NovelToon NovelToon

CINTA DALAM DIAM

part 1

JAM 03:59 PAGI.

Terlihat Seorang gadis akan memasuki rumahnya secara diam-diam. Berharap ayahnya tidak akan mengetahui kepulangannya.

Gadis itu membuka pintu secara pelan-pelan agar tidak menimbulkan Suara.

"Alhamdulillah, kayanya ayah dah tidur"

gadis itu Kembali menutup pintu, lalu berjalan dengan pelan-pelan untuk menaiki anak tangga Karna gelap. Saat kakinya menginjak anak tangga pertama. Tiba-tiba lampu menyala, dan terdengar suara ayahnya.

"Kamu dari mana.?" Tanya sang ayah

"Ais habis main" jawab gadis itu tanpa melihat ke arah ayahnya.

"Main apa kamu? Baru pulang jam segini?" Terlihat pria paruh baya itu menahan diri agar tidak marah dihadapan putrinya.

"Udahlah yah, gak usah banyak tanya, Ais capek, mau tidur, ngantuk" gadis yang di panggil ais itu melanjutkan langkahnya.

"BESOK KAMU AKAN MASUK PESANTREN" Riyan mengeraskan suaranya. Dia tidak ingin putri terlalu jauh melangkah. Dia yakin ini adalah keputusan yang paling tepat.

Ais terhenti saat mendengar perkataan ayahnya, dia tidak suka pesantren, menurutnya pesantren itu adalah penjara

"AIS GAK MAU AYAH" teriak Ais dari anak tangga.

"AYAH TIDAK BUTUH PERSATUAN MU"

"POKOKNYA AIS GAK MAU, TITIK "

"KALAU KAMU TIDAK MAU, AYAH AKAN MENGUSIRMU DARI RUMAH INI, AYAH MALU MEMILIKI ANAK SEPERTI KAMU AIS, JIKA BUNDA MU MASIH HIDUP, DIA AKAN KECEWA DAN MALU MELIHATMU SEPERTI INI"

Bukannya Riyan tidak menyayangi putrinya, tapi putrinya sudah kelewatan batas, sering keluar malam, berpakaian seksi, berpacaran, mabuk²kan, dan Riyan sudah mengambil keputusan, meskipun sedikit memaksa.

Mendengar perkataan ayahnya, Ais terdiam, dia merindukan bundanya. Air matanya mengalir dari matanya, kecelakaan itu masih melekat dalam fikirannya.

"Hikss.. hikss.. hikss, Bun...bunda, bunda gak pernah sayang sama Ais, jika bunda benar² sayang sama Ais, dia tidak akan ninggalin ais sendiri, hiks..hikss..hikss"

"Biarkan Bunda kecewa sama Ais, Karna ais juga Kecewa sama bunda hikss..hikss, dia ninggalin Ais sendiri" lanjut Aisyah.

"Bunda pergi Karna sayang sama Ais, jika dia tidak sayang sama Ais, dia akan membiarkan Ais yang pergi, bukan bunda,"

Tanpa Aisya sadari Ayahnya juga terluka, bahkan lebih terluka dari dirinya, Aisyah tidak pernah tau seperti apa ayahnya saat bundanya meninggal.

"Kenapa..hiks...kenapa bunda harus menyelamatkan Ais ayah, kenapa..?, Kenapa bunda yang menjadi korban,"

"Karna bunda mu, ingin melihat kamu menjadi wanita yang dirindukan surga,

kamu masih ingat, apa pesan bunda mu"

Ais terdiam, kata-kata bundanya masih tersimpan jelas di dalam ingatan.

Air matanya semakin banyak mengalir membasahi pipinya.

Melihat putrinya menangis, Riyan memeluknya dengan erat. Dia sadar, perkataannya Tadi terlalu kasar, seharusnya dia lembut pada anaknya, apa lagi anaknya adalah seorang perempuan.

"Maafin ayah sayang, ayah sudah berkata kasar padamu, ayah minta maaf Ais"

"Maafin mas Alisha, mas gak bisa mendidik Ais menjadi seperti dirimu, mas gagal Menjadi seorang suami dan sekarang mas gagal jadi seorang ayah Alisha, apa yang harus mas lalukan sekarang.? Batin Riyan

Tenggorokan Ais rasanya kering, mulutnya seakan sulit untuk berbicara, air matanya semakin mengalir.

"Sudah, jangan menangis lagi, sekarang Ais tidur, ini udah mau subuh, pasti Ais ngantuk kan, sekarang Ais istirahat iya ke kamar"

Riyan membawa Aisyah kedalam kamarnya.

"Ayah tidak akan memaksamu lagi Ais,"

part 2

JAM 07:00 PAGI

Aisyah berlari kecil menuruni anak tangga, lalu berjalan ke arah meja makan, Di sana sudah ada ayahnya sedang sarapan.

Aisya mencomot roti diatas meja yang sudah disediakan bibi ani.

Riyan yang melihat kelakuan putrinya cuman bisa menggelengkan kepalanya.

"Duduk dulu Ais, gak baik makan dan minum berdiri"

"Ais buruh-buruh yah, Ais dah telat"

Aisyah mengambil segelas susu lalu diminumnya sampai habis

"Berangkat sama siapa.?"

"Sama Devan yah, Ais berangkat dulu iya, pacar Ais udah menunggu, dahhhh"

"Hati-hati Ais, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Wa'alaikumsalam"

Devan berdiri di samping mobilnya, menunggu sang pujaan hati.

Melihat Devan yang sudah berdiri didepan rumahnya, Aisyah berlari kecil lalu memeluk sang kekasih.

"Maaf ya Dev, Lo nunggu lama"

"Gak apa² sayang"

"Yuk berangkat, nanti kita telat" lanjut devan

"Ayo"

"Silahkan tuan putri"

Devan membukakan pintu mobil untuk Aisyah.

Merekapun berangkat.

Riyan yang sedang berdiri dibalik jendela, cuman bisa berdo'a agar Suatu hari nanti putrinya sadar,

"Alisha, mas harus apa.?, Mas gak tau cara mendidik Ais dengan benar, mas gagal,

Ya Allah, hamba mohon, berikan hidayah pada putriku"

Riyan menangis, dia berharap putrinya akan cepat sadar. Dia tidak ingin terlalu menekan Aisyah. Dia takut Aisyah akan kabur dari rumah jika terlalu ditekan.

*****

JAM 18:00

Riyan sudah mondar-mandir didepan rumahnya, dia khawatir Karna Aisyah belum pulang dari sekolahnya.

"Kamu kemana si Ais, ayah khawatir" Riyan mencoba menghubungi no Aisyah tapi tidak diangkat.

"Ya Allah, lindungi Putri hamba"

Riyan masuk kedalam rumahnya, untuk mengambil kunci mobilnya dia akan mencari Aisyah.

"Bi Ani, saya cari Aisyah dulu, kalau Aisyah pulang, hubungi saya"

"Baik tuan"

Belum sempat Riyan keluar dari rumahnya, dia dikejutkan dengan kedatangan Aisya yang terlihat tidak baik-baik saja. Pakainnya berantakan, sudut bibirnya sobek, langkahnya terseok-seok. Matanya bengkak dengan air mata yang masih mengalir dari matanya.

Melihat keadaan putrinya, membuat Riyan terdiam kaku ditempatnya. Entah apa yang sudah terjadi dengan putrinya.

"A.a...ayah" tubuh Aisyah ambruk kelantai

"AISYAH..." Teriak Riyan, dia berlari kearah putrinya, lalu menggendong Aisya ke sofa .

"BIBI....TELFON DOKTER, CEPAT"

"Baik tuan"

"Ais..bangun sayang, kamu kenapa, apa yang terjadi, Aisyah"

"CEPAT BI, TELFON DOKTER "

"Sudah tuan, dokter akan datang"

"Bibi ambil pakaian Aisyah dikamarnya, saya akan membawanya Aisyah keruang tamu"

"Baik tuan"

Dengan sekuat tenaga Riyan membawa Aisyah kedalam kamar tamu.

"Bi, bantu Aisyah ganti bajunya, saya akan menunggu dokter diluar"

"Baik tuan"

Setelah beberapa saat, dokter pun datang lalu memeriksa keadaan Aisyah.

"Bagaimana keadaan putri saya Al..?

Nama dokter itu adalah Alvaro sahabat Riyan waktu kuliah.

"Dia tidak apa-apa, cuman dia kecapean aja, kamu gak usah khawatir Yan, putri kamu GK apa-apa kok"

"Lalu lukanya bagaimana Al..?"

"Itu cuman luka kecil, putrimu akan sadar sebentar lagi, dan ini obatnya,"

"Makasih Al,"

"Sama-sama, kalo gitu aku pulang dulu"

"Hati-hati Al"

Setelah kepergian dokter Alvaro, Riyan masuk kedalam kamar tamu untuk melihat keadaan putrinya.

"Tuan saya permisi dulu iya, mau buat bubur untuk non Ais,"

"Iya bi"

Bibi Ani pun keluar dari kamar tamu,

Riyan duduk di samping putrinya, dia mengelus kepala sang putri.

"Cepat sembuh sayang, ayah sangat menyayangimu"

"A..ayah" panggil Aisyah dengan suara yang masih lemah.

"Kamu udah sadar sayang, butuh sesuatu, biar ayah ambilkan "

Mata Aisyah berkaca-kaca, dia menyesal karna selalu membatah perkataan ayahnya selama ini, tidak pernah mendengar nasehat ayahnya.

"Ayah..hiks..hiks..hiks"

Aisyah memeluk sang ayah, tangisannya pecah.

"Huusstt.. jangan nangis sayang, ayah di sini, tidak akan ada yang menyakitimu selama ayah masih hidup dan bersamamu"

Riyan mengelus kepala sang putri dengan penuh kasih sayang.

"Maafin Aisyah, yah, Ais gak pernah dengarin perkataan ayah, Aisyah menyesal, hiks...hiks..hiks.."

"Sudah sayang, kamu jangan nangis lagi, nanti cantiknya hilang Lo" Riyan menghapus air mata sang putri.

"Permisi tuan, ini buburnya"

"Makasih ya bi"

"Sama-sama tuan, bibi permisi dulu"

"Ya bi".

Riyan mengaduk bubur yang ada di mangkuk.

"Sekarang kamu makan ya, ayah yang suapi"

Aisyah pun menurut dengan perkataan sang ayah. Lagi-lagi dirinya menyesal karena menyia-nyiakan Seorang ayah yang begitu baik seperti ayahnya. Padahal diluar sana banyak yang merindukan sosok ayah.

"Alhamdulillah udah selesai, sekarang Aisyah istirahat dulu"

"Ayah, Aisyah ingin cerita"

"Besok aja sayang, sekarang kamu istirahat dulu oke, sekarang kamu tidur"

"Makasih dan maaf yah, makasih Karna sudah menjadi ayah terbaik buat Ais, dan maaf Karna Ais gak pernah dengarin perkataan ayah"

"Huuuusssstt, gak usah di fikiran, sekarang kamu tidur"

"Temani Aisyah, Aisyah gak mau sendiri"

"Ayah akan temanin, sekarang Ais tidur"

part 3

"Selamat pagi sayang" terlihat Riyan berjalan kearah Aisyah, sedang membawa semangkuk bubur dan segelas air putih.

"Pagi juga yah" jawab Aisyah sambil tersenyum kearah ayahnya.

"Udah merasa baikan..?" Tanya Riyan yang sudah duduk di samping Aisyah.

"Udah yah, ayah gak masuk kantor..?"

"Putri ayah lebih penting daripada urusan kantor" Riyan mengaduk bubur yang ada di mangkuk.

"Sekarang kamu sarapan dulu ya, ayah sudah bawakan bubur untuk mu"

"Makasih ayah"

"Sama-sama sayang, mau di suapi atau makan sendiri.?"

"Makan sendiri aja yah, Ais udah gak apa-apa kok"

"Baiklah, ayah ke. Luar dulu, kalau udah selesai panggil ayah"

"Oke yah"

Riyan pun keluar dari kamar tamu, meninggalkan Aisyah yang akan memakan sarapan paginya.

*****

JAM 08:00 MALAM

Setelah makan malam Aisyah dan ayahnya sedang bersantai didepan tv.

"Kata dokter, besok kamu udah bisa masuk sekolah"

Mendengar perkataan ayahnya, Aisyah menghentikan kegiatannya yang sedang memakan cemilan.

Sudah dua hari dia tidak masuk sekolah.

"Yah, boleh gak Aisyah pindah sekolah aja?"

"Kenapa..? Itukan sekolah impian Ais, disana juga ada sahabat Ais, dan juga ada Deva..."

"Jangan sebut nama dia yah, Ais gak suka, dia udah jahat sama Aisyah, Ais benci dia" Aisyah memotong perkataan ayahnya.

Mengingat kejadian waktu itu, membuat mata Aisyah berkaca-kaca, Riyan yang melihat putrinya akan menangis, langsung memeluknya.

"Cerita sama ayah, Aisyah apa yang sudah terjadi, biar ayah menghukumnya"

Aisyah terdiam, dia berfikir apakah dia cerita sama ayahnya atau tidak.

"Mau cerita..? Ayah siap jadi pendengar, apapun yang terjadi, Aisyah tetap putri ayah"

"Janji, ayah gak akan memukul Ais dan mengusir Ais dari rumah"

"Janji sayang"

***FLAS BACK***

"Kok kita berhenti si Dev, kan rumah gw masih jauh dari sini."

Devan menghentikan mobilnya dikawasan yang sepi.

"Ais.. Lo benaran cinta gak sama gw..?" Devan bertanya tanpa menjawab pertanyaan Aisyah.

"Iya gw cinta sama Lo"

"Kalo Lo cinta sama gw, pasti Lo mau kan, menuruti kemauan gw.?"

Aisyah merasa, kalau Devan sedang merencanakan sesuatu.

"Kalo gw bisa, pasti gw turutin"

"Gw mau Lo"

Aisyah terkejut mendengar ucapan Devan.

Dia akui, dirinya bukan perempuan yang baik.

Tetapi dia tidak akan perna mau melakukan hal-hal yang terlalu merugikan dirinya.

"Gw gak mau Dev"

Mendengar penolakan Aisyah Devan langsung mendekat wajahnya kearah telinga Aisyah,

"Kenapa Lo menolak, Lo gak cinta sama gw.?" Bisik Devan.

Merasakan hembusan nafas Devan ditelinganya, membuat Aisyah merinding, lalu mendorong tubuh Devan agar menjauh darinya.

"LO SAKIT YA DEV, GW GAK MAU, KITA BELUM NIKAH, SADAR LO" Teriak Asiyah

Devan yang tidak terima Dengan perlakuan Aisyah langsung menampar nya.

PLAAK

Sebuah tamparan mendarat di pipi Aisyah.

Air mata Aisyah mengalir saat merasakan pipinya terasah peri dan bibirnya sedikit sobek.

"Huusstt jangan menangis sayang, kita akan bersenang-senang"

Devan menarik rambut Aisyah kebelakang dengan keras.

"Devan lepasin gw, bajingan"

"Lo bilang apa..? Gw bajingan, sini, gw akan beritahu Lo seberapa bajingan nya gw Aisyah"

Dengan kasar Devan mencium bib*r Aisyah.

Aisya yang diperlakukan seperti itu, merasa marah dan tidak terimah.

Tangannya mencari sesuatu yang dapat membantunya, untuk terlepas dari cengkraman Devan.

Devan melepaskan ciumannya lalu tersenyum licik. Tangannya masih menarik rambut Aisyah

"Bagaimana sayang, gw laki-laki bajingan kan, dan ini belum seberapa"

Tangan Aisyah mendapatkan sesuatu yang bisa dia pake untuk memukul Devan.

"Lo...Lo jahat Devan, Lo pria brengsek yang gw kenal"

"Oh iya, masih ingin merasakan dan melihat ke brengsekkan gw, sayang"

Melihat devan yang ingin melanjutkan kegiatannya, dengan sekuat tenaga Aisyah memukul kepala Devan.

Devan terduduk ditempat duduknya, dia memegang kepalanya yang mengeluarkan darah segar.

Melihat Devan kesakitan, Aisyah dengan cepat keluar dari mobil tersebut, dan berlari dengan sisa tenaga nya.

Melihat Aisyah yang sudah berlari jauh dari mobilnya, Devan cuman bisa marah.

"AWAS LO AISYAH, GW GAK AKAN LEPASIN LO GITU AJA" teriak Devan.

**FLAS BACK END**

Aisyah menghentikan ceritanya. Dia menyesal, Karna tidak pernah menuruti perkataan ayahnya yang melarang dirinya untuk tidak pacaran.

Mendengar cerita Aisyah, membuat Riyan sangat marah, tangannya terkepal erat.

Riyan mengambil handphone nya, menghubungi seseorang.

"Halo tuan" suara sebrang sana.

"Aku tunggu, berita kehancuran Wijaya besok pagi" suara Riyan begitu menakutkan, Aisyah yang mendengarnya pun merasa merinding

"Baik tuan"

Tutt.. tutt..

(Sambungan terputus)

"Ayah, maafin Aisyah, Karna Aisyah belum bisa jadi anak yang baik untuk Ayah dan bunda, pasti bunda sangat kecewa sama Aisyah" kepala Aisyah tertunduk, air matanya menetes.

"Maafin ayah juga sayang, belum bisa jadi ayah yang baik untukmu" Riyan memeluk putrinya lalu mencium kening sang putri

"Ayah, boleh Aisyah pindah nya ke pesantren, Aisyah ingin jadi wanita Sholehah kaya bunda, dan memenuhi keinginan terkahir bunda"

Aisyah melirik ayahnya.

Mendengar perkataan putrinya, Riyan sangat bahagia

Air mata Riyan jatuh dari pelupuk matanya, do'a nya selama ini terkabulkan melalui cobaan yang begitu berat bagi putrinya.

BERSAMBUNG...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!