dessy sebagai seorang dokter dan bekerja di rumah sakit membuat Anindita tidak enak harus merepotkan adik dari suaminya itu.

" Nanti aku bicarakan pada Dessy." Ricky memakai blazernya membuat pria itu semakin terlihat rupawan hingga membuat Anindita mengerjapkan matanya.

Betapa beruntungnya mendapatkan suami tampan, penuh tanggung jawab, perhatian dan mempunyai jabatan penting di perusahaan Angkasa Raya. Serasa bermimpi Anindita menjadi Nyonya Ricky Pratama. Dia hanyalah seorang gadis yatim piatu asal dari desa . Bukannya dia mensyukuri peristiwa malam itu ketika Ricky merengut kesuciannya, namun jika malam itu Tuhan tidak mrmpertemukannya dengan Ricky, belum tentu dia akan merasa perubahan drastis dalam hidupnya. Mungkin saat ini dia masih tinggal di kotanya dan menjadi ibu rumah tangga biasa saja.

" Hmmm, lalu Mama bagaimana, Mas? Mama pasti akan merasa kesepian di rumah tanpa kehadiran anak-anak." Anindita memikirkan Ibu Fatma, Ibu dari mantan suaminya terdahulu yang sudah dia anggap sebagai Ibu kandungnya sendiri hingga dia membawa Ibu Fatma tinggal bersama dengan mereka.

" Tanyakan pada Ibu, apakah beliau mengijinkan kita pergi? Aku yakin Ibu akan menyetujuinya." Setelah memakai blazernya, Ricky mengambil tas kerja lalu memberikan sentuhan di kening Anindita dengan bibirnya.

" Aku berangkat sekarang, ya!?" pamit Ricky.

" Aku antar ke bawah, Mas." Berinisiatif mengantar suami sampai turun ke bawah, Anindita mengambil tas dari tangan Ricky untuk dia bawakan dan mereka berdua pun akhirnya berjalan ke luar dari kamar mereka.

***

Anindita merasakan sejak tadi Tita memperhatikan dirinya, hingga membuat dirinya bertanya-tanya, dia bahkan memandangi dirinya sendiri untuk melihat apakah ada yang aneh dengan dirinya saat ini? Karena wanita yang sudah menjadi ART nya sejak dia menikah dengan Arya masih saja memperhatikannya dengan senyum yang terkulum di sudut bibir ART nya.

" Mbak Tita kenapa dari tadi mandangin saya seperti itu?" Merasa penasaran karena merasa tidak ada yang aneh dengan dirinya, Anindita akhirnya memilih bertanya kepada Tita.

" Saya senang melihat Ibu sekarang, saya tidak menyangka sekarang Ibu menjadi istri dari orang kaya, maksud saya ... eksekutif muda." Tita mengenal Anindita yang hanya wanita biasa pegawai toko florist saat dikenalkan oleh Arya, dan selang beberapa tahun, wanita itu sudah menjadi istri dari salah seorang petinggi di perusahaan terkenal. Serasa seperti mimpi, apalagi Anindita sempat diusir oleh keluarga mantan suami pertamanya.

Anindita mendesah, tak berbeda jauh dengan Tita, dia pun merasa jika dia adalah wanita yang paling beruntung. Pria yang dulu dia anggap adalah penghancur masa depannya, kini berubah menjadi penyelamatnya dan menjadikannya layaknya seorang ratu dalam rumah tangga mereka.

" Saya juga tidak menyangka akan jadi seperti ini, Mbak Tita. Saya tidak pernah membayangkan akhirnya menjadi istri Papanya Rama." Senyuman manis terkulum di bibir ranum wanita cantik itu.

" Rasanya baru kemarin saya lihat Ibu mencium Pak Ricky yang Ibu kira almarhum Pak Arya." Sambil terkekeh dan menutup mulutnya, Tita mengingatkan kembali peristiwa memalukan bagi Anindita.

Wajah Anindita langsung memerah diingatkan peristiwa saat dia salah mencium orang. Rasanya memalukan sekali jika harus kembali mengingat hal tersebut. Bisa-bisanya di saat dia mengalami kedukaan karena kehilangan suami tercinta, dia malah mencium pria lain yang dia anggap suaminya.

" Jangan ingatkan lagi hal itu dong, Mbak. Saya malu ..." Bahkan telapak tangan Anindita langsung menutupi seluruh wajahnya.

" Hahaha, siapa sangka sekarang Ibu sering berciuman dengan Pak Ricky." Kembali Tita terkekeh meledek Anindita.

" Tapi Pak Ricky romantis banget lho, Bu. Gentle banget, ah ... pokoknya sebagai seorang pria, Pak Ricky itu the best." Tita mengangkat ibu jarinya. " Beruntung Ibu bisa mendapatkan Pak Ricky ..." sambungnya kemudian.

" Iya, Mbak Tita. Saya bersyukur, selama ini saya bertemu dengan pria-pria yang baik. Mas Arya dan Mas Ricky ... mereka adalah penyelamat saya." Anindita tidak ingin mengesampingkan peran Arya dalam hidupnya karena suami pertamanya itu adalah cinta pertamanya. Baginya, sosok Arya adalah sosok pria yang luar biasa, dengan jabatannya yang terhormat sebagai kepala sekolah, Arya mau menerima dirinya yang mempunyai masa lalu kelam karena hamil di luar nikah.

" Iya, Pak Arya juga orang baik. Alftihah untuk Pak Arya, semoga ditempatkan di sisi Allah SWT." Melihat Anindita berubah sendu, Tita langsung mengusap lengan Anindita agar Anindita bisa mengikhlaskan kepergian Arya.

" Aamiin, Mbak Tita." Anindita menyeka air matanya yang tanpa terasa menetes di pipinya. Mengenang Arya, selalu membuat dirinya emosional hingga selalu menitikkan air matanya.

" Kalian sedang membicarakan apa?" Tiba-tiba suara Ricky terdengar dari arah pintu dapur.

" Mas Ricky?"'

" Pak Ricky?"

Anindita dan Tita sama-sama terkejut dengan kemunculan Ricky di ruangan dapur.

" Kamu menangis, Anin? Kenapa?" Ricky mendekati Anindita saat melihat mata Anindita memerah dan pipi istrinya itu lembab. Dia bahkan mengusap cairan yang masih mengembun di bola mata Anindita.

" Kamu bilang apa ke Anin sampai dia menangis, Tita?" Kini tatapan penuh selidik mengarah ke arah Tita, karena dia menganggap jika Tita lah yang menyebabkan istrinya menangis.

" Hmmm, saya ..." Tita bingung ingin menjawab pertanyaan Ricky, dia pun takut jika ketahuan Ricky telah membuat Anindita kembali mengingat masa lalunya bersama Arya.

" Mbak Tita tidak bicara apa-apa kok, Mas. Tadi aku habis menguap karena mengantuk jadi mata aku berair." Anindita sengaja berbohong. Dia juga tidak ingin Ricky tahu jika dia sering mengingat mantan suaminya dulu.

" Kita ke kamar yuk, Mas." Anindita menarik lengan Ricky membawa suaminya itu keluar dari dapur agar Ricky tidak curiga dan tidak banyak bertanya-tanya lagi soal dirinya yang mengeluarkan air mata.

*

*

*

Bersambung ...

Happy Reading❤️

Bab 3 -- Jangan sebut Papanya Rama

" Sebenarnya apa yang kamu bicarakan tadi dengan Tita, Anin? Aku yakin jika kamu mengeluarkan air mata tadi bukan karena kamu menguap atau matamu terkena debu." Sesampainya di kamar, Ricky kembali menanyakan perihal yang dibahas Anindita bersama Tita, karena dia merasa jika Anindita sedang berbohong kepadanya.

Anindita menatap Ricky, dia menyadari jika suaminya telah mengetahui tentang kebohongannya, namun dia takut mengatakan hal yang sebenarnya karena dia pikir Ricky akan marah kepadanya karena dia masih saja memikirkan soal Arya.

Anindita menurunkan pandangan dengan helaan nafas yang terdengar di telinga suaminya itu. Ricky pun kemudian mendekat ke arah Anindita lalu melakukan sentuhan pada pundak sang istri dengan kedua tangannya.

" Kamu nggak ingin jujur kepada suami kamu ini?" Walaupun nada yang diucapkan Ricky sangat lembut namun tetap terasa mencubit hati Anindita.

" Maaf, Mas. Sebenarnya aku sama Mbak Tita tadi sedang membicarakan ..." Anindita menggigit bibirnya, dia merasa ragu untuk melanjutkan kalimatnya karena takut membuat Ricky tersinggung.

" Membicarakan apa?" Penasaran karena Anindita menjeda kalimatnya, Ricky kembali mencecar Anindita dengan pertanyaan.

" Aku tadi sedang membicarakan soal ... Mas Arya ..." Anindita langsung menundukkan kepalanya, bahkan dia mengecilkan volume suaranya saat menyebut nama mantan suaminya dulu.

Tangan Ricky menaikkan dagu Anindita yang sedang tertunduk lalu bertanya, " Kenapa kamu nggak berkata yang sebenarnya tadi, Anin?" Tak terdengar nada amarah dari kalimat yang terlontar dari mulut Ricky menandakan jika pria itu terkesan bijaksana. Dia menyadari jika nama Arya tidak akan bisa hilang begitu saja di hati Anindita. Ada anak dalam pernikahan Anindita dan Arya, dia tidak boleh egois harus bisa menerima itu. lagipula saat ini Arya sudah tidak ada di dunia ini jadi dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun.

" Maaf, Mas." lirih Anindita dengan penyesalan.

Ricky langsung merengkuh tubuh Anindita dan menenggelamkan wajah wanita itu ke dadanya. Dia kini merasakan dadanya terasa lembab karena air mata Anindita, dia tahu jika saat ini istrinya itu sedang menangis walaupun tidak bersuara.

" Besok kita ke makam Pak Arya, ya!? Kamu pesan bunga saja dulu ke Alabama agar besok pagi bisa diantar kemari." Ricky bahkan mengajak Anindita berziarah ke makam mantan suami pertama Anindita.

Anindita langsung mendongakkan kepala mendengar perkataan Ricky. Dia sungguh tidak menyangka jika Ricky begitu baik dan begitu sabar menghadapi sikap dan sifatnya yang kadang keras kepala.

" Mas mau berziarah ke makam Mas Arya?" Mata indah Anindita menatap bola mata sipit Ricky bergantian.

" Tentu saja, nanti bawa Arka sekalian setelah kita mengantar Rama ke sekolah," ujarnya kemudian, sementara tangannya mengusap pipi lembab Anindita karena air mata.

" Sekarang jangan menangis lagi, ya!?" Ricky tersenyum seraya menyampirkan rambut Anindita yang kini dipotong sebatas lehernya.

" Terima kasih ya, Mas." Anindita kembali menengelamkan wajah di dada sang suami. Dia benar-benar merasa beruntung dipilihkan jodoh oleh Yang Maha Kuasa pria sebaik Ricky, yang menurutnya adalah tipikal pria yang mendekati sempurna selain Arya.

***

" Assalamualaikum, selamat pagi Nyonya Pratama." Saat terlihat Anindita membuka pintu apartemen tempat tinggalnya bersama Ricky, Mita teman seprofesinya dulu ketika bekerja di Alabama florist menyapanya dengan kalimat yang menggoda Anindita.

" Waalaikumsalam ... Pagi, Mbak Mita." sahut Anindita. " Ayo masuk, Mbak." Dia lalu mempersilahkan Mita yang kedua tangannya dipenuhi buket bunga dan plastik berupa kelopak bunga mawar putih, masuk ke dalam apartemennya.

" Ini aku bawakan pesanan Nyonya." Mita menaruh semua bunga di tangannya di atas meja ruang tamu apartemen milik Ricky.

" Makasih ya, Mbak Mita, Maaf karena harus berangkat pagi-pagi untuk menyiapkan bunga-bunga ini." Anindita tidak enak hati karena membuat Mita berangkat lebih awal dari biasanya untuk menyiapkan bunga pesanannya yang akan dibawa saat dia akan berziarah ke makam mantan suaminya dulu.

" Mbak Anin ingin berziarah ke makam Pak Arya dengan siapa?" tanya Mita kemudian.

" Sana Papanya Rama, Mbak." sahut Anindita melihat nota bunga yang harus dia bayar, walaupun Alabama Florist yang terletak di lingkungan apartemen Ricky yang sebelumnya menjadi milik Anidita kini sudah diserahkan kepada Lucy, tapi setiap dirinya memesan bunga di toko florist itu Anindita selalu membayar layaknya seorang pelanggan. Lucy sendiri selalu menolak jika Anindita membayar setiap bunga yang beli di toko bunga milik Anindita dulu, namun Anindita tidak mau diberi cuma-cuma semua bunga yang dia beli, bahkan dia mengancam tidak akan berlangganan di toko Florist itu jika Lucy tidak mau dibayar.

" Nanti saya transfer ya, Mbak!?" Anindita selalu membayar pesananya melalu transfer internet banking, karena sebagai istri dari seorang eksekutif muda, dia dituntut untuk tidak gaptek dan harus selalu aktif mengikuti perkembangan jaman meskipun tidak meninggalkan sikapnya sebagai wanita yang sederhana.

" Siap, Mbak. Santai saja ..." sahut Mita. " Arka mana, Mbak?" tanya Mita, karena Anindita sering membawa main Arka ke toko florist Alabama di ruko bawah tempat tinggalnya sehingga dirinya merasa akrab dengan anak kedua Anindita itu.

" Sedang bersama Papanya Rama."

" Duh, Mbak Anin ini beruntung banget sih, dapat suami kayak Pak Ricky, benar-benar bertanggung jawab banget termasuk sama Arka, walaupun Arka bukan darah dagingnya sendiri." Mita mengomentari sikap Ricky yang menurutnya patut diacungi jempol karena menunjukkan sebagai sosok suami dan ayah yang teladan.

" Iya, Mbak. Papanya Rama merasa berhutang budi terhadap Mas Arya, karena dulu pun Mas Arya begitu menyayangi Rama, walaupun Mas Arya tahu jika Rama adalah anak di luar nikah. Karena itu Papanya Rama ingin membalas kebaikan Mas Arya dengan menerima dan menyayangi Arka seperti Mas Arya menyayangi Rama. " Anindita mengakhiri kalimatnya dengan mende sah.

" Alhamdulillah, Allah selalu mengirimkan Mbak Anin jodoh-jodoh yang baik, mungkin karena Mbak Anin memang orang baik makanya rezekinya bagus." Mita mengusap lengan Anindita, dia masih merasakan kedukaan di hati Anindita atas kehilangan Arya.

" Mbak Mita terlalu berlebihan menilai saya, saya orang biasa saja kok, Mbak. Justru saya lah yang merasa beruntung di kelilingi oleh orang baik sejak saya di Malang hingga pindah ke Jakarta ini, termasuk Mbak Mita salah satunya." Anindita tersenyum.

" Berarti kita ini sama-sama orang baik dong, Mbak. Rezeki aku juga baik dapat motor baru dari Papanya Rama. Hehehe ..." Mita terkekeh karena dia dan Yeti, salah seorang senior di Alabama florist yang merupakan sahabat-sahabat terdekat Anindita mendapatkan hadiah motor dari Ricky kerena selama ini selalu menemani Anindita.

" Ya sudah, Mbak. Aku pamit dulu, ya!? Mau siap-siap buka toko. Assalamualikum ..." Mita berniat pamit kepada Anindita untuk kembali ke toko florist untuk bersiap-siap membuka toko.

" Oke, Mbak. Makasih, ya!? Waalaikumsalam ..." Anindita pun mengantar Mita sampai ke depan pintu apartemen.

" Sudah datang bunganya?" Suara Ricky tiba-tiba terdengar di ruangan tamu saat Anindita menutup pintu apartemen.

" Sudah, Mas." Anindita mendekat ke arah Ricky yang sedang menggendong Arka di lengannya.

" Sini sama Mama ..." Anindita mengambil Arka dari tangan Ricky lalu menciumi pipi gembul putranya bersama Arya itu.

" Anin ...."

Anindita menolehkan pandangan ke arah Ricky saat suaminya itu memanggil namanya.

" Ada apa, Mas?" tanya Anindita mendengarkan serius apa yang akan diucapkan oleh suaminya.

" Mulai sekarang jangan biasakan menyebutku dengan sebutan Papanya Rama saat berkomukasi dengan orang terkecuali dengan lingkungan sekolah Rama."

Kening Anindita berkerut mendengar kalimat yang diucapkan oleh sang suami.

" Kenapa, Mas?" tanyanya heran karena menurutnya tidak ada yang salah dengan ucapannya itu, bukankah benar jika Ricky adalah Papanya Rama?

" Aku bukan hanya Papanya Rama sekarang ini, Anin. Tapi aku ini Papanya Arka juga. Aku tidak ingin jika Arka beranjak besar nanti dia merasa dibedakan karena sebutanmu itu. Lebih baik gunakan kalimat Papanya anak-anak. Arka sudah aku anggap anakku sendiri karena aku sudah memberikan namaku di depan nama Arka." Ricky menjelaskan maksud dari permintaannya tadi. Keseriusannya menikahi Anindita dan memberikan nama Pratama di depan nama Arka agar semua anak-anak Anindita merasa dekat dengannya dan menganggap dia seperti Papa kandung untuk mereka semua.

*

*

*

Bersambung ....

Happy Reading❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!