...***...
Tanpa banyak bacod
Rettsu baca.
Seperti biasanya, Renn Akiyama atau disapa Renn sedang duduk di kantor kecilnya. Pagi ini Renn memeriksa kembali kasus yang ia selesaikan sebelumnya.
Renn on.
Namaku adalah Renn Akiyama. Aku hanyalah seorang detektif swasta yang kadang membantu orang-orang sekitar dalam menangani masalah pribadi. Namun akhir-akhir ini aku mendengar kabar ada masalah yang aneh terjadi di kota ini. Manusia bisa menjadi ular?. Hum?. Rasanya agak memang aneh, dan tidak masuk akal. Mungkin aku harus lebih waspada lagi, takutnya gosip itu benar-benar terjadi di saat aku lengah. Tentunya aku tidak mau itu sampai terjadi padaku. Sekali lagi aku katakan, bahwa aku hanya waspada saja, karena aku tidak mau merepotkan diri sendiri nantinya. Baiklah, sembari menunggu klien yang datang aku harus siap-siap sambil mengamati yang terjadi pada sebelumnya.
Renn off.
"Ohayou aki chan." Sapa wanita muda yang baru saja sampai, suaranya terdengar ramah dan semangat. Dia wanita muda yang sangat cantik, memiliki senyuman yang cantik pula, tapi sayangnya Renn tidak memiliki perasaan apapun padanya. Sangat disayangkan sekali, padahal Renn masih laki-laki normal yang mencintai wanita. Ups!. Apa maksudnya itu?. Ok, lupakan.
"Aku kan sudah bilang jangan panggil aku seperti itu mika chan!." Renn selalu saja protes jika dipanggil seperti itu oleh Ayuri Mika. Ia diperlakukan seperti anak kecil jika dipanggil dengan sebutan chan oleh Mika. Tapi wanita muda itu tidak pernah menghiraukan perkataan Renn. "Kenapa kau masih saja memanggilku seperti itu? Rasanya aku seperti anak kecil yang selalu dimanja ibunya." Ingin rasanya ia menangis karena perlakuan dari Mika, atau Mika memang menganggapnya sebagai anak kecil?. Bisa jadi seperti itu kan?.
Lalu siapa Mika bagi Renn?. Apa hubungannya dengan Renn?. Bisa dibilang Mika baru saja lulus kuliah, namun ia enggan mencari pekerjaan lain hanya karena Renn pernah menolongnya dari kehidupan yang kelam. Karena itulah Mika ingin membalas kebaikan Renn dengan membantunya di kantor ini. Renn juga tidak keberatan jika Mika memang bersedia membantunya, karena itulah mereka bisa bersama hari ini.
"Hai, haik, ini sarapanmu." Mika mengeluarkan beberapa kotak makanan. Seperti biasanya, ia selalu membawakan bekal sarapan untuk mereka. Mika memang sangat perhatian pada Renn, meskipun ia tidak mengerti apakah itu hanya perhatian biasa saja atau ingin sesuatu dari Renn nantinya. Namun saat ini belum terlihat ke arah mana perhatian itu, hanya waktu yang akan menjawab semuanya. "Jika kau tidak segera sarapan, nanti kau bisa pingsan saat bekerja. Jika kau pingsan saat bekerja kau tidak dapat uang. Jika kau tidak dapat uang, maka kau tidak bisa menggaji kami. Jika kami tidak punya gaji maka kami akan menumpang hidup denganmu seumur hidup." Seperti itulah yang ia katakan jika ia bercanda dengan Renn. Apa?. Itu kau sebut bercanda kawan?.
"Hmph! Kau ini pandai sekali bercanda, candaan mu membuat kantongku ingin tertawa." Renn merasa sangat miris dengan candaan di pagi hari seperti itu.
Namun, ada yang lebih membuat paginya rasanya tidak bersemangat. Siapa lagi kalau bukan si pengganggu Yui yang datang tanpa mereka ketahui.
"Ho? Sepertinya ini enak nih." Yui Yoshioka 26 tahun, wanita cantik yang hampir mengalahkan model ini selalu menyeruput duluan makan yang baru saja dibuka oleh Mika. Hingga terjadi perdebatan diantara mereka, membuat Renn sama sekali tidak nyaman dengan perdebatan itu.
"Jangan seenaknya saja kau mengambil hak milik orang lain! Kau ini benar-benar tidak sopan! Dasar tidak sopan!." Mika benar-benar sangat kesal dengan sikap Yui yang seperti itu. Membuatnya ingin marah-marah terus padanya. Apakah wanita itu tidak bisa bersikap lebih, ya lebih sopan sedikit tanpa merusak suasana hati orang lain?.
"Bisakah kalian tidak berdebat sebelum makan!." Renn juga selalu begitu jika tidak bisa melerai perdebatan kedua wanita ini. "Ini masih pagi!. Jangan berdebat pagi-pagi!." Terkadang amarahnya tidak bisa ia lihat sama sekali.
"Aku tidak peduli! Perutku sedang lapar, sebaiknya kau jangan pelit. Biasanya orang pelit nanti matinya akan sulit! Karena dia masih mengingat betapa iritnya hidupnya." Yui masih saja mencomot makanan yang dibuat oleh Mika dengan menggunakan tangannya.
"Kau ini memang sangat menyebalkan! Menumpang hidup dengan kami kau malah berani berkata seperti itu padaku?! Kau ini benar-benar ingin aku goreng hidup-hidup." Mika telah sampai pada puncak kemarahannya. Berani sekali kau berkata seperti itu padaku!." Mika sangat tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Yui. Hatinya sangat panas mendengarkan ucapan itu. Mereka berdua benar-benar berdebat habis-habisan, tidak menghiraukan Renn yang mencoba untuk menghentikan mereka. Malahan ia kena sikut mereka berdua, sakit memang rasanya.
"Mereka sama sekali tidak mendengarkan apa yang aku katakan." Keluhnya sambil meringis sakit, karena disikut oleh mereka berdua yang sedang marah. Renn sangat heran melihat kedekatan mereka yang seperti itu, tapi ujung-ujungnya nantinya malah akur. Seakan-akan tidak ada kejadian apa-apa diantara mereka. Pertengkaran itu terjadi hanya ketika mereka makan saja, setelah itu mereka baikan. "Kalian telah membuat pagiku terasa sangat sulit." Renn tidak mau ikut campur lagi. Rasanya ia telah bosan melihat mereka yang seperti itu. "Aku yang selalu jadi korban kalian." Rengek Renn dengan pasrah saat melihat pertengkaran mereka yang entah sampai kapan mau berhenti.
Begitulah pagi mereka sebelum memulai aktifitas. Renn selalu ditemani dua wanita muda cantik, meski mereka tidak membantu Renn ke lapangan, setidaknya mereka dapat mencari informasi yang dibutuhkan olehnya. Setelah sarapan pagi, mereka akan memulai pekerjaan mereka sebagai detektif.
Setelah sarapan bersama, mereka akan membahas bersama Kasus apa yang akan ditangani oleh Renn. Meskipun bukan seorang detektif yang besar seperti yang lainnya, tapi setidaknya ia sedikit membantu mereka yang benar-benar sangat membutuhkan bantuannya. Memang Renn bukanlah detektif yang besar, tapi dengan bantuannya, setidaknya ada beberapa orang yang pernah ia selamatkan dengan bantuannya.
"Ho? Kasus baru nih!." Yui Yoshioka sambil melihat catatan kasus yang akan mereka selesaikan hari ini. Yui selalu mencari tahu siapa yang benar-benar membutuhkan bantuan darinya, sehingga ia melakukan itu dengan sepenuh hati. "Kasus baru yang mungkin berbeda dari yang sebelumnya." Ucapnya sambil mengedipkan matanya ke arah Renn dan Mika.
"Apa memangnya?." Refleks Renn dan Mika bertanya seperti itu pada Yui yang terlihat serius. Tentunya keduanya sangat penasaran kasus baru seperti apa yang akan dilakukan oleh Renn, selain kasus kasus perselingkuhan. Memang kasus yang sangat aneh, memang terdengar sangat sepele kasus perselingkuhan. Akan tetapi, jika tidak dibantu oleh Renn, mana ada detektif lainnya yang mau melakukan pekerjaan itu.
"Apakah kali ini kasus perselingkuhan lagi? Aku harap tidak. Kali ini jangan kasus itu, tapi yui tadi mengatakan? Jika kasus kali ini agak berbeda? Itu artinya bukan kasus perselingkuhan." Dalam hati Renn sangat kapok berurusan dengan masalah perasaan seseorang. "Aku harap Kasus yang dihadapi memang berbeda." Meskipun ia tidak mengharapkan itu, tapi ada harapan untuknya menyelesaikan kasus yang lain.
Yui menunjukkan catatan tersebut pada keduanya, tentunya keduanya melihat dengan seksama. "Membongkar kebiasaan buruk pemilik panti asuhan yang bertingkah aneh?." Keduanya membacanya dengan suara yang agak keras. "Itulah kasusnya." Lanjutnya sambil mengamati catatan itu. "Kasus yang memang berbeda dari yang sebelumnya." Lanjutannya dengan penuh tanda tanya.
"Apaan coba?!." Renn sampai membanting kuat buku yang ia pegang tadi. "Apa yang terjadi pada pemilik panti asuhan tersebut hingga mengalami keanehan?." Sangat aneh menurutnya. "Keanehan seperti apa yang dilakukan pemilik panti itu sehingga aku harus menyelidikinya?." Renn tidak mengerti sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Yui.
"Coba kau jelaskan bagaimana kasus itu, supaya kami lebih mengerti dan mencerna dengan baik kasus aneh itu seperti apa." Mika ingin diberi penjelasan yang lebih jelas lagi. Otaknya sedang error menerima informasi yang seperti itu.
"Menurut laporan warga sekitar, ah tidak lebih tepatnya menurut saksi mata hinata katsumi, seorang warga yang rumahnya dekat dengan panti, mengatakan bahwa dia melihat ada ruam aneh pada tubuh pak ryuzaki seperti sisik ular, kemudian ia menghilang entah kemana." Yui menjelaskan informasi yang ia dapatkan dari sekitar. "Selain itu ada kemungkinan ada hubungannya dengan kasus kematian yang akhir-akhir ini dikalangan pemerintahan yang sedang ditangani oleh sebuah organisasi yang dibawahi langsung oleh pemerintah." Lanjutnya lagi.
"Lantas? Apa yang akan kita lakukan?." Renn memiliki firasat buruk mengenai itu.
"Tentunya kita akan menyelidikinya, memangnya apa lagi?." Yui sangat kesal dengan pertanyaan Renn.
"Humm." Mika nampak berpikir, begitu juga dengan Renn.
"Tapi-." Ketika Renn hendak protes.
Brakh!!.
Yui menggebrak kuat meja itu membuat Renn dan Mika terkejut.
Apakah yang akan dilakukan Renn?. Simak terus ceritanya.
...***...
Sementara itu.
Di Panti Asuhan. Ryuzaki Hino sedang berada di ruangannya. Hatinya saat ini sedang dipenuhi oleh kebencian yang mendalam. Tidak ada yang peduli dengan keadaan anak-anak yatim piatu yang berada di panti asuhan ini.
"Mereka berkata jika anak-anak yatim piatu adalah tanggungan negara." Hatinya saat itu dipenuhi oleh kegelapan. "Tapi apa buktinya? Bahkan mereka tidak melihat bagaimana anak-anak yatim piatu di sini kelaparan." Hatinya semakin sakit dengan apa yang terjadi. "Hanya pandai bicara, tapi kenyataannya mereka sama sekali tidak peduli, dan bahkan tidak sedikit pun dari mereka yang memberikan sumbangan atau dukungan pada anak-anak malang ini!." Hatinya yang membenci, memberikan celah kegelapan yang ia rasakan pada saat itu. "Akan aku bunuh mereka semua! Mulut berbisa mereka itu akan aku robek!. Egkhaaa!." Teriakan prustasi yang saat itu ia rasakan telah merasuki hati nuraninya.
Kembali ke masa itu. Ingatannya saat ia masih bersama anak-anak yang penuh dengan impian yang sangat besar di dalam hati mereka. Ketika mereka memiliki harapan untuk memiliki cita-cita yang membuat mereka berjuang. Pada awal pemerintahan yang sedang mencari kekuasaan dengan mengambil hati rakyat. Mereka memberikan janji, serta beberapa uang sebagai pemanis pada saat itu.
"Ryuuzaki san, saat ini kami memiliki beberapa program peduli cinta kasih, karena itulah mohon diterima pemberian ini." Ucapnya pada hari itu.
"Eh?." Tentunya Pak Ryuuzaki sangat terkejut. Karena yang mereka berikan pada saat itu sangat banyak. "Apakah ini tidak apa-apa?." Ia bertanya seperti itu.
"Jangan sungkan, kami akan membantu anak-anak yatim piatu yang berada di sini, serta kami akan membantu mereka untuk melakukan pengembangan potensi yang mereka miliki." Pada saat itu raut wajah mereka sangat bahagia karena telah memberikan kebaikan. "Ryuuzaki san tenang saja, anak-anak yatim piatu adalah tanggungan negara, karena itulah? Pada saat ini kami sedang melanjutkan program tersebut." Lanjutnya lagi dengan penuh bujuk rayuan.
"Ba-ba-baiklah, jika memang itu yang kalian lakukan, aku akan dengan senang hati menyambutnya." Tentunya hatinya sangat senang karena mendapatkan perlakukan istimewa seperti itu dari mereka. Sungguh ia tidak menyangka, jika anak-anak yang selama ini memiliki impian besar untuk menjadi orang besar sedang mendapatkan yang mereka inginkan?.
Tidak!. Nyatanya, setelah mereka mendapatkan apa yang dinamakan kedudukan, mereka telah lupa akan janji manis yang telah mereka katakan sebelumnya. Dengan perkataan yang tidak masuk akal mereka mengatakan hal yang sebaliknya?. Hati siapa yang tidak sakit hati jika apa yang mereka katakan berbanding terbalik dengan sebelumnya?.
Hatinya yang pilu dan prihatin terhadap kondisi anak-anak di panti asuhan membuatnya hilang kendali. Sebenarnya siapa yang salah?. Kenapa perasaan itu bisa memicu seseorang untuk melakukan hal-hal diluar nalar?. Kenapa dengan mudahnya mereka menebarkan janji?. Jika tidak sanggup menepati janji, maka jangan sekali-kali kami berani mengatakan janji itu. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Simak terus ceritanya.
...***...
...***...
Di Panti Asuhan.
Renn on.
Setelah memikirkan cara untuk masuk ke sana, aku memutuskan dengan cara itu. Jika aku mengatakan aku datang sebagai seorang detektif yang sedang menyelidiki keanehan yang anda lakukan?. Aku jamin seratus persen aku langsung diusir dari sana. Bahkan orang profesional pun tidak akan melakukan itu, dan sayangnya aku juga bukan amatiran untuk mengatakan itu secara terang-terangan. Kecuali aku telah gila untuk mengatakan jika aku seperti itu. Tapi entah kenapa dalam kasus kali ini aku merasakan perasaan yang tidak enak sama sekali. Hatiku sangat gelisah memikirkan masalah ini. Sungguh Sangat aneh, dan tidak biasa. Mau tahu bagaimana ceritanya?. Simak terus ceritanya ya. Tanpa banyak bacod!. Rettsu baca!!.
Renn off.
Setelah menelusuri beberapa laporan, Renn Akiyama akhirnya terjun lapangan. ia langsung mendatangi panti asuhan tersebut dengan tujuan memberikan bantuan dana sosial. Karena tidak mudah masuk begitu saja ke panti tersebut. Jadi satu-satunya cara adalah dengan memberikan bantuan pada mereka. Saat ini Renn berada di ruang tamu Panti setelah berbagi beberapa bingkisan berupa makanan pada anak-anak panti asuhan.
"Terima kasih paman." Ucap mereka dengan wajah penuh kebahagiaan, tentunya membuat Renn terharu. Raut wajah yang masih polos memamerkan kebahagiaan yang mereka rasakan pada saat itu.
"Sama-sama." Renn Akiyama merasa tersentuh dengan apa yang ia lihat, senyumannya begitu tulus, dan ia hampir saja menangis karena ungkapan kebahagiaan yang ia rasakan. "Duh!. Betapa imutnya mereka ini." Dalam hati Renn tidak tahan melihat keimutan wajah bahagia yang anak-anak itu pamerkan padanya. "Andai saja aku bisa mengadopsi salah satu dari mereka aku yakin aku akan bahagia." Itu hanyalah keinginan Sementara yang ada di dalam pikirannya saat itu. "Tapi, jika aku melakukan itu? Takutnya aku malah menelantarkan mereka nantinya. Sedangkan penghasilanku tidak tetap." Di sisi lainnya ia sangat menyadari bagaimana keadaannya saat ini. Jadi, tidak mungkin rasanya ia melakukan itu.
"Terima kasih banyak atas bantuannya akiyama san." Pak Ryuzaki sebagai pemilik sekaligus pengasuh Panti asuhan merasa terharu dengan bantuan yang diberikan oleh Renn. "Terima kasih karena masih memiliki perasaan peduli pada anak-anak yang berada di sini." Entah kenapa perasaan yang ia rasakan pada saat itu sangat sedih.
Renn hanya tertawa kecil saja mendengarkan apa yang dikatakan oleh Pak Ryuzaki. "Kebetulan saya ada sedikit lebih rezeki yang saya dapatkan, saya pikir tidak ada salahnya dalam berbagi." Renn Merasa sangat canggung mendengarkan apa yang dikatakan pak Ryuzaki.
"Anda baik sekali akiyama san." Pak Ryuzaki terlihat senang karena masih ada yang mau memberikan sumbangan. "Semoga anda selalu diberikan kesehatan oleh Tuhan, serta diberikan kelancaran dalam hidup ini." Itu adalah ucapan yang baik dari orang yang baik, orang yang mendoakan kebaikan untuk orang lain.
"Arigatou doanya pak ryuzaki." Renn tersenyum kecil, ia dapat menangkap ketulusan hati pak Ryuzaki. "Sepertinya tidak ada keanehan sedikitpun dari pak ryuzaki, tapi kenapa?." Dalam hati Renn sangat aneh melihat itu?. "Juga kebiasaan buruknya yang selalu menolak tamu untuk memberikan sumbangan pada anak-anak? Tapi kenapa malah menerima diriku dengan baik?." Dalam hatinya mencoba untuk memikirkan itu. "Apa laporan yui salah? Tapi aku rasa tidak mungkin Yui melakukan kesalahan seperti ini?. Baiklah, akan aku cari tahu kebenarannya." Dalam hati Renn sebagai seorang detektif, ia harus meneliti dengan baik apa yang terjadi. "Tapi dari sikapnya itu, tidak ada yang aneh darinya, atau ada tanda-tanda yang aneh. Semuanya baik-baik saja, tidak ada yang aneh. Ah!!. Bahkan aku beberapa kali mengatakan kalimat aneh. Rasanya aku yang aneh." Dalam hati Renn malah miris sendiri.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih pada anda akiyama san. Sudah sangat lama sekali tidak ada yang datang ke sini untuk memberikan sumbangan." Ada perasaan kecewa yang ia rasakan pada saat itu, sungguh hatinya sangat kecewa dengan apa yang ia rasakan. "Mereka seakan-akan lupa dengan beberapa anak yang harus mereka perhatikan." Ia benar-benar merasa kecewa dengan sikap mereka semua yang seakan-akan lupa dengan keberadaan anak-anak malang yang berada di Panti ini.
"Ya, aku rasa memang seperti itu pak." Renn benar-benar merasa simpati dengan keadaan mereka. Ia tidak menduga akan merasakan perasaan seperti itu.
Setelah berbincang-bincang, Renn dibawa melihat beberapa lokasi dan ruangan panti asuhan tersebut. Dari cerita yang ia dengar dari Pak Ryuzaki, ia benar-benar merasa iba dengan kisah sedih mereka.
...***...
Di Kantor kecil milik detektif Renn.
Yui dan Mika sedang menyelidiki apa yang salah dengan penjaga panti asuhan. Mereka meneliti setiap foto itu, mereka merasakan ada yang aneh dengan penampilan pak Ryuzaki.
"Bagaimana mungkin kulitnya bersisik seperti ular?."
"Rasanya agak aneh, dan tidak masuk akal."
"Apakah itu sama dengan dia?."
"Maksudmu dia?."
Keduanya tampak berpikir setelah mengucapkan kalimat itu, karena keduanya telah menyaksikannya sendiri bagaimana dia berubah menjadi liar raksasa demi keselamatan keduanya.
"Tapi aku rasa dia berbeda dari yang ini."
"Ya, kau benar."
Keduanya sangat inga atas apa yang terjadi saat itu.
"Apakah vaksin itu telah menyebar? Lantas apa yang akan kita lakukan jika kasus ini mengarah ke sana?."
"Kita harus melakukan suatu kemungkinan, jangan sampai dia juga lepas kendali."
"Baiklah kalau begitu."
Keduanya sedang merencanakan sesuatu, tentu saja demi menyelamatkan Renn, keduanya tidak ingin pemuda itu mengalami hal yang sulit. Tapi melakukan apa?.
...****...
Di sebuah tempat yang tersembunyi.
Organisasi baru yang diciptakan untuk mengatasi masalah-masalah yang tidak masuk akal, di luar nalar manusia.
"Telah terjadi beberapa kasus aneh, di mana ada ular raksasa yang memangsa manusia."
Seorang laki-laki 30 tahunan, sebagai pemimpin mereka sedang menerangkan kepada mereka atas masalah yang akan mereka hadapi.
"Beberapa kasus yang sama terjadi, hampir sama persis, dan belum ada yang mengetahui bagaimana mereka bisa menjadi ular raksasa."
Begitu banyak penjelasan yang ia berikan kepada anak buahnya, bahkan menjelaskannya dengan video seseorang yang bisa berubah menjadi ular raksasa?.
"Dalam kejadian ini, tim forensik kita yang dapat mengidentifikasi pelaku yang telah tewas? Mereka menemukan adanya vaksin aneh terdapat di dalam darah mereka." Kali ini menunjukkan bagaimana hasil dari penelitian itu. "Namun belum diketahui apa penyebab kematian mereka, karena tidak ada seditpun tanda-tanda kekerasan, ataupun pembunuhan."
"Jadi itu masih misteri buat kita?."
"Aku rasa seperti itu."
"Apakah kita tidak bisa menemukan asal usul vaksin itu?."
"Sayangnya lokasi itu tidak terdeteksi sama sekali, namun kita tetap mencoba yang terbaik, demi kelangsungan hidup bermasyarakat."
"Tapi ini akan menjadi masalah yang rumit, kita belum mengetahui siapa dalang di balik ini semua."
Mereka terdiam sambil memikirkan itu, tentu saja mereka ingin masalah itu segera diselesaikan dengan cepat. Masalah manusia ular?. Apa itu?. Sangat di luar nalar manusia normal pada umumnya. Lantas apa yang akan mereka lakukan?.
...*** ...
Renn on.
Anak-anak di sini sangat luar biasa, aku melihat mereka sepertinya memiliki mimpi masa depan yang baik. Aku rasa ini patut mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah daerah setempat. Tapi kenapa malah dibiarkan begitu saja?. Apakah mereka tidak pernah melakukan survei?. Mungkinkah ada hal yang terlupakan oleh mereka?. Sangat disayangkan sekali, kenapa tidak ada yang memperhatikan anak-anak ini?. Padahal mereka memiliki segudang keterampilan yang sangat luar biasa, tapi kenapa mereka sama sekali tidak dapat melihat ini?. Oh!. Rasanya aku tidak sanggup berada di sini berlama-lama menyaksikan apa yang mereka lakukan.
Renn off.
"Ternyata mereka memiliki bakat yang hebat pak ryuzaki." Renn merasa kagum dengan apa yang anak-anak itu lakukan. Ia tidak menyangka bahwa bakat luar biasa akan segera hadir di sini jika diasuh dengan baik. "Jika diasah dengan baik, aku yakin mereka akan menjadi lebih baik lagi." Entah kenapa ia merasakan hal yang seperti itu. "Mereka akan menjadi orang yang sangat hebat jika mereka diperhatikan lebih baik lagi." Ada perasaan yakin yang ia rasakan pada saat itu. Sungguh, ia ingin mereka menjadi anak-anak yang sangat sukses di masa yang akan datang.
"Mata anda sangat jeli sekali renn san." Pak Ryuzaki tersenyum kecil, namun tatapan matanya mengandung kesedihan yang mendalam. "Anak-anak itu memiliki mimpi yang luar biasa, hingga hatiku tersentuh untuk membantu mereka mewujudkan impian mereka." Senyum kecil lagi-lagi mengembang di wajahnya, namun rasanya berbeda dengan suasana hatinya itu.
"Lalu apa yang akan anda lakukan pak ryuzaki? Kenapa anda tidak mengatakan itu pada pemerintah?." Renn sedikit penasaran, apakah pak Ryuzaki benar-benar mau mewujudkan impian mereka?.
"Saya berencana ingin mengajukan permohonan pada pemerintah daerah agar memberikan pelatihan khusus pada mereka, namun sepertinya tidak bisa." Ucap pak Ryuzaki dengan nada sedih.
"Kenapa?." Renn penasaran mengapa permohonan tersebut ditolak. Sesekali matanya menatap sekitar, dan saat ini mereka berada di halaman belakang panti asuhan.
Mereka berjalan cukup jauh, tanpa sadar mereka telah mengitari halaman belakang panti asuhan. Saat itu mereka tidak berbicara sedikitpun, sehingga suasana terasa sangat aneh. Renn saat itu merasakan perasaan yang tidak enak dengan sikap pak Ryuzaki yang membawanya sejauh itu.
"Entah mengapa aku merasakan akan ada kejadian yang tidak menyenangkan setelah ini, perasaanku mengatakan bahwa-." Dalam hati Renn merasakan adanya ancaman yang berbahaya. Hatinya mengatakan akan ada ancaman bahaya yang akan ia terima dengan gelagat aneh yang ditunjukkan oleh pak Ryuzaki.
Deg!.
"Itu karena mereka mengatakan-!." Pak Ryuzaki menghentikan langkahnya, juga ucapannya. Hawa hitam aneh menyelimuti tubuhnya. Seakan-akan itu adalah ungkapan suasana hatinya yang sedang tidak baik-baik saja. Hatinya yang kecewa dengan sikap orang-orang yang tidak pernah peduli lagi dengan kondisi panti itu, ataupun kondisi anak-anak yang tinggal di panti. Hanya satu yang pasti adalah, hatinya sangat sedih, tidak bisa merasakan kebahagiaan yang dapat ia rasakan seperti dahulu.
"Lihatlah? Gelagat mencurigakan seperti dikebanyakan film yang aku lihat dikala senggang, aku melihat seseorang yang merasa kecewa, marah atau sedih-." Dalam hati Renn mencoba menebak apa yang akan terjadi. "Oh tidak! Mengapa aku malah menghadapi situasi seperti di drama begini?." Renn merasakan perasaan yang tidak enak, entah mengapa firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Dan benar saja, ketika pak Ryuzaki membalikkan badannya, saat itu juga Renn melihat ada sisik di tubuh pak Ryuzaki. Renn terkejut dengan apa yang ia lihat, benarkah sisik itu adalah sisik ular?
"Sisik? Kok bisa ada sisik gitu di tubuh pak Ryuzaki? Oiya ampun?! Bisakah aku segera menghilang dan pura-pura tidak melihat kejadian aneh ini?!." Teriak Renn penuh ketakutan yang sangat luar biasa. "Jadi benar apa yang dilihat oleh wanita itu? Kenapa malah jadi benaran kasus aneh ini?." Siapa yang tidak panik menghadapi kenyataan itu?. Siapa yang menduga jika kasus aneh itu ia yang menghadapinya?. Oh, ini sangat buruk sekali untuk kesehatan jantungnya.
...***...
Di sebuah Gereja.
Saat itu ada seorang pendeta yang sedang melihat bagaimana situasi gereja yang sepi. Namun saat itu hatinya merasakan getaran yang cukup aneh.
"Aku kembali merasakan adanya hal yang tidak beres." Dalam hatinya saat itu ingat dengan sosok Renn, pemuda yang cukup akrab dengannya. "Aku harap dia baik-baik saja." Dalam hatinya hanya berharap seperti itu.
"Aku mengetahui kau telah melewati hari yang sangat kejam, tapi aku yakin kau adalah orang yang sangat kuat." Ingatannya kembali ke masa lalu ketika bertemu dengan Renn, kejadian itu tidak akan bisa ia lupakan begitu saja. "Bertahanlah renn, semoga saja kau bisa mengimbangi dunia yang kejam ini." Itulah harapannya.
...***...
Sementara itu pak Ryuzaki.
"Orang miskin tidak seharusnya dibantu!. Bekerja tidak mau!. Malah minta-minta sambil mengemis? Kau pikir kami orang kaya seperti apa?!." Suara Pak Ryuzaki terdengar seperti orang marah. Kemarahan itu mengandung kebencian, hingga Renn dapat merasakan aura kemarahan itu seakan menerpa tubuhnya.
"Tenanglah tuan ryuzaki." Renn hampir kehilangan kata-kata.
"Mereka berkata seperti itu padaku!." Amarahnya yang kini tidak bisa ia kendalikan lagi. Kemarahan yang tidak bisa ia tahan lagi, kemarahan itu hendak meledak sekarang. Kemarahan yang selalu membuatnya menjadi orang yang mudah jatuh ke dalam lubang kegelapan.
"Tenanglah pak Ryuzaki." Renn mencoba untuk menekan perasaan takutnya, hingga ia memanggil Ryuzaki dengan aneh. "Mari kita bicara dengan baik, tenangkan diri anda, saya akan mendengarkan apapun keluhan anda." Renn terus mencoba untuk menenangkan Pak Ryuzaki, walaupun ia tidak yakin apakah dengan cara seperti itu ia dapat melakukannya.
Akan tetapi pak Ryuzaki sama sekali tidak menanggapinya, sepertinya ia sedang fokus akan sesuatu, ia tidak bisa melakukannya begitu saja, sehingga ia benar-benar akan melakukan ke arah sana? Memangnya ia mencoba melakukan apa sehingga ia terlihat semakin menyeramkan seperti itu?.
"Sepertinya, kemarahan telah menguasai tubuh pak Ryuzaki, hingga ia tidak mau lagi mendengarkan aku." Renn mulai panik?. Meskipun Renn berusaha meredam amarah pak Ryuzaki, namun tetap saja, lelaki setengah baya tersebut tidak dapat menahannya. Malahan ia semakin marah, ia hampir tidak dapat mengendalikan dirinya karena kemarahan yang ia rasakan.
"Mengapa mereka malah memandang kami seperti itu?! Kenapa mereka berbuat jahat kepada kami?!." Sayangnya kemarahan yang dirasakan oleh Pak Ryuzaki tidak bisa ia kendalikan lagi. Hingga ia menjadi ular?. "Rasanya sangat menyakitkan!." Bukan hanya bentuk saja yang berubah, akan tetapi suaranya semakin terdengar menyeramkan.
"Apaan ITU?!." Teriak Renn dengan suara bergetar karena terkejut melihat perubahan wujud pak Ryuzaki menjadi ular cobra raksasa?. "Oh Tuhan! Mimpi apa aku semalam menyaksikan manusia jadi ular raksasa begini?!." Sungguh ia tidak menyangka akan jadi seperti ini?. Wajahnya terlihat pucat, dan paling parahnya adalah kakinya seperti terpasak dengan kuat ke tanah. Sehingga ia kesulitan untuk menyeret langkahnya.
"Kau pikir dengan menangkan aku?! Kau bisa mengembalikan apa yang telah terjadi?." Hawa kemarahan yang tidak biasa yang ditunjukkan oleh Ular Cobra Raksasa itu semakin terasa menyeramkan. Renn benar-benar tidak dapat melawan hawa itu begitu saja.
"Siapa saja? Katakan padaku bahwa aku sedang main dorama! Dan mana sutradaranya?!." Teriakan prustasi, itulah yang dirasakan Renn saat ini.
Baru kali pertama Renn melihat manusia bisa berubah menjadi ular?. Lalu bagaimana caranya ia menyelesaikan kasus ini?. Apakah ia akan berakhir dengan mengenaskan karena tidak dapat melarikan diri?. Kenapa ia bisa berada di dalam situasi yang sangat sulit seperti ini?. Katakan padanya ia sedang tidak bermain peran drama dadakan yang genre horor seperti ini?.
"Kalian semua itu sama saja! Tidak memiliki hati nurani!." Ular Cobra Raksasa itu membuka lebar mulutnya, seperti hendak menerkam tubuh Renn yang terpaku di tempatnya. "Matilah kau!."
"Uooo hua!." Renn sangat panik ia berusaha melarikan diri dari sana, lebih tepatnya lari dari kejaran ular cobra raksasa itu. "Oiya ampun! Ini benaran asli terjadi padaku?!." Renn sangat tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Tapi sebisa mungkin ia melarikan diri dari sana. Ia tidak mau terbunuh dengan sia-sia jika ia tidak melarikan diri.
"Jangan lari kau! Tidak ada gunanya kau melarikan diri!." Setidaknya seperti itulah yang diteriakkan ular itu dengan suara yang sangat menyeramkan. Ia mengejar Renn dengan meliuk-liukkan tubuhnya, benar-benar ular cobra raksasa yang sangat menyeramkan. Tapi ia tidak mudah mengejar Renn karena tubuhnya yang tidak bisa masuk ke gang sempit. Ia naik diantara gedung yang tinggi, ia tidak akan membiarkan Renn melarikan diri begitu saja.
Kasus kali ini sepertinya sangat aneh, bagaimana bisa manusia menjadi ular?. Mengapa semua itu bisa terjadi?. Renn sama sekali tidak mengerti, kenapa kasus aneh ini bisa ia dapatkan?. Apa yang menyebabkan orang itu bisa berubah bentuk menjadi ular cobra raksasa?. Pasti ada yang bisa menjelaskan itu semua. Akan tetapi saat ini Renn harus bisa menyelamatkan dirinya, mencari tempat yang aman agar bisa menyampaikan dengan baik pada Yui dan Mika mengenai keanehan pada Pak Ryuzaki yang sebenarnya. Apakah ia bisa selamat?.
Renny yang dalam keadaan panik berusaha untuk menenangkan dirinya. Bisakah Renn Akiyama mengatasi kasus itu?. Atau berhenti setelah aman dari kejaran ular tersebut?. Bagaimana kelanjutannya?. Apakah Renn akan baik-baik saja?. Apakah benar ia hanya bermain drama?. Simak dengan bagaimana kisah selanjutnya. Next.
...****...
...***...
Renn on.
Ternyata kisah ini masih berlanjut, saat itu sedang melahirkan diri, atau lebih tepatnya melarikan diri dari kenyataan bahwa aku sedang dalam bahaya. Kenapa aku bisa mengalami hal yang paling mengerikan di dalam hidup ini?. Kesalahan apa yang telah aku lakukan sehingga aku mengalami hal yang parah seperti ini?. Dalam keadaan panik seperti itu aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, dan kepada Tuhan. Kenapa Tuhan memberikan aku keadaan yang sulit seperti ini?. Kenapa Tuhan memberikan bahaya seperti ini padaku?. Aku berpikir bahwa Tuhan tidak sayang padaku lagi, sehingga Tuhan menebaknya situasi yang sangat tidak aku inginkan ini. Tuhan ingin mencabut nyawaku dengan keadaan seperti ini, aku sangat takut sekali. Apa yang harus aku lakukan dalam situasi seperti ini?.
Renn off.
Tanpa banyak bacod!!!.
Rettsu baca!!!.
Renn bersembunyi di balik tembok yang agak tinggi, kakinya sampai gemetaran menahan rasa takut yang menyelimutinya. Nafasnya terasa sangat sesak, kepalanya terasa sangat sakit karena ia berlari ke sembarangan arah. Ia tidak dapat memikirkan apapun selain menyelamatkan dirinya dari kejaran ular cobra raksasa yang sangat menyeramkan itu. Apakah ia akan berkahir seperti ini?. Apa yang harus ia lakukan di dalam keadaan seperti itu?.
"Ini sangat gawat!." Nafasnya terengah-engah karena berlari sangat kencang. Ia tidak dapat memikirkan apa-apa lagi selain menyelamatkan dirinya. "Bagaimana bisa aku mengatakan pada mika juga yui?!. Kalau aku sedang dalam keadaan gawat seperti ini?." Renn benar-benar gregetan setengah mati. Kepalanya sakit memikirkan kejadian yang sangat aneh ini. "Ah!. Rasanya aku sangat gila karena situasi dadakan ini membuat aku menjadi sangat gila." Dalam hati Renn tidak adalah membayangkan kematian seperti apa yang akan ia terima nantinya.
Renn on.
Kasus macam apa ini?. Baru pertama kali ini menghadapi kasus aneh seperti ini!. Rasanya ini membuatku shock!. Tapi untung saja aku berhasil kabur dari kejaran ular cobra raksasa itu!. Pak Ryuzaki!. Mengapa anda malah terlihat mengerikan dalam hal aneh?. Siapa yang membuat anda berubah seperti itu?. Ah!. sialan lah!. Rasanya aku tidak sanggup untuk melakukan ini lagi!. Padahal sebelumnya sangat normal, tapi kenapa malah tiba-tiba seperti ini?. Kenapa aku menghadapi situasi yang sangat tidak aku inginkan?. Apakah selama ini aku selalu berada di dalam yang aman sehingga aku merasakan situasi yang berbahaya seperti ini?. Apakah Tuhan sedang menguji diriku dengan kondisi yang berbahaya ini?. Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang telah terjadi. Aku sangat ketakutan saat ini, rasanya aku ingin lari dari semua masalah ini. Rasanya aku tidak sanggup untuk menghadapi situasi yang seperti ini. Rasanya terlalu mendadak bagiku, sehingga aku tidak bisa menerima kenyataan ini begitu saja. Sakit, rasanya sangat menyakitkan hingga membaut aku ketakutan.
Renn off.
Kepalanya sangat sakit memikirkan hal yang mustahil yang ia rasakan pada saat itu. Semakin berdenyut sakit, begitu juga dengan nafasnya yang semakin memburu di dalam ketakutan yang ia rasakan.
"Jika memilih kasus perselingkuhan aku lebih memilih kasus itu dari pada ini." Renn benar-benar panik, sangat panik hingga ia berkata-kata aneh. Ia jadi geregetan saking bingungnya mendapatkan kasus yang membuatnya hampir kehilangan nyawa karena kejaran ular cobra raksasa?. Ini bukanlah sesuatu yang dilakukan oleh seorang detektif.
Di saat Renn sedang ngedumbel tidak jelas, di saat itulah ular raksasa yang masih mengejarnya itu muncul dari atas tembok?. Renn semakin ketakutan melihat wujud ular raksasa yang menakutkan itu. Ular Cobra Raksasa itu benar-benar tidak melepaskan dirinya begitu saja, dan tidak akan pernah melepaskan dirinya sebelum ia menancapkan gigi taringnya yang tajam itu ke tubuh Renn.
"Apa ini?. Aaa aku lupa bahwa ular itu memiliki penciuman yang tajam, jadi wajar dia menemukan aku." Dalam hati Renn lupa akan hal itu. "Tapi kenapa dia ingin membunuhku?!." Renn sangat panik, ia tidak tahu harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini. Hingga kakinya tidak bisa digerakkan lagi melihat betapa besar dan runcingnya gigi ular dengan mulut menganga lebar yang siap menerkam tubuhnya.
"Tapi tunggu, kenapa tubuhku rasanya sangat sulit untuk digerakkan?!. Ayolah!. Apakah aku akan berakhir begitu saja?." Ia berusaha untuk menggerakkan kakinya, entah kenapa pada saat itu kakinya seperti sedang terpaku seperti ada magnet yang menariknya ke dalam bumi. Mata Renn melebar sempurna, wajahnya pucat pasi karena takut melihat betapa besar dan runcingnya gigi ular cobra raksasa itu.
Deg!!!.
Seketika itu seperti di seret oleh dimensi kegelapan. Sekitar seketika menjadi gelap gulita, ia seperti tidak merasakan dirinya lagi. Ada sosok lain yang sedang berusaha untuk mengambil ali kesadaran yang ia miliki, sehingga pikirannya saat itu melayang entah kemana karena tidak dapat merasakan dirinya lagi saat itu.
"Haaaa aak!." Renn benar-benar pasrah dengan keadaannya sekarang. "Sepertinya aku memang berakhir di sini. Mika, yui, maafkan aku. Aku tidak bisa pulang malam ini untuk menemui kalian lagi." Ia benar-benar pasrah jika hari ini ia mati. Matanya hanya dihiasi oleh kegelapan yang membawanya pada putus asa. "Cukup sampai di sini saja kebersamaan yang telah kita lalui." Renn benar-benar pasrah dengan kenyataan itu. Memang terasa sangat menyakitkan saat kau tidak bisa berbuat apapun dalam situasi seperti itu.
Namun sayup-sayup ia mendengar suara bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk melakukan hal gila?. Entah mengapa ia menyeringai kecil dalam keadaan seperti ini?. "Kau harus sadar dengan siapa dirimu yang sebenarnya." Dalam situasi seperti itu, bisikan itu terasa sangat jelas di telinganya. Tapi saat itu ia tidak bisa menanggapinya dengan baik, karena ia sama sekali tidak bisa bergerak.
"Khaaaaaaaaa!." Hanya suara seperti itu yang ia dengar. Entah itu suaranya atau bukan, ia juga tidak mengetahuinya sama sekali.
Sementara itu di alam nyata, ular itu telah menargetkan mangsanya. Ia telah siap menerkam mangsanya yang sudah tidak bergerak. Namun ketika Renn hampir mendapatkan kesadaran lain, telinganya menangkap suara letusan yang cukup keras, hingga ia benar-benar sadar?.
DOR!!!.
Renn mengalihkan pandangannya, suara tembakan keras, ah lebih tepatnya suara meriam besar dilepaskan oleh seseorang. Mata Renn menatap tajam ke arah lelaki itu, kemudian ia alihkan pandangannya ke atas namun ia tidak melihat keberadaan ular itu, yang ada hanya tembok itu retak dan bolong.
"Eh?!." Renn sangat terkejut melihat itu, matanya sampai melotot lebar karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat pada saat itu. "Tadi itu suara apa?. Kenapa suara itu mengejutkan aku?. Kenapa suara itu sangat keras sekali?." Renn sama sekali tidak mengerti dengan situasi yang ia alami saat ini.
"Yosh tembakan yang bagus!." Ucapnya dengan nada semangat karena berhasil melumpuhkan ular cobra raksasa tersebut. "Aku memang sangat hebat." Ia memuji dirinya sendiri setelah melakukan itu dengan sangat baik.
"Hah?!. Ucapan macam apa itu?. Apakah dia tidak tahu dia nembak apa barusan?!." Renn menatap tidak suka pada lelaki itu, ia ingin memarahi lelaki itu, namun ucapan lelaki itu. "Kenapa dia berkata seperti itu dengan sangat tenang sekali?. Dia ini manusia atau apa?. Apakah kau pikir ini adalah dunia game?." Dalam hati Renn sangat heran dengan sikap laki-laki itu. Ia tidak tahu harus berkata apa karena shock dengan apa yang terjadi. Beberapa kali ia menghela nafasnya dengan sangat lelah, seperti hendak menyampaikan sesuatu pada laki-laki itu, tapi ia juga malah bingung sendiri mau berkata seperti apa.
"Yho!. Kau masih hidup dari kejaran ular cobra itu?." Dengan santainya lelaki itu menyapa dirinya?. "Kau masih beruntung karena kau masih selamat dari maut. Kau adalah satu-satunya umat yang berhasil selamat berkata bantuan dariku." Dengan percaya diri ia berkata seperti itu?. Apakah dia tidak menyadari dengan apa yang telah ia katakan?.
"Siapa lelaki ini?. Mengapa dia sangat santai sekali?. Apakah dia tidak tahu apa yang ia lakukan?." Dalam hati Renn mencoba menebak apa yang terjadi sebenarnya. "Kenapa dia terlihat sangat senang setelah apa yang ia lakukan?. Apakah dia tidak mengerti telah melakukan apa?." Dalam hatinya yang sedang dipenuhi gejolak emosi yang sangat membuncah. "Dia telah membunuh pak ryuzaki tapi dia malah terlihat senang." Ingin rasanya Renn menangis menahan perasaan sesak yang ia rasakan.
"Hum?!. Kau masih aman bocah?." Karena tidak ada tanggapan dari Renn ia melambaikan tangannya ke arah Renn yang tidak menanggapinya sama sekali. "Apakah perlu aku antar kan ke rumahmu?." Dengan nada bercanda ia berkata seperti itu. Apakah dia masih bisa bercanda dalam keadaan seperti itu?. Apakah dia masih memiliki jiwa humor setelah membunuh seseorang?. Ingin rasanya Renn menghajar orang itu untuk melampiaskan rasa sakit hati yang ia rasakan.
"Apa?!. Apa yang kau lakukan pada ular itu?!." Amarah Renn sangat membuncah, nafasnya naik turun menahan emosi yang mendesak paru-parunya. "Kenapa kau menembaknya!." Bentaknya dengan suara yang sangat keras, ada gejolak amarah yang ia rasakan pada saat itu. Hatinya sangat tidak terima dengan apa yang terjadi, ia tidak bisa menerima kenyataan itu. "Kenapa kau membunuhnya!." Teriak melampiaskan kemarahannya dengan menendang tembok itu dengan sangat kuat.
"Heh!." Lelaki itu mendengus kecil, ia menghampiri Renn yang masih shock?. Ia menatap remeh ke arah Renn yang memiliki mental lemah. "Tentu saja membunuhnya." Dengan entengnya lelaki itu menjawab pertanyaan Renn. Santai dan tenang tanpa adanya perasaan bersalah sedikitpun.
"Hah?. Kau membunuhnya?!." Renn yang masih dalam keadaan panik seakan tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Membunuh?!. Maksudnya dia membunuh pak ryuzaki?!." Degup jantung Renn seakan berpacu kencang mendengarkan apa yang dikatakan oleh lelaki itu?. "Kenapa kau malah membunuhnya!." Nafasnya benar-benar sangat sesak, hatinya sangat sakit mendengarkan apa yang dikatakan oleh lelaki itu. Jika ia tidak dapat menahan amarahnya, pasti ia lepas kendali.
"Iya, aku membunuhnya. Lalu kenapa memangnya?. Kau mau apa?!. Hum?!." Lelaki itu malah balik bertanya, ia menatap Renn yang menggigil ketakutan.
"Kau bercanda?!. Ular itu jelmaan manusia loh!." Saking marahnya ia bergerak dengan alaminya. "Bagaimana bisa kau membunuhnya hanya dengan sekali tembakan seperti itu?!. Kau baru saja membunuh seorang manusia!." Rasa kesal, benci, dan marah menyelimuti hati Renn, bagaimana bisa orang ini melakukannya?. "Kau telah membunuh seseorang, tapi kau masih saja bersikap dengan santai!." Renn hampir saja hilang kendali karena apa yang ia dengar dari laki-laki itu. Sungguh kepalanya semakin ingin meledak mendengarkan ucapan laki-laki itu.
Lelaki itu tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Renn. Dimana letak lucunya?. Mengapa lelaki itu malah menertawainya?. Apakah dia gila bisa tertawa dalam kondisi itu?.
Lelaki itu mendekat ke arah Renn sambil menghentikan tawanya.
"Benar-benar gila ni laki-laki, apakah dia tidak merasa berdosa sedikitpun karena telah membunuh orang lain?. Orang macam apa dia?." Dalam hati Renn sangat kesal saat melihat laki-laki itu mendekatinya.
"Dengarkan aku baik-baik bocah!." Lelaki itu menepuk pundak Renn, membuat Renn sedikit terperanjat kaget.
"Orang yang!." Ingin rasanya Renn memukul orang itu hingga mati. Apalagi dengan apa yang dibisikkan oleh lelaki itu.
Deg!!!.
Dunianya hampir saja berhenti berputar saat ia mendengarkan apa yang dibisikkan oleh laki-laki itu padanya.
"Begitulah." Ucap lelaki itu sambil tersenyum kecil. Lelaki itu kemudian menepuk pundak Renn beberapa kali, setelah itu pergi begitu saja meninggalkan Renn yang terlihat sangat shock.
Renn on.
Rasanya aku tidak percaya dengan apa yang ia katakan padaku, mengapa semua ini bisa terjadi?. Manusia ular?. Balas dendam?. Dan bisa ular?. Bisa bukan bisa melakukan namun berbisa atau bisa ular yang mematikan. Aku belum tahu apa maksudnya. Rasanya kepalaku sangat berdenyut sakit saat lelaki itu mengatakan jika manusia yang telah melakukan suntik menjadi ular untuk balas dendam ia tidak akan pernah kembali lagi menjadi manusia?. Lalu pikiranku terlintas pada anak-anak panti asuhan. Bagaimana nasib mereka jika mengetahui pak ryuzaki telah tiada?. Bagaimana aku menjelaskan kepada mereka?. Bagaimana aku mengatakan pada mereka, jika pak Ryuzaki meninggal?. Ah!. Kepalaku terasa pusing, sakit, ingin meledak. Bisakah aku berpura-pura tidak melihat kejadian hari ini?. Rasanya hatiku sangat sakit membayangkan kejadian yang menyakitkan ini.
Renn off.
Dalam keadaan seperti itu Renn hanya bisa menangis sedih, ia tidak bisa berbuat banyak. Hatinya sangat sakit memikirkan semua kejadian diluar dugaannya yang tidak masuk akal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!