NovelToon NovelToon

Lorong Waktu ( Tentara) Masa Lalu

Sejarah Mengenalmu

"Nak, Mami ingin kamu kenalan saja dulu sama Bima. Dia itu Tentara, dulu anak buah Papi kamu. " Ucap Ibu Mike.

"Mami, saya kan sudah bilang. Saya tidak mau punya pacar atau suami seperti Almarhum Papi. Bagaimana cara Papi meninggal dunia, Papi di tembak saat bertugas. " Ucap Sahara.

"Mami ingin kamu kenal saja dulu, cocok tidak nya kamu yang memutuskan."

"Memang nya kenapa harus dia yang di kenalkan sama Sahara? "

"Dia itu adalah anak buah Papi kamu, kepercayaan Papi kamu. Bagaimana cara Papi kamu meninggal dunia hingga pesan terakhir nya, Papi kamu menugaskan nya pada dia. "

"Pasti alasan saja, dia pasti punya rencana jahat. Jangan - jangan penembak itu orang dalam termasuk Bima. "

"Pelaku sudah tertangkap, orang nya adalah selama ini yang sedang di incar oleh negara. Kamu coba dulu ya, pasti pilihan Papi itu yang terbaik buat kamu. "

"Atur saja lah Mam, saya ingin berangkat kuliah dulu. " Ucap Sahara yang langsung mencium punggung tangan Mami nya.

"Sahara."

"Ada apa lagi Mam? "

"Pilihan Papi tidak pernah salah."

"Iya terserah Mami, atur saja. "

****

"Jadi kamu di jodoh kan sama Tentara, sedangkan kamu menolak punya suami Tentara karena trauma yang terjadi sama Papi kamu." Ucap Agnes sahabat Sahara.

"Saya juga nggak ngerti, Papi saat lagi sekarat masih sempat nya untuk menjodohkan saya. Seperti apa orang nya saja saya nggak tahu, pasti jelek. " Ucap Sahara.

"Hahahahha.. kamu itu ingin nya semua pria wajah nya ini nih seperti gambar pahlawan yang ada di buku, seperti Kapten Hardi."

"Wajah tampan, masih muda sayang gugur di medan perang. " Ucap Sahara sambil menggelengkan kepala nya.

"Tapi kalau wajah nya seperti dia kamu mau?"

"Asal jangan Tentara. "

"Tapi kenapa bahan skripsi kamu mengangkat tentang Kapten Hardi, dan narasumber nya hebat nya kamu dapat. "

"Karena perjuangan nya untuk negara, dia rela berkorban demi melindungi rakyat dari para penjajah. Jiwa patriot nya sungguh patut ditiru. Cara dia meninggal dunia itu, saat sebuah bom jatuh ditengah - tengah para jamaah yang sedang menjalankan Ibadah saat penjajah menyerang, bom itu dia bawa lari saat tahu sebuah bom di lempar hingga meledak menghancurkan tubuh nya."

"Narasumber nya itu, anak nya? "

"Iya, Nenek Lembayung. Tapi identitas istri nya tidak di jelaskan dalam sejarah mungkin orang biasa."

"Pasti sedih ya keluarga nya saat itu." Ucap Agnes.

"Saya dan Mami menangis saya melihat seragam Papi bersimbah darah, dan pakaian Kapten Hardi juga masih tersimpan di rumah nya. Saya baru ambil photo nya saja." Ucap Sahara sambil menunjukkan photo di ponsel nya.

"Haduh, bayangin nya. " Ucap Agnes.

"Seragam Papi juga masih kami simpan, tidak boleh di buang." Ucap Sahara.

Suara ponsel Sahara berdering saat memeriksa terdapat nomer ponsel yang tidak di kenal.

"Siapa, kok nggak di angkat? " Tanya Agnes.

"Orang iseng kali." Jawab Sahara.

"Tuh hubungi lagi. " Ucap Agnes.

Sahara mengangkat telepon dari nomer telepon yang tidak dia kenal.

"Hallo."

"Sahara ya? "

"Benar, ini siapa? "

"Saya Bima. "

"Oh kamu, ada apa? " Tanya Sahara ketus.

"Hanya mengecek nomer ponsel kamu, tadi Ibu Mike kasih ke saya." Jawab Bima.

"Terus di suruh apa? "

"Kamu pasti sudah tahu kan, jadi saya ingin kenalan dulu sama kamu. "

"Nama saya Sahara Maharani, Mahasiswi Jurusan Sejarah. Umur 22 tahun semester akhir. "

Terdengar Bima tertawa hingga membuat Sahara semakin geram.

"Lucu ya? "

"Tidak usah di sebut juga saya sudah tahu, kamu save nomer saya. Karena saya pasti akan hubungi kamu lagi."

"Silahkan, tapi jangan harap saya akan mengangkat nya."

Sahara langsung mematikan sepihak dengan menunjukkan wajah kesal nya.

"Tadi Tentara yang kamu Maksud? " Tanya Agnes.

"Iya, Mami itu kasih nomer ponsel saya segala ke dia. " Jawab Sahara kesal.

"Kamu itu kalau, Papi kamu masih hidup pasti bakalan terima, hanya karena Bima Tentara kamu takut seperti Papi. "

"Kamu belum tahu bagaimana rasanya kehilangan, sampai sekarang kami masih belum bisa menerima. Saya takut Agnes, takut kejadian itu akan sama pada kehidupan saya."

"Kamu jangan berfikir begitu, Papi kan memang jalan nya seperti itu."

"Yang jelas, saya tidak mau punya suami Tentara. "

*****

Sahara menatap photo - photo Kapten Hardi yang berjejer di tembok, wanita tua renta yang kini duduk di kursi roda terus menatap Sahara.

"Apa kamu tertarik dengan cerita Ayah saya? "

"Nek Lembayung, cerita Kapten Hardi itu sangat menarik buat saya, saya menyukai nya bagaimana dia berjuang demi negara, hingga sampai menutup mata dia rela mati demi orang banyak."

"Ayah begitu sangat penyayang, saya masih ingat saat itu di usia 5 tahun. Ayah sering jarang pulang, karena harus berada di garis depan, beberapa kali Ayah terluka karena luka tembak bahkan luka - luka sayatan. Tapi Ayah tidak pernah merasakan sakit, Ibu yang selalu menangis karena takut kehilangan Ayah. Seperti cerita kamu, saat tahu Ayah meninggal dunia, Ibu tak henti - henti nya menangis hingga saat usia saya menginjak 7 tahun Ibu sakit - sakit an, dia selalu mengatakan rindu Ayah. Cinta Ibu sungguh sangat besar pada Ayah, dan di usia 8 tahun Ibu meninggal dunia."

"Saya yang baru ditinggal Papi saja sekarang merasakan rindu yang mendalam, apakah Nenek di usia yang mau seabad ini Nenek masih merasakan rindu pada mereka? "

"Rasa itu tidak akan pernah hilang, rasa rindu ada setiap hari. Rindu Ayah dan Rindu Ibu, Mungkin sebentar lagi Nenek akan bertemu mereka, karena dalam mimpi Nenek setiap hari selalu memimpikan mereka. Dan mereka sama - sama mengulurkan tangan nya."

*****

Sahara terus mencari referensi tentang biodata lengkap dan tentang perjalanan karier Kapten Hardi dari beberapa buku untuk mencocokkan dari cerita Nenek Lembayung dengan buku dari beberapa narasumber.

"Berarti benar, buku - buku ini memang akurat. Tapi istri Kapten Hardi kenapa tidak di masukan dalam buku sejarah, dan hanya ada nama anak nya saja. Meninggal dunia pada tanggal 5 April 1939 dengan meninggal kan seorang anak berusia 5 tahun."

Sahara mencari sumber lain dari internet, namun tetap tidak ada silsilah yang menjelaskan siapa istri Kapten Hardi, Ibu dari Nenek lembayung.

"Apakah, Kapten Hardi menikahi seorang wanita yang memang benar - benar identitas nya di sembunyikan? "

Sahara terus berfikir dan membuka buku lain, namun tiba - tiba ruangan perpustakaan menjadi gelap begitu pun langit luar tiba - tiba mendung. Suara petir menggelegar dengan angin yang begitu sangat kencang.

Sahara berjalan ke arah kaca besar melihat kilatan petir begitu sangat berbeda dari biasanya, langit semakin gelap dan dunia semakin gelap tak terlihat.

Terperangkap Di Masa Lalu

"Cepat... bawa masuk ke dalam tenda...!!! "

"Tolong.... cepat ada yang terluka..!! "

Sahara masih diam mematung saat semua nya berubah dari gelap menjadi terang, namun semua nya tampak asing bagi Sahara.

Semua orang berlari kesana kemari, banyak tenaga medis yang sibuk menangani para korban.

"Bencana, iya tadi itu bencana. " Sahara menoleh ke kanan kemari sambil memegang sebuah buku yang masih ada di tangan nya.

Namun semua nya tampak berbeda, tak ada teman - teman nya atau tempat terakhir dirinya berada di sebuah perpustakaan.

"Dimana ini, kenapa saya berada di luar dan terasa seperti di medan perang. "

"Dokter, cepat disana ada salah satu prajurit yang tertembak. " Udah salah satu perawat pria.

"Cepat Dokter. " Teriak nya.

Namun Sahara yang masih bingung, dengan keadaan yang asing untuk nya.

"Dokter, cepat...!!! " Ucap nya yang langsung menarik tangan Sahara.

Sahara melihat banyak Tentara yang terluka, bahkan beberapa mayat tergeletak yang tertutup kain putih.

"Dokter, luka tembak nya sangat dalam. Kita harus melakukan operasi, dan korban pendarahan. " Ucap Seorang Dokter.

Sahara yang masih bingung dengan mulut seakan terkunci, namun tiba - tiba seorang Dokter pria langsung menangani pasien.

"Kinanti, kamu istirahat saja. Pasti kamu capek sejak kemarin kamu menangani banyak pasien. " Ucap Dokter tersebut.

"Apa Kinanti, dia panggil saya Kinanti. Dan saya seorang Dokter. Nggak mungkin saya sedang terjebak di dalam tubuh seseorang, pasti ini mimpi. "

Sahara lalu mencubit tangan nya, dan merasakan sangat sakit, dan ternyata bukan sebuah mimpi.

"Apa ini maksud nya, Oh Tuhan ada di dunia mana ini. "

Dengan hati yang campur aduk, Sahara keluar dari tenda dan berlari meninggal kan tempat tersebut.

Saat tengah berlari Sahara di kejutkan dengan beberapa Tentara yang sedang berjalan dengan memegang senjata, namun dengan seragam yang berbeda dan senjata dengan model yang berbeda juga.

"Ini seperti jaman dulu, jaman belum merdeka. " Ucap Sahara.

Sahara terus berlari menjauh, hingga berpapasan dengan beberapa warga dengan pakaian yang sangat berbeda.

"Kenapa dengan model pakaian nya, kenapa seperti jaman dulu. "

Sahara yang semakin bingung dan terus berjalan menjauh, hingga tak terasa matahari yang mulai terbenam, Sahara merasakan sangat lelah dengan keringat yang bercucuran.

"Mami, Sahara ada dimana ini Mami. " Ucap Sahara terisak.

"Tolong... hiks.. hiks.. saya ingin pulang. " Dengan raut wajah takut dan sedih Sahara duduk di sebuah batu besar yang berada di tengah - tengah jalan sepi.

"Ini dimana, tolong.. siapa saja yang datang tolong antar kan saya pulang hiks.. hiks.. "

Sahara tersontak kaget saat sebuah benda tepat berada di belakang kepala nya, Sahara melirik ternyata terlihat satu orang Tentara asing sedang mengarahkan senjatanya ke kepala belakang nya.

"Cepat berdiri. " Ucap nya.

Sahara melihat tubuh tinggi dengan kulit putih dan bukan orang pribumi.

"Oh Tuhan, ini dia penjajah nya. Cerita nya saya sedang di ujung maut. "Ucap Sahara dalam hati

"Jalan cepat. "

"I - iya. " Ucap Sahara gugup.

Sahara terus berjalan masuk kedalam hutan, dirinya merasakan jauh dari pemukiman.

"Cepat jalan, kalau tidak saya tembak kepala kamu. "

"Ba - baik, tapi tolong jangan tembak saya. "

Dengan jantung berdegup kencang, Sahara terus mengikuti perintah nya, hingga tepat di sebuah tepi jurang Kedua kaki Sahara terhenti.

"Kamu harus mati, saya tahu siapa kamu."

Jantung Sahara tambah berdetak sangat kencang, hingga merasakan kedua kaki nya gemetar.

"Apakah saya akan mati di dunia yang aneh ini, tapi bila saya di tembak mungkin tidak akan sakit karena saya dari masa depan. " Ucap Sahara dalam hati.

"Berbalik badan. " Ucap nya.

Sahara pun berbalik badan, tepat senjata berada di dahi Sahara. Tangan pria itu siap menarik pelatuk nya.

"Jangan tembak saya, kamu pasti salah orang. "

"Kamu adalah Dokter yang menyuntik mati beberapa pasukan kami yang terluka saat itu dengan alasan manusiawi tapi kamu malah menyuntik mati mereka."

"Ka - kamu pasti salah orang, saya bukan Dokter. Saya seorang Mahasiswi Sejarah."

"Kamu pikir saya bodoh, Jenderal Smith sudah mengetahui aksi kamu. Saya tahu kamu itu siapa, Jenderal Smith ingin sekali menghabisi kamu, karena kamu itu adalah ancaman buat nya. "

"Saya tidak mengerti, yang jelas saya bukan yang kamu maksud. "

"Dokter Kinanti Van De chick, sudah saat nya kamu pergi dari dunia ini. "

Mata Kinanti terpejam dengan kedua kaki yang sudah lemas saat pelatuk senjata itu akan segera di tarik.

"Kamu adalah ancaman kami, ancaman buat pemerintahan kami. "

Dor

Dor

Salah satu mata Sahara terbuka, dan tidak merasakan sakit namun saat membuka sempurna terlihat tubuh bersimbah darah tergeletak di depan mata nya.

Sahara pun terkejut, saat seorang pria dengan senjata di tangan nya memeluk tubuh Sahara sangat erat.

"Kamu tidak apa - apa dek? "

Pelukan nya dia lepaskan dan memeriksa seluruh tubuh Sahara, mata Sahara membulat lebar dengan mulut menganga dengan apa yang dirinya lihat.

"Kenapa bisa keluar dari camp, kenapa tidak berada di sana menangani para korban. Abang sudah bilang, mereka kembali menyerang dan di luar sangat rawan, dan benar saja kan kamu hampir di tembak dek oleh nya. "

"Kapten Hardi. "Ucap Sahara.

"Pasti kamu Shock, kita kembali." Ucap nya.

"Kapten, apa kita akan berjalan ke arah jam 12 ? " Tanya salah satu seorang Prajurit.

"Jangan, kita ke arah jam 3.Jejak Kinanti pasti ada yang mengikuti. " Ucap Hardi pria yang memeluk Sahara.

Tangan kekar nya menggandeng tangan Sahara, sepanjang jalan Sahara sesekali menatap pria yang di panggil Kapten Hardi.

"Tidak salah lagi, saya berada di jaman penjajahan. Kapten Hardi, kapten yang saya idolakan dan menjadi bahan skripsi saya. Ternyata saya bisa menatap langsung wajahnya bahkan merasakan sentuhan nya. Dia masih muda dan tampan, Kapten Hardi. Sosok kamu asli seperti ini." Ucap Sahara dalam hati.

Hingga merasakan sebuah cairan mengalir di tangan Sahara, darah segar mengenai punggung tangan nya.

"Kapten, kamu terluka. " Ucap Sahara panik.

"Jangan berhenti, jalan terus." Ucap nya.

"Tidak ini pasti sakit, dan harus segera di berikan pertolongan."

Kapten Hardi terus berjalan, tanpa memperdulikan rasa sakit nya, namun Sahara terus menatap luka tangan nya hingga terlihat Hardi seperti menahan sesuatu yang sakit.

****

"Bu Dokter, ini perlengkapan nya. " Ucap salah satu seorang suster.

Hardi berusaha menahan rasa sakit akibat luka tembak nya, Hardi menatap ke arah Sahara yang masih menatap beberapa alat medis.

"Dek." Panggil Hardi.

"Iya Kapten. "

"Kapten? " Ucap Hardi.

"Kamu panggil apa Dek? " Tanya Hardi kembali.

"Kapten."Jawab Sahara.

"Saya suami kamu, masa di panggil nya Kapten. " Ucap Hardi.

"Apa, suami? " Ucap Sahara terkejut.

.

.

.

.

Cerita ini hanya fiktif, cerita karangan imajinasi Author, namun di ambil dari jaman penjajahan. Bila ada suatu kejadian yang mirip itu hanya kebetulan saja...

Kinanti Van De Chick

"Dek, kamu cepat ambil peluru yang bersarang di lengan Abang. " Ucap Hardi saat melihat Kinanti hanya diam terpaku.

"Dek, kamu dengar Abang? " Ucap Kembali Hardi.

"Maaf, saya bukan Dokter dan saya bukan Kinanti. "

Hahahahahah...

Hardi tertawa sambil menahan luka nya, dan lalu mengambil obat anti rasa sakit untuk di suntik kan di lengan nya.

"Baik, Abang mengerti. Mungkin kamu capek dan akibat benturan kemarin kamu sedikit lupa ingatan. "

"Benturan? "

"Iya saat ada serangan Bom kamu terpental, dan dengan tubuh sakit kamu masih menangani pasien mungkin efek nya baru sekarang. "

"Saya tidak amnesia, karena saya bukan Kinanti. "

"Biar saya yang mengambil pelurunya. " Ucap Dokter yang baru saja datang, yang di ketahui bernama Dokter Hilman.

Sahara baru sadar dirinya masih memegang buku yang di pinjam di perpustakaan dengan segera menyembunyikan nya di balik cardigan yang dirinya pakai.

"Hilman, apa kamu melihat suatu yang aneh pada istri saya? " Ucap Hardi.

"Biar nanti saya periksa kepala nya." Ucap Hilman.

"Saya khawatir terkena hempasan kemarin saat di lapangan dia mendapatkan serangan dadakan. "

"Kamu kenapa, masih mengijinkan istri kamu untuk berada di garda depan sebagai tim medis, kamu tahu bahaya nya seorang Dokter yang berada di tengah - tengah medan perang. Kamu tahu, nyawa Kinanti bisa saja terancam kapan saja, dan kamu tahu siapa Kinanti itu. "

****

"Makan lah, Abang lihat kamu belum makan." Ucap Hardi sambil memberikan sebuah nasi bungkus yang di bungkus dengan daun jati.

Sahara menatap ke arah Hardi, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, dan mulai berani meraba wajah hingga tangan Hardi.

"Kenapa Dek? "

"Benar - benar nyata. "

"Apanya yang nyata? "

"Kapten Hardi. "

Hardi tersenyum dan memegang tangan Sahara, rasa dingin Sahara rasakan pada tangan Hardi. Benar - benar nyata, semuanya nyata apa yang di depan mata.

"Pasukan Abang, banyak yang gugur di medan perang. Tapi kita pantang menyerah, perang saat ini mungkin berbeda karena Abang bersama istri yang menjadi relawan di garda depan menolong para Prajurit yang terluka dan tertembak.Kita besok pulang sama - sama, lawan sudah mundur karena mereka sama - sama banyak yang tewas. Dan Abang akan antar kamu ke rumah sakit, untuk memeriksa kepala kamu."

"Kepala saya kenapa? "

"Kamu berubah, cara kamu saja sudah terlihat. Coba nama kamu siapa? "

"Sahara Maharani. "

"Anak kita siapa namanya? "

"Anak? "

Hardi tersenyum dan mengusap kepala Sahara, dengan membelai pipi kiri Sahara. Ada rasa yang berbeda Sahara rasakan.

"Kamu Kinanti Van De Chik, anak kita bernama Lembayung. "

"Apa??? "

****

"Setelah pulang nanti, saya ingin bawa dia ke rumah sakit besar. Seperti nya Kinanti terkena amnesia. " Ucap Hardi.

"Saya lihat begitu, saat itu saksi juga mengatakan Kinanti terbentur di sebuah batu besar, saat ada serangan datang."

"Hilman, apa ini ada hubungan nya tentang suntik mati salah satu Tentara asing itu? "

"Saya rasa benar, dan tidak. "

*****

"Sekarang di tahun berapa? "

"Tahun 1938."

"Bulan dan tanggal? " Tanya Sahara pada salah satu tim medis lain nya.

"Bulan Maret tanggal 16." Jawab nya.

"Terima kasih. "

"Berarti benar, saya ini terseret ke jaman penjajahan. Tapi kenapa bisa, apa saat tiba - tiba langit gelap itu. Nama saya menjadi Kinanti Van De Chikc, anak bernama lembayung, suami Kapten Hardi. Saya Dokter, mereka mengganggap saya amnesia. Paham disini, Kinanti seperti nya benar amnesia dengan apa yang terjadi, dan saya berada di dalam tubuh Kinanti. Saya punya jawaban nya sekarang. " Ucap Sahara dalam hati.

Dengan berjalan menjauh, Sahara masuk kedalam salah satu tenda, dia merogoh saku celana nya dan membuka buku tentang Biografi Kapten Hardi.

"Di buku, nama istri nya tidak ada. Di sini hanya jejak Kapten Hardi, dan menurut Nenek Lembayung Ibu nya meninggal dunia di saat usia 7 tahun, tapi kenapa nama belakang dan tengah istri nya Van De Chick apakah masih keturunan orang asing? "

Sahara mencoba membaca kembali buku Biografi tersebut, ada beberapa halaman yang menjelaskan bahwa Kapten Hardi di takuti dan sebagai ancaman musuh dan tertulis nama Jenderal Smith Van De Chick.

"Nama nya, kenapa sama dengan nama tengah dan belakang istri nya, jangan - jangan ada hubungannya, Kinanti siapa kamu sebenernya, ada hubungan apa kamu sama Jenderal Smith, apakah dia ayah kamu? "

Sahara terus membaca buku tersebut, dan baru teringat akan ponsel nya. Sahara merogoh saku celana nya dan melihat ponsel nya mati total tak bisa menyala.

"Perasaan saya baterai full deh, bagaimana saya bisa kembali kalau terjebak di jaman perang begini. Profesi saya juga Dokter, bagaimana saya menangani pasien. Yang jadi masalah satu lagi, saya istri Kapten Hardi bagaimana nanti kalau Kapten Hardi minta jatah, aaaaaaaaa... bagaimana ini. "

*****

Sahara melihat beberapa Pahlawan Nasional yang sering di lihat dalam buku pelajaran nya, Sahara tidak bisa berkata apa - apa, dan langsung mendekat saat mereka bersama Kapten Hardi.

"Sersan Baskoro, Letkol Mulyadi, Lettu Ahmad." Ucap Sahara.

Mereka bertiga tersenyum namun berbeda dengan Sahara yang merasakan sangat kaget dan menatap mereka dari atas sampai bawah.

"Kamu ingat mereka? " Tanya Hardi.

"Mereka, yang membantu banyak Kapten Hardi untuk menumpas kejahatan Jenderal Smith. " Jawab Sahara.

"Kamu ingat apa lagi? " Tanya Hardi.

"Siapa Kinanti Van De Smith sebenarnya. " Jawab Sahara.

*****

"Apakah Kinanti cedera? " Tanya Mulyadi.

"Beberapa hari yang lalu, terkena serangan bom tubuh nya terpental, masih beruntung dia tidak terkena langsung dan hanya efek getaran saja. Hingga membuat nya amnesia, tapi ini lebih baik dia tidak tahu siapa dirinya sebenarnya. " Jawab Hardi.

"Menikahi Kinanti suatu resiko besar, karena cinta seorang Kapten rela mati mengahadapi mereka. Dan ingat, pemerintah pernah menegur bahwa pernikahan kalian adalah salah satu tak tik licik mencari titik lemah seorang Kapten dan informasi rahasia lain nya agar menguasai negara kita.

" Kinanti tidak pernah ingin terlahir dari seorang anak penjajah, dia adalah korban. Ibu nya pun adalah korban, kini Kinanti menjadi musuh besar nya karena melawan dan menentang nya. Kinanti ada di pihak kita, dia memilih negara asal Ibu nya bukan mengikuti negara Ayah nya. Kinanti sangat membenci Jenderal Smith, sehingga dia lah yang menyuntik mati salah satu anak buah Ayah nya. "

"Jadi, akibat mereka menyerang kembali ini semua ulah Kinanti. "

"Benar, saat itu saya diam - diam melihat dia menolong beberapa Tentara yang tertembak, saat itu dia ambil salah satu racun dan di suntik kan. Hingga memasukan suatu cairan kedalam minuman mereka, namun aksi nya di ketahui oleh Ayah nya. Bom itu sebenarnya mengarahkan pada Kinanti, itu titik lemah saya agar saya jatuh dan lumpuh. " Ucap Kapten Hardi.

"Jenderal Smith belum bisa menguasai wilayah selatan karena wilayah selatan di jaga ketat oleh kepemimpinan Kapten Hardi. Jenderal Smith berusaha menghabisi saya namun tidak bisa, hanya satu Kinanti ancaman nya. " Ucap Kapten Hardi kembali.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!