NovelToon NovelToon

Belenggu Cinta Papa Angkatku

Bab 1. Aileen kembali

...Belenggu Cinta Papa Angkatku...

...Bab 1...

... 🍁🍁🍁...

"Leon…kurasa waktuku tidak banyak lagi," suara parau seorang pria yang terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. Dengan selang infus terpasang di tubuhnya.

"Tidak Mark, kau jangan bilang begitu…aku sudah kehilangan Giselle, aku tidak mau kehilangan sahabatku juga." Leon memegang tangan Mark Arlando, sahabat baiknya, yang usianya lebih tua 3 tahun dengannya.

"Aku mohon Leon…tolong jaga putriku, karena keluargaku dan keluarga Nabila tidak akan mau menerima putri kami, mereka pasti…a-akan melenyapkan Aileen." Ucap Mark dengan nafas yang terengah-engah.

"Ta-tapi Mark…" mata Leon berembun menatap sahabatnya yang kini sedang berada diambang kematian.

"To..long Leon…hanya kau yang bisa kupercaya. Aku serahkan semua hartaku kepadamu, temuilah Ferdian…dia akan mengurus semuanya. To..long berikan namamu padanya, jadikan putriku sebagai putrimu, Leon. Sayangi dia, berikanlah dia kasih sayang, lindungilah dia…ini permintaan dari sahabatmu…permintaan terakhirku, Leon..." Mark tersenyum tipis, ekor matanya melihat seorang anak perempuan dengan rambut coklat terbaring di ranjang tepat di sebelahnya. Dia adalah putrinya, Aileen yang baru berusia 1 tahun.

Leon semakin erat memegang tangan Mark, dia menggigit bibir bawahnya. Dia tak tega melihat kondisi sahabat baiknya, sahabat yang selalu menolongnya disaat susah dan selalu membantu keuangannya juga.

"To..long…Leon.." lirih Mark seraya memohon pada Leon yang baru saja kehilangan tunangannya juga dalam kecelakaan itu.

Leon menangis, ia menatap Aileen sejenak lalu beralih menatap sahabatnya kembali. "Baik..kau tenang saja, aku akan menjaga putrimu seumur hidupku, aku akan menjadikan Aileen sebagai putriku! Aku janji padamu kawan," ucap Leon berjanji pada Mark untuk menjaga Aileen.

"Terima…ka…sih Leon…kalau begini, aku bisa pergi dengan tenang. Aku percaya, kau bisa menjaga putriku…" mata berwarna biru itu meneteskan air mata, kemudian Mark menutup matanya, bersamaan dengan terdengar suara mesin medis yang menggema di ruangan itu.

Tiiiittt….

"Mark! Mark!!" Leon berteriak histeris melihat sahabatnya telah menutup mata dengan bulir air mata yang jatuh membasahi wajahnya.

Seorang dokter dan dua orang perawat pun masuk ke ruangan itu, ketika Leon memencet tombol darurat. Mereka bergegas memeriksa kondisi Mark dan setelah diperiksa. Nyawa Mark tidak bisa diselamatkan lagi, Leon semakin kasihan pada Mark, apalagi Aileen.

Semua ini berawal dari 1 jam yang lalu.

Sebuah pesawat lepas landas dari Amerika menuju ke Jakarta. Didalam sana terlihat dua pasangan bahagia, salah satu pasangan itu membawa seorang anak perempuan yang cantik dan lucu bernama Aileen. Kedua pria itu bersahabat baik, Leon dan Mark. Mark menikah muda dengan Nabila karena orang tua mereka tidak merestui dan mereka kawin lari. Sedangkan Leon baru saja bertunangan dengan kekasihnya Giselle. Tanpa diduga perjalanan mereka kembali ke Indonesia berakhir naas ditengah jalan karena cuaca yang tiba-tiba buruk. Tunangan Leon meninggal dunia, istri Mark yang bernama Nabila juga meninggal ditempat.

Setelah Giselle, tunangan Leon dan kedua orang tua Aileen yang malang itu dimakamkan. Leon yang sedang berduka membawa Aileen yang baru saja pulih dari rumah sakit.

Dia menemui Ferdian yang merupakan pengacara Mark. Ferdian membacakan surat wasiat Mark yang mengatakan bahwa Leon dan Aileen mewarisi semua harta kekayaan Mark. Leon juga mengadopsi Aileen sebagai putrinya, memberikannya nama belakang yaitu Xavier dan memberikannya kasih sayang.

"Kamu tenang saja nak, papa akan memberikanmu kasih sayang yang berlimpah. Papa akan menjaga kamu, menjaga semua harta kamu sampai usiamu sudah cukup untuk menjaga semua harta dari papamu." Kata Leon sambil melihat Aileen yang tangan kecilnya sedang bergelayut manja di lengan kekarnya.

"Pa..pa…pa…pa…" gumam gadis kecil itu sambil memegang tangan Leon.

"Iya sayang, ini papa." Leon tersenyum kemudian memeluk gadis kecil yang sudah kehilangan orang tuanya di usianya yang masih sangat muda itu. Leon kasihan pada Aileen.

*****

20 tahun kemudian…

Sore itu..

Seorang gadis cantik dengan tubuh moleknya, rambut coklat tergerai panjang dan matanya berwarna biru langit yang indah. Terlihat sedang mendorong kopernya yang berwarna hitam dengan wajah semangat.

"Papa pasti senang aku sudah pulang lebih awal! Papa…Aileen datang!" Aileen bergegas mendorong kopernya, dia pun masuk ke dalam mobil taksi yang ada didepan jalanan bandara. Ia sudah tak sabar bertemu dengan papanya.

Di dalam perjalanan pulang, Aileen senyum-senyum sendiri. Wajahnya berseri-seri, tak sabar bertemu dengan papanya di rumah.

Beberapa menit kemudian, Aileen sampai di rumah megahnya yang berlokasi di sebuah kompleks mewah. Beberapa penjaga di rumah itu melihat ke arahnya. Rumah ini adalah rumah tempat favorit Aileen, rumah yang menjadi tempatnya menghabiskan waktu bersama papanya.

"Maaf mbak, mbak siapa ya? Main masuk aja ke rumah orang." Tanya seorang pria paruh baya pada Aileen.

Aileen tersenyum lalu menepuk pundak pria paruh baya itu. "Pak Anwar! Wah…bapak udah tua tapi masih aja ganteng pak!"

Anwar melihat Aileen dengan bingung, pasalnya dia merasa tak mengenal gadis cantik ini tapi kenapa gadis ini mengenalnya.

"Pak…jangan bilang pak Anwar lupa sama aku. Masa sih pak Anwar melupakan wajah cantik aku!" Protes Aileen pada pria yang sudah dia kenal baik dari kecil.

"Hem…maaf saya tidak kenal kamu."

"Pak mawar…pak mawar…" ucap Aileen dengan menirukan suara anak kecil.

Tak berselang lama, Anwar langsung menatap Aileen dengan kedua mata melebar. "Non…non Aileen!"

'Hanya non Aileen yang selalu memanggilku mawar mawar' batin Anwar.

Aileen mengangguk-angguk, membenarkan ucapan Anwar. "Iya ini Aileen, pak…"

"Ya Gusti, neng udah gede lagi! Bapak pangling lihat neng." Anwar berdecak kagum, gadis kecil yang dia lihat sekarang sudah dewasa. Sangat cantik dan bisa menarik lawan jenis.

"Hehe, Aileen juga pangling liat pak Anwar. Udah mau setengah abad,masih kelihatan 20'an." Canda Aileen seraya terkekeh kecil, dia memang akrab dengan Anwar, penjaga rumah itu yang sudah bekerja lama sekali disana.

"Ah si neng bisa aja…" Anwar terkekeh mendengar pujian dari Aileen.

"Oh ya pak Anwar, nanti kita ngobrol-ngobrol lagi. Papa ada di dalam kan?"

"Iya neng, tapi–"

"Ya udah pak, aku masuk dulu ke dalam ya. Aku mau kasih kejutan sama papa!" Aileen tersenyum ceria, lalu bergegas masuk ke dalam rumah besar itu secara diam-diam.

Padahal pak Anwar ingin mengatakan bahwa di dalam rumah itu sedang ada tamunya Leon.

Gadis cantik yang baru saja meraih gelar sarjananya dengan karir yang dijamin akan cemerlang, kini ia berjalan menuju ke lantai atas karena tidak melihat papanya di lantai bawah. Ia melihat seisi rumah itu dengan mata berkaca-kaca, sudah 3 tahun dia tidak pulang karena sibuk belajar di luar negeri. Alangkah rindunya dia dengan rumah besar ini, apalagi papanya.

"Pasti papa ada di kamarnya." Gumam Aileen dengan senyuman manis dibibirnya, gadis itu gemas tak sabar bertemu dengan papanya.

Ekor mata Aileen menatap pintu kamar papanya yang sedikit terbuka. Aileen menyimpan kopernya di sembarang tempat, lalu dia berjalan mendekat ke kamar Leon.

BRAK!

Aileen membuat pintu kamar itu terbuka lebih lebar.

"Papa…aku pulang–" Senyuman Aileen menghilang, lalu Aileen terdiam manakala ia melihat pemandangan di depannya. Papanya tengah berciuman mesra dengan seorang wanita di sofa kamar itu. Matanya melebar dan mulai berembun. Ada kabut kemarahan pada raut wajahnya saat melihat papanya bercumbu di sana.

"Aileen…sayang?" Leon mendorong pelan tubuh Celia, gadis cantik yang memiliki rambut pendek dengan warna merah.

'Mengapa Aileen sudah pulang?'

"Sayang? Apa dia putrimu?" Tanya Celia yang masih duduk dipangkuan Leon, dengan tangan bergelayut manja pada tangan Leon. Matanya menatap gadis yang lebih muda darinya di ambang pintu kamar.

Sayang.

Sebuah kata yang menusuk telinga Aileen. Sebuah kata yang dalam sekejap menghanyutkan segala rindu Aileen. Kata sayang yang seharusnya penuh kasih, namun bukannya menumbuhkan suka cita tetapi malah membakar nafas Aileen. Seketika ia merasa sesak di dadanya. Tangannya mengepal erat dan tanpa aba-aba, suara lantangnya mencabik adegan romantis di depannya.

“Menyingkir dari papaku! Dasar wanita ******!” Aileen membentak dengan tatapan menusuk, diwarnai dengan pengkhianatan.

Leon beringsut dari sofa begitu mendengar kata yang mengganggunya. Lalu dia meminta Celia merapikan pakaiannya yang tidak rapi. Kemudian Leon menghampiri putrinya. Ya, Aileen selalu seperti ini bila Leon memiliki hubungan dengan wanita lain.

"Apa yang kamu katakan Aileen?" Suara Leon terdengar dingin dan menusuk di telinga Aileen. Membuat wanita itu bergidik mendengarnya, karena papa yang selalu begitu lembut kini terlihat berbeda.

"Wanita j*l*ng." Jawabnya kesal.

Plakk!

Tangan Leon melayang tepat di pipi putih nan mulus Aileen. Gadis itu langsung memegang pipinya yang kini memerah. "Papa…." Lirihnya dengan mata berkaca-kaca, air matanya mulai luruh.

"Sayang, Aileen…ma-maafkan–"

Astaga! Aku kelepasan.

Belum sempat Leon menyelesaikan ucapannya, Aileen sudah berlari pergi meninggalkan kamar itu. "Astaga…" gumam Leon sambil memijit pelipisnya yang mendadak sakit.

"Honey, sepertinya putrimu tidak suka dengan kehadiranku disini." Kata Celia yang sudah merapikan bajunya, dia bersandar di dalam tubuh bidang Leon dengan manja.

"Lebih baik kau pergi dulu, nanti aku akan menghubungimu." Ucap Leon sambil menghela nafas panjang.

...*****...

Bab 2. First kiss

...🍀🍀🍀...

Celia tersenyum anggun, "Honey, rupanya putrimu sangat menggemaskan dan cantik. Ya, baiklah…kau harus membujuk putrimu agar tidak marah lagi."

"Terima kasih, kau memang sangat pengertian Celia." Leon tersenyum simpul, ia senang karena memiliki tunangan yang begitu pengertian padanya.

"Of course, everything for you and your daughter. Anakmu anakku juga, sayang." Lirih wanita itu lalu mengecup pipi Leon.

Cup!

Kini Leon harus menyelesaikan masalah Aileen. Ya dia memang selalu begini dan Leon sudah biasa akan hal itu. Ini sebabnya dia selalu melajang bahkan di usianya yang akan menginjak 40 tahun. Leon memahami kecemburuan Aileen yang mungkin takut kasih sayangnya terbagi dengan orang lain bila Leon menikah, dia pun berusaha membujuk putrinya agar tidak marah lagi.

Pria itu mendekati kamar Aileen yang pintunya tertutup rapat. Leon mengetuk pelan pintu itu dan berusaha untuk berbicara dengan putrinya.

"Sayang, kenapa kamu sudah pulang? Kamu gak bilang-bilang papa? Nanti kan papa bisa jemput kamu."

Di dalam kamar itu, Aileen sedang bersandar di pintu. "Huh! Kenapa? Papa tidak senang aku pulang? Oh ya…papa tidak senang karena papa merasa terganggu dengan kehadiranku, bukan?" Tanya Aileen menuduh.

"Ai, mana mungkin papa begitu. Papa senang banget kamu pulang," ucap Leon dengan lembut.

"Hem…tau ah papa nyebelin, aku sebel banget sama papa. Ternyata papa udah punya pacar lagi dan papa tampar aku barusan demi wanita ****** itu! Aku gak suka, aku sebel sama papa. Aku sebel!" gerutu Aileen kesal dengan bulir air mata yang jatuh berguguran membasahi wajah cantiknya.

"Maafin papa sayang, papa benar-benar–"

Leon tidak melanjutkan ucapannya, tiba-tiba ia terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu. 'Aku akan jelaskan pada Aileen nanti saja, kalau aku dan Celia akan menikah dan kami sudah bertunangan. Kalau aku jelaskan sekarang, dia pasti marah'

Rasanya akan jadi percuma jika Leon membujuk putrinya sekarang, dalam keadaan kepala panas.

"Pa, papa kenapa sih?" Aileen heran karena dia tidak mendengar suara papanya lagi, apa mungkin dia sudah pergi? Aileen terisak, dengan kedua tangan memeluk lututnya. Sakit hati, cemburu, marah, seperti miliknya direbut oleh orang lain.

'Kenapa papa bercumbu sama wanita itu pa? Hati Aileen sakit' ucap gadis itu dalam hati.

Leon mendesah lalu menyahuti ucapan Aileen. "Papa gak apa-apa Ai. Udah ya jangan marah lagi, papa akan buatkan makanan untukmu." Rayu Leon pada Aileen yang marah padanya.

"Tidak pa, papa pergi saja dengan wanita itu! Tinggalkan aku sendiri!" Seru Aileen tegas namun dengan suara parau.

Leon memahami cemburu Aileen, dia pun berusaha meminta maaf, membujuk putrinya dengan memanjakannya seperti biasa, memberinya uang jajan, memasak makanan untuknya. Tapi kali ini rayuannya tidak mempan. Aileen masih kesal, apalagi bayangan papanya bercumbu dengan kekasihnya itu membuatnya tak bisa menahan cemburu. Seperti kaset film yang diputar berulang-ulang.

Apalagi saat Aileen melihat ada cincin pertunangan melingkar di jari papanya dan ternyata dia menemukan fakta dari sekretaris Leon bahwa papanya sudah bertunangan dengan Celia, walau belum ada pesta resminya.

Semakin panas saja hatinya itu.

*****

Pada suatu malam, Leon kembali berusaha membujuk Aileen, masih dengan cara yang sama. Yaitu makanan, yang selalu membuat Aileen tidak tahan akan godaannya.

"Sayang, ini papa bawakan makanan kesukaan kamu! Buka dong pintunya Aileen." Rayu Leon dengan mata yang sendu menatap pintu kamar yang masih tertutup rapat.

Leon berdiri didepan kamar Aileen, ditangannya ada nampan berisi cemilan manis dan susu coklat kesukaan Aileen. Sudah 3 hari Aileen marah padanya, bahkan tak mau bicara dengannya.

"Tuan, apa tuan masih belum baikan sama non Aileen?" Tanya Ratna, wanita yang menjadi kepala pelayan di rumah itu. Sekaligus pengasuh Aileen yang sudah seperti ibunya sendiri. Usianya sudah setengah abad, dia adalah istri Anwar si penjaga rumah itu.

"Iya bik, saya tidak tahu harus bagaimana lagi." Leon menghela nafas berat, biasanya kalau Aileen marah tidak akan selama ini. Leon menjadi gelisah karenanya.

"Tidak apa-apa tuan, nanti non Aileen pasti akan membaik lagi. Biasalah anak gadis suka gitu. Biar saya yang bawakan makanannya untuk non Aileen." Kata Ratna lalu tersenyum.

"Iya bik, sebentar." Leon menatap pintu kamar yang masih tertutup itu dengan sendu. "Ai, papa minta maaf ya kalau papa buat Aileen terluka. Papa memang sudah bertunangan dengan Celia dan papa salah tidak mengatakan dulu padamu. Papa minta maaf Ai, tapi meskipun Papa menikah nanti…kasih sayang papa akan tetap sama padamu. Tidak akan berubah, papa janji." Kata Leon membujuk, seraya memohon agar Aileen mau memaafkannya.

Kasih sayang?

Ini yang paling Aileen takutkan, kalau papanya menikah lagi. Bagaimana nasib Aileen? Kasih sayangnya akan terbagi, pasti terbagi dan Aileen tidak rela kalau seandainya itu terjadi.

Sedangkan di dalam kamar, Aileen berada di atas ranjang sambil menangis. "Pa…Aileen tidak mau papa menikah, Aileen tidak mau." Gumam gadis itu terisak.

Kemudian Leon yang berada di luar kamar Aileen, dia pun menyerahkan nampan berisi cemilan dan segala susu itu kepada Ratna. "Pastikan dia menghabiskannya ya bi, dia belum makan tadi siang." Pesannya pada Ratna sebelum pergi meninggalkan kamar putrinya.

Akhirnya Ratna bisa ke dalam kamar itu setelah mengucapkan beberapa patah kata pada Aileen. Aileen membuka pintu kamarnya untuk Ratna. Wanita paruh baya itu berusaha untuk membujuk Aileen agar tidak marah pada Leon. Memberikan pengertian padanya, bahwa kasih sayang Leon akan tetap sama padanya walau Leon menikah suatu hari nanti.

"Apa non Aileen gak kasihan sama pak Leon? Masa pak Leon harus menjomblo seumur hidup? Pak Leon juga butuh pasangan hidup."

"Tapi bi, rasanya aku tidak bisa membayangkan kalau Papa menikah! Aku tidak mau papa menikah!" Aileen tidak rela papanya menikah.

"Non…"

"Membayangkan papa sama wanita itu aja aku udah kesal, apalagi kalau papa menikah dan tiap hari aku akan melihat papa mesra-mesraan sama wanita itu. Aku tidak bisa bi." Wajah Aileen memerah, matanya berair.

"Nona Celia wanita yang baik non, dia akan menjadi mama yang baik buat–"

Aileen langsung memotong ucapan Ratna begitu dia tau arah pembicaraan Ratna akan kemana. "Bibi juga bela dia? Udah deh bi, mending bibi keluar dulu…aku gak mau denger bibi belain wanita itu!"

Ratna menghela nafas berat, lalu dia membawa gelas dan piring kosong keluar dari kamar itu. Leon ternyata masih berdiri di sana, ia menoleh ke arah Ratna dan wanita itu pun menggelengkan kepala. Pertanda bahwa dia tidak berhasil untuk membujuk Aileen.

Malam itu Leon kembali ke kamarnya dengan gelisah, dia pun tertidur di ranjangnya setelah lelah membujuk Aileen yang keras kepala .Sementara itu Aileen sedang memainkan ponselnya,dia berkirim pesan dengan teman baiknya. Dia curhat tentang Leon padanya.

[Kalau kau benar-benar cinta dengannya, kenapa kau tidak buktikan itu? Buktikan kalau kau cemburu karena cinta?]

[Caranya?] Balas Aileen.

[Coba kau cium pria itu, kalau kau merasakan hatimu berdebar ketika menciumnya. Maka benar kau cinta dia, tapi jika kau tidak merasakan apapun saat kau menciumnya, maka kau tidak mencintainya…ha-ha-ha]

Aileen hanya membaca pesan dari temannya itu, dia tertegun. "Aku cinta sama papa? Ah! Yang benar?" Gumam Aileen tak percaya.

Akhirnya gadis itu mengambil langkah besar, dia berjalan mengendap-ngendap keluar dari kamarnya menuju ke kamar papanya. Terlihat Leon tertidur dengan posisi terlentang. Salivanya naik turun begitu melihat pria berusia 39 tahun yang tampak menawan itu, tidur dalam damainya. Padahal hampir setiap hari dia melihat wajah tampan papanya, tapi entah kenapa wajah tampan yang seolah tidak pernah menua itu malah semakin menggoda. Hati Aileen berdegup kencang melihat sosok Leonardo Xavier.

Aileen mendekati papanya dengan nafas memburu, dia naik ke atas ranjang dengan hati-hati. "Pa, maafin Aileen…Aileen cuma mau memastikan perasaan ini."

Gadis itu mendekatkan wajahnya pada wajah Leon, lalu sambil menutup mata dia membenamkan bibirnya pada bibir tipis milik Leon.

Deg!!

'Aku cinta papa? Oh God!' kedua mata Aileen terbuka lebar, manakala dia menyadari jantungnya yang kini berdegup begitu kencang setelah ciuman pertamanya dengan Leon.

Begitu Aileen akan bangkit dari tubuh Leon, tiba-tiba saja tangan besar merengkuh tubuhnya dan menciumnya dengan begitu intens.

...*****...

Bab 3. Pengakuan Aileen

...🍁🍁🍁...

Aileen begitu terkejut, manakala papanya yang tertidur itu balas menciumnya. Ciuman yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, ciuman yang ia tahu hanyalah bersentuhan bibir saja. Tidak mengobrak-abrik rongga mulut dan lidahnya seperti ini. Sungguh permainan ini tidak bisa diimbangi oleh Aileen, lantaran Leon kelasnya sudah expert dan dia sudah berkali-kali mencium wanita. Berbeda dengan Aileen yang amatiran, walau sudah tinggal di luar negeri selama 3 tahun. Aileen tak pernah berhubungan dengan pria di luar batas apalagi bersentuhan secara fisik, karena Leon selalu meminta orang-orangnya untuk menjaga Aileen disana dengan ketat.

"Eunghh–" lenguh Aileen ditengah-tengah ciumannya dengan Leon diatas ranjang itu. Aileen melihat mata Leon masih terpejam saat bibirnya masih terbuka menikmati bibir gadis itu.

'Papa…apa papa juga cinta aku?' batinnya berharap.

Aileen berusaha mengimbangi permainan lidah Leon yang expert itu. Namun saat Leon membuka matanya dan memanggil nama Celia di hatinya. Leon langsung mendorong putrinya menjauh, begitu menyadari bibirnya basah karena berciuman dengan Aileen.

"Aileen! Apa yang kamu lakukan?" Teriak Leon pada putrinya itu, sambil mengusap bibirnya yang basah.

"Pa…i love you." Lirih Aileen dengan tatapan sendu pada Leon.

"Aileen!" Bentak Leon terkejut mendengar kata-kata cinta lirih keluar dari bibir cantik Aileen.

"Papa juga cinta sama aku kan? Papa barusan cium aku," tubuh Aileen semakin mendekat ke arah Leon, matanya menatap nanar pria itu.

Leon menelan ludah kasarnya, dia tidak percaya bahwa dia menikmati ciuman dengan putri angkatnya itu. Dia pikir dia bermimpi ciuman bersama Celia, tunangannya.

'Oh ****! Apa yang aku lakukan pada putriku sendiri? Aku yang sudah menciumnya?' Leon merutuki dirinya sendiri didalam hati. Atas perbuatan laknat yang telah dia lakukan pada putri angkatnya.

"Pa! Papa juga cinta sama aku kan? Cinta pria dan wanita, pa…Aileen merasakannya sama papa."

"Hentikan kata-katamu itu Aileen!" Sergah Leon dengan wajah merah menyala. Pria yang hampir berusia kepala empat itu masih dalam keadaan bingung.

"Pa…ayolah akui saja kalau papa cinta sama Aileen juga, karena aku sangat yakin aku cinta papa. Pa, aku–"

Leon melotot pada Aileen, memotong kata-katanya yang belum usai."Aileen, papa akan menganggap bahwa kau tidak pernah mengatakan ini pada papa!" Leon memijit pelipisnya mendadak sakit itu.

"Pa…barusan papa cium aku, itu artinya papa cinta sama aku. Lalu papa juga tidak memperbolehkan aku pacaran dengan laki-laki lain, apa artinya itu kalau bukan cinta pa?" Aileen memegang tangan Leon, menatap pria itu dengan penuh perasaan. Tapi Leon menepisnya.

"Aileen jangan gila! Barusan papa pikir kamu Celia, makanya papa mencium–, Papa sayang kamu sebagai anak papa, tapi papa cinta pada Celia." Sungut Leon pada Aileen, menegaskan hubungan di antara dirinya, Aileen dan Celia.

Terlihat wajah Aileen tidak terima dengan penegasan Leon padanya.

"Tidak pa! Papa juga cinta sama aku pa, karena papa selalu menjagaku dari pria lain, papa tidak mengizinkan aku berdekatan dengan pria lain."

"Aileen kau tidak mengerti! Papa seperti itu karena papa tidak mau kamu terlibat pergaulan bebas dan papa adalah PAPA-mu." Katanya tegas dengan atensi tajam mengarah pada Aileen.

"Tidak pa, papa bukan papa kandungku…jadi kita bisa saling mencintai pa." Ucap gadis itu dengan wajah polosnya. Wajah yang menunjukkan keindahan ciptaan tuhan, Aileen sungguh cantik. Bahkan saat pertama kali melihat putrinya itu, Leon terpana.

"Don't be crazy Aileen! Papa menyayangimu sebagai seorang anak bukan sebagai seorang wanita seperti apa yang kau pikirkan!" Ujar Leon lalu menarik tangan Aileen dengan kasar.

Dia tidak pernah memperlakukan Aileen dengan kasar seperti sebelumnya. Kali ini dia melakukan itu dan menyeret Aileen keluar dari kamarnya. "Pa! Kenapa papa mengusirku? Pa…aku cinta–"

"Aileen!" Bentak Leon geram.

"Aku tidak suka dibentak pah," ucap Aileen dengan suara yang nyaris tak terdengar. Kedua mata birunya mengembun.

Akhirnya Leon pun luluh dan menekan sedikit emosinya yang bergemuruh. "Ai, maafkan papa…kau lupakan semua ini, papa tidak sengaja menciummu. Please…forget it," ucap Leon dengan lirih namun membuat Aileen sakit hati. "Kau tidurlah, ini sudah malam…besok kau harus bekerja ke kantor." Leon mengusap lembut pipi Aileen, gadis itu terdiam.

Kemudian Leon menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, saat ia menyadari bahwa bagian bawah tubuhnya menegang. "Sial! Aku harus mandi air dingin!"

'Besok pagi aku harus minta maaf pada Aileen. Dan kenapa bisa-bisanya aku melakukan hal bejat itu pada putriku? Astaga…lalu kenapa Aileen bisa ada di kamarku?'

Leon melepas bajunya, melempar baju itu ke sembarang tempat. Tubuhnya kini sudah bertelanjang dada dengan menunjukkan bulu-bulu halus di dada sixpacknya. Walau usianya sudah tak muda lagi, tapi dia masih tetap tampan dan dia belum menikah. Karena siapa dia belum menikah? Aileen jawabannya! Selama ini Aileen selalu menghalangi papanya untuk mencari seorang istri, hingga papanya melajang sampai usianya menginjak kepala 4.

Sama halnya dengan Leon, Aileen juga kembali ke kamarnya dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Dia mengguyur tubuhnya di bawah shower dengan air dingin.

Jari telunjuknya menyentuh bibir yang basah itu, ia terngiang-ngiang dengan adegan yang baru saja terjadi di kamar papanya. Ciuman pertama yang begitu menggairahkan, adegan itu terngiang-ngiang di kepalanya seperti kaset yang diputar ulang.

Wajah tampan papanya, memang sangat mempesona, tubuhnya masih tampak seperti pria berusia 20 tahunan. Pesona papanya sungguh membuat Aileen mabuk dan setelah melakukan penyatuan bibir dengan papanya. Dia yakin bahwa dirinya mencintai Leon sebagai wanita mencintai pria.

"Uhh…papa, aku cinta papa. Aku tidak akan menyerah pada papa." Aileen tersenyum sambil melihat bibirnya bengkak di cermin.

****

Keesokan harinya, Leon sudah bersiap dengan pakaian kerjanya. Dia melihat pintu kamar putrinya yang sudah terbuka, artinya Aileen sudah bangun.

Saat turun ke lantai bawah, Leon melihat putrinya sedang berbincang dengan Ratna. Dia kembali ceria seperti sebelumnya.

'Apa Aileen sudah melupakan kejadian semalam? Syukurlah'

"Morning papa." Sambut Aileen dengan senyuman yang manja seperti biasanya.

"Morning, Aileen." Balas Leon yang berusaha bersikap seperti biasanya di depan Aileen.

Cup!

Sebuah kecupan mendarat di pipi Leon. Membuat itu terkejut bukan main, apalagi beberapa pelayan melihat pemandangan itu. Namun para pelayan di sana berpikir bahwa pemandangan itu adalah pemandangan biasa, layaknya kasih sayang seorang anak kepada papanya.

'Aileen, apa yang kau lakukan?' seketika Leon pun membeku dengan perlakuan Aileen padanya.

"Pah, ayo duduk…aku sudah siapkan sarapan pagi yang spesial untuk papa. Aku buat makanan ini sendiri loh," Aileen menggeser kursi meja makan, agar Leon bisa langsung duduk di atasnya.

Leon menghela nafas sejenak, lalu ia langsung duduk di atas kursi meja makan, tanpa bicara sepatah kata pun. Ia merasakan ada yang berbeda dari sikap putrinya setelah semalam mereka berciuman.

Usai sarapan pagi, Aileen dan Leon sama-sama beranjak dari tempat duduknya dan bersiap untuk berangkat ke kantor bersama. "Pah!"

"Ya?"

"Sebentar pa," Aileen mendekat pada papanya, lalu dia merapikan dasi kemeja Leon yang tidak rapi.

"Aileen…" lirihnya.

"Dasinya tidak rapi papa," ucap Aileen dengan suara manis manis manjanya. Lalu Aileen semakin mendekati Leon, menatap Leon penuh perasaan, kemudian bibir cantiknya kembali mengecup pipi itu.

Muach!

"Aileen!" Teriak Leon membentak Aileen, matanya menatap tajam pada gadis itu. Apa maksudnya Aileen bertingkah seperti ini?

...****...

Aku akan up lagi kalau komennya banyak ya 😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!