NovelToon NovelToon

Kutukan Brondong

Part 1

Matahari yang terbit menandakan kehidupan di dunia ini mulai beraktivitas, Ada yang pergi bekerja, sekolah dan lain-lain, tak terkecuali seorang gadis yang masih enggan menampakkan diri terpenjara di kamar apartemennya. Terdapat tisu yang berserakan dimana-mana selama beberapa hari ini, bukan berhari-hari tapi berbulan-bulan ini, karena sang pemilik kamar sedang mengalami patah hati.

Sekarang Dia tidur menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, mengunci dirinya sendiri di kamar, cahaya matahari enggak menyapa dirinya.

Suara alarm membangunkan dia dari tidur panjangnya. Gadis itu menyibak selimut nya mematikan alarmnya, dapat kita rasakan rasa suram yang lekat di kamar itu. Dia bangun dengan begitu malas, tidak memiliki gairah kehidupan seperti sebelumnya. Sesekali dia menghela nafas beratnya. Kedua matanya yang indah terlihat bengkak karena menangisi sang mantan kekasih semalam suntuk.

Penampilannya begitu berantakan seperti orang yang tidak terurus. Gadis itu bangun melangkah kakinya menuju dapur hanya untuk mengambil segelas air putih guna menyegarkan tenggorokan yang gatal dan serak.

Ceklek suara pintu kamar yang terbuka, gadis itu melangkah gontai menuju dapur, mengagetkan sahabatnya yang sedang menyiapkan sarapan hari ini.

"Good morning Mia," sapa sahabatnya yang sedang memegang sebuah apel ditangannya meluncur jatuh ke bawah kakinya, mata terbelalak melihat penampilan sahabatnya itu, rambut berantakan, mata bengkak, terdapat lingkaran hitam di bawah matanya, memakai baju dan celana terbalik.

"Omg Mia Anastasya" serunya tercengang akan keadaan sahabatnya itu. "Lo nangis lagi kan?" Tanya Seandria Puri Iriawan yang biasanya dipanggil Sea Mendekat lalu memeluknya.

"Lo kok jadi gini sih, menepuk pelan punggung Mia. "Lo mau apa? Gue ambilin Lo duduk aja di kursi, menuntut Mia untuk duduk di kursi meja makan.

"Haus.."Serak Mia meminta segelas air putih.

"Tunggu sebentar Gue ambilin, Lo duduk disini aja, air hangat kan?" tanya Sea dianggukin oleh Mia, Sea kemudian berlalu ke dapur mengambil air hangat untuk Mi.

"Gue sudah buatin Lo sarapan, sorry cuma roti bakar nggak apa-apa kan?, Lo tahu sendiri gue cuma bisa buat itu gak kayak Lo yang bisa masak apapun." kata sea sambil menyerahkan segelas air hangat ke mia.

"Thanks...."jawab Mia menerimanya lalu meneguk air putih hangat itu dengan perlahan.

"Iya nggak apa-apa, yang penting bisa dimakan juga". Ujarnya kemudian mengambil selembar roti bakar dipiring.

"Mi, Lo jadi pergi kepuncak? sendirian kesana? gak mau gue temenin kah? Gue mau kok nemenin Lo, dari pada Lo kesana sendiri." Tanya sea khawatir. mengingat sahabatnya sekarang tidak sedang baik-baik saja.

"Enggak usah khawatir, aku bisa sendiri kok, kan disana aku gak sendirian amat, ada bik Inah sama mang Ujang, ada penduduk desa juga, aku gak bakal kesepian, toh empat harinya Bang Jetro sama Bang Dika juga kesana, nggak usah khawatir, mendingan kamu urusin acara pameran buat minggu depan itu, kamu kan yang jadi ketua pelaksanaannya jadi harus tanggung jawab," menenangkan sahabatnya yang begitu cemas akan dirinya

"Lo beneran nggak apa-apa? Gue bisa limpahin tugas Gue kelainnya, cuma tinggal finishingnya doang, Gue bisa kontrol dari jauh juga." Timpal Sea.

"Enggak perlu, kamu harus tanggung jawab sama apa yang kamu pegang, aku bisa handle diriku sendiri, tenang aja Se.. daripada entar kamu dimarahin sama bang Aiden, karena lari dari tanggung jawab, kan jadi enggak enak buat kedepannya" balas Mia.

"Halah, masalah bos Aiden sih gampang, kan gue mendampingi Lo buat masa depan dia juga, Lo itu aset berharga buat perusahaan kita, kalau gue bilang mau nolong Lo pasti langsung di setujui, Lo kan salah satu fotografer terbaik kita, gue jamin bisalah nego sama bang Aiden pak bos." jawab Sea enteng.

"Aku bilang nggak perlu Se, pokoknya kamu harus tanggung jawab apa yang udah kamu pegang, ini soal tanggung jawab Seandria Puri anaknya bapak Iriawan, kamu gak usah ngaco deh, buat ninggalin segala, percaya sama aku, aku akan baik-baik disana," kata Mia penuh penekanan.

"baiklah, Gue percaya Lo bisa handle sendiri, kalau Lo butuh bantuan segera hubungi Gue, entar Gue cus meluncur kesana."Seru Sea.

"Hmm Mi.. Lo tadi malam menangisi dia lagi ya? Nangis si bangsat itu kan?" frontal Sea dengan nada kesal.

"Se.. ucapannya ya, nggak sopan." tegur Mia

"Lah benarkan dia kayak gitu, coba Lo lihat dia itu mutusin pertunangan kalian dengan seenaknya, nggak kasih alasan yang jelas tiba-tiba minta putus,aku denger sendiri dia berjanji akan selalu disamping Lo, menemani sampai kelak maut memisahkan, tapi sekarang omongannya dia itu b******t semua, Lo nyadar enggak? beberapa minggu sebelum Lo sama dia putus,dia sulit banget dihubungi atau jangan-jangan dia selingkuh disana." Kata sea ketus.

"Mas Malik gak kayak gitu Sea.." sela Mia tidak terima mantannya diejek oleh sahabat.

"Kalau nggak gitu apa? Apa namanya? Dia mutusin Lo dengan alasan enggak cocok kan!, Terus kalau enggak cocok ngapain jadian? Ngapain pacaran sampai tunangan? Kalau dia enggak punya hubungan sama cewek lain, Malik enggak akan berubah Mi.. come on Mia Lo buka pikiran Lo." Umpat sea kesal, Mia hanya terdiam mencoba menepis semua pikiran negatifnya tentang Malik..

"Sekarang Lo gak usah mikirin dia lagi, move on, Lo itu cantik, Lo bisa dapati yang lebih baik dari dia, siapa sih yang gak tertarik sama Lo, karir Lo sukses jadi fotografer profesional , menang lomba fotografi tingkat nasional maupun internasional, kualitas Lo juga udah diakui oleh dunia fotografi internasional, Lo juga tergabung dengan tim S (secret) tim elit perusahaan, dan Gue tahu Lo mampu dapetin cowok diatas dia, jauh malahan, dia gak ada apa-apa dibandingin sama Lo, kualitas dia jauh di bawah Lo mia, jauh banget." omel Sea panjang lebar, begitu menyesakkan ketika mendengarnya.

"Cukup Se!, Bentak Mia keras kepada sahabatnya, mambuat Sea diam seketika.

"Mungkin menurut kamu mudah, tapi bagiku dia orang yang bisa buat aku sampai ketitik ini Se.. jadi tolong jangan bicara yang bukan-bukan tentang mas Malik, karena aku sangat menghormati, dia laki-laki pertama yang masuk kedalam kehidupanku, dan aku gak suka sahabatku sendiri merendahkan dia." Menatap nanar Sea lalu beranjak pergi meninggalkan sea sendiri di meja kamar. baru pertama kali Sea melihat Mia begitu marah karena ucapannya.

Bagi sea Mia dikenal orang paling sabar diantar sahabatnya yang lain, begitu tegas, baik hati dan selalu menutupi rasa sakitnya sendiri dengan sangat baik, tapi Sea bisa melihat satu sisi Mia yang selama ini dia sembunyikan, bahwa dia bisa menjadi sangat rapuh.

Mia menutup pintu kamarnya dengan keras, Mia luru bersandar dibelakang pintu, ucapan sahabatnya begitu menyesakkan hatinya, Mia tak terima semua kata yang dilontarkan Sea terhadap mas Malik, sayap hidupnya telah patah tanpa ada alasan yang jelas, Mia masih saja memikirkannya, kenapa hubungan harus berakhir setelah 6 tahun bersama?. Disaat hubungan mereka akan naik satu tingkat yang lebih serius yakni pernikahan.

Pikirannya menerawang kejadian lima bulan yang lalu ketika orang yang dicintainya tiba-tiba memutuskan hubungan percintaan mereka.

Flashback lima bulan yang lalu

12 February 2019

Kring.. kring bunyi ponsel Mia yang menghentikan segala aktifitasnya. Segera Mia angkat panggil tersebut setelah tahu siapa yang meneleponnya.

"Assalamu'alaikum mas," sapa Mia Manja kepada mas Malik tunangannya.

"Kenapa mas?" Tanya Mia padanya..

"Kamu minggu ini sibuk apa tidak?" Tanyanya kepada Mia tiba-tiba tanpa menjawab pertanyaan Mia sebelumnya.

"Hemm, Minggu ini ya," sambil Mia mengingat jadwal selama seminggu ini. "Enggak terlalu sibuk mas, hanya ada jadwal pemotretan studio seperti biasanya, memangnya kenapa?" Balas Mia.

"Enggak ada apa-apa, cuma nanya aja, ya sudah aku tutup telponnya, mas kerja dulu?"menutup panggilan secara sepihak tanpa ada kejelasan

.

"Hallo mas.. mas... Tut.. Tut. Suara panggilan terputus begitu saja. "Apaan sih mas Malik? Tumben langsung tutup telponnya, padahal aku belum selesai mau omongan sama dia." gerutu Mia menatap ponsel nya,Melanjutkan pekerjaan yang sedikit tertunda.

"Ngapain muka Lo cemberut kayak gitu?" Tanya sea yang sedang duduk disebelah meja santai kantor yang ada di rooftop.

"Nggak usah majuin tuh bibir, jangan sok imut deh, Gue jijik lihatnya". Cetus sea menatap sahabatnya.

"Ih sea kamu kok gitu sih sama aku" rengek Mia dengan suara yang dibuat sedikit manja.

"Huwek, Lo gak pantas suara kayak gitu, eneg tahu." umpat sea.

"Hahaha bercanda kali sea," goda Mia

"Lha terus itu muka ngapain tengku kayak gitu jelek tahu?" Tanya sea.

"Ini.. tadi mas Malik telpon cuma nanganin Minggu ini aku sibuk apa enggak? Belum selesai aku ngomong malah di putus telponnya secara sepihak, aneh aja tahu, padahal kan aku lagi kangen sama dia, beberapa Minggu ini dia itu sulit dihubungi, sekali telpon kayak gini enggak bertahan lama, anehnya setiap aku bahas tentang pernikahan kita, mas Malik selalu mengahlikan pembahasan itu, kan aku jadi sebel Se.. kayak dia gak antusias gitu, padahal sebelumnya kita baik-baik saja dan dia yang lebih antusias, tapi sekarang dia sedikit berubah, kira-kira mas Malik kenapa ya Sea? Curhat Mia khawatir dengan kekasihnya.

"Bosen kali, atau ada cewek lain kali" celetuk sea, seketika membulatkan mata Mia.

"Sea! bentak Mia keras, "kamu kalau bicara jangan asal deh, aku tahu mas Malik, dia gak akan ngelakuin apa yang kamu tuduh, Mungkin mas Malik sibuk sama kerjaan jadi dia kayak gitu." Sewot Mia kepada Sea.

"Gak usah marah kali, Gue kan cuma bercanda.. hahah lucu wajah Lo kalau panik gitu. harusnya tadi Gue foto terus Gue jadiin meme," tawa sea kencang.

"Kamu sih kalau bercanda keterlaluan, sebel aku sama kamu," beranjak dari duduknya meninggalkan Sea yang sedang tertawa terbahak-bahak.

"Lo mau kemana?" Teriak Sea melihat Mia meninggalkan dirinya.

"Lanjut kerja sea" jawab Mia sambil teriak juga.

bersambung...

part 2 Flashback

Sabtu 14 February 2019

Disalah satu studio perusahaan L Grafis, Mia dan timnya telah menyelesaikan pemotretan produk minuman terkenal. Mia melihat pukul lima sore menandakan bahwa aktivitas kantor telah usai. Dia segera membereskan beberapa peralatan yang tadi telah Ia pakai.

"Mia.. Mia adiknya Abang Jetro yang paling ganteng." sapa Bang Jetro Aryo Wiguna salah satu tim S dan seorang fotografer terbaik perusahaan L Grafis. Menghampiri Mia yang sedang merapikan peralatan kameranya.

"Hai bang, sudah selesai pemotretannya? tumben nyusul, biasanya langsung pulang, apalagi ini kan hari Sabtu, jarang loh bang Jetro masih distudio atau jangan-jangan Abang nggak ada temen kencan nih? makanya masih betah disini. kata Mia yang mengetahui bahwa Abangnya ini termasuk cowok playboy.

"Adik Abang kok tahu sih, kalau hari Abang lagi kesepian, kamu mau Abang ajak kencan." mengedipkan matanya menggoda mia. salah satu wanita yang ditaksir tapi harus kandas sebelum memulai karena Mia sudah memiliki seorang kekasih.

"Ngajak Sea ajak bang." celetuk Mia, "Diakan lagi kosong, mungkin Sea bisa mengisi kekosongan di hati Abang, melirik Sea yang sudah memasang wajah cemberutnya.

"Apaan sih Lo Mi? sorry Gue enggak minat buat ngisi kekosongan playboy cap kadal kayak bang Jetro, masih banyak cowok lain yang dapat Gue isi hatinya." sewot Sea, sebab semua orang sudah tahu bahwa Sea pernah memiliki rasa kepada Jetro tapi tak terbalaskan.

"Siapa juga yang mau sama Lo Sea,? mending Gue jalan sama yang lainnya lebih seksi dan menggoda, daripada Lo kayak papan, tidak berbentuk. Gue juga tahu Lo masih sering mengawasi Gue kan. buktinya Lo sering like foto Gue di sosmed, ngaku Lo masih suka sama Gue." goda bang Jetro menaikkan alisnya.

"Pede banget Lo bang, Gue udah nggak suka sama Lo, amit-amit gue suka lagi sama. dasar buaya darat" umpat sea kesal, sedangkan Mia hanya tersenyum melihat pertengkaran mereka setiap ada kesempatan.

"Siapa yang buaya darat? Gini-gini Gue juga setia kali Se.. Lo tahu sendiri hati Gue kemana?" ekor matanya melirik Mia yang berada disampingnya.

"Bukan Gue juga yang deketin cewek-cewek itu, mereka sendiri yang ngejar-ngejar Gue, meski Gue tahu Gue ganteng jadi Gue memanfaatkan ketampanan Gue mumpung masih muda., iya kan Mi?" cengir Jetro.

"Sudah-sudah ngapain pada ribut sih, setiap ketemu mesti ngajak berantem." sela Mia menengahi.

"kalian nggak capek apa ribut melulu? aku aja yang enggak ikut capek lihatnya.

"Haduh Adik Abang capek ya, sini Abang pijitin" mengarahkan kedua tangan dipundak mia tapi langsung ditepis oleh Mia.

"Dek, dek dipikir Mia masih anak-anak kali, manggil adik sok imut, enggak cocok Lo bang." Umpat Sea

"Lo itu se.. mulutnya omel melulukayak kereta api," balas bang Jetro

"oke, Gue kesini sebenarnya mau ngajak kalian makan malam, sekaligus ngumpul sama yang lain dari pada sendiri di malam valentine ini, ngumpul ditempat biasanya diatas." kata Jetro mengemukakan tujuan.

"Maksud Lo rooftop kantor bang," seru sea.

"iya, kan basecamp kita diatas, tenang aja nanti ada Aiden sama istrinya, Dika juga hadir, daripada kalian pulang, sendirian di apartemen, ngenes sendiri gak ada yayang buat dipeluk, lebih baik kita ngumpul-ngumpul, apalagi hari Gue lagi free, Gimana Lo mau ikut apa enggak?." kata bang Jetro.

"Lo Mi.. ikut apa enggak? toh enggak ada Malik juga, doi disana Lo disini ." tanya sea ke Mia.

"Baiklah, aku ikut." jawab Mia sambil memasukkan barang terakhir kedalam tasnya. Hingga dia melihat satu notifikasi dari ponselnya

"Dari mas Malik, tumben mas Malik chat." monolognya

To Mia: "Mia, mas sekarang ada di sini, kita butuh bicara, entar mas jemput kamu, kamu tunggu aja disana." isi pesan dari mas Malik.

"Hmm bang jet, Sea kayaknya aku gak jadi ikut deh, soalnya mas Malik ada disini." cicit Mia.

"Serius lo, Malik ada di kota ini, tumben kesini tanpa ada pemberitahuan segala, cieee yang mau dikasih kejutan sama mas tunangan, apalagi hari ini bertepatan dihari valentine, dinner romantis kalau ini." pekik Sea kegirangan.

"Aku gak tahu Se.. biasanya dia gak kayak gini." jawab Mia mencoba menghubungi sang tunangan tapi tidak diangkat-angkat.

"Kenapa Mia? Malik sudah ada dimana?" tanya bang Jetro melihat wajah Mia yang sedikit khawatir.

"Enggak tahu bang, Ini aku telpon-telpon enggak diangkat-angkat, padahal aktif." jawab Mia.

"Mungkin masih dijalan, kamu tunggu aja anaknya, entar kalau Sampai pasti telpon kamu." balas bang Jetro mengusap kepala Mia mencoba menenangkannya.

"Mending kamu siap-siap, dandan yang cantik, mungkin Malik mau ngajak kamu dinner romantis, sana buruan, enggak usah khawatir sama yang ada disini." suruh bang Jetro.

"Se Lo bantu Mia siap-siap, biar disini gue yang lanjutin beres-beresnya, terus kalau Lo sudah selesai, Lo langsung aja ke atas, diatas sudah ada Paul sama Dika, entar gue nyusul keatas." perintah jetro.

"Siap bang, ayok Mia ke kamar mandi, gue bantuin Lo siap-siap." balas sea dengan hormat.

"Makasih ya bang, maaf ngerepotin." kata Mia sungkan.

"Gak usah sungkan Mia, kita kan setim, kamu sudah aku anggap adik aku sendiri, beresin ginian gak jadi masalah buat aku, entar kalau selesai lebih awal ajak Malik kumpul sama kita disini, rencana aku sama yang lain sampai tengah malam, sana kamu siap-siap." usir Jetro mengibaskan tangannya.

"Sekali lagi makasih ya bang, Abang ter the best deh." balas Mia mengancingkan kedua jempolnya.

Lima belas menit kemudian Mia mendapatkan pesan dari Malik bahwa dia sudah ada di lobi kantor.

"Se.. aku cabut dulu ya, mas Malik sudah ada dibawah." kata Mia kepada sea yang masih merapikan rambut Mia agar terlihat cantik

"Bentar-bentar tinggal lipstiknya",memoleskan lipstiknya ke bibir mia. "Gue lihat dulu penampilan Lo, make up sudah, dress sudah, tinggal sandalnya yang belum, nih pakai high heel gue, cepetan." seru sea

"Gak perlu sea, gini aja, aku takut mas Malik kelamaan nunggunya."

"Udah, Lo nurut sama gue, tinggal pakai aja, buruan." titah sea menyerahkan high heel nya kepada sea.

"Iya-iya aku pakai." Balas Mia segera memakai high heel yang tinggi haknya masih bisa ditolerir sama Mia.

"kan gini cantik, pasti entar Malik tambah sayang sama Lo, masak mau dinner romantis pakai sepatu kets nggak cocok, gih sana pergi, selamat berkencan ria." kekeh sea membereskan peralatan makeup nya.

"Habis ini gue mau keatas, kalau ada apa-apa jangan lupa telpon gue."

"Makasih ya Sea, aku duluan, takut mas Malik kelamaan nunggu dibawah, bye..." pamit Mia segera keluar dari kamar mandi. Mia langsung menuju lift yang akan mengantarkannya ke lobi, sebab Malik sudah menunggu disana.

Ting, suara lift yang terbuka, Mia melangkah kakinya dengan sesekali melempar senyum manis yang menghiasai wajah, matanya memindai lobi mencari sosok sang pujaan hati, sampai di menemukan pria dewasa itu sedang duduk disudut sofa lobi sambil memainkan ponselnya.

Mia yang melihat itu segera berjalan menuju sang kekasih, dengan jantung yang berdebar dengan kencang. Hingga dia sudah berada didepan sang pujaan hati.

"Assalamualaikum, mas Malik." sapanya lembut, menampilkan senyum yang indah, membuat Malik mendongak keatas, untuk sesaat Malik terpesona akan kecantikan natural sang kekasih, akan tetapi Malik berusaha untuk menyadarkan diri, agar fokus dengan tujuannya dia datang kesini.

"Ya walaikumsalam, kalau gitu kita cepat ke mobil, waktuku gak lama." ketus Malik datar melunturkan senyum Mia yang terpasang sejak tadi. Malik segera berdiri mengantongi ponselnya disaku celana belakang, berjalan lebih dahulu meninggalkan Mia yaang sedang bingung akan perubahan sang kekasih yang mendadak tak bersahabat.

"Ada apa dengan mas Malik? Kenapa dia berubah?" Batin mia dengan berbagai asumsinya akan perubahan sikap sang kekasih yang tak seperti biasanya. "Kenapa perasaanku jadi gak enak gini sih? Rasanya aku gak mau pergi?" Monolognya meremas telapak tangan dengan cemas. entah mengapa moodnya turun drastis.

"Mia buruan! malah bengong disitu, kamu mau nungguin apa disitu, buruan, waktu ku nggak lama." ucap Mas Malik sedikit membentak Mia, membuyarkan Mia dari lamunannya, Mia bisa melihat Malik menghampirinya, setelah Malik berjalan beberapa langkah darinya.

Malik menarik tangan Mia dengan kasar. " Kamu itu ngapain bengong?, ditunggu malah ngelamun disitu. kamu tahu kan aku buru-buru, aku omongan itu dijawab." Menyeret Mia dengan kasar.

"Kalau punya telinga itu dipasang, jangan buat orang nunggu, kamu itu tadi dengarkan apa yang aku bilang?jadi orang itu yang cekatan, Kenapa kamu Ahri ini lelet benget? Buang-buang waktuku saja." memarahi Mia yang diam memandang punggung pria tersebut dengan tatapan sendu.

Tidak ada pujian seperti biasa, apalagi senyuman menawan ketika saling menyapa satu sama, tidak ada lagi tatapan rindu yang selalu Mia dapatkan dari Malik, hanya wajah yang begitu dingin, datar dan mata yang tajam.

Mereka berkendara dalam diam, tak ada obrolan hangat yang sering mereka lakukan, celetukan-celetukan lucu atau sebuah pujian yang keluar dari mulut keduanya seperti biasa. Setelah menempuh perjalanan dua puluh menit, mereka berhenti disebuah restoran yang cukup easy doing untuk berkencan.

"Sudah Sampai, gih buruan turun, tunggu aku didepan pintu restoran, aku mau parkir mobil dulu." perintah mas Malik ketus pada Mia.

Mia menuruti apa yang diperintah Malik tanpa mengeluh, Mia menutup rapat-rapat mulutnya. Beberapa saat kemudian Malik menghampirinya Mia yang berdiri didepan pintu, memegang tangan Mia, menuju meja reservasi yang telah dia pesen.

Meja mereka berada disudut restoran jadi jika mereka berbicara sesuatu yang penting tidak ada orang yang mendengarkannya. Suasana malam hari ini terasa hampa bagi Mia meskipun dia sedang makan malam dengan tunangannya. Hanya alunan peralatan makan yang terdengar ditelinga mereka, rasanya Mia ingin memecahkan keheningan diantara mereka, tetapi Mia takut akan membuat tunangannya marah, Mia hanya bisa menunggu mas Malik berbicara terlebih dahulu.

"Mia.., aku ingin kita akhiri pertunangan kita," cetus Malik memecahkan keheningan diantar mereka.

Deg, "Apa maksudnya mas?"Tanya Mia, mia begitu kaget dan bingung atas apa yang diucapkan sang tunangan, memutuskan apa? Tunangan? Kenapa? Setelah sekian tahun? Pikiran penuh dengan pertanyaan.

"Iya, aku mau kita akhiri hubungan ini, maaf aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini sampai ke pernikahan, dan aku harap kamu ngerti." jawab Malik tegas.

"Tapi kenapa? Apa salahku ? Kalau aku punya salah, aku minta maaf, kamu nggak bisa diginiin aku mas, kita sudah bersama selama 6 tahun lebih, 6 bulan lagi kita bakal melangsungkan pernikahan mas, Kenapa hubungan kita harus berakhir? berikan aku alasan yang tepat mas." lirih Mia menatap Malik dengan nanar, mata berembun, perasaannya campur aduk, bingung harus bagaimana?.

Malik membuang mukanya kesamping, dia tidak ingin melihat wajah mia yang begitu sendu.

"Maaf, bagiku ini yang terbaik, aku sudah memikirkan ini mantang-mantang dan ini terbaik untuk kita berdua."

"Mungkin ini yang terbaik untuk kamu tapi untuk aku enggak," bentak Mia frustasi.

"kamu egois mas, hubungan kita sebelumnya baik-baik saja, tapi kenapa? Kenapa?." Lirih Mia bingung akan keadaan yang mendadak ini.

"Mia please ini terbaik untuk kita, maaf aku gak bisa, aku..." Malik menghela nafasnya dalam, mengepal tangannya erat. Melanjutkan kata yang tersendat akan diucapkannya. "Ak-ku tidak mencintaimu lagi, perasaanku sudah hilang. ku bosan dengan hubungan ini, aku rasa kita enggak akan cocok jika kita bersama lebih lama lagi."

Deg, satu kata yang tidak ingin mia dengar, Mia terbelalak tak percaya dengan apa yang dikatakan tunangannya, Mia menggelengkan kepala tak percaya. Air matanya yang dia tahan akhir jatuh begitu saja menghiasi kedua pipinya.

"Aku gak percaya sama apa yang kamu ucapkan." sentak Mia. "Kamu pasti bohong kan mas?" lirih Mia memegang dadanya yang sakit. Begitu sakit akan apa yang dikatakan Malik. Mia begitu mencintai, menghormati dan tahu semua tentang Malik, Mia mencoba menyangkal semua ucapan yang keluar dari mulut itu.

"Kamu pasti bohong, kan mas, kamu bohong? lirih Mia, terisak-isak, tangannya mengepal memukul dadanya yang sakit. sedangkan Malik hanya melihatnya dengan datar

bersambung...

maaf kalau ada salah kata atau typo

Part 3 Masih Flashback

"Maaf, tapi ini keputusan ku, aku mohon sama kamu, kamu bisa dapatin orang yang lebih baik dariku, untuk masalah orangtua kita, entar aku yang akan bilang sama mereka, kamu cukup fokus sama apa yang kamu kerjakan, dan untuk uang tabungan yang kita kumpulkan nanti aku proses, kamu cukup duduk saja, nanti aku yang bereskan, jadi aku mohon kamu kabulkan permintaanku, aku tahu kamu sayang sama aku tapi kalau hatiku sudah mati akan cintamu percuma kita bersamaku, yang ada kita akan saling menyakiti satu sama lain, jadi aku mohon sam.... ," tanpa menghiraukan Mia yang sedang kalut sendiri.

"Cukup mas!" potong Mia keras, kedua tangannya menutup telinganya, rasanya dia tidak ingin mendengar semua yang dikatakan oleh Malik, Mia belum bisa menerima ini semua, hatinya hancur seketika.

"Apa kamu tidak bisa melihat aku mas? hiks, keadaan aku mas! kenapa kamu jadi egois?" kata Mia dengan air mata yang berjatuhan, Mia mencoba mengontrol emosinya Agar tidak marah kepada Malik, sesekali dia mengatur nafasnya, menunduk kan wajahnya untuk menghapus air matanya.

Sedangkan Malik hanya bisa memalingkan wajahnya, Malik memilih diam membisu, hanya isakan yang keluar dari bibir mungil itu. Pikiran Mia bagaikan benang kusut yang tak dapat diurai, Mia mencoba menyadarkan dirinya sendiri. Mencoba berpikir sehat, meski hatinya sakit, mencoba memutuskan apa yang harus dia lakukan?

"Apakah dengan cara ini kamu akan bahagia." guman Mia lirih masih terdengar oleh Malik.

"Apa maksud kamu?" tanya Malik. dengan wajah dinginnya.

"Aku tanya, apakah dengan cara ini kamu bahagia?" Ulang Mia kembali, dengan tangan yang masih menghapus jejak air mata di pipi.

"Aku akan bahagia dan tidak akan menyesal." jawab Malik mantap, Mia melihat mata Malik untuk mencari keraguan di dalamnya, tapi dia tidak menemukan keraguan sedikitpun dari mata itu, mungkin jika mas Malik ragu Mia akan mencoba untuk mempertahankan, memperbaiki hubungan yang sebenarnya tidak begitu ada masalah, karena Mia merasa hubungan mereka baik-baik saja sebelum Malik mengungkapkan keinginannya.

Mia mencoba menguatkan diri sendiri, sesekali ia menggigit bibirnya agar tangisnya tidak keluar, mencoba memberikan senyum terbaik untuk sang tunangan yang sekaligus akan menjadi mantannya. Mia berusaha tegar dengan apa yang dia alami sekarang.

"Jika kamu bahagia, ma-ka aku ik-hlas kamu pergi, kita akhiri saja hubungan ini asal kamu bahagia, terimakasih untuk semuanya" isak Mia nanar. Mia mencoba mengikhlaskan takdir hubungan mereka meski itu sulit

"Terimakasih kasih atas makanannya, aku minta maaf atas apa yang pernah aku lakukan sama kamu selama ini, maaf aku tidak bisa menjadi apa yang kamu harapkan? maaf aku masih banyak kekurangan, semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang kamu inginkan, Terimakasih atas segala, selamat tinggal mas." kata Mia tegar, segera meninggalkan Malik yang masih duduk mematung dimeja makan tersebut.

Malik tidak menyangka akan secepat ini Mia mengabulkan apa yang dia inginkan, Malik berfikir akan sulit untuk lepas dari Mia karena mereka sudah ditahap yang begitu serius dan hubungan mereka yang lama. Malik hanya bisa diam menatap punggung rapuh Mia menjauh dari nya.

Mia buru-buru keluar dari restoran tersebut, dia tidak menghiraukan hujan yang begitu deras mengguyur malam ini, Mia mendekap tasnya erat berjalan menyusuri trotoar, tangisnya pecah air mata terus mengalir di kedua pipinya. Hatinya begitu mengganjal akan apa yang sudah terjadi.

"Kenapa mas? Aku mencintaimu, kenapa? Apa salahku? Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu? Aku seperti tidak mengenalmu? Kamu beda? Kenapa kamu tega sama aku?" Pikiran Mia yang berkecamuk, kata-kata yang tidak bisa dia keluarkan tadi hanya bisa dia pendam sendiri.

"Tuhan aku harus bagaimana? Sayap ku tlah lepas?, Bagaimana caranya aku mengikhlaskannya Tuhan? aku harus bagaimana?" lirih mia pada dirinya sendiri, Mia mendongak wajahnya ke atas memejamkan matanya meresapi hujan yang jatuh ke tubuhnya, seakan semesta alam merasakan apa yang dia rasakan.

Hingga Mia duduk termenung di sebuah halte yang tak jauh dari restoran itu, matanya kosong, dia hanya melihat kendaraan yang berlalu lalang tanpa menghentikan salah satu taksi untuk membawanya pulang. Hingga dering ponsel mengagetkannya, Mia pikir mas Malik yang menghubunginya tapi layar ponsel menunjukkan nama sahabatnya, dia segera menggeser icon panggil.

"Sea.." jawab Mia lirih. "Sea.. hiks... Sea hiks.. hiks." Hanya nama sahabatnya yang keluar dari bibirnya, Sedangkan sea diujung sana terkejut mendengar sahabatnya terisak.

"Hallo mi.. Lo kenapa?, ada apa? Malik nyakitin Lo? Lo sekarang dimana? Lo kenapa?" Tanya Sea cemas, Sea hanya mendengar isakan Mia yang menyayat hati.

"Se.. kenapa Mia?" Tanya bang Aiden melihat wajah Sea yang begitu khawatir, mereka sekarang berkumpul di rooftop kantor.

"Gak tahu bang, Gue cuma dengar dia nangis, Gue khawatir bang sama anaknya, Gue takut dia kenapa-kenapa?, haduh salah hujan juga." Jawab sea, semua yang mendengar apa yang dikatakan sea menjadi khawatir akan keadaan Mia sekarang.

"Hallo mi.. Lo dimana, Gue jemput?" Tanya sea mencoba berkomunikasi dengan Mia, sedangkan Mia hanya bisa menangis memegangi ponselnya dengan kuat. Sesekali memukul dadanya yang sakit, menggeleng-gelengkan kepala menyangkal akan kejadian barusan.

"Bang gue khawatir sama Mia bang, gue takut Mia disakiti." kata sea penuh kekhawatiran kepada yang lainnya

"Gimana nih bang dia gak jawab apa yang gue tanyain, Gue cuma denger isakannya, bang coba Lo hubungi Malik, siapa tahu Malik tahu apa yang terjadi sama Mia?." pinta Sea ke bang Aiden.

"Bentar Gue hubungi Malik?" jawab Aiden segera mungkin menelpon malik tapi tidak menerima jawaban.

"Enggak dijawab sama anaknya, tapi nomernya masih aktif?" ujar bang Aiden bingung.

haduh gimana ini?, Sea tambah khawatir

Jetro yang melihat itu, berinisiatif meraih kunci mobilnya, segera memakai jaketnya. "Gue yang akan cari Mia?" usul Jetro membuat semua orang menoleh kepadanya.

"Lo-lo pada tunggu disini aja dulu, entar kalau gue butuh bantuan, gue chat digrup." dianggukin sama yang lain

"Se.. ,Lo ikut gue, pastiin Lo terus terhubung sama Mia, tanya dia pelan-pelan, Lo nenangin dia dulu, baru tanya dia dimana? Ini tas Lo, Gue cabut dulu, wajah Jetro begitu cemas penuh kekhawatiran.

"Iya bang," jawab sea menerima tasnya dari Jetro.

"Jet, Lo pastiin Mia baik-baik saja, terus kalau sudah ketemu langsung bawa pulang ke apartemennya, Se.. Lo nanti nginap aja di apartemennya, jaga Mia, kalau butuh bantuan jangan lupa hubungan kita." kata bang Aiden.

"Iya bang.." jawab Jetro. Sedangkan Sea mencoba menenangkan Mia untuk mencari tahu keberadaannya.

"Bang.. bang... Bang.., tepuk Sea dipundak bang jetro yang ada didepannya. "Mia, ada di halte dekat restoran xxx."

"Kalau gitu kita kesana, Sea Lo pokoknya tetep terhubung sama Mia, bilang kita akan menjemputnya." Perintah jetro.

"Iya bang.." jawab sea yang masih terhubung dengan Mia. Sea dan Jetro pun segera mengemudikan mobilnya ke daerah tempat restoran xxx berada. Sekitar dua puluh menit mereka sudah berada lokasi dimana Mia berada, Jetro memelankan laju mobilnya, mencari keberadaan halte yang disebutkan oleh Mia, mobil Jetro berhenti didepan halte yang dimaksud Mia.

Sea bergegas membuka pintu mobil, menghampiri Mia yang menangis dipojokan halte dengan baju yang basah karena hujan.

"Ya ampun!" Sea kaget dengan penampilan Mia yang begitu berantakan, sedangkan wajah Jetro mengeras tidak terima orang yang dikasihinya terluka.

"kamu kok bisa kayak gini?," getar Sea akan menangis melihat sahabatnya tersebut, segera Sea rangkul Mia kedalam pelukannya. Jetro segera melepaskan jaketnya, memakaikan jaket tersebut ke tubuh Mia agar dia tidak terlalu kedinginan.

"Hiks Sea...Hiks.. Sea.. hiks Sea dia pergi.. hiks Sea semua telah berakhir.. hiks" Isak Mia pilu berulang kali.

Sea.. melonggarkan pelukannya menangkup wajah Mia menghapus jejak air mata yang masih berjatuhan. Sea merasa tidak tega dengan apa yang terjadi kepada sahabatnya.

"Kamu kenapa?, mendekap Mia erat, Malik dimana? Kenapa dia ninggalin kamu kayak gini?" Tanya sea mencari keberadaan Malik.

"Hiks sakit... Hiks sakit.. hiks..hiks dadaku sakit hiks," Mia mengeratkan pelukannya.

Jetro yang melihat Mia begitu terluka, mengepal tangannya tak terima dengan apa yang terjadi. "Kalau gue Sampek ketemu sama Lo Lik, gue bakal kasih Lo perhitungan karena sudah buat orang yang gue sayangi kayak gini" batin Jetro marah.

"Kurang ajar tuh cowok, gak ada rasa tanggung jawab apa? gila tuh malik, sampai ketemu gue hajar tuh orang, udah bikin anak orang nangis ditinggal sendiri, hujan lagi, emang gak ada otaknya itu cowok, brengsek." umpat sea menggebu-gebu tidak terima sahabatnya disakitin.

"Sea, udah sea," kata bang jetro menepuk bahu sea untuk menghentikan mengumpatnya kepada orang lain. "mending kita segera bahwa Mia ke apartemen, gue takutnya dia sakit."

"Mia kita pulang yuk," bujuk Sea lembut, "nanti Lo sakit, cup..cup udah ya, masih ada kamu disamping Lo, Lo enggak akan sendiri, kita pulang ya." memapah Mia berjalan kearah mobil.

Jetro segera membuka pintu belakang penumpang, memastikan Mia duduk dengan nyaman. Setelah mereka masuk mobil, Jetro menyalahkan mobilnya menuju apartemen Mia, sesekali dia melirik kebelakang untuk memastikan keadaan Mia, yang masih menangis sesenggukan.

"Sea tolong Lo chat grup kalau Mia sudah sama kita, mereka pasti masih nunggu kabar dari kita." perintah jetro.

"Iya bang, ini gue mau chat grup." balas sea.

"Entar kalau sudah Sampai apartemen, jangan lupa Mia suruh segera ganti baju, buatkan minuman hangat, terus temenin dia sampai tidur, jangan kamu tinggal sendirian, kalau bisa beberapa Minggu kedepan Lo tinggal bareng sama dia" nasihat Jetro hanya dianggukin oleh sea.

Flashback end

Tok..tok.. tok.. suara pintu kamar Mia yang diketuk oleh Sea

"Mia gue minta maaf, Gue nggak bermaksud buat buat nyakitin Lo , Mia buka pintunya, sorry Mia, gue nyesel," ucap Sea masih berdiri didepan pintu kamar Mia dengan muka tertekuk penuh penyesalan, karena perbuatannya menjelekan mantan tunangan sahabatnya.

Ceklek suara pintu terbuka, Mia keluar dari kamarnya memeluk sahabatnya, Mia juga menyesalkan telah membentak sahabatnya tadi.

"Aku juga minta maaf, maaf karena sudah bentak kamu." penuh penyesalan

"Seharusnya gue yang minta maaf sama Lo, gue yang mancing lo, sorry nggak bermaksud" Lirih Sea.

"Nggak apa-apa se, aku tadi juga tersulut emosi, aku nggak marah sama kamu, kita baikan ya," Mia melepaskan pelukannya.

"Iya Mi., kita baikan, sebagai tanda kita berbaikan, Lo gue antar ke puncak, mumpung hari ini sama besok gue masih free. Iya-iya" bujuk sea.

"Baik, tapi kamu yang nyetir ya." cengir Mia, " kalau gitu aku siap-siap dulu, Lo juga harus siap-siap juga,"

Akhirnya kedua sahabat itu berbaikan, mereka masuk ke kamar masing-masing bersiap untuk pergi ke puncak.

bersambung

kritik dan saran silakan..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!