NovelToon NovelToon

Love Me, Please Doctor

#1 pernikahan paksa

Alina Femina Angkasa, wanita yang amat cantik. Dengan rambut hitam legam dan bulu mata lentik. Ia terlahir di keluarga Angkasa yang terhormat.

Memiliki seorang Ayah yang bernama Setoni, ia merupakan pemilik rumah sakit terbesar yang ada dinegaranya, ayahnya adalah seorang dokter spesialis kanker.

Sama seperti Ayahnya yang seorang dokter, ibunya dan kedua kakak Alina pun seorang dokter.

Alina adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, ia juga anak perempuan satu-satunya. Sebagai anak perempuan dan anak terakhir, ia amat disayang oleh keluarganya. Banyak kasih sayang dan juga perhatian yang ia terima dari keluarganya.

Hanya saja, perjalanan cintanya Alina tidak seindah kehidupan keluarganya. Ia bahkan harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan hati orang yang ia cintai

...****************...

Di sebuah restoran.

Terlihat seorang gadis yang tengah menatap mata seorang laki-laki dengan tatapannya yang terlihat getir. Perasaan ragu-ragu serta tak percaya ada di dalam tatapan gadis itu.

Dia amat tak percaya jika kini dirinya harus rela bersikap egois. Tapi bukan untuk dirinya, melainkan untuk seseorang yang berharga untuknya.

“Apa yang kamu inginkan?” tanya seorang laki-laki dengan nada datar.

Laki-laki itu bernama Hero Sanjaya

Anak tunggal dari keluarga Sanjaya itu, ia adalah seorang pewaris satu-satunya yang akan mewarisi kekayaan dari keluarga Sanjaya.

“Nikahi Alina,” jawab Alina dengan nada sengaja terdengar memaksa.

“Apa kamu tidak bisa mendengar dengan jelas? atau kamu memang tuli? bukankah sudah aku katakan jika aku tidak akan menikah dengan siapapun,” tegas Hero yang tetap pada keputusannya.

Hero tidak mengerti dengan jelas alasan wanita di depannya begitu tegas mengajaknya untuk segera menikah. Padahal sudah jelas Hero sangat tidak menginginkan pernikahan itu, ia terlalu mencintai wanita di masa lalunya hingga tidak yakin bisa mencintai wanita lain selain cinta pertamanya.

Sedangkan Alina, ia tidak tahu alasan kenapa dirinya diminta untuk menikah dengan Hero. Dan itu oleh ibu Hero langsung, Hanny.

Yang Alina tahu dirinya hanya ingin membantu Hero untuk lepas dari bayang-bayang wanita masa lalunya, tapi siapa wanita masa lalu Hero itu Alina tidak tahu.

“Kalau begitu biarkan saja Kakak terus terbayang dengan hutang Budi ini,” acuh Alina yang terkesan memaksa.

“Kamu sungguh wanita yang keras kepala Alina! apa kamu tidak takut jika selama pernikahan aku akan berbuat kasar padamu!” kata Hero dengan nada terkesan mengancam.

“Kakak bukan orang yang seperti itu, Alina tahu itu!” tegas Alina.

“Memang seberapa jauh kamu mengenalku?” tanya Hero sarkas dan terdengar sinis.

Alina yang mendengar itu hanya diam dan tidak berkata apapun. Tapi dari tatapannya ia seakan ingin menegaskan jika dirinya akan tetap pada keputusannya itu.

Hero yang tidak memiliki pilihan lain, akhirnya ia terpaksa menikahi Alina. Karena wanita itu dengan tegas menolak tawaran baik Hero yang ingin segera membalas hutang Budi pada Alina.

Satu hal yang yang paling berkesan bagi Alina saat percakapan penuh ketegangan itu terjadi, yaitu perkataan Hero terkahir kali.

“Aku bisa saja menikahi kamu, tapi aku tidak yakin bisa memperlakukan kamu layaknya seorang istri pada umumnya,” ucap Hero dengan nada datarnya yang terkesan tak berperasaan.

“Baik, Alina yakin Kakak juga pasti akan bisa mencintai Alina,” ucap Alina yang kukuh pada pendiriannya itu.

Itulah yang Alina pikirkan saat memaksa Hero membalas hutang Budi dengan cara menikahinya.

...*****...

#2 Seorang Hero

“Kenapa ada di sini?” sinis Eron saat melihat adiknya ada di rumahnya. Tentu sikap Eron itu hanya sebuah candaan dan gertakan biasa.

Walau Eron kecewa dan tidak suka dengan keputusan Alina yang tetap menikahi Hero, laki-laki yang pernah menolak perjodohan dengan Alina saat itu.

Perjodohan yang telah disusun oleh keluarga Alina dan keluarga Hero dengan sebaik mungkin, tapi karena penolakan langsung dari Hero, hubungan layaknya saudara antara keluarga Sanjaya dan Angkasa menjadi sedikit renggang.

“Jadi ngusir nih ceritanya?” balas Alina yang terdengar acuh.

Bagaimana Alina bisa semangat berdebat jika saja ia masih dalam suasana hati yang buruk.

“Lagi ngidam ya neng, kok suaranya kayak nggak bersemangat gitu,” ledek Eron lagi-lagi hanya Alina balas dengan dengusan.

“Senggang Bener neng, pagi-pagi sudah datang ke rumah orang aja, nggak ada kerjaan ya neng.”

Eron terus saja meledek Alina, hingga wanita itu merasa kesal dan jengah.

“Alina belum kerja, terus kenapa juga kakak yang repot? seharusnya Kakak juga sadar diri dong, kenapa Anda juga ada di rumah sekarang?” balas Alina dengan meledek.

“Ya terserah saya dong neng, 'kan klinik itu punya saya pribadi, mau berangkat ataupun nggak itu urusan saya.”

Mendengar kata-kata Eron itu membuat mood Alina semakin buruk, ia lantas memilih untuk mengabaikan kakaknya itu.

“Cie, marah nih ceritanya ya neng,” senggol Eron yang langsung ditepis oleh Alina.

“Kak Eron!” kesal Alina.

“Heran deh, beberapa hari nggak ketemu aja sudah sejahil ini, Alina lagi kesel jangan bikin Alina tambah kesel dong,” dengus Alina.

“Iya iya deh neng, Kakak pamit dulu.”

Setelahnya Eron langsung bangkit dan melenggang pergi begitu saja.

“Nang neng Nang neng, sekalian aja nengklong Kak. Ngeselin banget sih jadi orang,” heran Alina. Ia kadang berfikir, kok bisa ada orang seusil dan semenyebalkan Eron. Dan lebih anehnya lagi orang itu adalah kakaknya sendiri.

*****

Di tempat Hero.

Anak tunggal dari keluarga Sanjaya itu, ia yang merupakan pewaris satu-satunya yang akan mewarisi kekayaan dari keluarga Sanjaya.

Sanjaya.

Nama perusahaan itu sepertinya bukan hal yang asing lagi, perusahan yang bahkan sudah terkenal hingga manca negara dan dinobatkan sebagai perusahaan terbesar dan termaju di Asia.

Herolah yang nantinya akan menjadi ahli waris dari perusahaan itu. Tapi meski begitu, ia kini bukan sibuk di perusahaan. Melainkan ia sibuk di rumah sakit. Hero memilih menjadi seorang dokter bedah, ia juga orang yang sangat terkenal di negaranya karena kemampuan sebagai dokter bedah yang sangat hebat.

Selain itu, Hero sebenarnya sangat berkontribusi banyak dalam perusahaan keluarganya, kemajuan perusahaan juga sebagian besar adalah karena kerja kepintarannya. Hanya saja, ia jarang ke perusahaan dan selalu di rumah sakit tempatnya kerja.

Hero juga lulusan kedokteran dengan waktu yang paling cepat diantara yang lainnya. Nilainya sangat tinggi dan menjadi nilai terbaik di universitas tempatnya kuliah.

Bukankah kehidupan Hero sangat sempurna?

Tapi sayangnya kesempurnaan itu tidak pernah Hero rasakan lagi sejak kematian dari orang yang sangat dicintainya.

Dan karena ketampanan serta statusnya, banyak sekali orang yang berusaha untuk dekat dengan Hero, segala macam jenis cara mereka lakukan hanya untuk sekedar bisa dekat dengan Hero.

“Dok,” panggil seorang dokter wanita yang memasuki ruangan Hero.

Sebagai seorang dokter yang sangat di hormati, Hero memiliki ruangannya sendiri untuk sekedar beristirahat.

“Iya?” dengan nada dingin Hero menjawab.

“Ada seorang pasien yang memerlukan tindakan darurat, apakah Dokter bisa untuk segera ke sana?” tanya dokter cantik itu, namanya Syela.

Wanita itu jelas tahu jika Hero telah menikah, tapi dengan kukuh dan tanpa tahu malu ia tetap saja berusaha mendekati Hero. Seakan ia tidak peduli dengan status laki-laki itu yang telah menikah.

“Apakah seorang dokter bisa mengatakan tidak untuk pasien yang kini sedang membutuhkan pertolongan darinya, ” jawab Hero dingin.

Meski Hero tidak mencintai Alina, ia yang memang terkenal dingin dan acuh pada wanita, seringkali membuat para wanita yang menyukainya, mereka hanya bisa gigit jari.

Ingin berjuang, Hero katanya telah memiliki istri, tapi orang-orang tidak tahu siapa istri Hero.

Karena pernikahan itu dirahasiakan. Jadi meski Hero sudah memiliki istri, orang yang ingin menyerah, mereka merasa sangat sayang untuk melewatkan laki-laki sesempurna Hero.

Tapi diantara orang yang tidak tahu tahu malu lainnya, Syela lah yang paling tidak tahu malu. Karena dengan gencar ia terus saja mendekati Hero meski tahu Hero telah menikah. Sekalipun, ia tidak tahu siapa istri dari Hero.

Hero yang tadi berbicara dengan dingin, hal itu sontak membuat Syela yang mendengarnya hanya diam dan bungkam, seakan ucapan Hero itu mengatakan jika itu sudah kewajiban dirinya, jadi sesibuk dan selelah apapun dirinya. Hero merasa kewajiban dirinya sebagai seorang dokter lebih utama.

Maka itu, meski hanya tidur beberapa jam, Hero selalu menjaga kesehatan dan kondisi tubuh agar ia bisa menangani pasien dengan maksimal.

“Oh i-iya. Saya hanya berfikir jika mungkin anda lelah karena telah melakukan cukup banyak operasi hari ini,” jawab Syela sedikit canggung dan gugup.

*****

Tidak terasa waktu telah pukul 12 malam. Hero yang baru selesai melakukan tugasnya sebagai dokter bedah, ia kini masih belum kembali ke rumah.

“Masih harus lembur Bro?” tanya Farrel yang tak lain sahabat dari Hero, dia juga seorang dokter.

Bedanya, Farrel adalah dokter gigi. Terlihat dari wajahnya yang bertambah tampan dengan gigi yang amat rapi. Meski ketampanan Farrel tidak bisa dibandingkan dengan Hero, tapi laki-laki itu juga sangat tampan.

“Kamu tahu jika masih ada beberapa pekerjaan yang perlu untuk di urus, jadi tidak perlu terlalu banyak bertanya,” jawab Hero acuh.

Meski sikap Hero acuh dan dingin, tapi bagi Farrel dia adalah sahabat yang baik dan setia. Bukankah kita tidak boleh melihat orang hanya dengan melihat sampulnya saja?

Itu yang menjadi penyesalan terbesar Farrel karena sempat menganggap jika Hero adalah seseorang yang sombong. Tapi nyatanya, setelah ia dekat dan kini telah menjadi sahabat dari Hero, Farrel tahu seberapa baik seorang Hero.

Hanya saja kebaikannya tertutupi oleh sikap acuh dan cueknya.

“Sini biar gue bantu deh, barangkali aja 'kan bisa,” ucap Farrel yang langsung mengambil bangku dan duduk bersebelahan dengan Hero.

Dengan kalimat yang terdengar sombong dan yakin itu, Hero berbicara dengan santai. Hingga akhirnya Hero menoleh dan menatap Reno dengan tatapan yang terlihat tak yakin.

“Yakin bisa bantu?” Hero mengangkat kedua alisnya hingga bertaut tinggi.

“Iya, Lo kayak ngeremehin banget gue ya,” kesal Farrel dan langsung merebut laptop di tangan Hero.

Melihat apa yang sedang dikerjakan oleh Hero saat ini, Farrel yang belum sempat mengetik apapun sama sekali, ia sudah mulai pusing dan rasanya tak sanggup untuk mengerjakan pekerjaan itu hanya dengan melihatnya saja.

“Ayah Lo benar-benar kejam banget Bro, masa elo harus di beri pekerjaan sesulit ini, apalagi Lo 'kan memiliki banyak tugas sebagai dokter,” tepatnya, Farrel seakan mengatakan jika hari ini Hero telah melakukan banyak operasi bedah. Entah itu hanya sebuah tindakan darurat atau memang karena Hero harus melakukan tindakan operasi, yang jelas bagi Farrel, menjadi Hero itu tidak mudah.

“Karena ini syarat untuk menjadi dokter,” jawab Hero, itu memang syarat dari Bram ayah Hero sebelum Hero menjadi dokter.

Hero lalu langsung mengambil kembali laptopnya.

Jari-jari kokoh itu berselancar dengan gerakan cekatan dan rapi. Farrel bahkan sampai sedikit melongo melihat Hero yang seolah masih memiliki banyak tenaga untuk mengerjakan pekerjaan ini semua.

“Heran gue, stamina Lo itu terbuat dari apa? gila aja sih Lo jam segini masih aja semangat kerja, padahal Lo itu orang yang paling awal datang ke rumah sakit,” tatapan kagum dan aneh Farrel berikan secara bersamaan.

“Berapa jam Lo tidur dalam sehari?” tanya Farrel langsung.

“3 jam,” jawab Hero langsung. Karena Hero menganggap Reno sebagai temannya, ia tidak sungkan untuk jujur.

“Gila sih! tiap hari Lo kayak gitu?” tanya Farrel lagi

Kali ini Hero memilih untuk fokus pada laptopnya, menurut dirinya itu bukan pertanyaan yang perlu dia jawab.

*****

“Bun, kok Bunda tahu kalau Alina ingin kerja di rumah sakit Cendana?”

“Iya, karena itu rumah sakit tempat Hero kerja,”

“Bukankah kamu ingin bekerja di sana?” tanya Hanny yang Alina jawab gelengan.

“Nggak yakin Alina bisa diterima di sana,” jawab Alina.

Alina sebenarnya sangat pintar dalam hal melukis dan menggambar, ia sangat pintar dalam matematika. Awalnya Alina ingin menjadi guru atau seorang pelukis, sayangnya Sang nenek tidak mengizinkan keinginannya itu.

####

Jangan lupa like and komen ya, vote juga boleh.

Mohon dukungannya

#3 Mendapat saingan musuh di hari pertama kerja

Alina hari ini bekerja di rumah sakit Cendana sebagai dokter magang, ia ditugaskan untuk menjadi seorang asisten dari Hero.

Hal itu benar-benar tidak pernah Alina duga sama sekali, walau sebenarnya Alina sedikit curiga jika itu karena Hanny. Karena dengan cepat ia diterima di rumah sakit itu. Tapi entahlah, kini Alina hanya akan fokus pada pekerjaannya.

Mungkin juga dengan ini, Alina bisa berjuang untuk mendapatkan Hero. Bukankah dengan ini waktu bersama mereka akan menjadi sangat sering?

“Alina, perkenalkan dia adalah dokter Hero, dokter terbaik dan yang paling muda diantara dokter pria lainnya yang ada di sini,” ucap dokter Andrean, lelaki tampan dewasa itu adalah anak dari pemilik rumah sakit Cendana.

Andai Alina bisa berkata, ia tahu siapa lelaki itu, lelaki yang kini menjadi suaminya sejak sebulan yang lalu.

Alina yang mendengar hal itu hanya mengangguk, ia tidak berkata apa-apa hanya berusaha untuk memaksa dirinya untuk tersenyum formal dan biasa saja. Andai jika Hero tidak melarang dirinya untuk jujur mengenai hubungan mereka, sayangnya pernikahan mereka kini menjadi rahasia.

“Kalau begitu saya tinggal,” ucap Andrean, ia sedikit menatap ke arah Alina yang hanya diam.

Sebenarnya saat pertama kali melihat Alina, Andrean sering sekali menatap Alina diam-diam, seolah ia merasa tertarik dengan wanita itu.

Alina lagi-lagi hanya mengangguk dan tersenyum.

Saat melihat jika dokter Andrean sudah pergi, Alina merasa sedikit gugup dan canggung. Karena, hari ini Alina sedang berada di ruangan yang sama dengan Hero, dan itu berdua saja tanpa ada siapapun.

Semenjak menikah, jangan 'kan berada di ruang yang sama. Lelaki itu terlalu sibuk hingga pulang hanya untuk mengambil baju, dan saking sibuknya Hero, ia lebih sering tidur di apartemen miliknya.

Pertemuan Alina dan Hero kini yang pertama setelah satu minggu tidak bertemu.

“Em ..., saya keluar dok,” ucap Alina sedikit ragu. Ia bingung dimana ruangannya.

Karena Hero disini dokternya, Alina merasa jika ia harus bersikap profesional.

Alina memang telah mencintai Hero sejak umur 12 tahun, dan itu bertanya Alina telah mencintai Hero kurang lebih selama 10 tahun. Tapi karena sempat kuliah diluar negeri selama 5 tahun. Mereka tidak pernah berkomunikasi sama sekali selama 5 tahun

Dulu Hero yang Alina kenal adalah Hero yang ramah dan baik serta ceria, tapi kini laki-laki itu menjadi dingin dan acuh. Alina jelas tahu apa penyebabnya itu, maka itu akan akan mencoba untuk membuat Hero memiliki semangat hidup lagi, Alina juga akan mencoba agar Hero kembali ceria dan ramah seperti dulu.

Memang benar jika Hero menikahi Alina karena rasa hutang Budi Hero pada Alina yang rela menyelamatkan nyawanya. Dan mungkin bagi Hero, Alina kini terlihat seperti orang yang berbuat baik demi sebuah tujuan, dan Alina tidak peduli jika Hero akan berfikir seperti itu, ia melakukan ini karena janjinya pada seseorang dan janjinya pada dirinya sendiri.

Baru beberapa langkah Alina melangkah, Hero angkat suara, hal itu langsung membuat langkah Alina terhenti seketika itu juga.

“Mau ke mana?” tanya Hero yang selalu memasang raut datar dan acuhnya.

“Saya ingin mencari tahu ruangan saya, tapi kalau boleh apa saya bisa ditempatkan di sini?”

Alina tidak tahu dimana ruangan dirinya berada, dan sebagai dokter magang yang belum sehari pun bekerja, Alina merasa jika dirinya mungkin saja belum memiliki ruangannya sendiri. Jika ia di tempat dengan Hero Alina pasti akan merasa senang, rasa canggung itu pasti akan terkikis sedikit demi sedikit, seiring seringnya mereka bertemu.

“Di sini, kamu bisa membawa semua peralatan kamu di sini untuk sementara waktu sampai ruangan kamu tersedia,” ucap Hero tiba-tiba.

Tatapan yang dalam dan yang tidak bisa ditebak lalu ia tunjukkan pada Alina, hingga Alina yang merasa ditatap seperti itu merasa sangat tak nyaman.

Alina yang mendengar itu hanya diam beberapa saat, ingin langsung menolak, tapi apa yang Hero katakan benar, ruangan untuk dirinya memang masih belum tersedia, sebenarnya di rumah sakit ini sudah ada dokter anak, alasan utama dirinya yang baru lulus diterima magang di sini karena tak lain ia ditugaskan untuk menjadi asisten seseorang, dan Alina baru mengetahui jika dirinya itu menjadi asisten dari Hero.

“Baik,” jawab Alina sesantai mungkin.

...........

Setelah semua barang-barangnya berada di ruangan tempat kerja Hero, kini Alina sebagai asisten Hero hanya diam karena setiap Alina bertanya pada Hero tentang apa yang Hero perlukan, tapi dokter laki-laki itu justru hanya menjawab jika dirinya tidak butuh bantuan.

Kadang setiap Alina bertanya, Hero hanya akan diam seolah sedang mengabaikan dirinya. Tapi tidak bisa dipungkiri, jika Hero adalah laki-laki yang baik, ia tidak pernah marah ataupun kesal meski merasa terganggu akan suatu hal.

Hampir 7 tahun Hero telah menjadi seorang dokter, di waktu yang tidak singkat sudah tidak terhitung berapa banyak orang-orang yang nyawanya telah ia selamatkan melalui keberhasilan operasi yang ia lakukan.

Belum pernah Alina mendengar tentang kegagalan operasi ataupun kesalahan operasi yang Hero lakukan, ia justru terkenal akan hebatnya sebagai dokter bedah.

Entah itu luka dalam ataupun luka luar, Hero selalu menangani hal itu dengan amat sangat baik.

Memikirkan semua kelebihan Hero, Alina merasa dirinya tidak tahu diri dan serakah. Tapi mengingat tujuannya yang ingin membuat laki-laki itu memiliki semangat hidup dan bisa bangkit lagi, Alina semangat dengan tujuannya itu.

“Dok,” tiba-tiba seorang dokter cantik yang tak lain adalah Syela, ia masuk setelah mengetuk pintu.

Dokter Syela tersenyum dengan senyum anggun khasnya. Ia selalu menatap ke arah Hero dengan tatapan yang kentara sangat memuja dan mengagumi.

“Apa Anda sudah memikirkan tentang tawaran saya yang waktu itu?” tanya Syela diakhiri dengan senyum khasnya itu.

Hero hanya menyernyit heran seakan merasa bingung dengan apa yang Syela katakan.

“Tawaran saya yang waktu itu meminta Anda untuk makan bersama dengan saya, bukankah itu baru saya katakan beberapa hari yang lalu. Apa Anda telah lupa?” Syela terdengar mengingatkan akan tawarannya itu, terlihat Hero yang mengangguk setelah mendengar ucapan darinya, jelas sekali memang Hero telah melupakan tentang tawaran makan bersama.

“Saya memiliki banyak pekerjaan yang harus di urus, kamu bisa makan bersama dengan asisten Saya,” jawab Hero melihat ke arah Alina.

Sontak Alina langsung menunjuk pada dirinya sendiri. “Saya dok?” tanya Alina memastikan.

“Iya, siapa lagi? apakah asisten saya yang ada di sini ada lagi selain kamu?” ucapan Hero seakan tidak perlu di jawab oleh Alina.

Alina yang ditatap dengan pandangan sinis dan tak suka dari Syela hanya diam, saat ini Alina merasa jika ia ingin langsung menangis.

Maksudnya, baru sehari bekerja, ini sudah ada yang menganggap dia musuh. Entah mengapa Alina curiga jangan-jangan dirinya di sini hanya digunakan sebagai tameng agar tidak ada orang-orang yang berusaha untuk mendekati Hero.

Kalau Alina boleh mengatakan tentang identitasnya sebagai istri Hero, ia tidak masalah. Tapi, ia yang orang pikirkan bukan siapa-siapa bagi Hero, jadi bagaimana caranya agar dirinya memiliki hak untuk membuat wanita yang ingin mendekati Hero menjauh?

“Sa-saya tidak bisa dok, saya memiliki janji dengan ibu saya,” jawab Alina beralasan.

“Ibu? Ibu yang mana?” tanya Hero yang terdengar menyebalkan ditelinga Alina.

Sialan emang!

Alina jadi merasa malu dengan alasanya sendiri, inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Alina bisa sangat mencintai Hero. Laki-laki itu walau terlihat biasa saja, tapi sebenarnya sangat jeli dalam memperhatikan orang, dan yang lebih membuat Alina semakin larut dalam pesona Hero adalah, dia tidak pernah bisa menipu atau membohongi Hero, mata laki-laki itu terlalu jeli dan tidak gampang untuk ditipu.

Bahkan meski Hero acuh dan tak peduli, masih ada kepedulian Hero pada kedua orangtua Alina, itu tak lain juga karena Hero peduli pada mereka. Jadi saat Alina beralasan memiliki janji dengan ibu', Hero yang tahu jadwal Hanny dan Amina tentu tidak bisa untuk dibohongi.

“Sa-saya punya janji dengan teman saya, teman saya dari Australia, dia hendak datang ke sini dan akan mengajak saya makan bersama,” ucap Alina yang tetap pada kebohongannya. Ia bahkan mencari alasan lain.

“Kapan kalian akan makan bersama?” tanya Hero yang langsung membuat Alina mati kutu.

Kapan ya? ini 'kan cuman alasan dia saja agar tidak punya musuh. Masa Alina harus menyewa seorang teman agar dirinya terlihat meyakinkan.

“Dok, jika Anda tidak memiliki waktu luang untuk hari ini saya akan memaklumi itu, dan kapanpun Anda memiliki waktu luang tolong kabari saya, saya pasti akan menyesuaikan jadwal Anda dengan jadwa saya,” jawab Syela yang langsung berbalik dan hendak keluar, tapi sebelum itu Syela menatap Alina dengan tatapan tajam penuh permusuhan.

Sial sudah!

Alina benar-benar sudah dibuat sial oleh Hero, ia kini rasanya ingin memaki karena kesal dengan hal itu, dan bisa-bisanya wajah Hero terlihat santai dan kembali fokus pada pekerjaannya tanpa berniat menatapnya sama sekali.

#####

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!