Seorang gadis duduk di balai-balai yang ada di pinggir pematang Sawahnya. Gadis itu menatap hamparan sawah yang sudah menguning yang siap dipanen. Rambutnya berterbangan diterpa angin sore hari itu.
Tingginya cukup ideal, dengan postur tubuh yang semampai layaknya seorang model, kulitnya putih halus walaupun sering terpapar sinar matahari jika dirinya berada di Sawahnya. Banyak yang tidak menyangka jika Alisha adalah hanyalah gadis Desa asli. Yang kesehariannya hanya bekerja di Sawah.
Gadis yang baru sekitar satu tahun lalu menamatkan pendidikannya di bangku Sekolah Menengah Atas. Walaupun prestasinya yang tidak termasuk kategori siswa yang berprestasi, tapi cukup diperhitungkan oleh guru-gurunya sewaktu masih sekolah.
Alisha kadang mewakili sekolahnya untuk ikutan lomba mata pelajaran olahraga dan selalu mendapatkan juara Satu atau Dua setingkat Kecamatan, Kabupaten bahkan pernah menjadi juara 2 tingkat Provinsi.
Gadis itu bernama Alisha Adinda Naufal, gadis yang baru berusia 19 tahun itu. Awalnya Neneknya ingin menguliahkan dirinya di Universitas ternama, tapi Alisha sadar diri dan tidak ingin membuat Neneknya semakin kesulitan, apa lagi untuk kebutuhan sehari-harinya saja mereka sudah banting tulang bekerja di sawah dan juga ladangnya.
"Apa aku harus menerima tawaran dari Bibi yah? tapi kalau aku terima siapa yang akan menemani Nenek, apalagi sudah tua," gumamnya.
Di wajahnya sangat terlihat jelas keraguan dan kebimbangan yang menyelimuti hati dan pikirannya.
"Aku tidak mungkin seperti ini terus harus bergantung pada belas kasihnya nenek, apalagi pekerjaan dan penghasilan nenek setiap hari semakin menurun saja, mungkin jalan yang terbaik dan solusinya adalah menerima tawaran dari Bibi saja," batinnya Alisha.
Burung-burung beterbangan yang sesekali hinggap di atas tumbuhan padinya sambil mematuk padi yang sudah menguning itu sudah tidak dihiraukan lagi.
"Mungkin sebaiknya Aku utarakan semuanya di hadapan Nenek terlebih dahulu baru bisa mengambil keputusan dan langkah apa yang harus aku ambil, aku juga tidak ingin mengecewakan Bibi yang sudah jauh-jauh ke sini," lirihnya lalu bangkit dari duduknya dan tidak lupa menggoyang tali pengikat alat khusus yang dipakai untuk mengusir burung-burung.
Baru selangkah melangkahkan kakinya, tapi tiba-tiba terhenti lagi,
hatinya sedang bimbang dan ragu apa harus mengikuti dan memenuhi permintaan dari Bibinya itu. Hingga kembali terduduk di tempatnya semula.
Sebagian kakinya dia celupkan ke dalam air yang kebetulan ada saluran irigasi pas dekat sawahnya yang mengalirkan air untuk sawah-sawah yang kekurangan air, sehingga mereka dalam setahun bisa hingga tiga kali menanam padi.
Hingga menjelang magrib, barulah Alisha beranjak dari duduknya karena teringat jika dia belum masak makanan apa pun untuk Neneknya dan adik sepupunya yang kemungkinannya sudah kembali dari ladangnya yang kebetulan hari ini panen singkong dan Ubi jalar.
Alisha terburu-buru berjalan melewati beberapa meter pematang Sawah hingga sampai ke depan rumahnya. Ternyata pintu rumahnya belum terbuka, berarti Nenek dan adik sepupunya belum pulang.
Alisha bergegas mengambil kunci rumahnya yang ada di dalam saku celananya lalu mengunci kenop pintunya dan segera memegang gagang pintu rumahnya.
"Alhamdulillah waktunya sholat magrib," cicitnya saat mendengar lantunan Adzan berkumandang dari Toa Masjid yang ada di Sekitar Kampungnya.
Alisha segera bergegas menuju kamar mandi yang ada di belakang rumahnya, untuk segera mandi dan mengambil air wudhu.
Alisha melaksanakan shalat Maghrib dengan khusyuknya dan berserah diri kepada Allah SWT dan meminta petunjuk kepada Allah untuk permasalahan yang dihadapinya saat ini.
Setelah melaksanakan kewajibannya, Alisha bergegas menuju dapurnya. Dapur yang hanya berukuran tiga kali dari luas keseluruhan rumahnya, yang berdinding dari anyaman bambu dan lantainya masih berlantaikan tanah. Sedangkan ruang keluarga sekaligus menjadi ruang tamu, kedua kamarnya sudah berlantaikan dari campuran semen dan pasir.
Walaupun hidup terbilang sangat sederhana dan pas-pasan, tapi Alisha tidak pernah menuntut dan meminta lebih kepada Neneknya.
Setelah dua jenis masakannya jadi barulah Nenek dan adik sepupunya kembali dari Ladang. Ladang yang dikerjakan neneknya adalah milik orang lain, Neneknya hanya mengolah ladang itu dengan bagi hasil dengan pemilik Ladang.
Mereka pun makan malam walaupun hanya tempe mendoan dan tumis kangkung, tapi mereka sangat bersyukur dengan makanan yang mereka makan saat itu.
Setelah mereka makan seperti biasanya, Alisha membersihkan seluruh perlengkapan dan peralatan masak dan makannya dia cuci hingga bersih.
"Ini saat yang tepat untuk berbicara dengan Nenek tentang tawaran dari Bibi Ainun."
Alisha pun berjalan ke arah ruang keluarga, Neneknya dan adiknya Aida sedang nonton sinetron di Salah satu stasiun televisi swasta yang bergambar ikan terbang itu. Layar kaca yang berukuran 24 inci itu masih berwarna hitam putih, tapi gambar dari TV itu masih sangat jelas gambarnya.
Aida dan neneknya tertawa terbahak-bahak melihat akting dari salah satu artis sinetron tersebut.
"Nenek, Alisha ingin berbicara sama Nenek," ucapnya sambil memainkan ujung bajunya dengan memelintir dan memutar ujung bajunya tersebut.
"Nenek, Bibi Ainun memanggil Alisha untuk membantunya bekerja di Rumah majikannya, apa Alisha boleh ikut ke sana?" Tanya Alisha yang duduk di kursi kayu jati itu.
Neneknya hanya melihat sepintas wajah cucunya tersebut. Lalu kembali menyeruput kopinya yang masih mengepulkan asapnya itu dengan pisang goreng dan singkong goreng jadi pelengkap dan teman minum Neneknya kala itu.
Alisha menatap penuh harap dan cemas ke arah Neneknya. Sebenarnya sedari dahulu, dia Ingin ke Ibu Kota Jakarta, setelah mengetahui jika Ibu kandungnya masih hidup dan tinggal di Kota Jakarta, dari itu lah juga alasan yang kuat untuk membuatnya tertarik menerima permintaan dan tawaran dari Bibinya tersebut.
Bibi Ainun adalah adik sepupu Bapaknya yang sudah hampir 12 tahun bekerja di Kota Jakarta. Bibi Ainun bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga di salah satu rumah di Jakarta.
"Kalau kamu ingin berangkat kerja silahkan Nak, Nenek tidak akan menghalangi Kamu, nenek hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk cucu Nenek," ucapnya sambil memegang tangan Alisha.
"Tapi, bagaimana dengan Nenek, pasti nenek akan kesepian tanpa Alisha di sini dan siapa yang akan masakin untuk Nenek nanti jika Alisha pergi,"
tuturnya Alisha disertai dengan air matanya yang sedari tadi tertahan di ujung pelupuk matanya akhirnya terjatuh juga.
"Tidak perlu Kamu risaukan masalah itu semua, pergilah insya Allah Nenek akan baik-baik saja," tutur Neneknya yang membujuk cucunya, lalu menghapus air matanya Alisha yang sudah membanjiri wajahnya.
Mereka saling berpelukan dan saling meluapkan kesedihan karena mereka akan berpisah. Alisha pun akan mengikuti jejak Bibinya untuk bekerja di Ibu Kota besar Jakarta.
Mampir baca novel baru aku judulnya "Terpaksa Menjadi Orang ketiga"
give away kecil-kecilan khusus pembaca yang rajin" Caranya hanya baca, Like dan komentar.
...****************...
Tinggalkan jejaknya kakak Readers setelah baca yah dan dukung juga Novelku yg lainnya yang alur ceritanya tidak kalah menarik dari cerita Hanya sekedar baby Sitter judulnya ada dibawah ini:
Hikayat Cinta Syailendra
Pelakor Pilihan
Ketika Kesetiaanku Dipertanyakan
Cinta Kedua CEO
Love Story Ocean Seana
Makasih banyak untuk Readers yang telah meluangkan waktunya untuk mampir..
Mohon Maaf jika banyak sekali terdapat kesalahan atau typo kata dalam penulisan maupun pengetikannya...
I love you all Readers…
"Tidak perlu Kamu risaukan masalah itu semua, pergilah insya Allah Nenek akan baik-baik saja," tutur Neneknya yang membujuk cucunya, lalu menghapus air matanya Alisha yang sudah membanjiri wajahnya.
Mereka saling berpelukan dan saling meluapkan kesedihan karena mereka akan berpisah. Alisha pun akan mengikuti jejak Bibinya untuk bekerja di Ibu Kota besar Jakarta.
"Insya Allah... Nenek dengan aida akan selalu baik-baik saja, kamu harus jaga diri baik-baik di rumahnya orang Nak, Nenek sangat menyayangimu walaupun kamu hanya cucu sambungku," lirihnya Neneknya Alysha seraya menyeka air matanya.
Hari minggu seharusnya menjadi hari keberangkatan mereka, tetapi Bibi Ainun mendapatkan informasi dari rekan kerjanya yang ada di Jakarta, dia harus segera pulang hari ini juga. Sehingga keberangkatan mereka pun dipercepat dari jadwal semula.
"Alisha, apa Kamu sudah siap Nak?" Teriak Bibi Aini dari depan rumahnya yang kebetulan tidak tertutup itu.
Nenek Maryamah segera berjalan ke arah depan pintunya setelah mendengar teriakan dari keponakannya itu.
"Kamu kebiasaan belum berubah masih sama seperti dahulu, kalau masuk di rumah itu, harus beri salam terlebih dahulu sebelum berteriak, kamu seperti Tarzan saja," sarkas Nenek Maryamah.
Nenek Maryamah menggelengkan kepalanya melihat sikap dari keponakannya yang masih betah hidup menjanda itu.
Alisha yang mendengar tetiakan Bibinya yang sedang melipat pakaian lalu memasukkannya ke dalam tas ranselnya yang sering dia pakai ke sekolahnya. Alisha bergegas menuju pintu depan dan tertawa ketika melihat Bibinya dijewer telinganya oleh Neneknya.
"Ampun Bibi! sakit loh nih, apa Bibi ingin melihat keponakan cantiknya Bibi jadi cacat gak punya daun telinga lagi?" Bibi Ainun segera memeriksa kondisi telinganya yang menurutnya sudah memerah.
"Makanya kalau masuk rumah ingat lah selalu untuk mengucapkan salam terlebih dahulu," Nenek Maryamah kemudian mendaratkan bokongnya di atas kursi kayu jati itu yang warna catnya sudah pudar yang awalnya berwarna coklat tua.
"Nenek sudah yah marahnya kasihan sama Bibi loh, entar cantiknya hilang dan tidak cantik cetar membahana lagi," gurau senyum Alisha yang menahan tawanya melihat apa yang mereka lakukan.
Rumah yang sangat sederhana itu menjadi saksi bisu selama ini. Alisha yang dibesarkan dengan penuh limpahan kasih sayang harus ditinggalkan sementara waktu demi mengadu nasib ke Ibu Kota Jakarta.
Barang-barang Alisha sudah diangkat oleh adik sepupunya Aida. Mobil rental yang akan mengantar mereka hingga ke Kota sudah terparkir di pinggir jalan raya yang depan rumahnya.
Alisha langsung memeluk tubuh renta itu, jasa-jasa Nenek Maryamah sangatlah besar dan tanpa kasih sayang Nenek Maryamah mungkin Alisha tidak akan ada hingga sekarang. Alisha memeluk tubuh Neneknya dengan sangat erat.
Air mata Alisha membasahi pipinya tubuhnya bergerak hebat dalam pelukan Neneknya. Sedangkan Nenek Maryamah sekuat tenaga menahan kesedihannya beliau lakukan itu agar Alisha bisa berangkat dengan tenang tanpa ada beban pikiran yang mengganjal sehingga perjalanan cucunya dan keponakannya berjalan lancar.
"Maafkan Alisha yah Nek, alisha selama ini sudah menyusahkan Nenek, kadang Alisha tidak mendengar perkataan dari Nenek, Alisha sangat bahagia dan bersyukur karena berkat Nenek Alisha seperti sekarang ini," tuturnya Alisha semakin merapatkan pelukannya seakan-akan tidak ingin berpisah dengan Neneknya itu.
Suara klakson dari mobil yang dibunyikan oleh supir tersebut membuat Alisha terpaksa melepas pelukannya itu.
"Pergilah nak, insya Allah Nenek baik-baik saja, Kamu jaga diri baik-baik yah, jangan lupakan kewajiban kamu Nak, sesibuk apapun kamu nantinya," Nenek Maryamah menghapus jejak air matanya alisha yang semakin mengucur deras tanpa hentinya.
"Aida jaga Nenek baik-baik yah, kalau kamu ingin bicara dengan kakak kamu datang ke rumahnya Bibi Ainun untuk meminta Ardi untuk menelpon Kakak," pinta Alisha lalu memeluk tubuh adiknya itu.
"Kakak jangan lupakan Aida yah, kalau Kakak sampai di Kota telpon Aida yah," Aida pun semakin kencang tangisannya dan memeluk pinggang kakaknya.
Bibi Ainun pun ikut bersedih, karena seumur hidup Alisha ini untuk pertama kalinya dia meninggalkan Neneknya. Sekalipun Alisha tidak pernah meninggalkan Neneknya begitu pun juga dengan Neneknya jika bepergian ke daerah lain pasti memboyong serta cucu-cucunya.
"Ayok nak, supaya kita sampai di Kota tidak terlalu larut malam," Bibi Ainun menyeka air matanya lalu menarik tangan keponakannya itu.
Dengan berat hati, Alisha terpaksa harus meninggalkan Nenek dan Kampung halamannya yang sudah membesarkan hingga usianya yang hampir 20 tahun itu.
Perpisahan pasti selalu menyisakan luka dan kesedihan, tapi seperti itulah jalan hidup yang harus dijalani oleh mereka.
"Maafkan Alisha, Nenek! Aku harus pergi dari sisinya nenek, aku sudah terlalu lama membebani hidupnya nenek," batinnya Alisha.
Mobil perlahan meninggalkan kampung halamannya Alisha yang bertolak ke Jakarta. Mereka berangkat jam 7 pagi dan kemungkinannya mereka akan sampai jam 4 subuh.
Air mata Alisha masih membasahi pipinya dan pandangannya masih tertuju ke rumahnya di mana Neneknya berdiri dan masih mematung di tempatnya.
Setelah mobil yang ditumpangi oleh Alisha dirasa sudah menjauh, perlahan tapi pasti air matanya Nenek Maryamah pun sudah mengalir membasahi pipinya yang sudah nampak keriput itu di usianya yang sudah masuk kepala enam itu.
"Nenek Sayang dan bangga padamu nak, semoga Kamu bisa bertemu dengan orang tua kandungmu," lirihnya Bu Maryamah yang terus memandangi
Perjalanan yang ditempuh oleh mereka cukup lancar dan aman terkendali hingga akhirnya mobil itu sudah masuk ke dalam daerah pinggiran Jakarta. Tapi, di jalan tiba-tiba ban mobilnya kempes sehingga perjalanan mereka terganggu dan tersedak.
Sedangkan di dalam sebuah ruangan yang cukup besar itu, dengan desain interior ala Eropa itu seorang pria dan Maminya berdebat dan mereka sama-sama sudah saling emosi.
"Mami!! bagaiman lagi caranya Axel katakan pada Mami, kalau Alex tidak akan menikah lagi dengan siapa pun itu," teriaknya dengan nada suara yang cukup tinggi saking emosinya dan hal ini selama hidupnya pertama kalinya dia membentak Ibu yang sudah berjasa melahirkan dan membesarkan selama ini.
"Adnan, apa kamu tidak ingin melihat ke tiga anakmu itu memiliki seorang Mama yang bisa memberikan kasih sayang dan perhatian serta yang siap menjaga mereka kapan saja," jelasnya sambil duduk di kursi ruang keluarga rumah besar itu.
Adnan menatap ke arah Maminya dengan jengah karena itu bukan hal pertamanya Ibu Selma Natasa Sungkar merayu dan membujuk putra tunggalnya untuk segera mengakhiri status dudanya yang disandangnya sejak empat tahun lalu.
Istri Adnan Arkan Sungkar meninggal dunia setelah berhasil melahirkan anak keduanya yang kembar ke dunia ini. Mulai saat itu, perlahan hatinya sudah membeku dan tertutup rapat dan tidak ingin membuka hatinya kembali dengan wanita mana pun.
Ibu Selma sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengenalkan dan menjodohkan putranya dengan gadis mulai dari anak sahabatnya hingga putri dari relasi bisnisnya, tapi tidak berhasil sekali pun.
Bahkan Mami Selma sudah merencanakan kencan dengan beberapa perempuan untuk Adnan, tapi selalu berakhir dengan tangis sedih dan ada juga yang marah-marah setelah mereka berkencan dengan Adnan.
Kadang Ibu Selma sudah pasrah untuk mencarikan jodoh yang terbaik untuk anaknya, tapi jika melihat ke dua cucunya, hatinya kembali terenyuh dan sedih.
"Apa Mami sudah bosan dan capek merawat anak-anakku? Kalau seperti itu Adnan akan cari Baby sitter untuk mereka," kilahnya lalu menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi.
"Adnan bukan seperti itu sayang maksudnya Mami!" Ujarnya Bu Selma.
Maminya lalu berjalan ke arah Adnan lalu memegang tangan putranya itu. Adnan menatap wajah Maminya dan sangat menyesal telah bersikap kasar kepada maminya itu
"Maafkan Adnan Mami, bukannya Aku ingin menyakiti hati Mami, tapi Aku tidak bisa mencintai wanita lain Mami, hanya ada satu nama yang masih setia mengisi relung hatiku, hanya Istriku seorang, walaupun Aurel sudah meninggal, tapi aku tidak mampu untuk menggantikan posisinya di dalam hati ini," jelasnya Adnan lalu berlutut di hadapan Maminya.
"Tapi, kamu juga harus memikirkan nasib buah hati kamu, apa kamu tidak tahu jika setiap ada Baby sitter nya paling Lama mereka bertahan satu minggu saja lalu mereka pasti akan kabur," terang ibu Selma yang menjelaskan secara rinci
Apa yang dikatakan oleh Ibu Selma benar sekali, sifat dan tingkah laku ke dua anaknya sangat lah aktif sehingga banyak mencap mereka sangat nakal. Mereka terdiam sesaat dan merenung dan memikirkan solusi yang terbaik untuk permasalahan mereka.
Adnan adalah anak tunggal dari seorang pengusaha sukses yang cukup terkenal di Ibu Kota, Perusahaan mereka bergerak di bidang retail dan beberapa apartemen juga. Adnan anak dari pasangan Bapak Haris Kurniawan Sungkar dengan Ibu Selma Natasa Sungkar.
Adnan Arkan Sungkar, duda keren yang baru berusia 27 tahun sudah menduda dikarenakan istrinya meninggal dunia setelah melahirkan anak kembarnya.
"Sayang, hari ini Ainun kan balik dari kampungnya setelah mudik beberapa hari, dan Mami memintanya untuk mencari salah satu keluarganya yang siap jadi pengasuh anakmu, Mami berharap dia bisa diandalkan dan tidak seperti baby sitter dan perawat lainnya yang kabur baru beberapa hari di sini," jelasnya Bu Selma.
Selma kembali teringat jika ia yang mengingat saat beliau meminta tolong pada Ainun untuk mencari anggota keluarganya yang sanggup bekerja menjaga cucunya.
"Semoga saja dia berbeda dengan yang terdahulu," Bu Selma membatin.
Pintu terbuka dengan lebar dan masuklah Ainun dan Alisha dengan tas ransel dipunggungnya. Alisha saat tidak sengaja melihat ke arah Adnan tatapan mata mereka bersirobot, mereka bertatapan beberapa saat. Alisha grogi dan takut menatap terus mata tajamnya yang seperti elang milik Adnan. Ibu Selma tersenyum tulus kepada Alisha.
...----------------...
Tinggalkan jejaknya kakak Readers setelah baca yah dan dukung juga Novelku yg lainnya yang alur ceritanya tidak kalah menarik dari cerita Hanya sekedar baby Sitter judulnya ada dibawah ini:
Hikayat Cinta Syailendra
Pelakor Pilihan
Ketika Kesetiaanku Dipertanyakan
Cinta Kedua CEO
Love Story Ocean Seana
Makasih banyak untuk Readers yang telah meluangkan waktunya untuk mampir..
Mohon Maaf jika banyak sekali terdapat kesalahan atau typo kata dalam penulisan maupun pengetikannya...
I love you all Readers…
"Sayang, hari ini Ainun kan balik dari kampungnya setelah mudik beberapa hari, dan Mami memintanya untuk mencari salah satu keluarganya yang siap jadi pengasuh anakmu, Mami berharap dia bisa diandalkan dan tidak seperti baby sitter dan perawat lainnya yang kabur baru beberapa hari di sini," jelasnya Bu Selma.
Selma kembali teringat jika ia yang mengingat saat beliau meminta tolong pada Ainun untuk mencari anggota keluarganya yang sanggup bekerja menjaga cucunya.
"Semoga saja dia berbeda dengan yang terdahulu," Bu Selma membatin.
Pintu terbuka dengan lebar dan masuklah Ainun dan Alisha dengan tas ransel dipunggungnya. Alisha saat tidak sengaja melihat ke arah Adnan tatapan mata mereka bersirobot, mereka bertatapan beberapa saat. Alisha grogi dan takut menatap terus mata tajamnya yang seperti elang milik Adnan. Ibu Selma tersenyum tulus kepada Alisha.
Adnan baru beberapa menit yang lalu menginjakkan kakinya kembali ke dalam kediaman kedua orang tuanya, setelah seharian lembur fi perusahaannya. Tapi, Mamanya Ibu Selma langsung memberondong putra sulungnya itu dengan berbagai permintaan dan permohonannya.
"Mama!! teriak Adnan Arkan Sungkar di depan Mamanya.
Ibu Selma menatap ke arah putranya yang baru kali ini berani membentaknya. Ibu Margareth merasa sedih karena putranya yang selama ini menurut, sopan dan hormat padanya, tapi hari ini dia mendengar dari mulut putra tunggalnya bentakan yang dilayangkan untuknya.
"Apa yang terjadi padamu Nak, sebesar itu kah perasaanmu pada mendiang istrimu yang sudah meninggal lima tahun lalu, hingga kami tega membentak Mama," cicitnya lalu duduk di salah satu sofa yang ada di dalam ruangan itu.
"Mama maafkan Adnan yang sama sekali tidak ingin sedikit pun membantah keinginan Mama, tapi please untuk kali ini jangan memaksaku Ma," sanggah Adnan.
"Adnan!! Mama hanya meminta kamu untuk menikah saja,bukan meminta Perusahaanmu," pungkas Mamanya dengan wajahnya yang sendu.
Adnan melihat ke arah Mamanya yang tampak sedih,ada buliran air matanya yang siap mengalir dari pelupuk kelopak matanya yang hanya menunggu waktu untuk jatuh membasahi pipinya.
"Ya Allah… semoga aktingku kali ini bisa menjanikan dan lebih alami lagi sehingga putraku bisa setuju dengan keinginanku," Bu Selma membatin.
"Mama kalau aku sudah siap menikah lagi, aku akan mengatakan pada Mama, tapi untuk saat ini Adnan belum ada rencana Ma," ujarnya dengan menatap ke arah Mamanya.
Perdebatan kecil yang terjadi antara ibu dan putra tunggalnya di pagi buta itu terhenti, ketika pintu terbuat dari kayu jati itu yang bercat putih gading terbuka dengan lebar.
Pintu terbuka dengan lebar dan masuklah Bibi Murni dan Alisha yang masing-masing membawa barang bawaan mereka dari Kampung.
Alisha dengan tas ranselnya yang selalu setia di punggungnya. Alisha tidak sengaja menatap ke arah Adnan sehingga mata mereka bersirobot, mereka pun bertatapan beberapa saat.
Alisha tiba-tiba takut, grogi, salah tingkah dan takut menjadi satu yang dia rasakan hanya menatap ke dalam matanya Adnan.
Alisha tidak mampu untuk menatap terus mata tajamnya yang seperti elang milik Adnan tersebut.
Sedangkan Ibu Margaret tersenyum tulus kepada Alisha, beliau kemudian berjalan ke arah Alisha dan Bibi Murni.
Ibu Margareth memperhatikan Alisha dari ujung kaki hingga ujung rambutnya, "Gadis kampung tapi jika diperhatikan dengan seksama sangat tidak layak disebut gadis kampung," batinnya Ibu Margaretha.
Ibu Margareth berjalan menghampiri mereka. Bibi Murni refleks berbisik di telinga Alisha.
"Al itu Nyonya besar pemilik rumah ini, dia Mama Tuan Muda Adnan yang nantinya akan kamu jaga cucunya pagi siang dan malam,' bidiknya Bi Murni.
Alisha refleks menganggukkan kepalanya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Bu Margaretha yang sudah berdiri di depannya.
"Selamat datang Bibi Murni, Kami sudah lama menunggu kedatangan kalian," ucapnya lalu menyambut kedatangan mereka.
Alisha yang terbiasa jika bertemu dengan orang yang lebih tua darinya. Orang tersebut salah satu kenalan anggota keluarganya pasti akan segera dia raih tangannya lalu dia cium punggung tangan orang tersebut dengan takzim.
Ibu Margareth hanya tersenyum melihat sikap yang dilakukan oleh Alisha yang spontan hanya tata cara bertata krama seperti yang sering dia lakukan saat di Kampungnya.
"Nyonya besar kenalkan dia adalah keponakan saya namanya Alisha," ucap Bibi Murni sambil memperkenalkan Alisha dengan Nyonya pemilik rumah.
"Selamat datang Alisha, semoga Kamu betah tinggal di sini, sepertinya bibi Murni sudah menjelaskan semuanya kepadamu tentang apa saja yang nantinya akan kamu kerjakan selama di sini , saya berharap semoga kamu betah bekerja di sini," ucap Ibu Margaret dengan penuh wibawanya dan keramahannya.
"Makasih banyak Nyonya," Alisha menundukkan kepalanya di hadapan Nyonya Margaretha.
"Bibi Murni tolong antar Alisha ke dalam kamarnya, besok kalian langsung bekerja, karena cucu-cucuku sudah tertidur pulas di dalam kamarnya dan biasanya mereka akan bangun jika sudah pagi sekitar jam pagi," jelasnya lagi.
Sedangkan Adnan hanya sibuk memainkan handphonenya dan sama sekali tidak berniat untuk ikut menimpali pembicaraan mereka. Baginya, itu bukan urusannya,dia serahkan sepenuhnya kepada Mamanya saja.
Alisha dan Bibi Murni berjalan ke arah lantai dua tempat keberadaan Kamarnya Alisha selama dia menjadi perawat sekaligus pengasuh dari dua anak kembar itu.
Alisha memandang seluruh sisi rumah itu dan diam-diam mengagumi semua yang ada di dalam rumah yang menurutnya seperti istana yang sering dia lihat di TV.
"Ini rumah apa istana milik Raja dan Ratu? besar banget, guci yang ada di dalam ruang tamunya saja bahkan ukurannya bisa memuat diriku," gumam Alisha yang mengagumi semua benda yang ada di dalam ruangan itu.
Alisha tak bosan-bosannya mengagumi desain arsitektur rumah itu. Hingga Alisha sudah berada di hadapan pintu kamarnya.
"Ini kamarmu dan yang ada di ujung sana adalah Kamarnya cucu Nyonya Besar Nathan dan Nala, masuklah dan segeralah beristirahat karena besok adalah hari yang panjang untuk Kamu," ucap Bibinya lalu menepuk pelan pundak keponakannya itu, kemudian meninggalkan Alisha dan berjalan menuruni tangga.
Alisha membuka pintu kamarnya dan kembali dibuat takjub dengan dekorasi dan semua perabot dalam kamar itu. Jika dibandingkan dengan kamarnya yang ada di kampung sangatlah berbeda dengan yang ada di istana ini, dari ukurannya saja sudah berbeda apa lagi semua furniture yang mengisi kamarnya.
"Alhamdulillah enaknya kasur ini, kalau di rumah kasar dan keras tidak seperti ini, ini mah lembut banget," terangnya yang kegirangan saat mendudukkan bokongnya ke atas ranjang.
Alisha pun melompat-lompat seperti trampolin saja yang dia pakai. Alisha seperti anak kecil yang baru mengenal dan menikmati indahnya bermain dengan permainan baru.
Alisha lompat-lompat hingga kelelahan dan tanpa sengaja menginjak remote pendingin ruangan yang ada di dalam kamarnya. Seketika ruangan itu menjadi dingin.
"Segarnya, apa itu AC yang seperti yang terpasang di dalam kamar yang seperti yang ada di dalam kamar artis Raffi Ahmad," lirihnya sambil memeriksa remote control ac tersebut.
Maklum lah tidak ada satupun orang yang berada di Desanya yang memiliki pendingin ruangan.
Seiring berjalannya waktu mata Alisha semakin berat dan tidak kuasa menahan rasa kantuk yang menderanya. Hingga Alisha merebahkan tubuhnya dan tidak butuh waktu lama matanya pun terpejam padahal sudah tertidur pulas di atas mobil saat dalam perjalanan ke Jakarta.
Tapi, karena baru jam 7 pagi sehingga Alisha memilih untuk tidur kembali. Alisha menuju mimpi indahnya. Dan hari pertama dia datang masih diberi kebebasan untuk beristirahat dan memanfaatkan kesempatan tersebut dengan baik.
"Apa Aku paksa Adnan untuk menikah dengan Alisha Baby sitter nya Andra, Nathan dan Nala saja, tapi bagaimana caranya untuk meyakinkan putraku yang membandel itu melebihi anaknya saja??" Tanyanya yang maju mundur cantik di dalam kamar pribadinya.
Ibu Selma Natasa Sungkar mondar mandir di dalam kamarnya yang memutar otaknya untuk berfikir agar putranya segera setuju untuk menikah dengan perempuan pilihannya.
...----------------...
Tinggalkan jejaknya kakak Readers setelah baca yah dan dukung juga Novelku yg lainnya yang alur ceritanya tidak kalah menarik dari cerita Hanya sekedar baby Sitter judulnya ada dibawah ini:
Hikayat Cinta Syailendra
Pelakor Pilihan
Ketika Kesetiaanku Dipertanyakan
Cinta Kedua CEO
Love Story Ocean Seana
Makasih banyak untuk Readers yang telah meluangkan waktunya untuk mampir..
Mohon Maaf jika banyak sekali terdapat kesalahan atau typo kata dalam penulisan maupun pengetikannya...
I love you all Readers…
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!