"sayang bangun sholat subuh dulu" eza membangunkan raya begitu lembut
"emmmm, jam berapa?" tanya raya dengan mata yang masih terpejam
"udah mau subuh ayo bangun mandi dulu kita sholat berjamaah" ajak eza mengelus-elus pipi mulus raya
"bangunin dong, masih lemes banget ini" rengek raya manja
"manja banget sih" eza mencubit gemas hidung mancung raya
eza membimbing raya untuk bangun dan segera membersihkan tubuhnya
hari ini adalah hari pertama bagi naraya anastasia menjadi seorang istri, eza alfarizki pria yang sangat raya cintai dan kini sudah resmi menjadi suaminya
bahagia tentu saja itulah yang raya harapkan selama ini bisa hidup bahagia bersama pria yang sangat dia cintai dalam ikatan pernikahan
raya berharap ini adalah pernikahannya yang pertama dan terakhir, raya hanya menginginkan eza yang menjadi suami satu-satunya sampai ajal menjemputnya
raya tak henti-henti menyunggingkan senyumnya mengingat percintaan panasnya dengan eza tadi malam
raya melihat sekujur tubuhnya penuh dengan tanda cinta yang di tinggalkan oleh suaminya
"udah kayak macan tutul aja ni badan" gumam raya terkekeh
"sayang udah selesai belum mandinya kok lama sih?" teriak eza dari balik pintu
"iya udah selesai kok"
raya membuka pintu kamar mandi hal pertama yang dia lihat adalah wajah suaminya yang terlihat tampan dengan setelah baju koko
raya memandangi suaminya sampai tak berkedip
"biasa aja ngeliatnya, ayok buruan subuhnya udah mau lewat"
"iya, iya cerewet"
setelah selesai melaksanakan kewajiban mereka, raya menyiapkan sarapan untuk eza,
bunda lena yang sudah berada di dapur tersenyum melihat anak bungsunya yang semakin cerah saja
bunda lena merasa lega melihat raya yang sudah menemukan kebahagiaanya dan bersanding dengan pria yang sangat raya cintai
"pagi pengantin baru, cerah banget mukanya" sapa bunda lena
"eh bunda udah di dapur aja, tumben banget jam segini udah mau masak" sahut raya tersenyum kikuk
"bunda kira kamu akan bangun siang ray makanya bunda sengaja masak sekarang biar nanti pas bangun kamu sama suami kamu gak kelaperan"
"engga lah bun, raya harus biasa bangun pagi-pagi apalagi nanti kalau udah tinggal di rumah eza mana bisa raya bangun siang"
"ya syukur lah kalau kamu berpikir seperti itu, ayok bantuin bunda masak"
"ayok, ayah mana bun kok gak keliatan?" tanya raya
"ayah sholat di mesjid belum pulang, besok-besok suami kamu suruh sholat di mesjid juga bareng sama ayah"
"iya bun"
raya dan bunda lena mulai memasak untuk sarapan mereka
raya yang memang sudah terbiasa memasak tidak merasa kesulitan untuk membantu ibu nya bahkan masakan raya sudah tidak bisa di ragukan lagi kelezatannya
tiga puluh menit berlalu akhirnya hasil masakan raya dan bunda lena selesai, raya menata semua hasil masakannya di atas meja makan dan bersiap untuk memanggil eza yang masih berada di dalam kamar
"pagi bun" sapa eza yang tiba-tiba sudah berada di ruang makan
"pagi za ayok sarapan" ajak bunda lena
"sayang kamu udah disini baru aja aku mau panggil kamu" sahut raya
"aku cium wangi masakan kamu makanya cepet-cepet keluar dari kamar"
"kalau soal makanan aja cepet"
eza hanya membalas dengan senyuman saja lalu duduk di kursi yang masih terlihat kosong
eza meminum teh hangat yang sudah di siapkan oleh raya
tak lama kemudian ayah burhan datang dari mesjid dan ikut bergabung di meja makan untuk sarapan
"ayah baru pulang dari mesjid? tanya eza basa basi
"iya za"
"kalau tahu ayah ke mesjid eza pasti ikut" seru eza
"tidak apa-apa za besok-besok kan masih bisa sholat di mesjid"
"iya yah"
"rencana nya kalian kapan akan pindah?" tanya ayah burhan
"ayah ngusir kita? tega banget baru juga nikah sehari udah di usir aja" sela raya
"bukan ngusir, ayah cuman mastiin aja sensi banget pengantin baru" sahut ayah burhan
"sepi dong kalau raya pindah, bunda sendiri di rumah" ucap bunda lena sendu
"bunda jangan sedih nanti kak rara kan pulang lagi kesini bunda gak akan kesepian, raya juga bisa seminggu sekali nengokin bunda kesini"
"bunda jangan begitu raya kan sudah menikah, raya harus ikut kemanapun suaminya pergi kita sudah gak punya hak apa-apa lagi atas raya bun" ucap ayah burhan
"bunda tahu tapi bunda belum rela aja melepas anak bungsu bunda buat jauh dari kita yah, kamu harus banyak-banyak sabar ya za ngadepin raya"
"eza terima baik buruknya raya bun, eza sayang sama raya apa adanya insyallah eza akan aelalu buat raya bahagia"
"aamiin itu yang kami harapkan sebagai orang tua za, jadi kapan kalian akan tinggal di rumah kamu za?" tanya ayah burhan lagi
"setelah masa cuti eza berakhir, eza akan bawa raya pindah ayah"
"ya sudah ayah mau siap-siap ke kantor kalian habiskan sarapan kalian"
raya dan eza kembali ke kamar setelah menyelesaikan sarapan mereka, raya mulai mengemas barang-barangnya yang akan di bawa ke rumah eza rasanya memang seperti mimpi raya yang tidak bisa jauh dari sang ibu kini terpaksa harus ikut dengan suaminya untuk tinggal di rumah mertuanya
eza memperhatikan setiap gerakan raya entah kenapa hasrat eza kembali bergejolak ingin mengulang kembali percintaan panas mereka tadi malam
perlahan eza menghampiri raya dan memeluk tubuh ramping dari belakang
"sayang" bisik eza menggoda
"apa" sahut raya
"pengen lagi boleh" eza mulai meng ecup leher putih mulus raya
"pengen apa?" tanya raya pura-pura tak mengerti
"sayang ayolah, udah on fire ini" rengek eza
"kamu gak cape apa semalem aja lembur sampe subuh, masih belum puas?"
"masih kurang sayang pas pacaran aja kamu gak pernah nolak masa sekarang nolak"
"bukan nolak tapi kan aku lagi beres-beres ini dulu yank"
tanpa menjawab ucapan raya lagi eza membalikan tubuh raya agar menghadap ke arahnya, eza mel umat bibir raya penuh has rat
ciu man yang awalnya penuh dengan kelembutan perlahan berganti dengan ciu man yang panas dan menuntut, tangan nakal eza sudah berkeliaran menyusuri setiap jengkal tu buh raya yang sudah menjadi candu untuknya dan terjadilah pertempuran yang penuh nik mat diantara sepasang pengantin baru itu
sejak masa pacaran memang raya dan eza menganut pacaran yang bergaya sangat bebas dan di luar batas, raya memang bukan seorang yang masih memiliki keperawanannya saat berhubungan dengan eza begitupun dengan eza yang sudah sering berhubungan dengan banyak wanita sebelum menjalin hubungan dengan raya
raya yang memang dari dulu sudah sangat mencintai eza menerima dengan ikhlas masa lalu eza seburuk apapun itu begitupun dengan eza yang menerima masa lalu raya meskipun terbesit rasa kecewa di dalam hatinya karena wanita yang sangat dia cintai sudah kehilangan mahkotanya sebagai wanita tapi nasi sudah menjadi bubur eza berusaha lapang untuk menerima raya apa adanya mengingat dirinya pun tak lebih baik dari raya
*
*
*
hallo para readers ini karya keempat othor semoga suka sama ceritanya ya....
happy reading
naraya anastasia lahir dari keluarga yang sederhana sang ayah yang bekerja di kantor desa dan menjabat sebagai sekretaris desa dan sang ibu hanya seorang ibu rumah tangga, raya merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara
raya yang mempunyai kepribadian yang ceria dan mudah bergaul dengan siapa saja membuat dirinya mempunyai banyak teman, pergaulan raya sebelum menikah memang sangat bebas, sering pergi ke club malam, keluar masuk tempat karaoke hampir setiap malam dan kerap kali menginap di kost-kostan bersama teman-temannya
gaya berpacaran raya pun memang terlampau bebas dan di luar batas bahkan raya harus kehilangan mahkotanya sebelum menikah, itulah yang membuat raya awalnya enggan untuk menikah namun setelah bertemu kembali dengan eza semuanya berubah, eza yang merupakan mantan kekasihnya saat sekolah dulu seolah membawa pengaruh besar dalam hidupnya yang tak tentu arah eza mampu mengembalikan rasa percaya dirinya dan membuat raya percaya bahwa apapun yang sudah terjadi dalam hidup raya di masa lalu adalah sebuah proses untuk lebih mendewasakan diri meskipun caranya salah dan membuat sebuah dosa tapi merasa menyesal pun percuma semuanya sudah terjadi dan waktu tidak bisa di putar kembali
raya sangat bersyukur eza bisa menerima dirinya apa adanya dan terlihat begitu mencintainya meskipun eza tahu hidup raya selama ini sudah berlumur dosa terlepas tulus atau tidak yang jelas saat ini raya sangat bahagia bisa hidup bersama pria yang teramat sangat dia cintai
"kamu cuti cuman tiga hari kan?" tanya raya
"iya, soalnya kan aku bilangnya bukan cuti nikah tapi aku ngambil cuti tahunan yang belom sempet aku ambil selama beberapa tahun ini"
"pantes aja aku gak ngeliat satupun temen kerja kamu yang hadir di acara pernikahan kita ternyata kamu memang sengaja gak ngundang mereka"
"bukan gitu yank, aku bilang kok sama temen-temen deket aku buktinya mereka ada yang ngasih kado kan? ya meskipun gak semuanya aku kasih tahu tapi seenggaknya temen-temen deket aku udah pada tahu kalau kita udah nikah"
"iya, jadi kapan kita pindah ke rumah kamu?"
"hari sabtu ya sekalian malemnya kita nongkrong sama anak-anak"
"terserah kamu aja"
"kenapa kok jadi cemberut gitu?"
"gak apa-apa, aku nemuin bunda sebentar ya"
"iya, aku juga ngantuk mau lanjut tidur lagi"
raya baru menyadari saat pernikahannya kemarin memang dia tidak melihat satupun teman eza yang datang, teman-teman nongkrongnya pun datang saat malam hari setelah selesai acara syukuran pernikahannya selesai
raya berpikir bisa saja eza malu untuk mengenalkan dirinya sebagai istri kepada teman-teman kerjanya mengingat siapa raya di masa lalu yang bukan wanita baik-baik
wajah raya berubah sendu mengingat kemungkinan besar jika eza menikahi dirinya hanya sebatas rasa kasihan semata
eza alfarizki pria tampan yang berhasil membuat raya jatuh cinta setengah mati bahkan melebihi rasa cintanya kepada dirinya sendiri
eza hidup di antara keluarga yang broken home ayah dan ibu nya bercerai saat usianya 15 tahun dan adiknya anita berusia 10 tahun
eza bekerja di sebuah perusahaan sebagai staff keuangan, eza bekerja sudah hampir lima tahun
eza terkenal sebagai seorang playboy di kantornya bahkan tak jarang dia memacari beberapa wanita dalam waktu yang bersamaan dan tanpa sepengetahuan raya pun saat eza mendekati raya dulu dia masih menjalin hubungan dengan wanita lain bukan raya tidak mengetahui bahwa eza adalah seorang playboy namun saking kecintannya kepada eza, raya sama sekali tak peduli tentang itu raya bertekad untuk bisa merubah eza menjadi pria setia dan hanya mencintai dirinya tanpa terbagi-bagi dengan wanita lain
"ray kamu kok melamun nak, ada apa?" tanya bunda lena
"tidak apa-apa bun raya cuman sedih bentar lagi gak akan tinggal serumah lagi sama bunda, raya pasti kangen banget sama bunda" raya memeluk bunda lena begitu erat
"bunda juga pasti kangen banget sama kamu sayang, inget pesen bunda ya kamu harus bisa jadi istri dan menantu yang baik, belajarlah menghilangkan sifat pemalas kamu, kamu mengerti kan maksud bunda?"
"iya bun raya ngerti, raya berusaha merubah semua sifat jelek raya dan membuang semua kebiasaan buruk raya selama ini"
"semoga ini pernikahan kamu yang pertama dan terakhir ya nak, bunda doakan semoga kamu bahagia dalam pernikahan kamu dan semoga mertua kamu bisa menerima kamu dan menyayangi kamu sama seperti bunda menyayangimu"
"Aamiin bun... raya jadi sedih berasa mau tinggal jauh gitu sama bunda padahal jarak rumah kita sama rumah eza deket"
"itu karena kamu belum terbiasa jauh dari bunda, lama-lama juga nanti terbiasa, nginep berhari-hari di kosant temen kamu aja bisa masa ikut sama suami kamu sendiri aja ngeluh"
"iya bu iya, raya balik ke kamar ya takut eza nyariin" pamit raya di balas anggukan kepala oleh sang ibu
"semoga kamu bahagia ya sayang, meskipun hati bunda ada sedikit keraguan tentang eza tapi ini sudah menjadi pilihan kamu semoga keraguan ibu tidak berarti apa-apa" batin bunda lena menatap punggung raya yang mulai menghilang dari pandangannya
saat hendak masuk ke dalam kamar raya mendengar suara eza yang tengah menelfon seseorang, raya tidak tahu siapa yang sebenarnya berada di balik telfon itu bahkan eza terdengar berbisik-bisik saat bicara dengan lawan bicaranya itu raya sedikit menajamkan pendengarannya penasaran dengan apa yang mereka bicarakan namun sayang suaranya begitu pelan hingga raya kesulitan untuk mendengarkannya
"sayang, kamu dari mana?" tanya eza sedikit kaget melihat raya yang tiba-tiba datang
"abis telfonan sama siapa? kok tegang banget pas liat aku?" bukannya menjawab raya malah bertanya balik kepada suaminya
"tadi andi yang nelfon yank, dia nanyain aku ada di rumah apa engga gitu" jawab eza
"tapi kok kayak bisik-bisik gitu tadi ngomongnya kayak yang takut ketahuan"
"astagfirullah sayang, kumat deh cemburunya"
"wajar kali aku cemburu kalau denger suami sendiri ngomong di telfon sambil bisik-bisik gak jelas siapapun pasti curiga lah"
"sumpah aku gak macem-macem nih liat aja kalau kamu gak percaya" eza memberikan ponselnya kepada raya
"udah gak usah" raya memberikan kembali ponsel milik eza tanpa memeriksanya terlebih dahulu
entah kenapa perasaan raya terhadap reza tiba-tiba menjadi ragu, raya merasa ada sesuatu yang eza sembunyikan darinya hatinya mendadak sesak membayangkan jika eza masih suka bermain dengan wanita lain di belakangnya, perasaannya mendadak tak enak ketakutan mulai menguasai dirinya raya mendadak meragukan ketulusan eza selama ini
"ya Allah perasaan apa ini, rasanya begitu sesak" batin alana resah
tibalah hari dimana raya akan di boyong ke rumah sang mertua oleh eza, berat itu yang di rasakan untuk meninggalkan sang ibu dan sang ayah
raya memeluk bunda lena begitu erat seakan mereka akan terpisah sangat lama, bunda lena membalas pelukan anak bungsunya tak kalah erat mengelus pundak raya dan memberikan wejangan-wejangan dalam berumah tangga, raya sudah tidak bisa menahan airmatanya untuk menetes
"jangan sedih dong nak rumah eza kan masih deket dari sini, kamu bisa kapan aja nengokin bunda malu dong masa udah jadi istri masih cengeng" ucap bunda lena
"kamu mau di bawa suami sendiri kok malah sedih, seneng dong harusnya" timpal eza
"iya, iya aku pamit ya bun, bunda sehat-sehat ya jangan capek-capek raya pasti kangen banget sama bunda pamitin juga sama ayah ya bun kalau kak rara pulang kabarin nanti raya kesini"
"iya sayang ingat pesen bunda yah, za bunda titip raya tolong jaga raya sayangi dia jangan sedikit saja kamu membuat anak bunda terluka" pesan bunda lena kepada eza
"tentu bun eza akan menjaga dan menyayangi raya seperti bunda dan ayah yang menjaga dan menyayangi raya.
kalau gitu kita pamit ya bun insyaallah kita akan sering-sering nengokin bunda sama ayah kesini"
"iya... kalian hati-hati ya"
raya dan eza pergi dengan mengendarai motor milik eza sedangkan barang-barang raya sudah di bawa terlebih dahulu oleh mobil jemputan yang di suruh oleh eza
tak butuh waktu lama raya dan eza sampai di kediaman eza
disana sudah terlihat mama yeni dan nenek sukma yang sudah menunggu kedatangan pasutri baru itu
mama yeni menyambut dengan hangat kedatangan anak dan menantunya begitupun dengan nenek sukma yang tak kalah antusias meskipun mukanya tak seramah mama yeni tapi untuk kesan pertama semuanya terkesan baik
meskipun ini bukan kali pertama raya berkunjung ke rumah eza entah mengapa kesannya berbeda untuk hari ini mungkin karena sekarang raya akan menetap disana bukan seperti sebelumnya yang hanya datang untuk berkunjung
"kenapa nenek sukma keliatan lebih horor ya" batin raya bergidik ngeri
"sayang kok malah ngelamun ayok masuk mama udah masak kesukaan kamu lho" ucap mama yeni membuyarkan lamunan raya
"eh iyaa ma" sahut raya kikuk
"nenek kira kamu akan berhijab setelah nikah" celetuk nenek sukma
"proses nek, masih dalam tahap pembelajaran diri kalau masalah berhijab nanti bisa ngikutin, eza gak memaksakan itu sama raya senyamannya dia aja" sahut eza menengahi
"wanita muslim itu wajib untuk berhijab za kamu sebagai suami harusnya bisa bimbing istri kamu jangan membiarkan raya mengumbar auratnya di hadapan yang bukan muhrimnya"
"berhijab itu harus dari hati nek percuma berhijab tapi akhlaknya belum bisa di perbaiki, eza oke, oke aja kok gak akan memaksakan apapun"
"belum apa-apa sudah di tindas sama istri kamu za"
"gila nenek sukma pedes banget ngomongnya, astagfirullah" batin raya
"jangan di masukin ke dalam hati omongan nenek ya, ngomongnya emang suka ceplas ceplos" bisik mama yeni mengusap pundak raya
"udah ma raya kan baru dateng jangan di buat tegang begini" sela mama yeni kepada nenek sukma
"aku gak liat anita ma, kemana?" tanya raya mengalihkan pembicaraan
"lagi nyiapin cv buat ngelamar kerja bentar lagi juga pulang, makan dulu yuk nanti kita ngobrol-ngobrol lagi"
"sayang aku ke kamar dulu bentar kamu sama mama dulu ya" sahut eza
"iya, beres-beresnya nanti aja yank"
"siap"
raya benar-benar merasa tegang berada di antara mama mertua dan nenek mertuanya entah kenapa raya merasa sikap nenek sukma sedikit berubah berbeda ketika raya berpacaran dengan eza dulu sikapnya lebih ramah tapi sekarang seperti ada ketidaksukaan melihat kehadirannya di rumah itu
raya mencoba menepis perasaan itu sebisa mungkin raya harus bisa berpikiran positif berada di rumah mertuanya, raya terus mengingat nasehat ibu rina dan raya akan mencoba bersikap lebih baik dan bisa menempatkan dirinya sendiri yang menumpang hidup di rumah mertuanya
"ray kalau nanti nenek bicara yang aneh-aneh lagi jangan terlalu di tanggepin ya, nenek memang begitu sikapnya angin-anginan biasa kan kalau sudah berumur sikapnya suka balik lagi kayak anak kecil" ucap mama yeni menenangkan raya
"iya ma raya ngerti kok, maaf ya belum apa-apa sudah bikin mama repot udah masakin sebanyakan ini" sahut raya merasa tak enak hati
"gak apa-apa mama gak repot kan mau kedatangan mantu masa gak di siapin apa-apa"
"makasih ya ma"
"iya jangan sungkan sama mama ya, anggap aja mama kaya ibu kamu sendiri
ray ada yang mau mama bicarakan sama kamu tapi kamu jangan tersinggung ya"
"apa ma?" tanya raya penasaran
"mama sarankan kamu ikut KB dulu, bukan apa-apa kalian kan masih muda pacaran juga kemarin gak terlalu lama kan, kalian puas-puasin dulu aja menikmati masa-masa pengantin baru kalian"
"iya ma raya ngerti lagian raya masih ada beberapa pekerjaan yang harus raya beresin dulu kalau sampai buru-buru hamil nanti repot"
menyangkut soal momongan raya tidak ingin terburu-buru, dari awal menikah raya sudah berniat ingin mengikuti KB terlebih dahulu dan eza pun menyetujuinya
raya juga masih memiliki beberapa pekerjaan yang masih belum di selesaikan meskipun pekerjaannya santai tapi raya masih punya beberapa kontrak yang harus dia selesaikan terlebih dahulu
bekerja di bidang event organizer membuat raya terlihat santai dan tidak terlalu terikat waktu dalam bekerja biasanya raya sibuk jika ada event-event tertentu saja dan jika tidak ada event sama sekali raya bisa bersantai-santai di rumah
seperti sekarang raya akan kembali bekerja bulan depan karena sudah terikat kontrak dengan salah satu perusahaan untuk mengadakan sebuah event dan eza pun tidak pernah keberatan dengan pekerjaan raya
"ngomongin apa sih serius banget" tanya eza yang sudah kembali ke meja makan
"biasa lah ngobrolin masalah wanita za, kita tunggu nenek dulu sebentar ya baru mulai makan" sahut mama yeni
"kak raya...." teriak anita yang baru saja datang langsung memeluk kakak iparnya
"hai nit kamu dari mana kakak udah disini dari tadi lho"
"aku abis bikin cv kak, mau ngelamar kerja biar punya duit sendiri gak minta-minta terus sama mama"
"nanti dulu kangen-kangenannya kita makan dulu" sela eza melihat nenek sukma sudah duduk di samping mama yeni
semuanya makan dalam keheningan entah kenapa dengan kehadiran nenek sukma seakan mencekam suasana di ruang makans siang itu, anita yang memang tidak pernah akur dengan nenek sukma sama sekali tidak menyapa nenek sukma anita lebih tertarik dengan makanannya yang ada di hadapannya
"nenek mau cumi biar raya ambilkan" tawar raya sopan
"boleh" nenek sukma menyodorkan piringnya kepada raya
"kamu bisa masak ray?" tanya nenek sukma
"bisa sedikit-sedikit nek belum jago kaya mama" jawab raya
"jadi istri itu harus serba bisa bukan cuma soal perut saja seorang istri harus bisa membantu keuangan suami bukan bisanya hanya menghabiskan uang suami" celetuk nenek sukma membuat raya sedikit tersinggung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!