NovelToon NovelToon

Buaya Darat Yang Terhormat

Kekasih Ku Selingkuh Lagi

“Hei-hei! Kau sudah dengar belum.” Ida yang baru masuk ke kelas merangkul sahabatnya Ani.

“Ada apa?” sahut Ani.

“Aku tadi dengar dari kelas sebelah, kalau Leon kepergok ciuman dengan anak jurusan Keperawatan A,” ucap Ida.

“Hah! Sama siapa?” tanya Ani penasaran.

“Cleo, kau kenalkan? Dia selalu juara satu di di jurusannya,” ujar Ida.

“Iya, aku kenal, ya ampun cowok brengsek itu berulah lagi, bukankah dia sudah 10 kali selingkuh dari Chana?” Ani tak percaya kalau ada laki-laki seperti Leon di dunia ini.

“Betul, entah bagaimana tanggapan Chana kali ini, kalau dia kasih maaf lagi, luar biasa banget menurut ku, iya sih... benar kalau Leon keturunan orang kaya, tapi enggak gitu juga sikapnya Chana, murahan banget, ini yang ke sebelas kalinya di duakan loh!” Ida tak suka dengan Chana yang selalu lemah.

Keduanya pun lanjut membahas sikap buruk Adipati Leon pada wanita bucin bernama Dianna Chana yang duduk di bangku ke 4 dari barisan pertama dekat dengan pintu masuk kelas.

Chana yang membenamkan wajahnya ke meja untuk pura-pura tidur jelas-jelas mendengar itu semua.

Ia juga tak bodoh, hatinya juga sakit namun apa boleh buat, rasa takut kehilangan membuat ia tak bisa melarang kekasihnya mencari pacar baru.

Kali ini salah ku apa lagi Leon? batin Chana.

Wanita berparas cantik, bertubuh semampai dan memiliki rambut rambut hitam lurus itu selalu saja di permainkan oleh orang yang ia sayang.

Semua orang sudah menasehatinya, namun Chana tak dapat putus dari Leon, karena selain cinta ia juga sangat butuh uang yang di beri Leon tiap bulan padanya.

Karena ia yang hidup sebatang kara dan di buang sanak saudara membuatnya sangat bergantung pada Leon yang bisa memberinya materi.

Meski begitu ia tak memberatkan Leon untuk masalah makannya, karena Chana bekerja sebagai penjual gorengan di warung pinggir jalan dekat kosannya setelah pulang sekolah.

Chana yang masih bersedih akan pengkhianatan kekasihnya hanya bisa diam tak berani melawan.

Saat ia masih berduka, tiba-tiba Leon masuk ke dalam kelas.

Ia pun langsung duduk di bangkunya dengan tawa yang bahagia.

“Hei!” Aril menepuk bahu Leon.

“Ada apa?” tanya Leon dengan tatapan suka.

“Ku dengar kau ketahuan ciuman dengan Cleo, astaga Leon! Tega banget kau pada Chana, pada hal kalian sudah 2 tahun pacaran, tapi kau selalu menduakan dia.” Aril tak suka dengan sikap sabahat sekaligus teman sebangkunya pada Chana yang memiliki citra luhur.

“Enggak usah sibuk dengan urusan orang lain, kalau Chana mau putus ya silahkan saja, aku tidak pernah memaksa dia buat bertahan dengan ku.” Leon yang tampan dan punya segalanya tak pernah memikirkan perasaan Chana.

Chana yang mendengar itu menelan salivanya.

Ia juga tak berani mengangkat kepalanya, karena ia amat malu bila bertemu mata dengan orang lain.

Drakkk!!

Jesika yang baru datang duduk di bangkunya, lalu ia menoleh ke arah Chana yang duduk di belakangnya.

“Sudahlah, angkat kepala mu, toh kau akan tetap mau padanya kan?” Jesika yang telah muak dengan Chana langsung bicara pada intinya.

Lalu Chana pun mendongak dan tersenyum pada Jesika.

“Kau sudah datang? Hehehe....” Chana tertawa lebar untuk menutupi kesedihannya.

Leon yang melihat wajah ceria Chana menyunggingkan bibirnya. Ia seolah tak suka kekasihnya bahagia.

“Astaga, kau masih saja jadi orang bodoh, kenapa enggak putus saja sih dengan buaya rawa itu?” Jesika sangat kesal pada Chana yang selalu memberi maaf pada Leon.

“Sudahlah enggak usah di bahas, oh ya... kau sudah selesai PR Matematika belum?” Chana menyodorkan pekerjaan rumahnya yang telah selesai sebagai pengalihan topik, karena ia yakin sahabatnya yang malas belum mengerjakannya.

“Belum, aku boleh contek nih?” tanya Jesika sebagai sebagai basa-basi.

“Iya, boleh.” Chana tersenyum lebar.

Sebelum Jesika sempat memindahkan jawaban yang ada di buku Chana, tiba-tiba bel berbunyi.

Tet.. tet... tet...

“Sial! Enggak akan terkejar ini.” Jesika marah pada dirinya yang lamban.

“Jangan mengeluh, sebaiknya tulis yang mana kau bisa,” ujar Chana.

Saat Jesika baru ingin menggoreskan penanya, sang guru galak pun masuk ke dalam kelas.

“Asslaamu'alaikum, anak-anak!” ucap Ariana, guru jurusan matematika untuk seluruh kelas XII jurusan Farmasi.

“Walaikumsalam warahamtullahi wabarokatuh.” sahut seluruh siswa siswi yang berjumlah 20 orang yang ada dalam kelas.

“Selamat pagi, salam sejahtera semuanya, oh ya, cepat kumpul tugas kalian semua, bagi yang belum selesai, lupa ingatan dan geger otak, segera maju ke depan.” Ariana yang tegas tak mau menerima alasan apapun dari siswa/siswinya apabila tak mengerjakan tugas.

“Aku duluan ya.” Chana bangkit dari duduknya dengan tawa nakal yang ia tunjukkan pada Jesika.

“Teganya!” pekik Jesika.

“Aku bisa apa kalau bu Ariana yang bilang?” ucap Chana.

Kemudian Chana beranjak ke depan dan meletakkan bukunya di atas meja Ariana.

Saat ia balik kanan, tanpa sengaja Chana menabrak tubuh bidang kekasihnya.

Bruk!

“Aduh!” sontak Chana mendongak dan melihat wajah Leon yang dingin padanya.

“Maaf.” ucap Chana seraya menahan air matanya.

Leon yang menganggap Chana tidak penting, tentu tak merespon perkataan kekasihnya.

Hal itu membuat Chana semakin sakit hati, ia pun mengambil jalan lain, lalu kembali ke bangkunya.

Semua orang menyaksikan hal itu, mereka pun mengejek Chana yang terlihat murahan karena masih mau menerima Leon.

“Kalau aku jadi dia, pasti sudah ku ludahi wajah cowok sombong itu!” pekik Ida, ia sangat kesal dengan lelaki buaya seperti Leon.

Chana pun mendengar suara jahat yang membahas dirinya.

Ia yang butuh uang harus terlihat kuat dan tegar, meski pada kenyataannya ia ingin menangis histeris.

Ia yang baru duduk ke bangkunya melempar senyum pada Jesika.

“Sial!” umpat Jesika.

“Kenapa Jes?” sapa Chana.

“Hanya aku seorang yang tidak mengerjakan tugas.” Jesika semakin jantungan, karena Ariana pasti menghajarnya habis-habisan.

“Lain kali di kerjakan, kalau beginikan jadi repot urusannya? Maaf ya, bukan aku enggak mau kasih bantuan Jes.” Chana mengelus puncak kepala Jesika.

“Sudahlah, jangan di pikirkan.” Jesika yang berdosa pada mata pelajaran itu pun dengan terpaksa maju ke depan.

Ariana yang melihat ada satu siswi yang membandel geleng-geleng kepala.

“Astaga! Bandit langganan, selalu saja membuat ulah, pada hal sudah kelas 3, kalau enggak lulus nanti malah nangis.” kata-kata Ariana begitu menusuk jantung Jesika.

“Maaf bu, saya lupa.” Jesika menggaruk-garuk kepalanya.

“Terserah kau mau bilang apa, yang jelas hari ini kau dapat hukuman istimewa,” ujar Ariana.

“Hukuman apa bu?” Jesika merasa beruntung, ia pikir jika Ariana akan membuatnya mengepel ruangan atau mencuci piring di kantin.

“Chana!” Ariana memanggil nama Chana.

“Apa bu?” sahut Chana.

“Isi air di emper anti pecah itu, jangan lupa minta sendok ke kantin,” titah Ariana.

“Baik bu.” meski tak tahu tujuannya apa, Chana tetap melaksanakan apa yang di katakan gurunya.

Ia pun beranjak menuju kantin untuk mengambil sendok, kemudian mengisi air ke dalam ember dari kran air yang ada di depan ruangan mereka.

...Bersambung.......

Target Baru

Setelah terisi penuh Chana membawanya ke dalam kelas.

“Ini bu.” Chana meletakkan ember berisi air di atas lantai, ia juga menyerahkan sendok makan pesanan gurunya yang tak jelas untuk apa.

“Terimakasih, kau bisa duduk kembali, Chana,” titah Ariana.

“Baik bu.” Chana pun bergegas ke bangkunya dengan tersenyum tipis menatap Jesika yang akan kena hukum.

Leon yang ada di bangkunya pun memperhatikan wajah kekasihnya yang nampak biasa saja setelah mendengar kabar perselingkuhannya.

Dasar, perempuan mata duitan, batin Leon.

“Ayo Jesika, maju ke depan,” ujar Ariana.

Jesika yang malu menggaruk kepalanya yang terasa gatal akibat grogi.

“Cepat Jesika!” pekik Ariana.

Kemudian Jesika bangkit dari bangkunya, ia pun maju ke depan dengan langkah yang ragu.

“Astaga! Lamban sekali!’ Ariana yang marah-marah membuat anggota kelas tertawa cekikikan.

“Hahahaha...” tingkah Jesika pagi itu membuat anggota terhibur.

“Diam kalian!” Jesika memelototi teman-temanya yang membuat dirinya jadi bahan lelucon.

“Kau yang diam Jesika!” Ariana mengomeli siswanya kembali.

“Maaf bu.” Jesika pun berdiri di samping meja kerja gurunya.

“Tugas mu sangat mudah Jes, silahkan kau pindahkan air yang ada dalam ember ini ke wastafel dengan menggunakan sendok!” Ariana menyerahkan sendok yang ada di tangannya pada Jesika.

“Apa?” Jesika melihat ukuran sendok makan yang akan membuat dirinya repot.

“Kalau pakai ini kapan selesainya bu?” Jesika menunjuk ke arah sendok yang ada di tangan gurunya.

“Kalau tidak sanggup kau boleh menolak, tapi kau harus ikhlas kalau ibu memberi mu nilai mu D!” Ariana yang sensitif malah mengundang gelak tawa di kalangan siswanya.

Jesika yang tak ingin gagal di mata pelajaran Arina terpaksa menjalankan hukuman yang di berikan padanya.

Jesika mengelus dadanya saat melihat ember berisi 20 liter air itu.

Menyebalkan! batin Jesika.

Raut wajah sedih Jesika membuat teman-temannya makin cekikikan.

Sialan! Mereka pikir aku badut? batin Jesika.

“Ayo anak-anak, buka buku halaman 102!” titah Ariana.

Leon yang sedang membuka buku paket matematikanya melirik Jesika yang ingin menangis.

Ternyata hal itu di lihat langsung oleh Chana, hatinya menjadi tak tenang, saat tatapan mempesona kekasihnya menyorot gadis lain.

Tolong, jangan Jesika, batin Chana.

Chana tak dapat membayangkan jika sahabatnya di dekati kekasihnya juga.

Chana yang gelisah tanpa sadar menatap wajah Leon tanpa henti, hingga Arian melempar Chana dengan spidol.

Puk!

“Aduh!” Chana memegang wajahnya yang terasa sakit.

“Hahaha...” tawa semua siswa siswi kembali memenuhi kelas.

“Lebih baik cari yang baru Chana, untuk apa mempertahankan Leon yang tidak suka pada mu.” Ariana melirik sinis ke arah Leon yang pernah merayunya dengan menawarkan uang bulanan yang cukup fantastis.

Sontak Leon menoleh ke Chana yang bangkunya berbeda satu baris dengannya.

Chana yang menundukkan kepalanya, karena ia tak percaya diri mendapat tatapan dingin dari Leon.

“Sudah-sudah! Kita lanjutkan belajarnya!” Ariana pun kembali menjelaskan materi pelajaran mereka.

Sedang Jesika masih saja memindahkan air dari ember ke wastafel dengan sendok di tangannya, ia yang kelelahan berniat untuk taubat karena hukuman yang di beri Ariana semakin hari kian tak masuk akan di kepalanya.

2 jam kemudian pelajaran matematika pun selesai.

Tet... tet... tet...

“Oke anak-anak, kalian kerjakan 10 pertanyaan yang ada di halaman 104, ingat jangan ada lagi yang tidak mengerjakan!” ucap Ariana dengan tegas.

Kemudian Ariana menoleh ke arah Jesika yang masih sibuk memindahkan air ke wastafel.

“Lanjutkan! Karena ada cctv yang akan memantau mu!” ucap Ariana.

“Baik bu.” sahut Jesika dengan tangan yang sudah kelelahan.

“Baguslah kalau kau sudah mengerti.” usai memberi peringatan pada Jesika, Ariana pun meninggalkan kelas kelas XII Farmasi A.

Semua siswa yang ada ruangan tak ada yang berani mendekat apa lagi membatu Jesika yang malang karena setiap sudut kelas di pantau oleh cctv.

“Jes, aku ke kantin dulu ya, nanti aku bawa roti dan minuman dingin untuk mu.” Chana tak mengajak Jesika, karena ia melihat air dalam ember sahabatnya masih penuh.

“Iya Chan, enggak apa-apa kok.” Jesika tak marah pada Chana yang tak menemaninya menjali hukuman yang sedang ia kerjakan.

“Tunggu sebentar ya.” Chana pun keluar dari kelas menuju kantin.

Leon yang merasa lapar pun bangkit dari kursinya bersama Aril.

“Katanya ada bakso pedas level 12, kau mau coba tidak?” ujar Aril.

“Boleh.” Leon yang suka makanan pedas penasaran untuk mencoba makanan tersebut.

Saat mereka lewat dari hadapan Jesika, Leon yang nakal mulai melancarkan gombalan mautnya pada Sahabat kekasihnya itu.

“Jes, jangan cemberut, nanti cantik mu berkurang loh,” ucap Leon.

Aril menatap aneh pada Leon yang memberi candaan pada Jesika secara tiba-tiba.

“Coba kau yang di hukum, pasti ekspresi wajah mu akan sama!” pekik Jesika.

“Kalau aku jadi kau akan beda cerita, karena bu Ariana tidak akan berani menghukum ku.” Leon yang kaya raya dapat mengendalikan guru di SMK Kesehatan Bumi Agung itu dengan mudah.

“Jangan banyak bicara, kalau tidak bisa membereskan masalah ku!”Jesika yang lelah melampiaskan amarahnya pada Leon.

“Baiklah, aku akan membantu mu.” Leon yang mempunyai niat bulus bersedia melakukan negoisasi pada Ariana.

Ku kirim 10 juta, tapi hentikan hukuman gila yang ibu berikan pada Jesika. ✉️ Leon.

Ariana yang membaca pesan itu pun tersenyum, ia yang butuh uang tentu tak menolaknya.

Baiklah, suruh dia ke kantin. ✉️ Ariana.

Mendapat respon seperti biasa Leon tersenyum getir.

Asal ada uang, semua urusan jadi lebih mudah, batin Leon.

“Semua sudah beres, sekarang kau bisa istirahat,” ujar Leon.

“Kau serius?” mata Jesika membelalak tak percaya.

“Iya, semua sudah ku urus.” Leon merasa bangga dengan dirinya yang selalu bisa menyelesaikan masalah setiap orang yang ingin ia bantu.

“Terimakasih banyak, Leon.” pandangan Jesika berubah 100% setelah Leon membantunya bebas dari hukuman yang membuatnya prustasi.

“Sama-sama, apa kau mau ke kantin dengan kami makan bakso pedas?” Leon mengajak Jesika karena ia ingin mendekati gadis cantik itu.

“Terimakasih, tapi aku mau istirahat disini saja,” ujar Jesika.

“Ya sudah kalau begitu, ayo Ril! Nanti bakso pedasnya habis lagi.” Leon berjalan terlebih dahulu, kemudian di susuk oleh Ariel.

Jesika yang di tinggal di kelas tersenyum malu.

“Pantas Chana tidak mau berpisah dengan Leon, ternyata Leon orangnya baik.” Jesika yang lelah pun duduk di kursinya.

Beberapa orang yang melihat perhatian khusus yang Leon berikan dapat menebak, jika Jesika akan di jadikan koleksi baru dalam perjalan cinta lelaki buaya darat itu.

“Kalau Jesika mau jadi pacarnya Leon parah banget sih,” ucap Ida.

“Aku setuju, enggak punya otak kalau Jesika menikung Chana.” Ani yakin jika Jesika pasti jatuh hati pada Leon.

...Bersambung......

Bakso Pedas

“Hei! Kau enggak berniat untuk memacari Jesika jugakan?” Aril tak dapat membayangkan jika Leon berbuat hal jahat itu.

“Masih ku pikirkan.” ucap Leon dengan tenang.

“Leon, apa kau gila? Jesika itu sahabatnya Chana, terlalu kejam kalau kau merusak persahabatan mereka.” Aril yang selalu menyaksikan perselingkuhan Leon tak tega bila Chana yang baik hati di sakiti lagi.

“Tenang saja, mereka akan tetap akur.” Leon percaya jika ia masih bisa membeli harga diri Chana dengan uangnya yang banyak.

“Leon... Leon... kau tidak akan dapat gadis sebaik Chana untuk kedua kalinya jika kau kehilangan dia.” Aril dapat menebak kalau Chana tidak akan memaafkan Leon apabila menjalin hubungan dengan Jesika.

“Aku enggak perduli kalau dia mau pergi.” Leon yang memiliki banyak kekasih tak merasa rugi jika Chana meninggalkannya.

Kau tak tidak tahu Ril, Chana itu sama saja seperti wanita lain, yang mereka sukai hanyalah uang ku, bukan aku, batin Leon.

Sesampainya di kantin Leon dan Aril menuju ke etalase tempat menu makanan di taruh berjejer.

“Bakso pedas 2, jus semangka dingin 2,” ucap Leon.

“Bu, saya mau permen 4, roti sisir 1, Aqua gelas satu.” ucap Chana yang berdiri di sebelah Leon.

Dia cuma pesan itu? batin Leon.

Chana yang telah memegang pesanannya langsung membayar pada ibu kasir dengan mengeluarkan uang senilai 10.000 dari dalam sakunya.

Setidaknya dia makan roti, batin Leon.

Meski ia berkata tak perduli, namun hati kecilnya tak bisa membiarkan gadis cantik itu kelaparan.

“Oh ya bu, bakso pedasnya di bungkus satu,” ucap Leon.

Chana yang mendengar kekasihnya memesan seporsi lagi berpikir jika itu untuknya.

Ia pun menoleh ke arah Leon yang ada di sebelahnya dengan penuh senyuman.

“Dasar gila!” kata-kata menyakitkan Leon membuat Chana menelan salivanya.

Ia pun langsung meninggalkan kantin, sebab banyak pasang telinga dan mata yang mendengar dan menyaksikan Leon berkata demikian padanya.

🏵️

Ariel sangat iba pada Chana yang di perlukan kasar oleh Leon.

“Leon, jangan lakukan di depan orang juga dong, apa kau enggak kasihan padanya? Pasti dia malu banget tadi,” ucap Leon.

“Memangnya aku melakukan apa?” Leon sama sekali tak merasa bersalah pada Chana.

“Sudahlah, enggak usah di bahas lagi.” Aril yang takut hilang kontrol memilih diam.

Sejurus dengan itu ibu penjaga kantin pun memberikan pesanan mereka.

“Ini nak.” ucap si ibu kantin.

Lalu Leon membayar makanan mereka berdua.

Kemudian Aril yang di traktir pun membawa bakso pedas dan jus semangka mereka yang ada di atas nampan ke meja kosong yang ada dalam kantin.

“Jangan bahas apapun lagi, karena sekarang waktunya kita mengisi perut.” ucap Leon seraya duduk di atas kursi.

“Iya, kalau itu aku setuju.” Aril yang lapar meletakkan makanan mereka di atas meja, lali ia pun duduk dan melahap bakso pedasnya.

“Wah!! Gila, bisa-bisa kita mencret seminggu nih!” Aril merasa pening walau baru menyeruput kuah baksonya yang merah pekat.

“Untuk itu rumah sakit di bangun,” ujar Leon.

🏵️

Chana yang baru masuk ke dalam kelas melihat Jesika yang duduk di kursi seraya bermain handphone.

“Hei, kau sedang apa?” tanya Chana seraya berjalan menuju Jesika.

“Cuma update status di Instagram,” sahut Jesika.

“Oh, ini untuk mu.” Chana memberi roti sisir dan Aqua yang ia beli untuk sahabatnya.

“Buat mu saja, aku lagi diet.” Jesika menolak karena merasa masih kenyang.

“Makanlah, nanti perut mu sakit lagi.” Chana yang banyak hutang budi pada Jesika selalu memberi sesuatu yang ia mampu untuk mengurangi beban terimakasih untuk sahabatnya itu.

“Ya sudah, nanti ku makan.” karena di paksa perut Jesika malah menjadi lapar.

“Oke.” Lalu Chana duduk di bangkunya yang ada di belakang Jesika.

Ia yang tak makan apapun dari pagi mengambil permen cium yang ada di sakunya.

Chana yang ingin melahapnya memilih menunda untuk istirahat kedua, sebab ia ingin menyembunyikan bau mulutnya yang naik karena asam lambung.

“Chan,” ucap Jesika.

“Ya?” sahut Chana.

“Apa menurut mu Leon mencintai mu?” sapa Jesika dengan penasaran penuh.

“Tentu saja, walau pun enggak banyak.” jawab Chana dengan penuh ragu di hatinya.

“Oh, Saran ku sih, kalau ada yang lain lebih baik kau ganti saja,” ujar Jesika.

“Iya, kalau ada yang lebih baik pastinya aku akan berpindah hati.” Chana mengatakan isi hatinya yang sebenarnya.

“Baguslah, ternyata otak mu kau masih beres.” ujar Jesika yang tak suka hubungan Chana dan Leon sedari awal.

Saat keduanya masih berbincang Leon dan Aril masuk ke dalam kelas.

Leon yang membawa bakso pedas pun menuju barisan Chana.

Ternyata memang untuk ku, batin Chana.

Chana yang lapar berpikir perutnya akan terobati.

“Ini untuk mu.” Leon meletakkan makanan yang ia bawa di meja Jesika.

Deg!

Jantung Chana seketika berdetak dengan kencang, matanya pun langsung berkaca-kaca saat menyaksikan kekasihnya memberi perhatian pada sahabatnya.

“Apa ini?” tanya Jesika dengan tertawa canggung, sebab ia tak enak pada Chana.

“Makanan untuk mu, aku lihat kau tak pergi ke kantin karena lelah, makanya aku membelinya untuk mu, Jesika.” Leon yang tampan tersenyum pada Jesika di hadapan kekasihnya.

Glek!

Chana menelan salivanya dengan bersusah payah.

Andai Chana bisa, ia ingin sekali membentak Leon.

“Apa ini? Aku enggak suka bakso darimu, lagi pula aku punya roti sisir.” Jesika menunjukkan roti pemberian Chana.

Leon menatap roti itu dengan seksama karena ia ingat yang membeli roti itu adalah Chana.

Ia pun melirik ke arah kekasihnya yang terlihat menahan tangis namun bersikap tak perduli dengan yang ia lalukan.

”Jadi kau enggak mau?” tanya Leon memperjelas ucapan Jesika.

“Tentu saja, harusnya kau memberikan itu pada Chana, bukan aku,” ujar Jesika.

“Enggak Jes, tadi aku sudah makan di kantin, lagi pula Leon memberikannya untuk mu, hehehe...” Chana yang hampir menitikkan air mata mengalihkan wajahnya ke arah dinding.

Aril tentu tahu jika Chana menangis, begitu pula dengan Leon.

Namun Leon yang benci pada Chana tak perduli dengan apa yang di rasakan gadis malang itu.

“Ya kalau dia mau apa salahnya, ku yakin dia belum makan.” kemudian Leon memindahkan bakso yang ia beli ke meja Chana.

Chana pun menyeka air matanya lalu menoleh ke arah Leon.

“Aku sudah makan, terima saja Jesika, tidak usah sungkan pada ku.” Chana tersenyum dengan bibir bergetar.

Leon yang melihat sudut mata Chana basah malah merasa lucu.

Hebat juga dia, sudah ku sakiti masih saja tersenyum, kalau orang normal pasti sudah marah-marah, batin Leon.

“Benar nih?” Jesika melirik Chana dengan tersenyum penuh.

“Iya Jes.” meski sakit karena sahabatnya tak mengerti perasaannya, namun Chana tak mau berteriak pada siapapun

7 bulan lagi, aku harus menahannya, batin Chana.

Kemudian Jesika menerima pemberian Leon dengan senyum yang sangat lebar.

“Terimakasih, aku akan makan bersama Chana,” ucap Jesika.

“Terserah kau saja.” Leon tak keberatan bila Jesika mau berbagai dengan kekasihnya.

...Bersambung......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!