Kebahagiaan terlihat jelas di raut gadis cantik itu, Ellena Valerie. Senyum lebar tersungging di sudut bibirnya yang terlapisi lipstick berwarna merah. Hari ini, malam ini, dia akan mengikat janji suci sehidup semati dengan sang kekasih, pria yang sudah dia pacari selama tiga tahun.
Tubuh ramping Ellena dalam balutan gaun pengantin mewah berwarna putih tulang yang terjadi ribuan manik-manik yang terbuat dari berlian dan Tiara asli. Dan harga gaun tersebut ditafsir hingga menyentuh angka lima milyaran won.
Seperti kebanyakan gadis di luaran sana, Ellena juga ingin terlihat sempurna dihari spesialnya. Memakai gaun pengantin yang super mewah dan juga pesta yang dihadiri oleh ribuan tamu undangan.
Krieettt...
Suara decitan pintu dibuka mengalihkan perhatiannya. Melihat siapa yang datang membuat sudut bibirnya tertarik keatas. Ellena menghampiri orang itu dan berhambur memeluknya.
"Ma, apa begini rasanya menjadi pengantin? Aku sangat gugup dan berdebar-debar, apa dulu ketika Mama menikah dengan papa juga merasakan apa yang aku rasakan sekarang?" Tanya Ellena pada sang ibu.
Ibu Ellena mengangguk. "Ya, memang begitu rasanya. Bahkan yang Mama rasakan dulu ketika mau menikah dengan papamu jauh lebih parah. Mama sampai harus keluar masuk toilet berkali-kali karena kebelet pipis. Bahkan setelah berada keatas altar, Mama juga harus pergi ke toilet lagi, dan itu terus terulang." Ujar Nyonya Marissa.
"Lalu bagaimana cara Mama mengatasinya?"
"Tidak ada, Mama hanya fokus pada acara untuk menghilangkan kegugupan itu." Jawab Nyonya Sarah.
"Akan aku coba. Oya, Ma. Apa Leo sudah datang?"
Nyonya Marissa menggeleng. "Sepertinya belum, kakakmu juga dari pagi tidak terlihat batang hidungnya. Sedangkan para tamu sudah datang semua."
Ting...
Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Ellena. Gadis itu beranjak dari hadapan sang ibu untuk melihat pesan dari siapa itu. Ternyata dari Sarah.
Penasaran kenapa kakaknya mengirimnya pesan singkat, Ellena pun segera membuka pesan tersebut. Kedua matanya membelalak sempurna setelah melihat isi pesan yang dikirim oleh kakaknya. Senyum manis di bibirnya pudar seketika.
"Ell, ada apa?" tanya Nyonya Marissa penasaran.
Ellena menoleh pada ibunya dengan air mata yang menggenang di pelupuknya. "Ma, mereka mengkhianatiku. Hiks, mereka ternyata selingkuh di belakangku dan saat ini kedua sampah itu sedang berada di Hotel." Jawab Ellena dan kemudian berhambur ke pelukan ibunya.
Nyonya Marissa pun bertanya-tanya. Mereka? Mereka siapa yang Ellena maksud? Kemudian ibu dua anak itu melepaskan pelukannya dan menatap Ellena penasaran. "Mereka, siapa?" Dengan tangan gemetar, Ellena menunjukkan foto dan video yang baru saja Ella kirim padanya.
Tubuh Nyonya Marissa gemetar hebat setelah melihat apa yang telah dilakukan oleh putri sulungnya. Dia telah bersuami dan malah merebut calon suami adiknya, sungguh semua diluar kepercayaannya, jika Ella bisa melakukan tindakan sekotor itu.
"Ellena, ini tidak bisa dibiarkan. Kakakmu sudah benar-benar keterlaluan. Ayo ikut Mama dan kita beri pelajaran padanya!!" Nyonya Marissa menarik lengan Ellena dan membawanya pergi untuk memberi pelajaran pada mereka berdua.
Dua kali Ellena dikhianati oleh kakaknya sendiri. Pertama, Ella merebut kekasihnya dengan menjebaknya telah menidurinya. Ella hamil dan mengatakan pada semua orang jika itu adalah anak dari Xi Kevin, kekasih Ellena. Dan kejadian yang sama kembali terulang, Ella kembali merebut calon suaminya bahkan mereka tidur di hari pernikahannya.
-
-
Suara derap langkah kaki menyita perhatian semua tamu undangan yang sudah memenuhi gedung pernikahan. Mereka bertanya-tanya kenapa Nyonya rumah dan sang mempelai wanita pergi meninggalkan gedung pernikahan dengan terburu-buru.
Ekspresi yang mereka tunjukkan jelas sekali jika sesuatu sedang terjadi. Nyonya Marissa yang tampak marah dan si mempelai wanita yang berlinangan air mata.
"Pa, apa yang terjadi?" Kevin menghampiri ayah mertuanya.
Tuan Su menggeleng. "Papa juga tidak tau." Jawab Tuan Su.
"Pa, ayo kita susul mereka." Tuan Su mengangguk.
Jika diperhatikan dengan baik. Kecemasan terlihat jelas pada raut wajah Kevin ketika dia melihat air mata Ellena. Bukan rahasia lagi jika sampai detik ini Kevin masih sangat mencintai gadis itu, karena sejak awal yang dia cintai adalah Ellena, bukan Ella.
Jika saja Ella tidak menjebaknya dan mengatakan sedang mengandung bayinya, pasti yang saat ini bersanding dengannya adalah Ellena. Tapi semua sudah terjadi dan tidak ada gunanya menyesali apa yang terjadi.
-
-
Dua anak manusia itu terlihat sedang bergulat pana di salah satu kamar di sebuah hotel ternama kota ini. Mereka saling memagut dan bercinta layaknya pasangan suami-istri yang sedang dimabuk cinta.
Des*han dan erangan berkali-kali keluar dari bibir si wanita ketika pria yang sedang mendominasinya itu mencumbunya dengan liar dan panas. Si pria menatap wanitanya dengan seringai menggoda.
"Kau benar-benar sangat hebat, Ella. Permainanmu sungguh luar biasa,"
Ella menangkup sisi wajah Leo dan membalas tatapan sang kekasih gelap. "Bukankah aku lebih hebat dari adikku? Ellena tidak berpengalaman sama sekali soal hubungan ranjang, jadi kau harus berterimakasih padaku, Sayang." Ucapnya lalu mengecup bibir Leo.
Brakkk...
Dobrakan keras pada pintu mengejutkan dua orang yang sedang bergulat panas itu. Mata Ella dan Leo sama-sama membelalak melihat siapa yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan marah.
"Ellena," ucap keduanya.
"Kalian berdua sungguh sangat keterlaluan!!" Teriak Ellena.
Gadis itu kemudian menghampiri Leo dan Ella lalu menampar mereka berdua bergantian. Tak hanya satu dua kali saja, tapi berkali-kali.
"Kalian berdua berani sekali melakukan kegilaan ini di belakangku. Kau Leo, ini adalah hari pernikahan kita dan kau malah asik bercinta dengan kakakku?! Dan kau Ella, apa tidak cukup kau merebut Kevin dariku?! Kenapa sekarang kau malah merebut Leo juga dariku?!" Bentak Ellena emosi.
"Ellena, lepaskan!! Sakit!!" Jerit Ella karena jambakan Ellena pada rambutnya.
"Kalian benar-benar sampah. Kalian berdua kenapa tidak mati saja. Lihat bagaimana aku akan menghancurkan kalian berdua!!"
Ellena kemudian memunguti pakaian mereka berdua lalu membuangnya keluar. Membuat Ella dan Leo menjadi sangat panik. Tak hanya pakaian saja, tetapi Ellena juga membuang ponsel, sepatu sampai dompet milik keduanya.
"Ellena, kau sudah gila ya?!" Bentak Leo emosi.
"Ya, aku memang gila dan kalianlah yang membuatku gila!!" Balas Ellena.
Nyonya Marissa dan Tuan Su masuk beberapa saat kemudian, mereka sama-sama terkejut dengan apa yang disaksikan oleh matanya. Begitu pula dengan Kevin, Kevin menggeleng seraya menyeringai meremehkan. Dia berjalan menjauh dan meninggalkan kamar itu.
Ella menjadi panik setengah mati. Dia menyambar selimut hotel lalu mengejar Kevin. "Kevin, tunggu!! Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Kevin jangan pergi, dengarkan penjelasanku dulu. Aku dijebak, Kevin tunggu!!" Teriak Ella namun tak dihiraukan oleh Kevin.
Plakkk...
Ella jatuh tersungkur setelah mendapatkan tamparan keras dari ibunya. Nyonya Marissa menatapnya dengan marah dan kecewa. "Ma, kenapa kau menamparku?!"
"Ella, Mama sungguh menyesal telah melahirkan putri sepertimu!! Kau mempermalukan keluarga kita, mencoreng harkat dan martabat keluarga Su. Kau, membuat kami kecewa!!"
-
-
Bersambung.
Seorang pria terlihat mondar-mandir sambil sesekali melihat ke arah jalan, berharap mobil yang ditumpangi oleh orang-orang yang sedang ia tunggu kedatangannya tiba-tiba datang dan memasuki area parkiran.
Iya sangat cemas, mengendalikan para tamu agar tetap menunggu tentu tidaklah mudah. Bahkan beberapa tamu undangan terlihat meninggalkan gedung pesta. Meskipun masih banyak yang bertahan di dalam gedung.
Seperti mendapatkan Oasis di tengah gurun pasir. Pria itu terlihat mengusap dadanya lega, orang-orang iya tunggu-tunggu akhirnya datang Juga. Iya pun segera menghampiri mereka berempat.
"Kak, kalian dari mana saja? Apa kalian tahu betapa paniknya aku karena kalian tidak kunjung kembali. Banyak tamu undangan yang sudah tidak sabar menunggu dan memutuskan untuk pulang. Lalu dimana mempelai prianya?" tanya pria itu sambil celingukan mencari keberadaan Leo.
"Dia tidak ada disini, Paman!! Pengantin prianya sudah berubah, bukan Leo yang akan menikah denganku, tapi Kakak ipar!! Jika dia bisa merebutnya dariku, lalu kenapa aku tidak bisa merebutnya kembali darinya!!" sahut Ellena menimpali.
Ellena telah bertekad untuk menikah dengan Kevin. Dulu Ella-lah yang merebut Kevin darinya, dan hari ini dia melakukannya lagi.
Jadi bukan salah Ellena jika akhirnya merebut Kevin dari pelukan kakaknya. Bahkan dia tidak peduli meskipun nantinya akan dicap sebagai pelakor oleh orang lain. Karena Ellena hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh Ella padanya selama ini.
"Tidak, Ellena. Papa tidak setuju dengan keputusanmu itu, karena itu sama saja artinya dengan merebut kakak iparmu dari kakakmu sendiri!!" tuan Su menolak dan tidak menyetujui keputusan yang baru saja diambil oleh putrinya.
"Tidak bisa!!" Nyonya Marissa menyela cepat. Pandangannya lalu bergulir pada suaminya dan menatapnya dingin. "Jika Ella bisa, lalu kenapa Ellena tidak? Mama setuju dengan keputusanmu, karena sejak awal kalian berdua memang sudah saling mencintai."
Tentu saja Nyonya Marissa tau apa alasan suaminya menentang keputusan Ellena. Itu semua karena Ella. Sebenarnya, Ella bukanlah putri kandung Nyonya Marissa, melainkan putri Tuan Su dengan mantan sekretarisnya.
Tuan Su dan Nyonya Marissa sudah menikah selama 10 tahun, tetapi mereka tak kunjung mendapatkan momongan. Dan kedatangan wanita bernama Erica membuat kesetiaan Tuan Su akhirnya goyah. Erica yang cantik dan bertubuh molek membuat ayah dua anak itu akhirnya jatuh cinta padanya.
Akhirnya mereka berdua menjalin hubungan terlarang. Tuan Su berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri dan mengkhianati janji sucinya dengan Nyonya Marissa, yang merupakan ibu kandung Ellena sekaligus istrinya yang sah.
Akhirnya Erica hamil, dan anak itu adalah Ella. Satu tahun setelah Ella dilahirkan, Nyonya Marissa dinyatakan hamil oleh dokter.
Tak lama setelah Ellena dilahirkan, Tuan Su membawa Ella masuk ke dalam keluarganya dan mengakui dia sebagai putrinya. Sedangkan Erica meninggal karena kecelakaan, tentu saja hal itu tidak bisa diterima oleh Nyonya Marissa. Dia sangat marah dan murka. Hampir saja mereka bercerai.
Namun karena belas kasihan dan rasa manusiawi, akhirnya Marissa mau merawat bayi Ella dan memperlakukannya seperti putri kandungnya sendiri.
Tapi hal yang tak terduga terjadi, dimana dia mengulangi perbuatan mendiang ibunya dimasa lalu. Ella, merebut kekasih putrinya dan sampai menjebaknya sehingga mereka batal menikah. Dan hal itu kembali terulang kali ini. Untuk kedua kalinya Ella merebut kekasih Ellena.
"Kak, ayo kita menikah!! Bersama-sama kita balas perbuatan Ella, kau pasti juga sakit hati padanya. Ayo sama-sama kita hancurkan dia!!"
Kevin tak lantas menjawab. Dia menatap ke dalam manik mata Ellena yang menatapnya penuh harap. Air mata tampak menggenang di pelupuk matanya. Seperti Kevin bisa merasakan kesakitan dan penderitaan Ellena saat ini. Dan Kevin masih ingat dengan jelas bagaimana hancurnya Ellena saat itu.
Mungkin ini sudah saatnya dia memperbaiki kesalahannya dimasa lalu dan menebus semua kesalahannya pada Ellena.
"Baiklah, ayo kita menikah!!"
Ellena tersenyum lebar mendengar jawaban Kevin. Tangannya terkepal kuat. Gadis itu berbalik badan dan menatap Ella yang baru saja tiba di gedung pesta, menatap sang kakak dengan senyum penuh kemenangan.
"Apa yangs seharusnya menjadi milikku sejak awal, sekarang kembali lagi padaku. Ella, terimakasih telah mengembalikan Kevin padaku!!"
"Ellena, kau~"
"Kakak ipar, ayo." Ellena mengulurkan tangannya pada Kevin yang kemudian disambut olehnya. Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju altar.
Nyonya Marissa menitihkan air matanya melihat Ellena dan Kevin akhirnya bersatu kembali. Sebagai seorang ibu, tentu saja dia tau betapa hancurnya hati dan perasaan Ellena ketika melihat kebersamaan Kevin dan Ella. Meskipun hanya sepihak, tetapi itu tidak mudah baginya. Dan sebenarnya mereka sama-sama tersiksa.
Tuan Su menarik lengan Nyonya Marissa dan menatapnya dengan tajam. "Kenapa kau melakukan ini, Marissa?! Ella putrimu juga, apa kau tidak memikirkan bagaimana perasaannya?! Dia lebih kasihan daripada Ellena, sejak kecil dia sudah kehilangan ibunya!!"
Nyonya Marissa menyentak tangan Tuan Su dari lengannya. "Itu bukan urusanku, lagipula dia bukanlah anak yang lahir dari rahimku. Selama ini aku mengalah, bahkan aku membiarkan dia merebut kebahagiaan putriku. Dan kali ini hal itu tidak akan terjadi lagi!!" Ujar Nyonya Marissa dengan tegas.
"Marissa, Kau~"
"Diamlah, acara sudah mau dimulai!!"
Melihat Ellena dan Kevin yang saling menatap begitu dalam membuat kedua tangan Ella terkepal kuat. Dia hendak menghampiri mereka berdua namun ditahan oleh Nyonya Marissa, ia tidak membiarkan Ella mengacaukan acara sakral dan suci ini. Hingga Ella tak memiliki pilihan lain selain kembali duduk.
Sementara itu.. Leo yang baru saja tiba hanya bisa terdiam melihat Ellena dan Kevin yang saling bertukar cincin diatas altar. Leo hendak menghentikan pernikahan mereka namun sudah terlambat. Karena sekarang pasangan itu sudah resmi menjadi suami-istri.
"Baiklah, Kevin Xi, sekarang cium pengantinku."
Kevin menangkup wajah Ellena lalu mencium bibirnya dengan penuh kelembutan dan perasaan. Ciuman yang mewakili perasaannya pada Ellena. Dan Ellena membalas ciuman Kevin, kedua tangan gadis itu memeluk leher pria yang baru saja resmi menjadi suaminya itu dengan mesra.
Lagi-lagi Ella hanya bisa mengepalkan tangannya. Tidak pernah Kevin menciumnya seperti itu. Jangankan menciumnya, memperlakukannya dengan hangat pun tidak. Bahkan Kevin menolak untuk tidur satu ranjang dengan Ella, dan dia memilih tidur di sofa setiap malam selama 5 bulan terakhir.
"Putriku memang layak bahagia, hubungan yang dimulai dengan kebohongan juga tidak akan berakhir baik!!" Ucap Nyonya Marissa, pandangannya bergulir pada Ella yang juga menatap padanya.
Ella tak tau apa maksud ibunya berkata seperti itu. Dan sepanjang dia mulai mengenalnya sebagai ibu, ini pertama kalinya Nyonya Marissa bersikap dingin padanya. Apalagi tatapan menusuk itu yang tak pernah dia tunjukkan sebelumnya.
"Ma, apa maksudmu berkata begitu?" Tanya Ella.
"Kau yang lebih paham dariku, Ella. Dan mulai sekarang jangan pernah merusak kebahagiaan Ellena, karena kau akan berhadapan langsung denganku!!"
-
-
Bersambung.
Semua milik Ella kini menjadi milik Ellena, apa yang dulu pernah Ella rebut darinya, kini Ellena rebut kembali. Dan membuat Ella hancur adalah tujuan utama Ellena. Lalu apakah Ella bisa menerimanya? Tentu jawabnya tidak, karena Ella tidak pernah terima apalagi merelakan Kevin menikahi Ellena.
Sambil memeluk lengan Kevin dengan mesra, Ellena berjalan menghampiri Ella dengan seringai lebar tercetak di bibir ranumnya. Tatapannya meremehkan, persis seperti Ella menatapnya dulu ketika dia berhasil merebut Kevin darinya dengan cara yang curang.
"Kakak, apa kau tidak ingin memberikan restumu pada kami berdua? Supaya aku dan Kevin senantiasa hidup bahagia," apa yang Ellena ucapkan, persis seperti yang Ella ucapkan hari itu.
"Aku tidak sudi memberikan restu kepada kalian berdua!!" Ella menatap keduanya bergantian.
"Kenapa kau sangat kejam kakak? Padahal restu darimu sangat berarti bagiku dan juga Kevin. Bukankah begitu, Key? Jadi restui dan doakan kami agar aku dan Kevin menjadi pasangan yang abadi." Ucap Ellena masih dengan seringai yang sama.
"ELLENA, CUKUP!!" bentak Tuan Su. "Kenapa kau semakin keterlaluan saja? Apa kau tidak bisa menjaga perasaan Kakakmu sedikit saja?! Ella sedang bersedih dan berduka karena kau merebut suaminya. Jika kau ingin balas dendam padanya, bukan begini caranya. Lagipula bukan salah Ella juga kenapa Leo lebih memilihnya daripada dirimu. Itu karena Ella lebih tau cara menyenangkan laki-laki!!"
PLAKK!!!
Tamparan keras mendarat mulus pada pipi kanan Tuan Su. Nyonya Marissa yang tersulut emosi mendengar ucapan suaminya langsung melayangkan tamparan keras padanya. Dan apa yang dia lakukan tentu saja mengejutkan semua orang termasuk Tuan Su sendiri.
"Cukup Su Hwan!! Sebaiknya kau tidak usah ikut campur masalah mereka berdua, sebagai seorang ayah kenapa kau hanya berpihak pada satu putrimu saja?! Apa karena Ella adalah anak yang lahir dari pelacurmu itu?!" Bentak Nyonya Marissa penuh emosi.
"Marissa, kau~"
Plakkk...
Ellena menahan tangan Tuan Su ketika dia hendak menampar ibunya. Ellena berdiri tepat di depan Nyonya Marissa dan menjadi tameng untuknya.
Su Hwan meringis kesakitan karena cengkraman Ellena yang begitu kuat. Ellena adalah pemegang sabuk hitam, jadi wajar bila dia memiliki tenaga yang lebih besar dari kebanyakan perempuan di luar sana.
"Aku peringatkan padamu, Pa. Jangan pernah menyentuh Ibuku dengan tangan kotormu ini! Aku tidak hanya akan mematahkannya, tetapi aku tidak bisa menjamin apakah telormu masih utuh atau tidak!! Terus saja bela putrimu yang tak memiliki etika ini, bahkan ketika dia bersalah sekalipun, kau tidak perlu memberinya hukuman apapun!! Ma, ayo kita pulang. Acara sudah selesai!!"
Hilang sudah kesabaran Ellena dalam menghadapi sang ayah yang selalu berpihak pada Ella. Dia tidak pernah memarahi ataupun memberikan hukuman padanya meskipun ia tau jika putrinya itu telah melakukan tindakan yang sangat memalukan.
Kasih sayang yang Tuan Su berikan pada Ella sangat besar, dan dia tidak pernah bisa berlaku adil meskipun ia dan Ella sama-sama putri kandungnya.
-
-
Ella yang baru tiba di rumah terkejut sekaligus kebingungan melihat semua barang-barangnya dikeluarkan dari kamar utama, kamarnya dan Kevin. Ella masuk ke dalam dan menemukan Ellena yang sedang mengeluarkan semua pakaiannya dari Walk In Closet.
Buru-buru dia masuk ke dalam dan memunguti semua pakaiannya yang berserakan di lantai. "Ellena, apa-apaan kau ini?! Kenapa kau keluarkan semua barang-barangku dari kamar ini?!" Bentak Ella marah.
"Mulai malam ini dan seterusnya, kamar ini akan menjadi milikku. Kau bisa tidur di kamar lain."
"Tidak bisa!! Sejak awal aku yang menempati kamar ini. Aku adalah istri pertama Kevin dan aku sedang mengandung anaknya. Jadi aku yang lebih berhak atas kamar ini dibandingkan dirimu!!"
Ellena mengangkat wajahnya dan menatap Ella dengan pandangan meremehkan.
"Benarkah?! Kenapa kau bisa begitu yakin jika anak yang sedang kau kandung itu adalah anak Kevin? Apalagi setahuku kau itu sangat gampangan dan murahan. Apalagi baru tadi pagi kau bermain kuda-kudaan dengan pria lain. Jadi apa kau berani menjamin jika itu benar-benar anak Kevin?!"
"Ellena kau~"
Cklekk...
"Aduhh..." Buru-buru Ella menjatuhkan dirinya di lantai saat mendengar suara pintu kamar mandi di buka. Dia menangis dan merintih kesakitan sambil mencengkram perutnya, Ella berniat memfitnah Ellena. "Ell, kenapa kau malah mendorongku? Apa kau sengaja ingin membunuh janin di dalam perutku?! Uhh, sakit!!"
Kevin menghampiri kedua istrinya dan menatap mereka bergantian. "Ada apa ini?" Perhatian keduanya lantas teralihkan. Dan Ella tentu tak menyia-nyiakannya. Dia segera memulai aktingnya untuk mendapatkan simpatik dari Kevin.
"Kevin, lihatlah apa yang dia lakukan padaku. Ellena mendorongku, sepertinya dia ingin membunuh anak kita dengan sengaja." Ujar Ella.
"Aktingmu sangat baik, Kakak. Tapi sayangnya masih kurang sempurna. Bagaimana jika aku membantumu supaya aktingmu ini terlihat lebih natural lagi?!" Ellena menyeringai dingin.
Dia menghampiri Ella lalu menampar wajahnya berkali-kali, meskipun melihatnya, tetapi tak ada niatan Kevin untuk menghentikan kebrutalan Ellena. Dia meninggalkan kedua perempuan itu begitu saja dan masuk ke dalam Walk In Closet untuk mengambil pakaiannya.
"Ellena, hentikan!!" Teriak Ella, dia benar-benar kesakitan karena tamparan Ellena. Pipinya lebam dan bibirnya sedikit Jontor akibat pendarahan ringan karena robekan di sudut bibirnya. "Aahhh..." Wanita itu meringis ketika memegang pipinya sendiri. "Kau sangat keterlaluan!!"
"Keterlaluan bagaimana? Aku hanya mengajarimu cara akting yang baik dan terlihat lebih natural. Oya, satu lagi. Bukan keinginanku loh membuang semua barang-barangmu ini, tapi Kevin yang menyuruhku."
"Apa maksudmu?" Ella meminta penjelasan.
"Dia tidak Sudi tidur satu kamar dengan tukang selingkuh sepertimu. Jadi nikmati saja hidupmu yang sekarang ini. Segera beresi semua barang-barangmu ini, dan aku juga sudah membersihkan gudang yang mulai malam ini akan menjadi kamarmu."
"Kau benar-benar sudah sangat keterlaluan, Ellena!!" Teriak Ella penuh emosi.
"Oya, aku juga sudah menghubungkan CCTV yang baru aku pasang di kamar ini ke ponselmu. Kau bisa melihatnya dengan gratis saat Kevin mencumbuku malam ini. Selamat malam, Kakak." Ellena mendorong Ella keluar dari kamarnya lalu menutup dan mengunci pintunya.
Derap langkah kaki seseorang yang datang mengalihkan perhatiannya. Ellena tersenyum lebar melihat kedatangan Kevin. Dia hanya memakai piyama panjang dan singlet putih tanpa piyama atasannya. Kevin menghampiri Ellena dan langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
Ellena kembali mengukir senyum lebar dibibirnya. Dia mengangkat kedua tangannya dan memeluk leher Kevin. "Aku bahagia karena pada akhirnya kau kembali padaku, Key. Aku pikir aku sudah kehilanganmu untuk selama-lamanya." Ucap Ellena dengan mata berkaca-kaca.
"Seharusnya kau tau, Ell. Jika aku selalu mencintaimu. Dulu, sekarang, bahkan nanti ketika kita sama-sama menua. Hanya kau satu-satunya yang aku cintai." Ujar Kevin sambil mengunci sepasang biner Hazel milik Ellena.
Gadis itu menyeka air matanya dan menghambur ke pelukan Kevin. "Jangan pernah meninggalkanku lagi, apapun yang terjadi kau harus tetap berada di sisiku."
Kevin menggeleng. "Tidak akan, dan kali ini tidak akan ada seorang pun yang bisa memisahkan kita berdua. Tidak akan pernah ada!!"
-
-
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!