NovelToon NovelToon

CLBK Dengan Bosku

Bos Mata Keranjang

Pletak!!

Augh!

"Sialan, kamu benar-benar wanita kurang ajar!" Pak Jimmy berteriak marah saat heel dari salah satu sepatu milik Cinta mendarat indah di keningnya.

Bagaimana tidak marah, Pak Jimmy, bos di tempat Cinta bekerja sebagai seorang sekretaris malah berniat melecehkannya sore ini.

Saat semua orang sudah diperbolehkan pulang, alih-alih disuruh untuk lembur, Cinta Miranti, sekretaris dari Pak Jimmy malah disuruh untuk tetap tinggal dan diberi cukup banyak pekerjaan karena salah seorang rekannya yang tiba-tiba ijin tidak masuk kerja, dan semua pekerjaannya di alihkan untuk dikerjakan oleh Cinta.

"Bapak yang kurang ajar ya, berani-beraninya bapak bersikap kurang ajar sama saya. Bapak kira saya takut untuk membela diri saya?" kata Cinta penuh dengan emosi.

Sampai-sampai uratnya terlihat di wajahnya yang putih, saat berteriak marah.

"Bahkan untuk ke jalur hukum pun, saya tidak takut untuk berhadapan dengan bapak. Karena saya hanya membela diri saya sendiri dari atasan mesum seperti bapak ini" kata Cinta yang masih berusaha menutupi bagian-bagian tubuhnya.

Kancing dari kemeja kerjanya sudah hilang beberapa butir saat Pak Jimmy menarik bajunya secara paksa. Dan rok ketatnya sudah naik hingga memperlihatkan bayangan dari ****** ********.

Beruntung Cinta masih menggunakan stoking berwarna kulit, hingga tak sampai kelihatan semua aset berharganya.

"Kamu mau melawan saya di pengadilan? Hahaha, jangan bermimpi untuk bisa menang ya, Cinta Miranti yang sangat cantik. Kamu tidak punya bukti akurat untuk menjerat saya, apa mau keadaan terbalik dan kamu yang mendekam di penjara dengan tuduhan akan merampok saya?" geretak si tua botak bertubuh tambun tak tau diri itu.

"Saya punya bukti nyatanya, kamu telah memukul kening saya hingga berdarah. Hahaha, bahkan rasa yang tak seberapa sakit ini bisa membuat kamu mendekam selama bertahun-tahun di penjara, Cintaku yang cantik" kata Pak Jimmy dengan seringai jahat di bibirnya.

"Oh, jadi bapak kira saya ini wanita yang lemah dan bodoh?" tanya Cinta dengan penuh percaya diri setelah memakai jaketnya yang teronggok di senderan kursinya.

Cinta sudah tak memakai sepatu hak tingginya lagi, karena yang sebelah haknya sudah patah saat digunakan untuk memukul atasannya itu.

"Sudahlah Cinta, layani saya. Nanti di akhir bulan, kamu akan saya kasih bonus yang banyak, dan juga setelah ini kamu langsung saya kasih cincin emas ini, sayang" masih ingin meneruskan rencana busuknya, Jimmy masih saja mengiming-imingi Cinta dengan uang.

"Sayangnya, semua uang yang bapak punya tidak akan cukup untuk membayar tubuh saya yang berharga" Cinta sudah bersiap pergi dan mengambil hand phone nya yang berada di atas meja kerjanya.

Hand phone itu sedang berada dalam posisi merekam saat Cinta mengambilnya. Rupanya, Jimmy menyadari sesuatu saat Cinta menekan tombol Off dari mode video di layar ponselnya.

"Wanita sialan, kamu merekam semuanya?" teriak Jimmy pada Cinta yang sudah berada di ambang pintu.

"Sure, bapak itu orangnya licik. Jadi, saya harus bermain licin juga untuk mengimbangi kelakuan nakal bapak" kata Cinta.

"Saya tidak mau berakhir seperti Melani yang harus keluar dari perusahaan ini tanpa pesangon, bahkan gaji terakhirnya harus ditahan karena tuduhan bapak yang tidak masuk akal" kata Cinta mengenang salah satu teman kantornya yang berakhir tragis karena dituduh menggoda si tua bangka ini.

"Dan asal bapak tahu, dengan bukti ini, bapak tidak akan bisa mengancam saya lagi" Cinta sudah balik kanan, membuka pintu ruangan bosnya dan menutupnya dengan sangat keras.

Hingga Jimmy terjingkrak kaget karena kelakuan Cinta.

"Dasar pelacur kecil, kurang ajar, sialan" umpatan panjang dilancarkan untuk Cinta dari bibir berkumis tipis milik Jimmy yang harus menelan pil pahit dari perbuatannya.

Cinta bergegas pergi, berusaha keluar dari lantai tertinggi di gedung perusahaan furniture terkemuka di kota X ini.

Cinta memang berada satu ruangan dengan bos genitnya itu. Tapi selama ini bosnya masih berperilaku baik padanya. Tak pernah sekalipun bosnya itu bersikap kurang ajar, bahkan Cinta sudah menghormatinya seperti Cinta menghormati ayahnya sendiri.

Tapi belakangan ini, sejak ada kabar skandal si bos dengan salah satu bawahannya, yang juga masih rekan kerja Cinta yang bernama Melani terbongkar, perilaku si bos jadi agak nyeleneh.

"Baik bos, akan kami cari perempuan itu sampai ketemu, dan kami pastikan untuk mengambil ponselnya" Cinta mendengar percakapan beberapa orang bodyguard bosnya yang sedang berdiri rapi di dekat lift.

"Sialan, untung aku masih disini" kata Cinta yang sedang bersembunyi di balik sebuah kubikel di depan ruangan bosnya.

"Aku harus turun lewat tangga darurat ini. Karena pasti mereka nungguin aku di depan lift" gumam Cinta.

Perlahan-lahan dia mengendap-endap menuju tangga darurat. Langkahnya semakin lincah tanpa high heels di kakinya.

Berlari menggunakan rok mini memang sangat tidak nyaman. Berkali-kali Cinta harus menurunkan roknya yang bergerak ke atas.

"Duh, masih kurang sebelas lantai nih. Capek banget" keringat Cinta mulai bercucuran. Hingga rambut panjangnya menjadi lepek.

Ruangan tempat bosnya berada di lantai tiga belas. Di lantai tertinggi dari gedung perkantoran ini.

Singkat cerita, Cinta sudah berada di lantai terbawah. Dia duduk bersender pada pegangan tangga untuk beristirahat sebelum meneruskan langkahnya menuju parkiran karena sepeda motornya masih ada disana.

"Huft, haus banget. Mana air minum sudah habis, masak mau ke pantry dulu buat ambil air?" gumam Cinta.

Apalagi saat Cinta sudah berada di lantai bawah, suasana di luar gedung sudah nampak gelap.

"Maaf bos, kami masih belum bisa menemukan keberadaan wanita itu" samar-samar telinga Cinta mendengar suara dari arah tangga darurat.

"Gawat nih, pasti itu orang-orang suruhannya pak bos genit. Aku harus lari kemana lagi ini?" tanya Cinta pada dirinya sendiri.

Dia celingukan untuk mencari tempat yang aman untuk bersembunyi.

"Nah, disitu" katanya sambil berlari kecil menuju toilet wanita.

Tiba di dalam toilet, dia masih menyempatkan diri untuk meminum air kran karena terlalu haus. Bodo amat lah meskipun air mentah, urusan sakit perut biar diobati nanti setelah sampai di kontrakan saja.

Brak... Brak... Brak...

Suara derap langkah beberapa orang yang memakai sepatu fantofel terdengar lagi.

Kali ini Cinta memasuki salah satu bilik toilet dan menguncinya dari dalam. Cinta yakin, orang-orang itu pasti akan mencarinya hingga ke dalam toilet wanita juga. Karena memang pegawai lainnya sudah banyak yang pulang. Hanya tinggal beberapa security dan dirinya saja.

"Masuk ke situ saja" gumam Cinta yang memasuki salah satu pintu toilet yang tertulis 'sedang rusak'.

Mengunci pintunya dari dalam, lalu Cinta segera naik ke atas closet duduk yang tersedia.

Dan benar saja, tak lama setelah Cinta bersembunyi disana. Beberapa orang memasuki area toilet wanita.

"Pasti dia ada disekitar sini" kata salah seorang dari mereka.

"Saya pikir juga begitu" jawab yang lain.

"Kamu periksa setiap bilik yang ada, saya akan mencari ke sekitar sini. Siapa tahu dia sudah bersembunyi di luar bilik toilet ini" kata yang lain.

Dada Cinta sudah bergemuruh, bukan karena merasakan jatuh cinta, tapi lebih karena dia merasa terlalu takut jika sampai tertangkap oleh mereka.

Pasti dia akan dikembalikan ke ruangan bosnya. Dan kalau sampai semua itu terjadi, Cinta tak tahu lagi bagaimana nasibnya besok.

"Ya Tuhan, tolong hambamu ini. Semoga hamba masih bisa menikmati hari esok dengan senyuman" Cinta berdoa dalam hatinya.

Pria di luar bilik toilet terdengar sedang menendang satu per satu pintu toilet yang ada.

Hati Cinta semakin tak karuan, berdegub sangat kencang hingga dia tak mau membuka matanya. Takut kalau sampai bertatapan dengan mengincarnya.

Jeduk!

"Auh, sial. Pintu yang ini terkunci" keluh pria itu saat tendangannya tak berhasil membuka pintu di bilik yang sedang menyembunyikan Cinta di dalamnya.

"Pasti tuh cewek ada di dalam sini" kata pria itu.

Dari bayang-bayang yang bisa Cinta tangkap di luar bilik, pria itu tengah berjongkok dan mengintip ke dalamnya.

"Hei, bro. Ngapain?" tanya rekannya yang baru saja memasuki toilet.

"Mungkin dia ada di dalam sini" jawabnya.

"Tidak mungkin lah, toilet itu kan rusak. Pasti OB yang membawa kuncinya" kata orang yang tadi.

"Benar juga, memang terkunci sih pintunya" kata pria itu lagi.

"Sudah lah, kita cari di tempat lain saja" kata pria yang satunya.

"Oke" akhirnya semua pria itu sudah pergi dari toilet wanita.

"Selamat" gumam Cinta sambil mengelus dadanya yang masih berdegub kencang.

"Sekarang, aku harus secepatnya pergi dari gedung ini. Semoga kali ini masih diberi keberuntungan" kata Cinta yang sudah berjalan mengendap-endap ke keluar toilet.

Tengok kanan-kiri seperti orang yang akan menyebrang jalan, Cinta kembali berjinjit agar suara langkahnya tak terdengar oleh siapapun.

Sementara di ruangannya, si bos Jimmy berteriak kesakitan saat anak buahnya tengah mengobati luka di keningnya.

"Aahhh .. Sakit, pelan-pelan dong. Kamu ini bodoh banget" umpatnya pada seorang anak buahnya yang sedang membersihkan bekas darah di kening si bos.

Ponselnya berdering, pak bos menyuruh anak buahnya menghentikan kegiatannya sementara waktu agar dia bisa mengangkat teleponnya.

"Hallo, iya ma. Kenapa?" rupanya sang istri sedang mencarinya.

(...)

"Lagi di kantor, lembur aku. Kerjaan lagi banyak banget. Kamu ini nggak percayaan sih sama suami sendiri" keluh pak bos melalui gawainya.

(...)

"Sudahlah ma, itu kan sudah berlalu. Papa kan sudah janji untuk tidak lagi mengulanginya. Mama kenapa nggak percayaan banget sih?" lagi-lagi pak bos mengeluh, memang dasarnya mata keranjang, sampai tua pun tetap saja kelakuannya.

(....)

"Iya, sebentar lagi papa pulang. Pasti papa makan malam dirumah kok" kata pak bos sambil mendelik.

Bibirnya juga ikut berkomat-kamit menirukan suara istrinya yang sedang mengomel melalui telepon.

"Iya ma, dah mama. I Love you, my darling" tapi pak bos segera memuntahkan ucapannya melalui udara.

"Dasar bini cerewet, nggak bisa banget lihat suami senang sedikit. Bawaannya curigaan melulu" gerutu pak bos setelah sambungan teleponnya terputus.

Baru saja ingin meletakkan ponselnya, tapi ponsel itu berdering lagi. Tampilan nama salah satu bodyguardnya terpampang disana.

"Apa? Sudah dapat Cintanya?" tanya Pak bos dengan garang.

(....)

"Sialan. Pokoknya cari sampai dapat. Kalau sampai nggak ketemu, kalian pasti saya pecat" kata pak bos, marahnya sampai ke ulu hati.

"Awas saja Cintaku itu kalau sampai ketemu, kutelanjangi tanpa ampun" kembali dia menggerutu.

"Lanjutin!" perintahnya pada si body guard yang tadi tengah mengobati lukanya.

"Hei, kamu. Cepat cari posisi Cinta dari CCTV" perintahnya pada anak buahnya yang lain.

"Siap bos" ucapnya menurut.

Segera bodyguard itu menyalakan laptop di ruangan si bos dan melihat tayangan CCTV di berbagai tempat.

Dimulainya dari lantai teratas, mengamati dengan serius tampilan layar yang terbagi-bagi menjadi beberapa bagian sesuai banyaknya cctv disana.

Dan bagaimana nasib Cinta kali ini?

Rupanya dia sudah berhasil memasuki parkiran. Motornya ada di basement. Sengaja dia tak pernah menaruh motornya di parkiran luar karena sayang kalau sampai motor kesayangannya itu terbakar sinar matahari.

Bisa retak body mulusnya yang terawat, karena Cinta selalu memanjakan motor itu di salon cuci motor langganannya setiap akhir pekan.

"Sedikit lagi, sebentar lagi aku pasti bisa keluar dari gedung mengerikan ini" gumamnya yang tengah mencari kunci motornya di dalam tas.

"Haduh, mana sih kunci ini. Kenapa hilang di waktu yang nggak tepat" gumamnya, sedangkan kedua tangannya masih mencari kunci motornya dengan gemetaran. Padahal dia sudah berhasil duduk diatas motornya.

Dan dilantai teratas, saat si body guard suruhan pak bos yang tengah menatap layar monitor mendapatkan gambar Cinta yang berada di parkiran, segera dia berteriak nyaring.

"Bos, non Cinta ada di parkiran" katanya dengan nyaring, hingga membuat pak bos terlonjak kaget.

Plester yang sedang berusaha ditempelkan ke keningnya sampai jatuh ke lantai.

"Cepat suruh yang lainnya segera menyusul kesana. Pastikan kalian mendapatkannya tanpa melukai sedikitpun kulitnya yang mulus itu" perintah pak bos lantang.

Dan segera si bodyguard menghubungi rekan-rekannya untuk meneruskan informasi yang dia dapatkan dari si bos melalui sambungan HT.

"Ah, dapat!" Cinta kegirangan setelah berhasil menggenggam kunci motornya.

Segera dia menyalakan mesin motornya dan menancap gas motor matic itu dengan cukup kencang.

Pengalamannya di kampung yang suka balapan motor sebelum merantau ke kota besar ini sangat berharga kali ini.

Dengan lincahnya, Cinta berlenggak-lenggok mengitari basement untuk bisa mencapai pintu keluar.

"Hei, berhenti" teriak beberapa bodyguard yang berhasil menemukannya.

"Nggak akan" teriak Cinta yang semakin menambah kecepatan motornya.

Menerjang segerombolan bodyguard yang memasang pagar betis di dekat pintu keluar.

"Ah sialan" umpat mereka saat Cinta benar-benar menabrakkan motornya ke arah mereka.

Satu orang terpental beberapa meter saat Cinta menabraknya, sepertinya kepalanya terbentur sesuatu. Karena menimbulkan suaranya seperti saat kau sedang melempar batu ke atas lantai.

Dan beberapa yang lainnya malah minggir untuk menyelamatkan dirinya masing-masing.

Nyatanya, Cinta berhasil keluar dengan selamat dari gedung perkantoran itu.

"Alhamdulillah" teriaknya penuh rasa syukur.

Membelokkan setirnya ke arah jalan raya, untung saja tadi dia tak lupa untuk memakai helm meski sepatunya sudah hilang entah kemana.

Bahkan penutup paha yang biasa dia gunakan masih terlipat rapi didalam jok motornya. Tidak sempat dia memakai itu.

Yang penting Cinta selamat, dan bisa keluar dari gedung itu adalah sebuah pencapaiannya yang terbaik sejauh ini.

Sekarang tujuannya adalah pulang, menuju rumah kontrakan yang dia tinggali bersama Felis. Sahabatnya dari kampung yang juga menjadi perantau di kota X ini.

.

.

.

Aku Mau Resign

"Assalamualaikum" Cinta memberi salam saat melihat Fellis, sahabatnya sedang duduk bersantai di teras kontrakan mereka.

"Waalaikumsalam, loh Ta, kamu kenapa? Kok acak-acakan gitu sih? Lagi ini, sepatu kamu mana?" tanya Fellis yang kebingungan saat melihat tampilan Cinta seperti kertas lusuh.

"Astaga, ayo masuk dulu" ajak Fellis yang mengerti jika Cinta masih belum bisa ditanyai.

Fellis menuntun Cinta untuk memasuki ruang tamu, dia juga membantu memasukkan motor Cinta agar terparkir rapi di sebelah motornya. Masih di ruang tamu juga.

Cinta duduk sambil memijit pangkal hidungnya yang terasa pegal. Kepalanya terasa sedikit pusing.

"Mau teh hangat?" tanya Fellis, gadis itu memang sangat baik. Tapi Cinta juga pasti melakukan hal yang sama saat mendapati Fellis sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, seperti keadaannya saat ini.

"Boleh, makasih ya Fel" kata Cinta sambil menerbitkan sedikit senyumnya.

Fellis mengangguk, dan segera melangkahkan kakinya ke dapur kecil yang tersedia di rumah kontrakannya untuk membuatkan Cinta teh melati hangat, kegemaran mereka berdua.

"Nih Ta, minum dulu tehnya" kata Fellis yang sudah menyajikan dua cangkir teh diatas meja.

"Makasih ya Fel" Cinta berujar sambil menyeruput teh hangatnya sedikit demi sedikit.

"Kamu kenapa? Kok pulang kerja jadi kusut begitu?" tanya Fellis yang melihat tampilan Cinta sangat memprihatinkan.

"Pak Jimmy, Fel. Bos ganjen itu hampir saja merenggut keperawananku" kata Cinta mulai mengadukan tindakan bos ganjennya.

"Hah? Kok bisa?" tanya Fellis setengah berteriak sangking kagetnya.

"Bukannya kamu lembur?" tanya Fellis lagi.

"Ya memang awalnya aku lembur, tapi pas semuanya sudah pulang, Pak Jimmy malah hampir berhasil mencabuli aku. Dasar tua bangka, belum reda kasus skandalnya sama Melani kemarin, malah sudah ingin menambah deretan kasus lainnya" Cinta sangat geram saat mengingat kejadian hari ini.

"Astaga, dasar orang tua itu ya. Tapi kamu nggak apa-apa kan, Ta?" tanya Fellis yang memperhatikan penampilan Cinta dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

"Alhamdulillah nggak apa-apa sih, Fel. Cuma sepatu aku jadi korbannya" kata Cinta yang melihat telapak kakinya yang terselimuti stoking jadi terlihat sangat kotor.

"Memangnya kamu kemanakan sepatunya?" tanya Fellis yang ikut memandangi kaki Cinta.

"Aku pakai buat menggetok jidat botaknya pak Jimmy sampai berdarah" Cinta sangat berapi-api saat menceritakan keberhasilannya untuk kabur dari jeratan si tua Jimmy.

"Uwah, keren banget kamu Ta. Nggak heran sih, kamu kan punya basic bela diri yang lumayan bagus ya" kata Fellis sambil mengacungkan kedua jempolnya.

"Tapi tadi semua yang aku pelajari jadi kerasa nggak berguna deh kalau lagi dalam keadaan genting kayak tadi, Fel" kata Cinta merenungi kejadian yang telah dialaminya.

"Kok bisa?" tanya Fellis.

"Nggak tahu juga sih, apa mungkin karena aku pakai rok span kependekan ya? Jadi gerakan aku terbatas banget" Cinta menjeda ucapannya, seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Mulai hari ini aku bertekad untuk tidak akan pernah pakai baju yang terlalu terbuka, Fel. Kalau aku kerja, aku mau pakai celana kerja saja daripada pakai rok span" Cinta memutuskan masa depannya.

"Sama satu lagi, aku nggak akan pakai sepatu dengan hak yang terlalu tinggi. Paling tinggi lima centi saja" kata Cinta menambah peraturan baru dalam hidupnya.

"Kamu yakin? Sebagai seorang sekretaris sepertinya baju kerja kamu yang biasanya lebih cocok daripada kalau kamu pakai celana bahan deh, Ta" kata Fellis berpendapat.

"Kayaknya aku mau resign saja deh Fel, aku mau cari kerjaan baru. Aku sudah nggak mau lagi lihat mukanya si tua Jimmy" kesal sekali Cinta saat menyebut nama bos genitnya itu.

"Loh, terus aku gimana dong Ta?" rengek Fellis yang tidak suka saat Cinta memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya.

"Kamu enak Fel nggak satu ruangan sama pak Jimmy, lah aku? Males banget kalau setiap hari masih harus bertatap muka sama dia. Mendingan aku cari kerjaan baru saja deh" kata Cinta yang sudah membulatkan tekadnya.

"Kalau kamu memang sudah memutuskan seperti itu, aku cuma bisa bantu mendoakan kamu supaya ke depannya kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik ya, Cinta" kata Fellis sambil memeluk sayang pada sahabatnya itu.

"Yaudah, kamu bersih-bersih dulu ya Ta. Terus makan ya, aku tadi beli ay geprek level maut di gang depan" kata Fellis.

"Makasih banget ya, Fel. Kamu memang sahabat terbaik aku" kata Cinta yang telah mengurai pelukan mereka.

Cinta beranjak dari duduknya, memang tubuhnya sudah terasa sangat lengket karena seharian belum mandi.

Setelah masuk ke kamarnya sebentar, Cinta keluar dengan menenteng baju bersih dan menyampirkan handuk di bahunya.

Lantas dia berjalan ke kamar mandi yang hanya ada satu di rumah kontrakan sederhana ini. Letak kamar mandinya dekat dengan dapur kecil.

Sementara Fellis terlihat masih asyik dengan gawainya.

Dan tak menyadari jika sudah cukup lama Cinta melakukan ritual mandinya di dalam kamar mandi.

Saat keluar dari kamar mandi, Cinta sudah berpakaian lengkap. Terlihat lebih santai dengan setelan piyama bergambar Hello Kitty.

Cinta juga sudah membawa sepiring nasi lengkap dengan ayam dan sambal yang Fellis belikan untuknya.

"Hem... Sambalnya memang maut banget, Fel" Cinta mengomentari makanannya.

"Iya, sesuai selera pedasnya kamu" jawab Fellis.

"Ehm, by the way, aku kok jadi penasaran ya, Ta. Kamu sempat terkena ciuman maut dari pak bos nggak?" tanya Fellis yang sukses membuat Cinta tersedak makanannya hingga terbatuk.

"Uhuk-uhuk, sialan kamu Fel" Cinta segera menyambar air putih di atas meja yang sudah dibawanya.

Fellis malah tergelak melihat respon dari Cinta. Padahal niatnya hanya bercanda saja kan.

"Amit-amit jabang bebek deh Fel kalau sampai aku tercium oleh si tua Jimmy yang botak itu" kata Cinta yang kembali menjejalkan potongan ayam dan nasi ke dalam mulutnya.

"Hii ngeri" kata Fellis yang berhasil menerbitkan tawa di bibir Cinta.

★★★★★

Pagi harinya, Fellis heran karena tidak biasanya Cinta bermalas-malasan dengan masih bertahan di dalam gulungan selimutnya.

"Ta, Cinta. Kamu nggak mandi? Kan sudah siang ini, kamu nggak ke kantor?" tanya Fellis sambil menggoyangkan lengan Cinta.

"Aku mau resign Fel, malas aku masuk kerja hari ini" kata Cinta yang masih memejamkan matanya.

Semalaman gadis itu susah tidur karena terlalu memikirkan kejadian yang telah dialaminya.

"Huft, yasudah terserah kamu saja. Aku berangkat dulu ya, kamu hati-hati dirumah" kata Fellis yang kembali menutup kamar Cinta.

Sepeninggal Fellis, Cinta jadi tidak bisa tidur lagi. Diapun memutuskan untuk turun dari ranjangnya dan mandi.

"Aku ngapain ya?" gumam Cinta yang tak biasa menganggur.

"Bersihin rumah deh" gumamnya.

Dan hal pertama yang dia lakukan adalah membersihkan kamarnya sendiri. Dimulai dari mengganti sprei, merapikan kasur dan menata lemarinya.

Sesuatu terjatuh dari lemarinya saat Cinta mengeluarkan semua bajunya yang berantakan.

Cinta memang bukan tipe wanita yang sangat rapi, biasanya dia akan menggosok bajunya saat mendekati deadline untuk dipakai.

"Apa ini?" gumamnya sambil memungut sesuatu yang tadi terjatuh.

"Buku harianku" katanya sambil tersenyum.

Cinta duduk diatas ranjang, dan mulai membuka halaman pertama dari buku hariannya semasa SMA.

"Jeje, aku kangeeennn banget sama kamu. Sekarang kamu dimana ya? Masih ingat nggak kamu sama aku?" tanya Cinta pada selembar foto usang yang ditempel di halaman depan dari bukunya.

Foto dirinya dengan seorang cowok semasa mereka SMA.

Cinta lupa pada nama panjang cowok itu, hanya panggilannya saja yang selalu diingatnya. Dan dia adalah Jeje.

Seorang cowok yang datang dalam hidupnya, dan telah membuat pintu hati Cinta terkunci rapat untuk pria lain, siapapun itu.

Buliran bening menuruni pipi mulusnya, seketika ingatannya tertuju pada masa dimana dia baru saja mengenal kata Cinta. Cinta dalam hatinya untuk Jeje.

"Aku kangen banget sama kamu, Je. Kamu dimana sekarang?" masih mengulang pertanyaan yang sama. Cinta mulai membuka halaman selanjutnya.

Dan lagi-lagi, ingatannya tertuju pada masa lalunya yang tak bisa menghentikan kekasih hatinya pergi dengan menyematkan satu janji padanya.

Janji untuk akan kembali lagi di lain waktu, dan janji keduanya untuk saling setia dan menunggu hingga waktu mempertemukan mereka lagi. Janji dari dua anak remaja yang masih mengalami cinta monyet.

Tapi nyatanya, Cinta malah tidak bisa berpaling darinya. Dari sosok Jeje yang telah memenuhi seluruh hari dan pikirannya.

Melihat masih banyak halaman kosong di dalam bukunya, Cinta kembali menuliskan kisah hidupnya yang terloncat selama lebih dari lima tahun dari terkahir kali Cinta menulis disana.

Cerita tentang kejadian kemarin yang membuatnya sangat terpukul dan memutuskan untuk mengganti penampilannya.

"Oh, aku tahu sekarang harus apa" kata Cinta setelah menutup buku hariannya.

Berdiri di depan lemarinya, Cinta kembali mengacak isinya dan mengambil semua rok span yang biasanya dipakai kerja.

"Banyak juga ya, tapi nggak apa-apa. Biar kesialan hidupku berakhir dengan hilangnya semua rok ini" gumam Cinta yang telah menggenggam gunting untuk menyobek semua rok itu.

Puas dengan aksinya, Cinta memasukkan tumpukan rok rusak ke dalam kresek hitam dan akan membuangnya di tong sampah depan rumah.

Tapi langkahnya terhenti saat ponselnya berdering dan menampilkan nama Fellis disana.

"Hallo, iya kenapa Fel?" tanya Cinta setelah menggeser ikon hijau di layar ponselnya.

(....)

"Hah? Memangnya harus hari ini juga?" tanya Cinta.

(....)

"Bilang sama pak HRD nya ya, besok aku ke kantor sekalian bawa surat pengunduran diri" geram sekali Cinta yang dituduh tidak becus saat bekerja.

(....)

Tanpa menunggu ucapan Fellis selanjutnya, Cinta sudah menutup panggilannya dengan nafas yang memburu.

Dia sedang marah karena dituduh tidak profesional saat bekerja karena meninggalkan bosnya saat sedang lembur.

"Dasar bos mesum, awas saja kalau sampai dia berani macam-macam sama aku. Dikiranya aku ini orang bodoh yang bisa diperlakukan dengan seenaknya?" gumamnya sambil menyalakan laptop untuk membuat surat pengunduran diri.

"Untung saja aku punya bukti akurat untuk melawannya. Dengan rekaman ini, pasti dia akan berpikir ulang untuk meneruskan ke meja hijau" kata Cinta.

"Karena sebelum dia melaporkan aku ke polisi, lebih dulu akan aku berikan rekaman ini ke keluarganya. Terutama pada istrinya. Dia kan suami-suami yang takut istri" kata Cinta yang berusaha mengamankan rekamannya terlebih dahulu.

.

.

.

Rubah Kecil Yang Licik

"Ayo ikut saya, Cinta. Kamu sudah ditunggu sama pak Jimmy" kata kepala HRD di tempat Cinta bekerja.

"Sebenarnya ada apa ini, Cinta? Kenapa kamu sampai lalai dalam pekerjaan? Saya sangat menyayangkan perbuatan kamu" kata kepala HRD sedikit kecewa.

Karena selama lebih dari satu tahun Cinta bekerja disini, belum pernah sekalipun Cinta melakukan kesalahan. Bahkan untuk terlambat pun, Cinta belum pernah melakukan itu.

Ditanyai seperti itu, Cinta hanya diam. Tak berniat menjawabnya sama sekali. Tapi tentu saja dia merasa geram karena tuduhan yang dilayangkan padanya.

"Selamat siang, pak" kata Kepala HRD sebelum memasuki ruangan Jimmy.

"Siang, ayo silahkan masuk" kata Jimmy dengan senyum mengembang melihat kedatangan Cinta.

"Apa kabar, Cintaku?" tanya Jimmy seperti biasanya.

Dan entah kenapa, mendengar panggilan itu keluar dari mulut Jimmy membuat Cinta bergidik ngeri.

"Saya baik, pak. Sangat baik" jawab Cinta sambil menekan emosinya.

"Bagaimana dengan penawaran saya? Apa kamu setuju?" tanya Jimmy.

"Penawaran apa ya, pak?" tanya Cinta yang memang belum mengetahui penawaran yang disebutkan oleh mantan atasannya itu.

"Jadi begini, Cinta" rupanya kepala HRD yang berniat menjelaskan semuanya.

Cinta dan Jimmy terlihat serius mendengarkan perkataan yang akan kepala HRD itu sampaikan.

"Kamu masih diberikan kesempatan untuk tetap bekerja di perusahaan ini meski telah melakukan sebuah kesalahan fatal dengan meninggalkan bapak pimpinan kita saat masih dalam waktu kerja, meski dalam masa lembur" kepala HRD menjelaskan dengan cukup baik sejauh ini.

"Karena dalam surat perjanjian kontrak kerja yang telah kamu tandatangani sebelumnya, ada pasal yang menyebutkan kalau kamu bersedia untuk menerima permintaan dari atasan kamu untuk melakukan lembur asalkan tidak lebih dari jam sembilan malam".

"Tapi kamu malah meninggalkan pimpinan kamu sebelum masa lembur kamu habis. Malah dari yang saya dengar, sekarang kamu berencana untuk resign, ya?" tanya kepala HRD yang tidak tahu duduk permasalahannya.

"Pak, asal bapak tahu ya. Saya meninggalkan jam lembur saya karena perlakuan tidak menyenangkan yang telah pak Jimmy lakukan terhadap saya" kata Cinta dengan tegas.

"Kamu jangan asal bicara ya, Cintaku. Buktinya kening saya ini, terluka karena kamu yang ingin mencuri di ruangan saya. Dan kebetulan sekali saya memergoki perbuatan kamu, Cintaku" kata Jimmy yang memang keningnya masih terbungkus kassa.

"Bapak menuduh saya? Bapak yakin berani menuduh saya?" tanya Cinta sedikit emosi, tapi segera dia berusaha menurunkan emosinya agar tetap bisa berfikir jernih.

"Kenapa saya harus takut, nyatanya semua bukti menyudutkan kamu, Cintaku" kata Jimmy dengan seringai jahatnya.

"Maafkan saya, Cinta. Karena dengan terpaksa kamu harus membayar sejumlah denda kalau kamu resign sebelum masa kontrak kamu di perusahaan ini berakhir" kata kepala HRD.

"Dan jumlahnya tidak main-main, Cinta. Lima puluh juta rupiah" kata kepala HRD menegaskan jumlah dendanya.

Tentu Cinta merasa syok, dia tidak salah. Tapi kenapa harus membayar denda?

"Bapak yakin mau melakukan itu terhadap saya?" tanya Cinta dengan senyuman rak kalah licik.

"Kenapa saya harus takut, Cintaku?" tanya Jimmy yang sangat betah untuk mengobrol dengan wanita secantik Cinta.

"Asal bapak tahu, ya. Saya punya rekaman kejadian yang sebenarnya, kejadian kemarin" kata Cinta sambil memperlihatkan layar ponselnya pada kepala HRD agar melihat perilaku cabul bos genitnya ini.

Kepala HRD menonton Video rekaman itu dengan mata melotot, tak percaya jika ternyata bosnya sangat kurang ajar.

"Astaga, bapak yang keterlaluan" komentar kepala HRD.

"Kalian, cepat ambil dan hapus rekamannya" perintah Jimmy langsung ditindaklanjuti oleh anak buahnya.

Merampas ponsel Cinta dari tangan Kepala HRD dan segera menghapus rekaman itu. Sedangkan yang lainnya mengamankan Cinta dan kepala HRD agar tetap duduk di tempatnya.

"Hahah, takut pak?" tanya Cinta yang masih bisa tertawa.

"Hahahaha" Jimmy tertawa tak kalah kerasnya dari Cinta.

"Saya sudah menghapus semua rekamannya, Cintaku. Sekarang kamu harus patuh sama saya, kalau tidak kamu pasti akan saya penjarakan" ancam Jimmy.

"Saya tidak takut sama sekali, pak. Karena saya bukan orang yang bodoh" kata Cinta.

"Saya sudah menyimpan rekaman itu di akun pribadi saya di G**gle. Dan asal bapak tahu, sampai nanti sore, jika saya masih belum log in lagi di akun saya, pihak G"?**gle akan secara otomatis akan melaporkan bapak pada pihak yang berwajib" kata Cinta.

Padahal bohong, bisa-bisanya Cinta saja membual agar Jimmy takut. Dan sepertinya, itu berhasil.

"Kalau saya tidak takut, Cinta?" masih dengan keyakinannya, Jimmy masih ingin Cinta bertahan di perusahaannya.

"Bagaimana kalau saya kirimkan rekaman itu ke istri bapak? Ke orang tua bapak? Ke relasi bisnis bapak?" tanya Cinta dengan penuh keyakinan juga.

"Dan dalam sekejap, karir bapak akan hancur. Bapak akan menjadi orang miskin" kata Cinta menekankan setiap ucapannya dengan nada tegas.

Jimmy berpikir keras kali ini, ancaman Cinta tidak main-main.

Jimmy adalah orang yang serakah dan suka sekali dengan harta. Kalau sampai istrinya tahu dan ingin pergi darinya kan bisa gawat.

Karena separuh dari saham perusahaan ini adalah atas nama istrinya. Bisa benar-benar bangkrut kalau istrinya sampai menarik semua saham miliknya, kan.

"Kamu ini ternyata adalah rubah yang sangat licik ya, Cintaku" kata Jimmy yang sudah tidak bisa tertawa.

"Baiklah, kamu boleh keluar tapi masih harus membayar denda itu" akhirnya Jimmy mengalah.

"Tapi saya butuh waktu untuk membayarnya, pak. Beri waktu sampai satu tahun ke depan, dan saya janji saya akan membayarnya dan saya pastikan kalau saya tidak akan ingkar janji" Cinta meminta waktu pada mantan atasannya.

"Hem... Baiklah, karena kamu pasti akan memberikan saya ancaman lainnya kalau saya tidak mengabulkan syarat darimu kan, Cintaku?" kata Jimmy.

"Dan satu lagi, pak" kata Cinta dengan senyum manisnya kali ini.

"Apa itu Cintaku?" tanya Jimmy dengan senyum tak kalah mengembang dari Cinta.

"Jangan lupa gaji saya bulan ini, ya. Kalau tidak, bapak pasti tahu akibatnya" kata Cinta.

"Huft, kamu sangat nakal ya Cintaku. Mentang-mentang kamu pegang kartu As saya, kamu jadi semena-mena pada saya" kata Jimmy yang tengah cemberut kali ini.

"Saya anggap bapak menyetujuinya, sekarang tolong kembalikan ponsel saya. Karena audah tidak ada lagi yang bisa bapak perbuat dengan ponsel itu" kata Cinta sambil menengadahkan tangannya, meminta ponselnya yang masih ada dalam genggaman si bodyguard.

"Bagaimana, bos?" tanya si bodyguard.

"Berikan saja, lagipula ponsel jelek seperti itu sangat tidak menarik bagiku" kata Jimmy sambil mengibaskan tangannya.

Cinta hanya bisa memonyongkan bibirnya mendengar ejekan si Jimmy yang kurang ajar itu.

"Meskipun jelek, tapi berkat ponsel ini saya bisa selamat dari bos mesum seperti bapak" Cinta menggerutu, tapi masih terdengar di telinga Jimmy yang melotot.

"Baiklah pak, jika sudah tidak ada yang diperlukan lagi, lebih baik saya segera pergi dari sini" Cinta sudah berdiri, bersiap keluar dari ruangan itu tanpa berfikir untu berjabat tangan dengan bos mesumnya ini.

Jimmy hanya bisa melihat kepergian Cinta dengan tatapan hampa. Niat hatinya ingin memeras gadis kecil ini, nyatanya malah dia sendiri yang kalah darinya.

"Dasar rubah kecil yang licik" gumam Jimmy yang masih tak bisa melepas pandangannya dari tubuh Cinta yang kali ini memakai celana panjang.

Hari terakhir di gedung perkantoran ini, ada satu hal yang masih ingin dia lakukan.

Saat memasuki lift, Cinta menekan angka empat karena ada cafetaria di sana. Dan Cinta ingin menikmati seporsi soto Betawi kegemarannya di cafe itu untuk terakhir kalinya.

Ting!

Pintu lift terbuka, suasana ramai sudah menyambutnya krena memang ini adalah jam istirahat.

Langkahnya mantap menuju stand soto Betawi, setelah mendapat pesanannya, dia segera mencari tempat kosong.

"Ta, kamu masih berniat resign dari sini?" tanya Fellis yang ikut bergabung dengan Cinta di mejanya.

"Hai, Fel. Iya nih, tadi aku sudah menemui pak Jimmy. Dan semuanya sudah beres, aku resmi resign dari sini sejak hari ini" jawab Cinta, mengulum senyum untuk menutupi kegundahannya akibat nominal denda yang didapatkan olehnya.

"Tapi kok mukanya sedih gitu?" tanya Fellis.

"Nggak apa-apa kok, cuma aku lagi mikir saja, mau nyari kerja dimana ya?" pertanyaan Cinta juga terdengar oleh teman Fellis yang kebetulan juga bergabung dengan mereka.

"Ehm, maaf nih aku jadi ikut campur. Kamu mau nggak kalau aku rekomendasikan ke teman aku? Kebetulan kemarin aku ditawari kerja di Subagya Corp. untuk kerja sebagai anggota accounting disana" kata Mona, teman satu tim Fellis.

"Uwah, bisa kebetulan banget ya. Aku mau banget dong, Mona. Itu kan juga perusahaan besar" Cinta sangat antusias dengan penawaran Mona.

"Sebentar, aku telpon teman aku sekarang juga" kata Mona yang gercep, langsung menghubungi temannya untuk merekomendasikan Cinta.

Sembari menunggu Mona berbincang dengan temannya, Cinta tentu meneruskan kegiatannya untuk menghabiskan makanannya.

Tak lama menunggu, Mona dengan senyum di wajahnya segera melanjutkan informasi dari temannya.

"Lowongannya masih ada, Ta. Kamu besok langsung ke Subagya Corp. untuk interview ya. Langsung temui orang yang namanya Pandu disana" kata Mona.

"Alhamdulillah, semoga itu memang rezeki aku ya" kata Cinta, perasaannya terasa sangat lega mendengarnya.

Satu harapan baru ada di hatinya. Setidaknya, meski gajinya akan lebih kecil karena memang posisinya nanti adalah staf biasa, Cinta masih bisa mengirim uang ke kampung halamannya pada kedua orang tuanya untuk biaya sekolah sang adik.

"Atau gini saja deh, Ta. Aku kirim nomor hapenya Mas Pandu, ya. Kamu janjian sendiri saja sama dia jam berapa ketemuannya" kata Mona yang sibuk mengetikkan sesuatu di layar hapenya.

Rupanya dia sedang meminta izin pada Pandu untuk memberikan nomor ponselnya pada Cinta.

"Sip, sudah aku kirim sama kamu nomornya Mas Pandu, Ta" kata Mona yang sudah meletakkan kembali ponselnya diatas meja dan kembali berkutat dengan makanannya.

"Makasih banget ya, Mon. Beruntung aku ketemu sama kamu hari ini" kata Cinta sambil melihat layar ponselnya sendiri.

Melihat nomor yang Mona kirimkan padanya. Seseorang bernama Pandu.

Semoga besok Cinta bisa menuliskan cerita baru dalam hidupnya. Cerita yang lebih baik dari sebelumnya.

Dan harapannya baru tercipta hari ini.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!