NovelToon NovelToon

PENYESALAN TERDALAM CEO AROGAN

Work Report

Angin malam menemani seorang pria yang sedang menatap perkotaan dari atas gedungnya. Ia sendiri, terdiam dalam sepi di tengah keramaian kota. Satu helikopter pun menjadi temannya di sana. Menanti kabar kepastian akan seseorang yang ditunggunya. Namun, kabar itu belum didapatkannya.

Sesekali ia melihat jam tangan mahal di tangannya. Ia perhatikan jarum jam yang menunjukkan pukul berapa. Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam saja. Entah berapa lama ia sudah berada di sana.

Ia adalah Jake, anak dari Thompson, seorang pengusaha batu bara yang kini berdikari dengan memimpin sebuah perusahaan raksasa terkemuka. Ia memiliki 50% saham yang ada di perusahaan tersebut dan berhasil mengakuisisi sebuah perusahaan kredibilitas terbaik di bidang arsitektur. Tapi sayang, kini ia terdiam dalam sepi.

Tak berapa lama, datang seorang pria berbadan tegap menghampirinya. Pria itu berkaca mata hitam dengan postur tubuh proporsional. Mengenakan setelan jas hitam dengan earphone penghubung di telinganya. Layaknya alat komunikasi rahasia yang hanya dimiliki olehnya. Ia pun menghadap Jake yang sedang terdiam menatap perkotaan di sana.

"Tuan." Dengan patuh dan sopan ia menyapa Jake.

Jake berbalik. Busana kerja yang ia pakai tampak tak beraturan di saat malam sudah datang. Kancing kemejanya terbuka dua dengan jas hitam yang tak lagi dikancingkan. Rambutnya juga sudah mulai panjang seperti tiada sempat lagi dirapikan. Ia begitu sibuk dengan bisnis besar yang digelutinya hingga tak sempat mempersolek diri.

"Bagaimana, sudah ada kabar?" tanya Jake kepada pria yang datang itu.

"Tuan, nona Lilia memang pergi ke Dubai bersama tuan Alexander," kata pria itu yang membuat Jake terkejut.

"Ke Dubai?" Jake berusaha tenang mendengar kabar ini.

"Ya, Tuan. Pihak maskapai penerbangan mengonfirmasi jika penumpang atas nama mereka berangkat menggunakan jasanya hari ini. Apakah kita harus segera menyusulnya ke sana?" tanya pria itu.

Jake berbalik. Ia mengepalkan tangan. Ia tatap lagi perkotaan yang masih ramai kala malam. Hatinya bergemuruh mendengar kabar ini. Ternyata kabar tak mengenakan harus diterimanya malam ini.

Jake menarik napas dalam-dalam. Ia berusaha tenang di hadapan anak buahnya. Ia mengambil kotak rokok dari balik jas hitamnya. Ia hidupkan satu puntung rokok itu lalu menghisapnya. Ia berusaha menenangkan pikirannya.

"Ada kabar lain?" tanyanya seraya mengembuskan asap rokok itu.

"Kabar lain mengenai tuan Biden," ucap pria itu kemudian.

"Apa?" tanya Jake singkat.

"Tuan Biden bertemu nona Lara di Hotel Romance pada sore tadi," jawab pria itu.

"Sudah dapat rekaman CCTV-nya?" tanya Jake sambil menghisap rokoknya.

"Sudah, Tuan. Mereka tidak melakukan apa-apa di hotel tersebut, hanya sebatas mengobrol. Kotak hitam kamarnya juga sudah kami dapatkan. Tuan bisa mengecek rekamannya sendiri." Pria itu tampak memuaskan Jake dengan kinerjanya.

"Baik. Nanti aku akan mengeceknya. Terima kasih." Jake pun berterima kasih kepada pria itu.

"Baik, Tuan. Permisi."

Pria itu pun segera undur diri sambil membungkukkan badannya. Ia berlalu dan meninggalkan Jake sendiri di atas gedung. Ia telah selesai melaporkan pekerjaannya. Sementara Jake masih menikmati puntung rokoknya yang terbakar.

Lilia, kau terlalu jauh bermain-main!

Tak berapa lama Jake membuang puntung rokok itu lalu menginjaknya dengan sadis. Ia matikan puntung rokoknya sampai tidak berbentuk lagi. Bak melampiaskan kekesalan di hatinya. Jake seperti orang yang kehabisan udara di tengah dinginnya malam. Seakan udara itu semakin menipis dan tiada lagi di sekitarnya. Ia pun berjuang untuk mendapatkan udara itu kembali.

Ia mencengkeram kuat pagar pembatas atas gedungnya. Jantungnya berdegup kencang bak gemuruh ombak di lautan. Hatinya terasa perih mendengar kabar seorang wanita yang dinanti. Ia tidak terima, namun ia juga tidak bisa gegabah untuk mengambil keputusan secepatnya. Ia tahu akan berhadapan dengan siapa dan apa konsekuensinya. Jake harus memikirkannya dalam-dalam tindak-tanduknya.

Dark Meet

Di lain tempat...

Di sebuah bar tertutup, seorang wanita berblus hitam duduk santai sambil menghisap sebatang rokoknya. Asap rokok itu ia embuskan ke depan wanita berambut hitam yang dibiarkan tergerai panjang. Wanita itu pun tampak risih dengan asap rokok yang mengenainya. Tapi ia tidak dapat meminta hal itu dihentikan. Karena wanita yang merokok itu adalah bos barunya. Orang yang mempekerjakannya.

Jam di dinding bar menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Botol-botol bir dan gelas-gelas kaca terpajang di dekat mereka. Lampu bar yang redup pun seakan menambah kesan gelap sekelilingnya. Namun, sepertinya hal itu tidak menyurutkan pembicaraan mereka.

Mereka adalah Lea, istri dari Jake Thompson dan juga Bian, musuh bebuyutan Lilia. Kedua wanita itu tengah duduk bersama di depan sebuah meja bundar yang ada di bar tertutup pinggir kota ini. Yang mana di dalam ruangan itu hanya ada keduanya. Tidak ada orang lain atau pelayan bar di sana. Pertemuan mereka seperti sudah dikondisikan sebelumnya.

"Bagaimana kemajuan misimu?" Wanita berblus hitam itu bertanya kepada Bian seraya mengapit batang rokoknya.

Bian tampak kikuk. "Nyonya, tuan Jake tidak mudah tergoda dengan hal yang saya lakukan. Saya sudah berusaha keras untuk menggodanya," tutur Bian kepada Lea.

Lea mengembuskan asap rokoknya. Ia mengangguk pelan lalu membuang abu pembakaran rokoknya itu ke dalam asbak. Raut wajahnya menyiratkan ketidaksabaran akan misi yang ia berikan. Tapi nyatanya, laporan yang Bian berikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

"Apakah ada sesuatu yang menyulitkanmu?" tanyanya kepada Bian lalu mengambil gelas birnya.

Bian menelan ludahnya. "Saya rasa ... memang dari tuan sendiri yang tidak tertarik, Nyonya. Sedang yang lain tampak biasa saja. Mereka tidak menganggu saya." Bian menuturkan perihal karyawan Jake.

Lea menatap ke langit-langit bar yang dipenuhi bohlam kuning temaram. Ia mengingat sesuatu kejadian yang pernah terjadi sebelumnya.

"Dulu Lilia juga bilang gitu. Tapi akhirnya dia berkhianat padaku. Aku harap kau tidak seperti dirinya." Lea menatap tajam ke arah Bian.

Bian menelan ludahnya, merasa takut dengan tatapan tajam Lea. "Baik, Nyonya." Bian pun gugup bukan main karenanya.

Lea mematikan puntung rokoknya. "Sebenarnya mudah saja bagiku untuk melenyapkan Lilia. Tapi urusanku masih belum selesai dengan Jake. Maka dari itu aku menundanya." Lea menceritakan.

Bian diam. Ia tidak berani berkata apa-apa. Aura membunuh itu begitu kuat ia rasakan dari seorang wanita yang duduk di hadapannya. Bian pun ciut saat mengetahui bagaimana pola pikir Lea yang sesungguhnya.

Lea Kenandra adalah seorang putri semata mayang yang dibesarkan di lingkungan keluarga kaya raya. Ia tumbuh sebagai sosok wanita arogan dan suka memerintah. Ia juga sosialita kelas kakap yang suka memamerkan harta. Namun sayangnya, ia terlalu ambisius dalam mencapai keinginan. Tanpa peduli lagi itu haknya atau bukan.

Usianya kini genap tiga puluh lima tahun dengan tubuh tinggi dan langsing. Ia mempunyai rambut pirang panjang yang lurus dan juga berkilau. Parasnya terlihat sadis dan licik dengan tatapan tajam yang mematikan. Lea dapat memiliki apa saja yang ia inginkan sekalipun branded termahal. Ia mempunyai uang dan kedudukan di dalam keluarganya. Ia adalah Lea Kenandra.

Bian sendiri adalah musuh bebuyutan dari Lilia Hana. Mereka bergelut di bidang yang sama namun berbeda tujuan. Jika Lilia mendapat bayaran untuk membuat bukti palsu agar kliennya dapat memenangkan sidang perceraian, Bian sendiri menjadi peliharaan bos-bos besar untuk meraup keuntungan.

Agreement

Lilia dan Bian bekerja di dunia yang sama namun berbeda tujuan. Karena itulah mereka seringkali bertemu dan mematahkan. Namun sayangnya, Lilia selalu menang atas Bian. Dan hal terparah yang pernah Lilia lakukan adalah mengadukan perselingkuhan Bian kepada istri sah dari bos besar yang Bian dekati. Sehingga hal itu membuat Bian masuk rumah sakit dengan luka yang bertubi-tubi. Bian juga harus mendapat cemoohan dari banyak orang. Tak lain dan tak bukan karena pengaduan Lilia. Keduanya bak kucing yang selalu saja bertengkar.

"Nona Bian, aku telah memberimu uang muka sebanyak seratus juta. Berikan padaku kabar gembira atas uang yang kau terima. Jangan menundanya apalagi mengingkarinya. Karena aku tidak suka menunggu. Aku juga tidak segan melakukan kekerasan." Lea berkata lagi yang membuat Bian berpikir cepat untuk menyelamatkan diri.

Bian mengingat-ingat hal apa saja yang berhasil ia lakukan selama ini untuk menggoda Jake. "Nyonya, aku sudah berusaha keras untuk menggoda tuan. Tapi tuan memang tidak pernah memberi peluang untukku sama sekali. Sampai detik ini pun aku tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangannya setelah kejadian itu." Bian menceritakan.

"Kejadian itu?" Lea mulai serius.

"Ya. Kejadian di mana Lilia datang dan melihatku sedang menggoda tuan," kata Bian lagi.

"Lalu?" Lea antusias mendengarkannya.

"Tuan bilang jika dia tidak membutuhkan Lilia lagi. Tuan mengusir Lilia dari ruangannya." Bian menceritakan.

Saat itu juga Lea tertegun sejenak kala mendengar cerita dari Bian. Ia berpikir mengenai hal yang terjadi. Ia sedikit tak percaya jika Lilia sampai diusir oleh Jake. Sedang romansa keduanya telah tercium oleh media. Lea pun meneguk gelas minumannya dengan perlahan. Hingga akhirnya ia letakkan kembali gelas minumannya itu ke atas meja.

"Aku suka mendengar ceritamu. Aku juga mempunyai tawaran yang menarik untukmu. Jika kau mampu menghancurkan Lilia, aku akan memberimu bayaran dua kali lipat. Dan juga ... bonus yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya." Lea menjanjikan.

Bian menelan ludahnya. "Baik, Nyonya." Hanya itu yang bisa ia katakan.

Lea beranjak berdiri. Ia mengambil tasnya dari atas meja. "Jalankan tugasmu dan hancurkan dua orang sekaligus. Aku menginginkan kabar baik. Jika tidak, kau akan menerima konsekuensinya." Lea pun beranjak pergi, meninggalkan Bian yang masih duduk di kursi.

"Iya, Nyonya." Bian mengangguk lagi.

Lea tersenyum simpul. Ia kemudian pergi begitu saja tanpa meninggalkan apapun untuk Bian. Bian pun hanya bisa menelan ludahnya sambil menatap kepergian istri dari Jake tersebut. Ancaman dari Lea seolah-olah terngiang-ngiang di telinganya. Rasa takut pun muncul di benaknya. Bian merasa keselamatannya terancam.

Nyonya, baru kutahu bagaimana dirimu yang sesungguhnya.

Lea tidak meninggalkan uang untuk Bian malam ini. Ia hanya memberi janji besar kepada Bian jika berhasil menjalankan tugas darinya. Yang mana jika Bian mampu menjatuhkan dua orang sekaligus, Lea akan memberikan bonus yang fantastis. Tapi, apakah mungkin Bian mampu melakukannya? Sedang selama ini saja ia selalu kalah dari Lilia.

Lantas Bian ikut mengambil tasnya. Ia beranjak pergi dari bar itu dengan perasaan yang berkecamuk. Ia merasa berada di situasi sulit saat ini. Terlebih Lea menuntutnya untuk cepat-cepat memberikan kabar baik. Ia berpikir kembali mengenai kontrak perjanjian yang telah disepakati. Hatinya ragu untuk meneruskan perjanjian ini. Tapi apakah Lea akan berdiam diri jika Bian lari?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!