Ruang tengah yang luas di sebuah villa yang megah, nampak begitu meriah dengan lampu disko yang kelap-kelip. Ditambah lagi suara musik DJ yang mampu membakar gairah muda untuk menggoyangkan badannya. Semua orang yang ikut berpesta terlihat bahagia menikmati suasana pesta.
Atas permintaan calon pengantin wanita, tidak hanya sahabat laki-laki yang diundang dalam pesta itu. Akan tetapi, sahabat dari calon pengantin wanita pun ikut serta. Mereka membaur untuk saling mengenal satu sama lain
Pesta lajang yang diadakan oleh Ganesha Oenelon, seorang CEO muda perusahaan Ganesha Corporation. Menjadi pesta perpisahan Ganesha pada masa lajangnya. Karena beberapa hari lagi, dia akan menikah dengan seorang gadis yang dicintainya, Dora Georgina.
Nampak di sana seorang gadis yang terlihat imut, terus menggelengkan kepalanya. Dia sangat menyesal karena tadi mengikuti ajakan sahabatnya untuk meminum minuman yang tidak pernah dia sentuh seumur hidupnya. Ya, Shopia Martin seperti memakan buah simalakama. Karena dia tidak terbiasa meminum minuman keras yang sukses membuat dia menjadi mabuk.
"Dora, aku ke kamar duluan. Kepalaku pusing sekali," pamit Shopia.
"Oh, ya sudah! Kamu tahu kan jalannya menuju ke kamar?" tanya Dora, sahabatnya Shopia.
Shopia hanya mengangguk tanpa berniat menjawab. Dia terus saja berjalan sempoyongan menuju ke kamar yang tadi sore dia tempati, saat pertama kali datang ke villa. Berkali-kali dia menggelengkan kepalanya untuk mengusir rasa pusing yang mendera. Sampai pada sebuah pintu kamar, dia langsung masuk begitu saja.
"Lebih baik aku tidur, agar pusing di kepalaku hilang," gumamnya.
Malam semakin larut, pesta pun semakin meriah. Namun, Shopia sudah terlelap dalam tidurnya. Sampai dia merasa sedang bermimpi, ada seorang lelaki yang sedang mencumbunya.
Badan Shopia semakin menggelinjang, mendapatkan sentuhan di titik sensitifnya. Entah kenapa, dia begitu menikmati mimpinya. Dia merasa kalau semua itu nyata. Apalagi, saat ada benda asing yang menerobos masuk merobek selaput daranya, dia hanya memekik kesakitan dengan mata yang masih terpejam.
Namun, rasa sakit itu berganti dengan hal yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Sampai akhirnya dia terhanyut dan mengikuti permainan lelaki yang dia rasa ada dalam mimpinya itu. Begitupun dengan lelaki itu yang begitu bersemangat untuk mendapatkan pelepasan.
...***...
Keesokan harinya, saat sinar mentari menelusup masuk ke dalam kamar. Terdengar pintu kamar ada yang membukanya dari luar. Nampak seorang gadis cantik dengan badan bak gitar Spanyol berjalan masuk ke dalam kamar itu. Dora sengaja masuk ke dalam kamar calon suaminya karena ingin membangunkan Anez, panggilan dari Ganesha Oenelon.
Namun apa yang dilihatnya, membuat darahnya langsung mendidih. Mukanya berubah menjadi merah padam. Ditambah dengan matanya yang membulat sempurna. Dengan mata kepalanya sendiri dia melihat calon suaminya sedang tidur memeluk sahabatnya, Shopia.
"BANGUN! APA YANG KALIAN LAKUKAN?" bentak Dora murka.
Seketika Shopia membuka matanya. Dia sangat terkejut mendengar suara keras membangunkan tidurnya. Namun, dia lebih terkejut lagi saat melihat Ganesha, laki-laki yang diam-diam dia cintai sedang tidur bersamanya.
Tidak jauh berbeda dengan Shopia, Ganesha pun tidak kalah terkejutnya mendengar suara bentakan Dora. Dia cepat-cepat bangun dari tidurnya. Lagi-lagi ekspresi yang sama dengan Shopia dia tunjukkan di depan calon istrinya.
"Sayang, jangan salah paham! Aku tidak tahu kalau gadis yang tidur di kamarku itu dia. Aku pikir, kamu ingin melakukan malam pertama kita lebih dulu," bela Ganesha. "Pasti kamu sengaja masuk ke dalam kamarku, kamu pikir dengan kamu menyerahkan tubuhmu padaku, aku akan mencintaimu," tunjuknya pada Shopia.
"Kamu jangan membela diri, sudah jelas kamu tidur bersamanya. Lihat! Badan dia saja banyak bercak merah begitu. Padahal sama aku, kamu selalu menolak jika aku menginginkan lebih dari kissing." Dora menangis tersedu. Hatinya hancur berkeping-keping melihat calon suaminya bercinta dengan sahabatnya sendiri.
"Dora, ini sebuah kecelakaan. Aku tidak tahu kalau aku tidur di kamar calon suami kamu. Semalam aku mabuk, kepalaku pusing sekali sampai tidak sadar masuk ke kamar ini," bela Shopia.
"DIAM! KAMU TIDAK PERLU MEMBELA DIRI! DASAR PELAKOR! KAMU PIKIR, AKU TIDAK TAHU KALAU KAMU DIAM-DIAM MENYUKAI KEKASIHKU. AKU MENDIAMKANNYA KARENA AKU PIKIR, KAMU TIDAK MUNGKIN AKAN MEREBUT CALON SUAMIKU. TAPI, KEPERCAYAAN DIRI AKU TERLALU TINGGI. TERNYATA KAMU BERANI NAIK KE ATAS TEMPAT TIDUR CALON SUAMIKU."
Dora terus saja memaki dan membentak Shopia. Namun, Shopia hanya bisa menangis menyesali kesalahannya karena masuk ke kamar calon suami sahabatnya. Meskipun memang benar dia mencintai Ganesha dalam diam, tetapi Shopia tidak pernah berpikir untuk merebut calon suami sahabatnya. Dia lebih memilih menyimpan rapat-rapat perasaan cintanya.
"Sayang, maafkan aku! Nanti kita bicarakan baik-baik," ucap Ganesha mencoba mendinginkan kemarahan Dora.
"Tidak ada pembicaraan lagi. Aku membatalkan pernikahan kita. Aku tidak mau menikah dengan laki-laki yang bekas dipakai oleh cewek murahan itu," tunjuk Dora. "Lebih baik kalian segera berpakaian. Aku jijik melihat kalian berdua seperti itu."
Dora langsung berlari pergi meninggalkan dua orang yang tanpa busana itu. Dia menuju ke kamarnya dan membereskan semua pakaiannya. Gadis cantik itu memutuskan pulang lebih awal dari rencana semula.
Sementara sepeninggalan Dora, Ganesha langsung mencengkeram rahang Shopia dengan keras. Dia sangat marah karena gadis yang dicintainya membatalkan acara pernikahan mereka. Padahal tinggal beberapa hari lagi acara itu akan digelar.
"Puas kamu?! Semua gara-gara kamu, pernikahanku batal. Ini kan, yang kamu inginkan? Kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu diam-diam sering memperhatikan aku. Jangan pernah bermimpi kamu bisa mendapatkan cintaku, karena aku sangat mencintai Dora." Ganesha menghempaskan Shopia dengan keras. Meninggalkan gadis yang menelungkup di atas tempat tidur karena ulahnya.
Mendapatkan perlakuan seperti itu dari laki-laki yang dicintainya, Shopia hanya bisa menangis dalam diam. Hatinya sangat sakit terasa ditusuk sembilu. Sungguh, andai dia dapat memutar waktu, Shopia mungkin tidak mengikuti rayuan Dora agar ikut bersamanya ke acara pesta lajang Ganesha.
Menyesal? Mungkinkah hal itu masih berguna untuknya? Di hari yang sama dia harus kehilangan tiga hal yang berharga dalam hidupnya. Sahabat, laki-laki yang dicintainya dan kehormatan yang paling berarti dalam hidupnya.
Aku memang mencintaimu, Anez. Tapi mulai detik ini, aku memutuskan untuk membencimu brengsek!!! Kamu mengambil milikku yang berharga tapi kamu menyalahkan semuanya padaku, jerit hati Shopia.
Dengan air mata yang terus menetes di pipinya, Shopia memunguti bajunya yang berceceran di bawah tempat tidur. Dia memakai kembali bajunya yang terdapat sobekan di beberapa bagian. Dia pun memutuskan pergi ke kamarnya untuk mencari baju yang masih pantas untuk dipakai.
Namun, saat dia keluar dari kamar Ganesha. Tatapan jijik dari semua sahabat Ganesha dan Dora mengarah padanya. Mereka bahkan tidak segan bergidik jijik di depannya.
"Cih! Dasar cewek murahan, calon suami sahabat sendiri diembat."
"Dasar pelakor! Menjijikkan!"
"Kamu tidak pantas menjadi teman kami lagi. Huh ... Dasar pagar makan tanaman."
Begitu banyak kata hinaan yang dia terima. Namun, Shopia memilih diam. Rasanya percuma dia membela diri, sedangkan semua orang hanya percaya dengan apa yang dilihatnya.
......~Bersambung~......
...Jangan lupa tinggalkan jejak ya kawan! Klik pike, comment, rate, vote give dan favorite....
...Terima kasih....
Hujan gerimis yang mengguyur kota hujan tidak membuat Shopia menghentikan langkahnya. Dia terus saia menyusuri jalanan di kawasan villa mewah Ganesha. Kekalutan hatinya dan rasa sakit yang dia rasakan, membuat Shopia tidak memperdulikan keadaannya. Dia berharap, hujan yang menerpa tubuhnya akan menghapus tiap jejak kesalahan yang dia lakukan bersama dengan Ganesha.
Sementara Ganesha hanya melewati gadis itu begitu saja. Ganesha benar-benar tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Shopia, karena menurutnya semua itu terjadi karena kesalahan dari gadis itu. Dia terus saja mempercepat laju kendaraannya saat tahu kalau Dora ternyata sudah pulang ke rumahnya.
Berbeda dengan Piero Sinclair, sahabat Ganesha. Dia merasa prihatin dengan apa yang terjadi pada Shopia. Tanpa berpikir dua kali, dia menghentikan mobilnya tepat di samping Shopia.
“Shopia, ayo ikut denganku! Jarak dari villa ke jalan raya jauh. Kamu pasti akan kelelahan berjalan sejauh itu,” ajak Piero.
“Tidak usah! Aku masih sanggup berjalan. Sebaiknya kamu jangan terlalu dekat denganku, aku menjijikan.” Shopia bicara dengan suara yang bergetar.
Tidak ingin berdebat panjang, Piero langsung menarik tangan Shopia dan membawanya masuk ke dalam mobil. Meskipun Shopia merasa enggan tapi akhirnya dia hanya menuruti keinginan Piero.
“Aku tahu, apa yang terjadi tidak sepenuhnya kesalahan kamu. Shopia, kamu jangan sungkan jika membutuhkan pertolonganku,” ucap Piero saat dia sudah menjalankan mobilnya kembali.
Shopia tidak menjawab ucapan Piero. Mulutnya dia kunci rapat-rapat. Hanya hatinya yang sedari tadi tidak berhenti menangis. Dia merasa hidupnya terjatuh sejatuh-jatuhnya ke dalam jurang kehinaan. Dia hanya bisa menyiapkan hatinya jika nanti mendapatkan penghinaan yang lebih dari pada yang dia dapat tadi dari teman-temannya.
Saat mobil yang Piero bawa sudah tiba di rumah kost-kostan Shopia, barulah Shopia mengeluarkan suaranya. “Terima kasih sudah mengantar aku,” ucapnya.
“Shopia, aku yakin kamu gadis yang kuat. Aku pulang dulu. Kalau ada apa-apa, kamu cepat hubungi aku!" pesan Piero saat Shopia akan membuka pintu mobil.
“Iya,” ucap Shopia pelan.
Gadis itu langsung keluar dari mobil Piero. Dia melangkahkan kakinya memasuki rumah kost-kostan mewah milik keluarga Dora. Memang, dia bisa bersahabat dengan Dora semenjak Shopia tinggal di sana.
Gadis dengan surai hitam panjang itu berjalan gontai menuju ke kamarnya. Namun, setibanya dia di depan kamar, Shopia sangat terkejut melihat barang-barangnya yang sudah berserakan di depan pintu kamar. Semua berkas penting miliknya berhamburan. Baju-bajunya berantakan di lantai. Begitupun dengan barang-barang berharga lainnya yang sudah tercecer.
Tega sekali Bu Tessa! Kenapa tidak menungguku jika ingin mengusir aku dari sini, jerit hati Shopia.
Saat dia memunguti barang-barangnya dan memasukkan ke dalam koper yang tergeletak di depan pintu kamar, terdengar ada orang yang berbicara tepat di ujung barang-barangnya yang berceceran. Rupanya Tessa sudah menunggu dari tadi kedatangan Shopia, sehingga saat dia melihat Shopia memasuki kos-kosan miliknya, dia pun bergegas untuk menemui gadis itu.
“Pelakor! Cepat bereskan semua barang-barang kamu! Aku tidak sudi melihat wajah benalu seperti kamu berkeliaran di rumahku. Sudah bagus aku menapung kamu di sini, tapi kamu dengan tega merebut calon suami anakku.” Wanita bertubuh gempal itu berkacak pinggang di depan Shopia.
“Maaf, Bu! Tapi aku tidak pernah berniat untuk merebut calon suami Dora.”
“Halah! Alasan saja kamu! Sekali pelakor kamu tetap pelakor. Masih bagus aku tidak membuang barang-barang kamu ke tong sampah. Sekarang cepat bereskan! Kenapa lelet sekali?” Tessa menginjak sebuah map yang berisi ijazah Shopia. Karena kaget, Shopia langsung menariknya hingga terdengar suara barang terjatuh yang cukup keras.
Gubrak!
Seketika tubuh Tessa jatuh ke lantai. Tentu saja hal itu membuat wanita paruh baya itu semakin marah kepada Shopia. Anak-anak kost lain yang melihat keributan itu langsung menolong Tessa. Meskipun sebenarnya mereka ingin tertawa.
Dengan wajah yang meringis kesakitan, Tessa menghampiri Shopia yang masih memunguti barang-barangnya. Tanpa segan lagi, dia langsung menjambak rambut Shopia dan membenturkan kepalanya ke tembok. Sampai terlihat tetesan darah keluar dari dahi gadis itu. Merasa belum puas, Tessa mendongakkan kepala Shopia agar melihat ke arahnya.
“Aw … Tante sakit!” Shopia hanya bisa meringis karena jambakan di rambutnya yang begitu keras. Rasanya, semua rambut yang tumbuh dikepalanya terlepas dari tempatnya.
“Anak sialan! Sudah membuat pernikahan anakku batal, sekarang kamu membuat aku terjatuh. Kamu pantas mendapatkannya,” geram Tessa. Dia akan membenturkan lagi kepala Shopia. Namun, ada salah satu anak kost yang merasa kasihan pada Shopia.
“Tante jangan! Dia bisa mati. Lihat darahnya sudah keluar,” tunjuk anak kost itu.
Seketika Tessa pun melepaskan jambakan di rambut Shopia, Dia langsung menghempaskan tubuh ringkih Shopia ke lantai. Tangannya langsung menunjuk tepat di depan dahi Shopia yang mengeluarkan darah.
“Cepat pergi dari sini! Sebelum aku benar-benar membunuh kamu. Karena kamu, putriku frustrasi hingga dia memutuskan untuk tinggal di luar negeri.” Tessa langsung berlalu pergi begitu saja. Dia tidak perduli dengan luka di kepala Shopia akibat ulahnya.
“Biar aku bantu bereskan barang-barangnya. Ayo aku obati dulu luka kamu!”
”Tidak usah! Terima kasih!” tolak Shopia.
Anak kost yang tadi hanya jadi penonton keributan Tessa dan Shopia, akhirnya mereka pun ikut membantu membereskan barang-barang gadis itu. Mereka merasa tidak tega melihat keadaan Shopia yang pasrah menerima semua perlakuan dari Tessa.
“Terima kasih, sudah membantuku!” ucap Shopia saat semua barangnya sudah masuk ke dalam koper dan tas ransel yang dibawanya. “Maaf, atas semua kesalahan yang tidak sengaja aku lakukan pada kalian,” lanjutnya.
“Yang kuat Shopia! Maaf aku tidak bisa banyak membantumu,” sesal salah satu anak kost.
"Tidak apa," ucap Shopia dengan memaksakan senyumnya.
Lagi dan lagi, Shopia menyusuri jalanan dengan menarik koper di tangannya. Luka di kepalanya tidak dia perdulikan, hingga darah itu mengering dengan sendirinya. Karena luka di hatinya terasa lebih sakit dibandingkan dengan luka di kepalanya.
“Sebaiknya aku beli minum dulu, tenggorokanku terasa kering,” gumam Shopia.
Tanpa melihat kiri kanan jalan, gadis itu langsung menyeberang begitu saja. Sampai tidak menyadari ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi mengarah kepadanya. Semua orang yang melihatnya berteriak histeris. Beruntung pengendara mobil itu menghentikan mobilnya tepat waktu, sampai terdengar suara gesekan ban dan aspal yang begitu nyaring.
"Awww …." Shopia hanya bisa menjerit kaget dengan tangan yang menutup wajahnya.
Cekittttt ….
"MAU MATI YA!" bentak pengendara mobil itu seraya keluar dari mobil. Namun, apa yang didapatnya membuat dia lebih kaget lagi karena orang yang hampir ditabraknya ternyata tidak sadarkan diri tepat di depan mobilnya.
"Mas, cepat bawa ke rumah sakit!" suruh salah satu warga yang menghampiri tempat kejadian.
"I-i-iya, saya akan membawanya," gugup pengendara mobil itu. "Tolong bantu bawa ke mobil saya."
...~Bersambung~...
...Jangan lupa dukungannya ya kawan! Klik like, comment, rate, gift, vote dan favorite....
...Terima kasih....
Perlahan Shopia membuka matanya. Dia mengedarkan pandangannya menelisik ke segala penjuru ruangan. Matanya sedikit menyipit, merasa heran dengan kamar yang ditempatinya. Apalagi wangi maskulin menyeruak masuk ke indera penciumannya.
"Aku ada di mana? Ini kamar siapa?" gumam Shopia dengan mencoba bangun dari tidurnya.
Perlahan dia menginjakkan kakinya, lalu berjalan ke arah pintu. Samar-samar terdengar seperti ada orang yang sedang berdebat di luar kamar. Shopia pun langsung membukakan pintu karena ingin tahu siapa orang yang sudah membawanya. Seingatnya, dia akan menyeberang saat ingin membeli minum di minimarket.
Terlihat di sana Seorang wanita paruh baya yang terlihat masih cantik, sedang memarahi seseorang yang duduk di atas sofa. Namun, Shopia tidak bisa melihat siapa laki-laki yang sedang dimarahi oleh wanita cantik itu.
"Anez, apa yang kamu lakukan itu membuat wajah Mama terasa tercoreng. Kamu tahu, undangan telah tersebar. Tapi tiba-tiba saja Keluarga Dora datang untuk membatalkan acara pernikahan kalian. Dengan alasan kamu sudah berselingkuh dengan sahabatnya Dora," geram Prada Oenelon, mamanya Ganesha.
"Bukan seperti itu kejadiannya, Mah. Aku tidak tahu kenapa sampai meniduri gadis itu," kilah Ganesha.
"Papa dan Piero sudah memeriksa CCTV villa, sepertinya gadis itu dalam keadaan mabuk masuk ke kamar kamu. Tidak jauh beda dengan kamu yang berada dalam pengaruh alkohol saat masuk ke kamar. Sudah! Semua itu kecelakaan, kamu hanya perlu bertanggung jawab terhadap gadis itu," ucap Galen Oenelon, papanya Ganesha.
"Maksud Papa tanggung jawab?"
"Kamu harus menikahinya. Lagipula, Papa tidak mungkin menarik undangan yang sudah tersebar."
"Maaf Tuan! Dia tidak perlu tanggung jawab, aku akan pergi jauh dari kota ini," sela Shopia yang sedari terdiam di depan pintu.
Tentu saja hal itu membuat ketiga orang yang sedang berdebat langsung melihat ke arahnya. Jelas saja mereka merasa kaget saat mendengar ada orang yang ikut terlibat dalam perdebatannya. Orang tua Ganesha langsung menelisik penampilan Sophia yang terlihat pucat pasi seperti tidak ada darah setetes pun yang mengalir di tubuhnya.
"Kamu! Bukankah kamu gadis itu?" tanya Galen dengan menunjuk Shopia.
"Iya, Pah!" sahut Anez lemas.
'Sialan! Kenapa juga dia keluar kamar? Dasar cewek pembawa sial!' rutuk Ganesha dalam hati.
"Anez! Jelaskan semuanya yang terjadi dan kamu, cepat duduk di sini!" suruh Galen.
Dengan terpaksa Ganesha pun menceritakan tentang Shopia yang hampir saja tertabrak mobil. Hingga akhirnya dia bawa ke apartemen. Shopia yang hanya mendengarkan akhirnya mengerti kenapa dia berada di kamar yang asing baginya.
"Anez, Anez. Kamu sudah melakukan dua kesalahan pada dia. Masih tidak mau bertanggung jawab? Bagaimana kalau nanti ada benihmu yang tertinggal di rahimnya? Apa kamu tega menjadikan keturunanmu sendiri di cap sebagai anak haram?" Galen menatap tajam putranya. Dia tidak suka melihat Ganesha yang bertindak seperti seorang pengecut.
"Tapi, Pah. Aku tidak mencintai dia. Gara-gara dia pernikahanku batal dengan Dora," kelit Ganesha.
"Ganesha! Aku mendidikmu bukan untuk menjadi seorang pengecut. Kamu sudah merusak kehormatannya, tapi kamu lepas tanggung jawab begitu saja. Papa tidak mau tahu, lusa kamu harus menikah dengan dia," bentak Galen.
Shopia hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia ingin berbicara, menolak semua rencana papanya Ganesha. Akan tetapi, suaranya seakan tercekat di tenggorokan
"Sudahlah, Nez. Kamu ikuti saja apa yang Papa katakan. Mama sebagai seorang perempuan, merasa sangat terhina dengan sikap kamu. Kamu merusaknya, tapi kamu mencampakkan begitu saja. Di mana hati nurani kamu, Nak?" tanya Prada.
"Baiklah, Mah! Aku akan menikahinya seperti yang Mama dan Papa inginkan," ucap Ganesha dengan nada yang rendah.
"Syukurlah! Mama senang mendengarnya, akhirnya kamu jadi lelaki sejati yang bertanggung jawab dengan apa yang telah dilakukannya." Prada tersenyum senang mendengar jawaban putranya. Keinginannya untuk cepat memiliki cucu, mungkin sebentar lagi akan terlaksana.
"Nama kamu siapa, Nak?" tanya Galen dengan melembutkan suaranya.
"A-aku … A-aku …."
"Dia Shopia Martin sahabatnya Dora," potong Ganesha saat mendengar suara Shopia seperti orang gagu.
"Oh, Kamu ikut dengan kami saja tinggal di rumah. Tidak baik berada di apartemen hanya berdua. Shopia, di mana rumah kamu? Biar kami menemui orang tua kamu," tanya Galen.
"Ayahnya sudah meninggal, sedangkan ibunya ikut suaminya ke luar negeri. Dia di kota ini hanya sendiri. Beruntung Dora mau bersahabat dengannya, bahkan dia sudah dianggap saudara oleh Dora." Tanpa diminta, Ganesha menjelaskan tentang siapa Shopia.
Galen hanya tersenyum tipis mendengar penjelasan putranya. Dia tidak menyangka Ganesha akan tahu tentang Shopia sedetail itu. Tidak jauh dengan Galen, istrinya pun hanya bisa mengulum senyum mendengar penuturan putranya.
"Oh, begitu! Sudah malam, ayo kita pulang ke rumah!" ajak Prada.
"Ikutlah dengan orang tuaku! Barang-barang kamu masih ada di mobilku," suruh Ganesha.
"Ayo, Shopia ikut Mama!" Prada langsung menarik tangan gadis itu agar mengikutinya.
Mau tak mau, akhirnya Shopia mengikuti ajakan calon ibu mertuanya. Mau menolak pun, dia bingung harus pergi ke mana? Sementara tempat tinggal pun, dia tidak punya.
"Nyonya, terima kasih!" ucap Shopia pelan saat mereka sedang menunggu lift.
"Tidak usah berterima kasih! Memang sudah seharusnya Anez bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukannya. Mama minta maaf atas sikap putra Mama sama kamu," ucap Prada dengan tersenyum ramah.
Tidak lama kemudian, terdengar bunyi lift berhenti. Mereka pun segera masuk ke dalam kotak besi itu. Saat tiba di lobby apartemen, tanpa sengaja Shopia bertemu dengan sahabatnya dari semasa dia masih kecil.
"Loh, Shopia kamu ada di sini? Apa kamu pindah ke sini?" tanya Zara Moritz, sahabat Shopia.
"Ti-tidak Zara! Aku hanya sedang ada perlu. Aku pergi dulu ya!" pamit Shopia gugup. Dia tidak ingin Zara tahu dengan apa yang terjadi padanya. Apalagi kalau sahabat setia satu-satunya ikut memusuhi karena menganggapnya sebagai pelakor.
"Shopia tunggu! Nanti kita datang bersama ya, ke acara nikahannya Dora."
"Nyonya, boleh saya bicara sebentar dengan sahabat saya?" tanya Shopia.
"Oh, silahkan! Mama dan Papa tunggu di sana ya!" tunjuk Prada pada sebuah kursi tunggu yang ada di lobi apartemen.
Akhirnya Shopia hanya bisa menghela napas dalam mendengar apa yang sahabatnya itu katakan. Mau tidak mau, dia harus mengatakannya sekarang. Sebelum Zara tahu dari orang lain.
"Zara, sebenarnya pesta pernikahan Dora dibatalkan. Tapi aku tidak bisa mengatakannya sekarang. Nanti malam aku akan menghubungi kamu," ucap Shopia.
"Baiklah, aku pasti akan menunggu panggilan telepon darimu. Shopia, apa telah terjadi sesuatu padamu? Kenapa mukamu pucat sekali? Siapa orang yang tadi bersama dengan kamu?"
"Aku baik-baik saja. Mungkin aku hanya kurang istirahat. Mereka calon mertua aku."
...~Bersambung~...
...Jangan lupa tinggalkan jejak ya Kak! Klik like, comment, rate, gift, vote dan favorite....
...Terima kasih....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!