NovelToon NovelToon

Harta Terindah

Bab. 1. Kecelakaan Tunggal

"Arian, aku ingin sekali makan mangga yang ranum tetapi dari pohonnya langsung." ucap Airin kepada sang suami.

"Sebentar akan aku cari terlebih dahulu posisi pohon mangga itu ada dimana sayang, saat ini belum musim mangga jadi sedikit susah, sabar ya sayang." jawab Arian dengan mengusap perut sang istri yang masih terlihat rata.

"Kau ini, aku ingin sekarang ya sekarang ! kerahkan semua anak buah dan orang kepercayaan mu, cari keseluruhan penjuru negeri elang ini !" jawab Airin dengan sedikit emosi.

"Iya sayang, ini juga sudah dikerjakan." jawab Arian dengan tersenyum.

Semenjak istrinya hamil, sifatnya sangat berubah. Sebelumnya Airin adalah adalah wanita yang lembut dan sangat bijaksana, semenjak ia hamil sifatnya sering berubah-ubah, membuat sang suami harus ekstra sabar.

"Selamat siang tuan, saya mendapatkan kabar bahwa dipinggir kota sebelah barat ada pohon mangga yang masih berbuah dan sangat lebat." ucap Deo melaporkan hasil pencariannya.

"Kalau begitu ayo kita ke lokasi. Aku sudah tidak sabar ingin memakannya, pasti sangat nikmat sekali." ucap Airin sambil membayangkan betapa segar dan nikmatnya mangga itu.

"Iya sayang, kita akan segera kesana tetapi tunggu sebentar lagi, kita siapkan segala sesuatu yang diperlukan." jawab Arian lagi.

"Ok ! aku tunggu di bawah." jawab Airin dan langsung beranjak pergi meninggalkan suaminya yang masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Airin jangan macam-macam, tunggu aku dan jangan kemana-mana, ok !" ucap Arian saat istrinya berlalu.

"Deo apakah Serli juga seperti itu ? meminta sesuatu yang kadang menguras kesabaran." tanya Arian.

"Serli lebih parah, ia ingin aku mencuri burung milik tetangga. Dan setelah susah payah aku mendapatkannya ia malah bilang hanya ingin menyentuh saja setelah itu aku harus mengembalikan kepada pemiliknya." jawab Deo sambil mengenang saat istrinya masih hamil

"Arian aku berangkat terlebih dahulu, segera kirimkan lokasinya ! aku sudah tidak bisa menunggu lagi sampai kau menyelesaikan pekerjaan mu itu." ucap Airin di telpon setelah Arian mengangkatnya.

"Airin jangan nekat tunggu aku sebentar aku segera turun !" jawab Arian yang langsung berdiri tanpa merapikan pekerjaannya.

Secepat kilat, Arian meluncur hendak menyusul Airin, namun ia harus menelan kekecewaannya karena mobil Airin telah meninggalkan perusahaan Dewantara beberapa menit sebelum ia sampai di lantai bawah.

"Airin apa yang kau lakukan, siapa yang mengantarkan mu dan atas ijin siapa kau mengemudikan mobil ?" tanya Arian dengan penuh kekhawatiran.

"Maaf Arian aku sungguh sangat ingin mangga itu, aku mengemudikan sendiri bukankah aku sudah terbiasa mengemudikan mobil sendiri."

"Sekarang cepat kiriman lokasi mangga itu, agar anakmu tidak ngeces dikemudian hari." jawab Airin dengan terus membayangkan mangga yang masih ranum dan begitu segar dari pohonnya langsung.

"Arian tak bisa berkata apa-apa lagi, selain mengirimkan lokasinya kepada Airin. Setelah itu ia segera mengambil menuju mobilnya untuk segera menyusul sang istri.

"Arian !" panggil Chika yang sedikit terburu-buru.

"Ada apa Chika ?" tanya Arian.

"Aku hanya ingin meminta ijin, besok aku tidak bisa masuk, adikku sakit begitu juga dengan Misel jadi aku harus membawanya ke dokter." ucap Chika.

"Ya lakukanlah yang terbaik, maaf Chika saat ini aku masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan." ucap Arian sambil membuka pintu mobilnya dan segera masuk.

Setelah Chika sedikit bergeser, Arian segera melajukan mobilnya untuk menyusun Airin.

"Terimakasih, dan berhati-hatilah dalam perjalanan." ucap Chika sambil tersenyum.

Setelah Arian pergi, Chika segera melanjutkan pekerjaannya. Karena besok ia harus ijin.

Sementara Deo yang hendak keluar, hampir saja menabrak Chika yang sedang mengepel lantai.

"Maaf Chika, aku hampir saja mengacaukan pekerjaan mu." ucap Deo dengan tulus.

"Tidak masalah, selesaikan tugasmu dan jangan berfikir yang lainnya." jawab Chika dengan tersenyum.

"Terimakasih." jawab Deo.

Kemudian ia segera mencari Arian, namun ia tidak bisa menemukan keberadaannya karena sudah berlalu untuk menyusul Airin.

"Mereka ternyata sudah berangkat, ya sudahlah lebih baik aku segera kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan. Agar aku bisa segera bertemu dengan buah cinta kami." ucap Deo.

Sementara Arian tidak dapat mengejar mobil yang dikendarai oleh Airin, hal itu membuat hatinya semakin gelisah, ia merasa sangat cemas, seakan-akan terjadi sesuatu yang sangat menyedihkan.

"Airin perlambat laju mobilmu dan tunggu aku sebentar lagi." ucap Arian didalam hati.

Untuk menghilangkan rasa gelisah di hatinya, Arian segera menghubungi Airin, agar ia lebih tenang saat mendengar suara sang istri.

"Airin kau berada di mana ? aku menyusul mu dan tolong perlambat laju mobil mu agar aku bisa segera menemukan mu." ucap Arian.

"Arian tolong aku, mobil ini sepertinya tidak beres bahkan remnya blong. Saat ini aku melajukan mobil ke jalan Y agar tidak banyak kendaraan." jawab Airin dengan panik.

"Airin apa yang terjadi, segera berhenti dan tunggu aku !" ucap Arian yang semakin mengkhawatirkan kondisi sang Istri.

"Arian bagaimana ini semuanya tidak bisa berfungsi, aku tidak bisa menghentikan mobil ini." jawab Airin.

"Tenang Airin kau harus tenang, aku akan berusaha mengejar mu. Bertahanlah sebentar lagi.' ucap Arian.

"Arian ! ah ! tidak !" ucap Airin disana dengan suara teriakan yang begitu kuat.

"Airin apa yang terjadi ? bertahanlah !" ucap Arian.

Namun sama sekali tidak ada jawaban. Bahkan panggilan tersebut tiba-tiba terputus bersamaan dengan teriakan dari Arian.

Hal itu sontak membuat Arian hampir gila dan putus asa. Dengan cepat ia menggunakan keahlian berkendaranya untuk menyusul Airin.

Setelah ia sampai di jalan Y, Arian sangat terkejut karena dijalan yang biasanya tampak sepi itu, kini dipenuhi oleh banyak orang dan ada juga mobil polisi dan juga ambulan.

Arian yang masih panik, ia semakin panik lagi. Ia tidak bisa menembus jalanan tersebut. Sehingga ia terpaksa harus sabar atau memilih untuk berjalan kaki.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Arian turun untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

"Tuan, sebenarnya apa yang terjadi, mengapa jalan ini begitu ramai sekali ?" tanya Arian kepada seseorang yang juga berada di situ.

"Ada sebuah kecelakaan tuan." jawab orang tersebut.

"Kecelakaan ? siapa korbannya ?" tanya Arian dengan nafas yang seakan berhenti sejenak.

"Tidak tau tuan, ini adalah kecelakaan tunggal yang dialami oleh mobil Lamborghini warna merah." jawab orang tersebut.

"Apa! apa yang baru saja kau katakan tadi ?" tanya Arian yang seakan disambar petir di siang bolong.

"Kecelakaan tunggal yang dialami oleh mobil Lamborghini berwarna merah, saat ini polisi sedang berusaha untuk mengevaluasi korban." jelas orang tersebut.

"Tidak, ini tidak mungkin ! istriku pasti baik-baik saja. Kau pasti sedang berbohong kepada ku." ucap Arian seakan tak percaya dengan apa yang baru ia dengar.

Bab. 2. Duka

Setelah mendengar penjelasan dari orang itu, Arian segera menerobos kerumunan orang-orang di jalan itu. Tanpa memperdulikan keselamatan orang lain, Arian dengan paksa membuat jalan agar ia bisa segera berlalu.

Arian dapat melihat, mobil yang dikendarai oleh Airin menabrak sebuah pohon sehingga pohon itu hampir roboh ke dalam jurang yang sangat curam. Arian segera berlari mendekati mobil tersebut.

"Airin, apakah kau mendengar ku ?" teriak Arian seperti orang gila.

"Tuan tolong tenangkan dirimu, kami sedang mencoba mengevakuasi korban." ucap seorang polisi yang mencoba menahan Arian.

"Dia istriku dan sedang mengandung anakku, bagaimana bisa kau memintaku untuk tenang." jawab Arian dengan penuh emosi.

"Kami paham tuan, tetapi tolong jangan membuat kami kesulitan dalam menjalankan tugas kami." ucap Polisi tersebut.

"Semuanya segera menyingkir ! ada sebuah bom yang tinggal menunggu waktu untuk meledak." ucap salah seorang Polisi yang segera berlari di ikuti oleh rekannya yang lain.

Orang-orang yang melihat hal itu dengan cepat berlari menjauh dari tempat itu, Arian yang masih bingung dipaksa meninggalkan tempat itu namun dengan sekuat tenaga mencoba melawannya.

Akhirnya seorang Polisi meluncurkan bogem mentah ke arah Arian sehingga ia jatuh tersungkur di tanah, bersamaan dengan suara dentuman yang sangat kuat.

Suara ledakan yang begitu besar membuat Arian seakan kehilangan seluruh hidupnya. Mobil yang dikendarai oleh Airin meledak dan hangus terbakar. Api yang begitu besar menghanguskan seluruh mobil beserta isinya.

"Airin !!!". Teriak Arian dengan sekuat tenaga.

Arian seperti orang gila, ia berlari dan berteriak memanggil Airin. Hingga tubuhnya terjatuh kembali ke tanah dengan habisnya mobil Lamborghini merah yang telah membawa istri dan bayinya.

Pandangan Arian berubah menjadi gelap, seakan tertimpa oleh beban yang sangat berat tubuh Arian jatuh tak berdaya dengan mata yang terpejam.

Polisi segera menghubungi ambulan untuk menolong Arian, sedangkan masyarakat yang berkumpul perlahan meninggalkan tempat itu satu persatu.

Arian segera dilarikan ke RS terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Sementara Polisi mengevakuasi sisa mobil Lamborghini itu. Dan segera menghubungi keluarga korban.

Ibu Nina langsung datang ke lokasi kejadian setelah mendapat kabar kecelakaan yang dialami oleh putrinya. Setelah sampai tuan Arga segera menanyakan kronologi kejadian.

"Maaf tuan, saat kami datang mobil yang dikendarai oleh putri anda sudah berhenti karena menabrak sebuah pohon dan hampir saja jatuh ke jurang."

" Kami mencoba menyelamatkan korban, yang pingsan di dalam, namun belum sempat kami mengeluarkan korban dari dalam, terdengar sebuah suara dengan hitungan mundur dan setelah kami lihat itu adalah sebuah bom."

"Kami segera keluar dan baru saja kami keluar mobil itu langsung meledak dengan sangat keras. Hal itu membuktikan bahwa kecelakaan ini murni karena pembunuhan berencana tuan."

"Tetapi kami tidak mempunyai bukti yang kuat, untuk menyelidiki lebih lanjut. Karena semuanya telah terbakar." jelas Polisi tersebut.

"Kurang ajar ! siapa yang berani bermain kotor seperti itu. Aku harus membalasnya dengan caraku sendiri." ucap tuan Arga dengan suara lirih.

Ia tidak menyangka bahwa putrinya yang mempunyai hati yang begitu baik dan selalu memaafkan orang menjadi target pembunuhan disaat ia sedang mengandung cucunya.

"Dan saat ini menantu anda tuan Arian sedang pingsan dan sedang dirawat di rumah sakit, mungkin kerena shock melihat mobil yang membawa istrinya meledak." ucap polisi itu sebelum meninggalkan tempat itu.

"Deo, cari siapa yang telah mensabotase mobil yang digunakan oleh putriku. Lihat seluruh cctv di perusahan Dewantara. Aku ingin secepatnya pelakunya di temukan !" ucap tuan Arga kepada Deo.

"Baik tuan, akan saya laksanakan segera." jawab Deo dengan tegas.

Setelah itu tuan Arga dan istrinya segera menuju ke rumah sakit umum untuk melihat kondisi Arian.

Sedangkan Arian mulai membuka kedua matanya, ia langsung duduk dan segera mencabut jarum infus yang ada di tangannya. Darah mengalir dari tangannya namun tidak ia pedulikan ia hanya ingin segera melihat kondisi Airin.

"Arian ! tanganmu ?" tanya ibu Nina dengan khawatir.

"Tidak masalah ma, ini hanya luka kecil. Aku harus segera menolong Airin." ucap Arian.

"Arian kami baru saja dari lokasi kejadian, tetapi Airin tidak ditemukan ia telah hangus terbakar bersama mobil yang ia kendarai." ucap tuan Arga.

"Tidak mungkin ! ini tidak mungkin !" teriak Arian.

Arian merasa putus asa sekali, ia duduk di lantai dengan menundukkan kepalanya. Air matanya mengalir tak bisa dibendung.

Tubuhnya kembali jatuh ke lantai, ia kembali pingsan. Kemudian para perawat membawanya kembali ke ruang rawat.

"Kasihan Arian pa, dia langsung kehilangan istri dan bayinya yang belum sempat lahir, Ia sudah kehilangan semua keluarganya dan kini ia harus kehilangan lagi orang-orang yang disayanginya."

"Pa segera lakukan sesuatu, tangkap pelaku pembunuh Airin dan bawa ia hidup-hidup kehadapan mama. Ia harus bertanggung jawab atas kematian Airin." ucap ibu Nina sambil menghapus air matanya.

"Mama tenang saja, selain memerintahkan Deo, papa juga akan bergerak bersama orang-orang kepercayaan papa. Papa akan balas pembunuh itu beserta seluruh keluarganya untuk bertanggung jawab atas kepergian Airin dan juga cucuku. " jawab tuan Arga.

"Itu harus pa, mama ingin mereka merasakan akibat dari kejahatannya." ucap ibu Nina.

Sementara berita meninggalnya Airin karena kecelakaan tunggal dan membunuh berenca. Mengherankan seluruh negara Elang.

Seorang gadis cantik yang telah merajai dunia bisnis itu berakhir di tangan seorang pembunuh.

Deo segera memeriksa rekaman cctv yang ada di perusahan Dewantara. Namun ia tidak menemukan apa-apa. Semuanya terlihat baik-baik saja. Namun ia tetap menyimpan salinan rekaman cctv itu untuk diserahkan kepada Arian setelah ia kembali ke kantor lagi.

Seluruh karyawan Perusahan Dewantara dan juga Golden A&H berduka karena kepergian Airin dan meninggalkan duka yang sangat besar terhadap keluarga yang ditinggalkan terutama bagi Arian.

Hampir satu bulan Arian tidak datang ke kantor, ia mengurung diri dirumahnya, ia sangat kehilangan atas kepergian Airin.

"Arian boleh mama duduk ?" tanya ibu Nina.

"Silakan ma, mengapa mama harus meminta ijin untuk hal seperti ini." jawab Arian dengan dinding.

"Arian, apakah kau mencintai Airin putri tunggal mama ?" tanya ibu Nina sambil duduk di samping Arian.

"Apakah Mama meragukan cinta dan kesetiaan Arian terhadap Airin ?" tanya Arian seakan tak percaya.

"Kalau memang kau sangat menyayangi Airin, pasti kau akan menemukan pelaku pembunuhan Airin dan kau tak akan diam saja seperti ini."

"Dan kau tentu tidak akan rela Golden A&H yang didirikan oleh Airin hancur tanpa sisa karena tidak ada yang mengurus lagi."

"Kalau kau memang mencintai dan menyayangi putri tunggal mama, bawa pembunuh itu hidup-hidup kehadapan mama." ucap ibu Nina sambil berlalu meninggalkan Arian.

bab. 3. Perubahan Arian

Arian tertegun mendengar ucapan dari mertuanya. Ia memandang kepergian sang mertua dengan pikiran yang rumit.

Terlintas kenangan bersama Airin, berawal dia hendak menolong seorang siswi baru yang di bully oleh salah satu siswi dari SMA Golden A&H, hingga akhirnya mereka menjadi pasangan yang disaksikan oleh seluruh penghuni SMA Golden A&H.

Hingga mereka menjadi pasangan kekasih yang halal. Kebahagiaan yang ia rasakan mampu membuat kesedihan karena kehilangan seluruh keluarganya.

Cinta membuat Arian menjadi seorang pengusaha yang sukses dan memiliki sifat yang sangat baik, rendah hati dan suka menolong tanpa pandang bulu. Bahkan seseorang yang pernah menyakiti mereka sekalipun akan ia tolong jika memerlukan pertolongan.

Sampai hari dimana mereka mengetahui bahwa keduanya akan segera menjadi orang tua, karena kehadiran sang buah hati yang masih bersemayam di rahim sang istri.

Kebahagiaan yang mereka miliki seakan tak akan pernah sirna. Hingga takdir mampu membuktikan jalannya sendiri.

Dimana sebuah hari yang begitu cerah membawa Airin menuju kesebuah tempat yang disinyalir tumbuh sebuah pohon mangga yang sedang berbuah lebat meskipun tidak sedang musim buah mangga.

Airin yang saat itu sedang ngidam makan buah mangga dari pohonnya langsung, segera menuju tempat tersebut tanpa memperdulikan permintaan Arian untuk menunggu dirinya.

Ia ingin mengantar sang istri setelah pekerjaan yang ada dihadapannya selesai terlebih dahulu. Namun Airin sudah tidak sabar dan ia mengendarai mobil sendiri.

Naasnya Airin mengalami kecelakaan tunggal yang membuat mobilnya meledak dan hangus terbakar. Karena jasanya tidak dapat ditemukan ia dinyatakan meninggal dunia.

Semua kenangan pahit itu terus saja datang silih berganti di ingatan Arian. Arian berdiri di depan cermin. Ia menatap wajahnya yang terlihat sangat tidak terurus dan sedikit kurus.

"Kalau memang kau sangat menyayangi Airin, pasti kau akan menemukan pelaku pembunuhan Airin dan kau tak akan diam saja seperti ini."

"Dan kau tentu tidak akan rela Golden A&H yang didirikan oleh Airin hancur tanpa sisa karena tidak ada yang mengurus lagi."

"Kalau kau memang mencintai dan menyayangi putri tunggal mama, bawa pembunuh itu hidup-hidup kehadapan mama."

Ucapan ibu Nina selalu terngiang-ngiang di telinganya, sehingga membuat Arian menghancurkan cermin yang ada dihadapannya dengan sekali tinju.

Ada serpihan kaca yang menggores tangannya dan mengeluarkan cairan berwarna merah.

"Airin !!! Dimana kau saat ini ? jangan siksa aku dengan cara seperti ini!" teriak Arian.

Deo yang kebetulan datang karena ingin meminta tanda tangan untuk dokumen-dokumen penting segera menghampiri Arian.

"Arian apa yang terjadi ? mengapa ada darah dan ini ... ." Deo tak bisa melanjutkan kata-katanya.

Ia segera membantu Arian berdiri setelah itu ia membersihkan luka di tangan Arian kemudian mengambil perban untuk membalut luka itu.

Setelah itu ia manggil pelayan untuk segera membersihkan serpihan kaca yang berserakan di lantai.

"Arian, sampai kapan kau akan seperti ini ? bangkitlah demi Airin." ucap Deo yang merasa khawatir dengan kondisi sahabatnya itu.

"Untuk apa kau datang ke sini ?" tanya Arian.

"Aku ingin meminta tandatangan untuk dokumen-dokumen itu." jawab Deo sambil menunjuk beberapa dokumen yang ia letakkan di atas meja.

"Kalau begitu pergilah ! aku akan mengirimkan dokumen itu kepadamu setelah selesai." jawab Arian dingin.

"Baiklah jaga dirimu baik-baik." ucap Deo.

Arian hanya mengangguk tanpa melihat Deo yang berlalu dengan perasaan yang sangat khawatir.

Setelah sampai di kantor Deo kembali sibuk dengan pekerjaannya. Tanpa ia sadari bahwa Arian datang tak lama dari kedatangan.

Hanya saja kali ini Arian menjadi sangat dingin. Ia tak menjawab semua salam dan sapaan dari seluruh karyawan yang bertemu dengan dirinya.

Hampir seluruh karyawan keheranan dengan perubahan Arian. Setelah sampai ke lantai atas ia segera masuk ke ruangannya dan duduk di bangku kebesarannya dengan serius dan langsung mengoperasikan laptopnya.

"Deo segera datang keruangan ku sekarang !." ucap Arian dengan penuh penekanan.

"Arian kau dimana ?" tanya Deo dengan heran karena Arian menghubungi dengan nomor kantor.

"Di ruang Presdir." jawab Arian singkat dan langsung mematikan panggilan tanpa menunggu ucapan dari Deo.

Deo menatap telpon yang ada di tangannya. Tanpa pikir panjang ia segera keluar dari ruangannya, namun langsung bertemu dengan Chika yang kebetulan akan menemui dirinya.

"Deo, apakah kau akan menemui Arian ?" tanya Chika tanpa basa-basi.

"Iya benar, apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan ?" tanya Deo.

"Baru saja Arian datang dan langsung masuk ke ruangannya, hanya saja ia berbeda dari biasanya. Ia begitu dingin dan sangat arogan sekali." ucap Chika.

"Deo kau ingin bekerja atau ingin bergosip ?" tanya Arian sambil berlalu melewati mereka begitu saja.

Tanpa pikir panjang lagi, Deo segera menyusul Arian yang handak keluar lagi.

"Arian, mau kemana bukankah kau memanggilku ?" tanya Deo.

"Awalnya aku menunggumu karena aku percaya dengan mu. Tapi ternyata kau lebih suka bergosip dari pada menemui pimpinan mu." jawab Arian dengan dingin.

"Maaf, aku tadi sedang ... ." ucap Deo terhenti karena ia menabrak tubuh Arian.

"Mengingat persahabatan kita sekian lama, aku mentolerir kesalahan mu tetapi tidak untuk lain kali !. Di perusahaan ini hanya ada pemimpin dan bawahan, ingat itu baik-baik." ucap Arian dengan penuh penekanan.

"Baik tuan akan selalu saya ingat." jawab Deo dengan cepat.

"Sekarang juga bawa rekaman cctv dari sebelum istri ku pergi hingga saat ini dan segera antar ke ruangan ku !. Perintah Arian sangat tegas.

"Baik tuan." jawab Deo.

Kemudian Deo segera mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Arian.

"Deo bagaimana ?" tanya Chika sambil mengikuti Deo.

"Lebih baik kau segera kembali bekerja, saat ini Arian tidak seperti yang dulu, kepergian Airin merubah Arian 180 derajat. Jangan mencari masalah jika tidak ingin terjadi hal yang tidak kita inginkan." jawab Deo.

Ia segera berlalu dan menuju ruang cctv, untuk menyalin semua peristiwa sebelum musibah menimpa Airin hingga hari ini.

Chika hanya terpaku setelah mendengar ucapan Deo. Ia tak habis pikir dengan apa yang ia dengar.

Setelah diam beberapa saat akhirnya Chika kembali melakukan pekerjaannya sebagai office girl di perusahaan Dewantara milik Arian.

Sama halnya dengan Misel ia langsung membersihkan seluruh ruangan termasuk ruangan Arian. Ia ingin sekali melihat bagaimana Arian saat ini, sambil mengerjakan tugasnya.

Sementara Arian sedang mengecek semua laporan perusahaannya, yang lebih dari satu bulan ia tinggalkan.

Chika seperti biasanya, mengetuk pintu setelah itu langsung masuk untuk membersihkan ruang kerja Arian.

"Untuk apa kau kesini, lebih baik kau bersihkan ruangan yang lainnya, jangan menggangguku. Sekarang juga cepat keluar!" perintah Arian mendominasi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!