Drap
Drap
Drap
Drap
"Hei! Kembalikan tasku!" Ucap seorang wanita yang berlari dengan bertelanjang kaki sambil menenteng sepatu ketsnya.
Dan dalam keputusasaannya, wanita itu melemparkan salah satu sepatu ketsnya kepada seorang pria di depannya, dan dengan penuh harapan ia berdoa di dalam hati,
"Please kena...please." Begitu doa wanita itu.
Harapannya terkabul,
Bletak!
Sepatu hak tinggi itu mengenali kepala belakang si pria dan membuat pria itu jatuh tersungkur.
Camilla Madison atau akrab disapa dengan Milla segera mempercepat larinya dan tanpa ragu menindih dan mengunci lengan lawannya, "Mana tasku!" Seru Milla.
Pria itu mengaduh dan menahan sakit dengan memukul-mukulkan telapak tangannya ke jalan, "Aduh..aduh..mba..mba sakit mba! Lepasin saya." Rintih pria itu.
Milla melepaskan kuncian lengan pria itu, namun pria itu bukan mengembalikan tas Milla melainkan berusaha kabur kembali. Bukan Milla namanya jika ia menyerah sampai di situ, dengan cepat ia menggeser tungkai kakinya dan menyandung kaki pria itu.
Pria tersebut jatuh lagi, dan Milla tanpa segan-segan menghajarnya, "Lain kali pilih lawanmu!" Seru Milla lalu mengambil tas miliknya.
Orang-orang yang sedari tadi mengerumuninya diacuhkan oleh Milla, "Bubar! Bubar! Kalian kira ini sedang syuting! Tidak ada satu pun dari kalian menolong wanita lemah sepertiku ini! Memalukan!" Tukasnya dan dengan enteng ia menunjuk seorang wanita berpakaian rapi untuk segera menghubungi polisi.
Milla berjalan meninggalkan tempat kejadian perkara itu dengan angkuh.
Camilla Madison terkenal dengan gayanya yang tomboy dan sedikit maskulin untuk ukuran seorang wanita. Tidak ada pria yang berani mendekatinya walaupun Milla tergolong kategori wanita cantik di kampusnya.
"Milla!" Teriak seorang pria dari kejauhan.
Merasa namanya di panggil, Milla tidak menoleh sedikit pun dan terus berjalan.
"Milla! Oi!" Pria itu berteriak lagi, namun Milla tetap berjalan bahkan kali ini memasang airbuds di telinganya dan mendengarkan lagu Blink 182 favoritnya.
Pria itu berlari dengan cepat dan berusaha menyusul Milla kemudian ia menyenggol lengan Milla, "Oi!" Sahutnya.
Milla segera memasang kuda-kuda siap menyerang dan setelah tau bahwa itu pria yang di kenalnya, Milla menyeringai sambil melepas earbudsnya, "Eh, kirain siapa. Aura kamu seperti orang mau menyerang sih, hahahaha." Katanya menggoda pria itu.
"Sialan!" Tukas pria itu lagi, "hari ini kamu ada kelas?" Tanyanya.
"Ada, jam berapa yah? Aku juga lupa. Sebentar aku cek." Jawab Milla mengecek jadwal mata kuliah di ponselnya kemudian melirik jam tangannya dengan wajah panik,
"Drew, aku pergi dulu! Byeeee!" Sahut Milla yang segera berlari meninggalkan teman prianya.
Andrew Oak, mungkin dia satu-satunya pria yang menaruh hati kepada Camilla, sayangnya cinta itu sepertinya bertepuk sebelah tangan. Milla lebih cinta kepada Travis Barker seorang penabuh drum dari band favoritnya Blink 182.
Sesampainya di kampus, Andrew segera masuk ke dalam kelas tanpa mencari Milla.
"Hai Andrew." Sapa seorang wanita bernama Charlotte Madison.
Charlotte Madison atau biasa di sapa Charlie adalah kembaran Camilla yang mempunyai sifat bertolak belakang dengan saudara kembarnya.
"Hai Charlie." Jawab Andrew.
"Bagaimana jawabanmu atas pertanyaanku kemarin?" Tanya Charlie.
Andrew tertawa sambil menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tertarik. Maafkan aku." Ucap Andrew menyiapkan buku-bukunya di atas meja.
"Kenapa sih?" Tanya Charlie cemberut.
Andrew tidak merespon amarah Charlie, "Sudah kukatan berkali-kali kepadamu, aku belum memikirkan hal itu." Bisik Charlie akhirnya.
Andrew Oak adalah seorang pewaris tunggal dari perusahaan terkemuka Oak Grup dan sudah dipastikan setelah selesai kuliah nanti ia akan di angkat menjadi CEO perusahaan itu. Tidak heran banyak wanita yang mengincarnya termasuk Charlie.
Andrew diminta menikah begitu lulus kuliah supaya segera memberikan keturunan untuk meneruskan bisnis keluarganya. Dalam hal itu, orangtua Andrew membebaskan Andrew untuk memilih calon istrinya sendiri.
Sedangkan si Kembar Madison merupakan penerus dari Madison Grup, tentu saja orangtua Madison akan sangat bahagia sekali jika salah satu putrinya mendapatkan Andrew Oak sebagai suami mereka.
Sayangnya orangtua Madison tidak dapat berharap dari Camilla. Charlie lah harapan mereka satu-satunya untuk mendapatkan menantu seorang Oak.
***
Hari kelulusan.
"Milla, Milla! Hei!" Andrew kembali memanggil Camilla yang seperti biasa ia sedang asik mendengarkan lagu dari Blink 182.
"Milla!" Andrew melepas airbuds yang terpasang di telinga Milla.
"Apa sih!" Tukas Milla kesal.
"Hei, ini hari kelulusan kita. Apa kamu akan datang ke pesta di rumahku? Aku akan menjemputmu." Ajak Andrew.
Milla menjawab sambil lalu, "Aku tidak tertarik pesta seperti itu." Jawab Milla.
"Kenapa sih? Aku akan memilih pendampingku disana nanti. Ayolah." Bujuk Andrew lagi.
Milla menghentikan langkahnya, "Baiklah. Aku tunggu di rumahku 30 menit sebelum acara dimulai." Jawab Milla akhirnya.
Andrew mengibarkan tangannya ke udara, "Yes! Oke, aku akan menjemputmu pukul 19.30." katanya kemudian berlari dengan senyum terkembang di wajahnya.
Malam itu, Charlie tampak cantik dengan gaun ala-ala putri kerajaan dan mahkota di atas rambutnya yang terkepang dengan rapi.
Sedangkan Milla memilih tampil sederhana dengan rambut kuncir kudanya, rambutnya yang ikal turun naik mengikuti gerakan tubuhnya. Milla mengenakan gaun berwarna emas bertali spagheti tanpa hiasan apa pun.
"Aih, anak-anak mami cantik sekali. Milla darling, apa kamu yakin akan mengenakan itu?" Tanya Nyonya Madison.
Milla mengangguk, "Aku tidak akan memakai gaun seribet Charlie jika hanya untuk pesta biasa." Jawab Camilla.
"Siapa yang akan menjemputmu? Apa kamu akan jalan sendiri kesana atau jalan bersamaku?" Tanya Charlie. Ada sedikit nada penolakan dalam suaranya.
"Temanku akan menjemputku." Jawab Milla singkat.
Nyonya Madison dan Charlie saling berpandangan, "Kamu punya teman? Siapa?" Mereka meremehkan Camilla.
Milla hanya mengangkat bahunya dan menunggu di depan pintu.
Tak lama, lonceng pintu kediaman Madison berdentang.
"Apa itu temanmu? Aku yang akan membukakan pintu untuknya! Aku penasaran sekali siapa temanmu itu!" Ucap Charlie.
Camilla berlari mendahului saudari kembarnya, "Charlie, jangan mengganggu ranah pribadiku! Ini tamuku, aku yang akan membukakan pintu untuknya." Tukas Milla kesal.
Tapi Charlie lebih cepat, ia segera membuka pintu untuk tamu Camilla. Dan begitu ia membuka pintu, Charlie terkejut dan kehabisa kata-kata, "A...Andrew? Kamu menjemputku? Tidak mungkin kan kamu menjemput si..."
Camilla berjalan ke depan dan menyenggol pundak Charlie, "Sudah kukatan dia tamuku." Bisik Milla di telinga Charlie.
Andrew tersenyum, "Wow, kamu cantik sekali Milla." Sahut Andrew memuji dan tidak menyangka bahwa gadis tomboy ini akan berubah menjadi seorang Cinderella malam itu.
Camilla tersipu, "Ayo aku sudah siap dan terimakasih sudah menjemputku." Ujar Milla.
Andrew memasangkan korssase di pergelangan tangan Milla dengan warna dan bentuk senada dengan korssase miliknya.
"Let's go we'll rock this night." Ucapnya dan menawarkan lengannya untuk Milla.
***
Sesampainya di kediaman Oak, Andrew dan Camilla menjadi bintang utama di pesta itu. Andrew sama sekali tidak menyangka bahwa Milla akan secantik dan semenyenangkan seperti ini. Rasa suka kepada wanita yang ada di hadapannya kini kian bertambah.
Saat asik berdansa, Andrew meminta kepada pelayannya untuk mengambil mic. Kemudian ia meminta pemain musik untuk memainkan lagu yang lembut.
"Milla, genggam tanganku dan ikut aku." Bisik Andrew di tengah alunan musik yang dimainkan oleh pemusik.
Ketika Andrew menarik Milla ke atas panggung, iringan musik instrumental Wonderful Day mulai mengiringi mereka berdansa di atas panggung.
Andrew mengambil mic dari tangan pelayan, "Malam ini adalah malam spesial, kita berhasil melalui ujian, skripsi, tugas-tugas serta sidang dengan baik. Dan malam ini juga spesial untuk aku karena aku akan memilih seorang wanita yang akan mendampingi hidupku mulai sekarang sampai selama-lamanya." Ucap Andrew.
Kemudian, ia mengambil kotak cincin dari kantung celana sutranya dan berlutut di depan Milla, seorang pelayan memegang mic untuk Andrew, " Camilla Madison, " katanya memulai proses lamaran.
Semua yang menyaksikan moment itu mendekap mulut mereka dan saling berpegangan, wajah-wajah iri terpampang jelas di antara beberapa wanita.
"Camilla Madison, maukah kamu menjadi istriku?" Tanya Andrew Oak sambil membuka kotak beludru yang berisikan cincin.
Raut wajah Milla tidak bisa di tebak saat itu, dia terdiam dan berpikir cukup lama sampai akhirnya, "Ya, aku mau." Jawab Milla.
Andrew menarik nafas lega dan segera memasangkan cincin di jari manis Milla, "Terimakasih." Sahut Andrew, mengecup pipi Milla dengan lembut.
...----------------...
5 years later
"Andrew sayang, happy anniversary my dear." ucap seorang wanita dan dengan lembut ia mengecup bibir suaminya.
Andrew mengalak, "Sudahlah! Apakah ini penting?" tukas Andrew.
Wanita itu mendengus kesal, "Kenapa sih kamu tidak pernah mau belajar untuk mencintaiku? Sudah lima tahun kita menikah tapi kamu tidak pernah mengganggapku ada." isak wanita itu.
Andrew menatap wanita itu dengan garang, "Aku tidak pernah memintamu untuk menikahiku! Kamu membohongiku selama satu tahun, Charlie!" sahut Andrew.
Dia sangat membenci wanita yang dinikahinya itu. Tidak pernah ada di dalam bayangannya kalau pernikahannya akan berakhir seperti ini.
Andrew juga tidak pernah menyangka bahwa Charlie berani bertukar peran dengan Milla, saudari kembar Charlie yang seharusnya ia nikahi. Sampai detik ini dia tidak tau dimana keberadaan Milla.
"Kenapa kamu tidak menceraikanku kalau kamu tau aku Charlie bukan Milla?" tantang Charlie.
"Kamu pernah pakai otakmu sedikit tidak sih? Tidak mungkin kan aku menceraikanmu di saat seluruh negri ini meliput tentang pernikahan kita! Dan sungguh aku menyesal telah melakukan hubungan itu denganmu, rasanya tubuhku sangat kotor karenamu!" Andrew sudah mencapai puncak kemarahannya.
Raut wajah Charlie datar namun tidak ada penyesalan yang ia tampakan, "Apa sulitnya mencintaiku? Kamu juga tidak tau dimana Camilla itu berada kan? Dan lagi tidak mungkin kamu masih mencintainya sampai detik ini." tanya Charlie.
Andrew memandangnya tajam, "Aku masih mencintainya sampai detik ini! Kenapa aku tidak bisa mencintaimu? Astaga, demi Tuhan Charlie! Kalian kembar sampai aku tidak bisa membedakan mana Camilla dan mana kamu tapi kepribadian kalian sangat jauh berbeda! Aku mencintai Camilla tidak hanya wajahnya tapi pribadinya." ucap Andrew berapi-api.
"Saat awal kita menikah, kamu meminta kartuku untuk berbelanja dan kupikir Milla telah berubah menjadi wanita feminim. Tapi apa yang kamu belanjakan dengan yang Milla belanjakan berbeda, selera kalian jauh berbeda. Apakah kamu masih mengelak, Charlie? Disitulah aku merasa kamu membodohiku!" seru Andrew sekarang jari tangannya sudah di acungkan ke depan wajah Charlie.
Brak!
Andrew keluar dari ruangan itu dan membanting pintunya.
Hari itu, Andrew sudah tidak dapat menahan lagi kemarahannya. Ia sungguh membenci istrinya saat ini. Tidak! Charlie bukan istrinya, gadis itu hanyalah seorang penipu yang telah mengotori ikatan suci pernikahan dan mempermainkan cintanya!
Kedua tangan Andrew terkepal dengan kuat. Ia merasa bodoh, mengapa ia tidak dapat membedakan Camilla dan Charlie? Bodohnya lagi, ia tidak mencari dimana Camilla saat ini?
Perasaan bersalah terus mendera Andrew, akan tetapi jauh di lubuk hatinya, Andrew takut kalau ternyata Camillalah yang mengusulkan pertukaran ini.
***
"Will, bisa menemuiku besok pagi di tempat biasa?" tanya Charlie melalui panggilan selularnya.
"Ada apa? Sudah lama sejak lima tahun yang lalu kamu tidak meminta bantuanku, Charlie." kata Will di sebrang dengan terkekeh kecil.
"Sudahlah. Temui aku pukul 9 pagi di tempat biasa. Aku tunggu!" titah Charlie.
Setelah mendapat jawaban dari Will, Charlie segera menutup ponselnya.
Keesokan harinya sesuai permintaan Charlie, William Scott sudah berada di sebuah kafe kopi tempat biasa mereka bertemu.
"Hai, Charlie. Ada perlu apa denganku?" tanya Will sambil bersalaman dan mencium pipi kanan kiri Charlie.
"Sudah pesan?" tanya Charlie.
Will mengangguk, Charlie membuka buku menu dan membolak-balikan halamannya.
Tak lama ia memanggil waitress dan memesan segelas strawberry tea serta kukis gandum.
"Andrew sudah mengetahui bahwa aku bukan Camilla. Dia marah, sangat marah." ujar Charlie.
"Berarti rencana kita gagal?" tanya Will.
Charlie menggeleng, "Dia tidak akan menceraikanku, jadi tidak bisa dikatakan gagal." ucap Charlie lagi.
"Lalu, untuk apa kamu memanggilku? Apakah Andrew juga tau bahwa aku yang menukar kalian?" tanya Will.
"Tidak! Dia belum tau itu. Aku mempunyai tugas untukmu. Cari Camilla pastikan Andrew tidak bisa menemukannya karena aku tau selama empat tahun ini Andrew terus mencari Camilla." sahut Charlie. Wajah liciknya tampak sangat jelas.
"Aneh sekali kalian ini. Aku baru menemukan pasangan kembar yang saling membenci seperti ini." ucap Will menggelengkan kepalanya.
"Kembar hanya kebetulan, kan? Tapi sifat kami jauh berbeda. Camilla kampungan, tidak berkelas dan berandalan. Berbeda jauh denganku. Maka itu aku heran, bisa-bisanya Andrew mencintai wanita kampungan seperti Milla itu!" tukas Charlie.
Will tertawa mendengarnya, "Andrew itu dari dulu menyukai segala sesuatu yang unik dan tidak pasaran. Anti-mainstreamlah sebutannya. Wajar dia menyukai Camilla. Tapi ada yang ingin aku tanyakan, bagaimana dia bisa tau kamu bukan Camilla?" tanya Will.
"Sifat kami berbeda. Aku akui itu. Aku tidak bisa hidup seperti Camilla. Sendirian, jarang masuk pusat perbelanjaan, tidak dandan, pakaian juga ala kadarnya. Dia mempermalukan keluarga kami." ucap Charlie gusar.
"Andrew memberikanku kartu miliknya dan dia melihat tagihannya, setelah itu dia berbisik kepadaku katanya aku bukan Camilla." Charlie menyambung ceritanya lagi sambil menggigit sepotong kukis dengan anggun.
Will menarik nafas panjang dan menghembuskannya, "Jadi, aku sekarang mencari kembaranmu? Terakhir entahlah, orangku yang menurunkannya entah dimana." jawab Will.
William Scott adalah teman Andrew sayangnya hubungan pertemanan mereka tidak panjang. Mereka sempat berkelahi dan setelah itu menjadi semakin jauh. Will menyukai Charlie. Menurutnya Charlie adalah wanita yang cantik dan anggun. Will menyamakan Charlie seperti Marie Antoinette.
***
Di sebuah kota kecil yang jauh dari keramaian dan kesibukan, seorang wanita berpakaian kucel serta celana jins belel dengan banyak robekan di beberapa tempat berhasil menyihir pengunjung dengan suaranya saat membawakan lagu Avril Lavigne. Mereka semua bertepuk tangan kepada pasangan penyanyi dan pemain musik itu.
"Milla, hari ini tips kita lumayan banyak. Lihatlah." ucap seorang pria tampan namun tampak dekil sambil memperlihatkan sejumlah uang kepada Milla.
Milla merebut uang itu dari tangan pria dekil yang menemaninya bernyanyi tadi, "Ini untuk membayar sewa apartemen kita, Millo." ucap Milla tegas.
"Aku ingin sesekali makan enak." pinta Millo memelas.
"Kita akan membeli daging seperempat kilo untuk kita makan malam ini." jawab Milla.
Camilla Madison, saudari kembar Charlotte Madison yang diculik tepat di hari pernikahannya dan di buang jauh dari kota tempat asalnya.
Dia tidak menangis, dan juga tidak melaporkan kepada polisi karena Milla berprinsip jika keluarganya melaporkan kehilangan dia maka polisi akan mencarinya.
Namun, tidak ada seorang pun mencarinya termasuk pria yang akan menjadi suaminya, Andrew. Maka Camilla memutuskan untuk segera bangkit dari kesedihannya dan hidup mandiri di kota itu.
Camilla memang gadis yang kuat dan tangguh, maka ketika malam itu ia dikhianati oleh saudari kembarnya, ia tidak marah. Camilla menguburkan rasa kesal serta emosinya dalam-dalam dan melupakan segalanya.
Ia ingin membuka lembaran hidup baru bersama Millo Forest, pria baik hati yang telah menolong dan memberikan tumpangan kepadanya.
Millo jugalah yang mengajak Camilla bekerja bersamanya sebagai seorang penyanyi di club malam semi menyambung hidup.
Tidak ada seorang pun yang tau saat ini bahwa Camilla Madison merupakan anak orang terkaya di seluruh negri, begitu pula dengan Millo Forest seorang anak pengusaha ternama dengan perusahaan yang tersebar dimana-mana
Namun, sayangnya mereka berdua harus kuat dan bertahan tinggal di jalan tanpa kemewahan melekat di hidup mereka saat ini.
Seorang pria memakai kacamata hitam sedang mengawasi mereka, "Aku menemukan Nona Madison yang satu lagi di kota Z." bisiknya.
"Pastikan saja dia tidak akan bisa kembali ke kota ini dan awasi dia terus. Berikan laporan secara berkala kepadaku." Ucap suara di sebrang yang tak lain tak bukan adalah William Scott.
"Baik bos. Segera laksanakan!" ucap pria berkacamata hitam itu.
...----------------...
5 Years Ago
"Oh, kamu cantik sekali. Aku tidak menyangka kalau kamu bisa secantik ini padahal musikmu tidak karu-karuan belum lagi dandananmu setiap hari. Tapi, lihatlah sekarang. Kamu benar-benar anakku ternyata." ucap Nyonya Madison penuh haru melihat anak perempuannya yang tomboy berubah menjadi seorang putri cantik yang akan segera menyemat nama keluarga baru.
"Camilla Oak. Nama itu sangat anggun dan terdengar sangat megah. Mama bahagia sekali Milla." puji Nyonya Madison tanpa henti.
Camilla memicingkan matanya dan mengerutkan hidungnya sambil sesekali menggaruk-garuk hidungnya itu, "Aku tidak suka segala macam ini. Apakah aku harus berdandan seperti ini?" tanya Milla.
"Dan, mama. Ayolah, karena Andrew melamarku mama baru mengakui aku sebagai anakmu? Jadi selama ini aku anak siapa? Anak tetangga?" tukas Milla lagi kesal.
Nyonya Madison tersipu malu, "Tidak seperti itu, Milla dan pelankan suaramu jika orang lain mendengar seakan-akan mama ini tidak pernah menganggapmu sebagai anak." bisik Nyonya Madison.
Milla tersenyum kecut dan membalas bisikan ibunya, "Kenyataannya seperti itu."
Hanya satu orang yang tidak senang pada hari bahagia itu. Dia adalah Charlie atau Charlotte Madison. Sedari tadi ia berjalan mondar-mandir sambil sesekali melihat jam tangannya yang berkilauan, seperti menunggu seseorang.
Tak lama ponselnya berbunyi, "Dimana?" tanya Charlie.
"Oke, aku segera kesana. Tunggu di tempatmu dan jangan bergerak, kamu tau acara ini akan ramai dengan para undangan." sahutnya.
Dengan cepat ia berlari menuju taman belakang dari gedung itu dan menemui seseorang yang tadi menghubunginya.
"Hei." sapa Charlie.
"Hei, bagaimana rencanamu?" tanya pria itu.
"Apa kamu membawa semua yang aku butuhkan, Will?" Charlie bertanya lagi.
"Tentu saja. Lagipula untuk apa kamu membutuhkan semua peralatan itu? Dan aku tidak yakin kita akan berhasil karena seperti katamu pengaman disini ketat selalu dan banyak orang jadi pasti akan terlihat jika kita membawa kembaranmu ke dalam mobil." ujar Will.
"Itu bisa di atur." ucap Charlie menggampangkan.
Charlie kemudia masuk ke dalam mobil, di dalam sana Will sudah menyiapkan gaun pengantin serta alat make up lengkap untuk Charlie.
"Apa yang dicari Andrew pada Milla? Aku heran sekali." tanya Charlie sambil menggerutu.
Will mendengus kesal, "Aku justru lebih heran denganmu karena kamu mempunyai ide sehebat ini. Apakah kamu tidak suka melihat saudarimu bahagia? Kamu kan bisa menikah denganku." ucap Will.
Charlie menatap Will tak percaya, "Aku? Menikah denganmu?" Charlie menggelengkan kepalanya.
"Jadi apa aku nanti? Kalau aku menikah dengan Oak, masa depanku terjamin Will dan aku akan bahagia sampai tua. Oke, aku sudah selesai. Ayo kita segera laksanakan." ucap Charlie.
Will mendengus lagi, "Huh! Aku bisa menghidupimu, Charlie!" dengusnya tanpa terdengar.
Karena wajah Charlie yang identik sekali dengan Milla maka ia memakai topi sebelum memakai veilnya dan menggunakan kacamata hitam.
Dengan gaun itu juga dia memanjat pilar dan tembok sampai ke lantai atas tempat Milla di rias.
"Jika kamu seperti ini aku sama sekali tidak bisa membedakan mana Charlie dan mana Camilla." bisik Will yang mengikuti langkah Charlie.
"Rambutku lebih ikal dan kata mamaku, aku lebih cantik dari Milla." jawab Charlie bangga.
Akhirnya mereka sampai di balkon kamar rias itu, dengan cekatan Charlie melompat dan segera merunduk supaya tidak terlihat.
Berbeda dengan Charlie, Will menatap Milla tanpa berkedip. Charlie menarik tangannya, "Merunduk, bodoh!" tukasnya.
"I...itu Milla? Cantik sekali. Dia lebih cantik darimu." kata Will jujur.
Charlie memandangnya tajam, "Tutup mulutmu! Dan fokuslah!" seru Charlie.
Will kembali pada rencananya, "Maafkan aku. Jadi bagaimana?" tanya Will.
"Setelah ini, Milla akan ditinggal di kamar rias sendiri karena orangtuaku harus menunggu di depan altar. Ayahku akan menyambutnya di gerbang bunga di sana tadi. Begitu semua sudah keluar, kita segera masuk. Bergeraklah lebih cepat." perintah Charlie.
Will mengacungkan ibu jarinya, "Oke."
***
"Lepaskan aku!" Milaa meronta-ronta saat Will membekapnya.
Dia memandang saudara kembarnya dengan tatapan kebencian, "Wanita rendah kamu, Charlie!" seru Milla.
"Well, i will do anything to get Oak, Milla." senyumnya licik dan bergegas keluar meninggalkan Milla yang berusaha membebaskan diri dari cengkeraman Will.
Namun, Will membekap mulut Camilla dan menutupnya dengan saputangan yang sudah di berikan obat tidur sehingga perlahan gerakan Milla melemah dan ia tertidur.
Bruk!
"Merepotkan saja. Kalau tidak karena cinta aku tidak akan sudi melakukan pekerjaan kotor ini!" tukas Will berbicara kepada dirinya sendiri.
Setelah membaringkan Milla di jok tengah mobilnya, ia menghubungi seseorang dan dengan cepat dua orang oria sudah datang menemui Will.
Will mengeluarkan beberapa lembar uang, "Jangan sampai lecet, pastikan dia selamat. Bawa ke tempat yang jauh dan ambillah mobilku. Mobil sial!" perintah Will.
***
Keesokan paginya di sebuah kota kecil seorang pria berpakaian lusuh keluar dari apartemennya dan melihat ada seorang wanita tergeletak dengan memakai gaun pengantin.
Pria itu mengecek nafas wanita itu dengan mendekatkan jari telunjuknya ke hidung wanita itu. Dia menghela nafas lega dan membangunkan wanita itu, "Hei! Hei!"
Wanita itu mengerjapkan matanya dan melihat pria yang berada di depannya, wanita itu segera bangkit dan bertanya, "Dimana aku?" tanya wanita itu.
Dia cantik, pikir pria itu.
"Di depan apartemenku. Siapa namamu?" tanya pria itu.
"Camilla. Siapa namamu? Bisakah aku meminjam apartemenmu sebentar?" tanya Milla
"Aku Millo Forest dan silahkan masuk." sahut Millo mempersilahkan Milla masuk.
Milla jalan dengan menentang gaunnya, "Bisakah aku meminjam baju dan celanamu?" tanya Millo lagi.
Millo menyiapkan pakaian yang diminta oleh Milla dan selagi Milla berganti pakaian, Millo menyiapkan segelas susu hangat, roti bakar serta telur mata sapi untuk tamu tak terduga itu.
"Makanlah dulu. Aku tak akan bertanya tapi aku hanya mengira kamu bukan warga sini." kata Millo.
Mulut Milla sibuk mengunyah dan menelan dia hanya mengangguk.
"Apakah aku boleh tinggal bersamamu? Aku akan bekerja dan membayarnya." tanya Milla.
Millo mengangguk dan tertawa kecil, "Kamu wanita yang aneh. Baru kali ini aku menemukan wanita sepertimu. Apa kamu tidak ingin lapor polisi dan melaporkan apa yang terjadi kepadamu?" tanya Millo.
Milla menggeleng, "Aku tidak punya siapa-siapa." jawab Milla.
"Lalu, baju pengantinmu?" Millo ingin tidak bertanya tapi rasa penasaran memaksanya untuk terus bertanya.
"Akan aku bakar. Anggap saja kamu melihatku dengan memakai baju ini dan lupakan baju pengantin bodoh itu." pinta Milla.
"Aku harus bekerja untuk bertaham hidup dan tidak menjadi bebanmu." ucap Milla lagi.
Millo menatapnya, ia tidak tau apa yang harus ia katakan kepada wanita yang duduk di hadapannya sekarang. Pancaran matanya mengandung tekad yang kuat. Entah apa yang terjadi padanya tapi sebersit asa masuk perlahan ke dalam hati Millo.
"Apa kamu bisa bernyanyi? Aku seorang musisi." jawab Millo.
Milla mengangguk, "Ya, aku bisa. Aku bisa memainkan piano juga dan gitar sedikit. Boleh aku bergabung denganmu?" tanya Milla.
Millo mengangguk, "Welcome to my life, Camilla." ucap Millo tersenyum.
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!