Aeera beserta adiknya Athifah dan Ibu ayahnya pergi ke sebuah rumah besar bak istana di malam hari. Mereka menuju menggunakan mobil.
"Mama kenapa gak makan dulu si, aku kan laper!"ujar Athifah sambil cemberut.
"Nanti makan disana nak, dirumah temannya papa sama mama. Kakak mu juga gak protes tuh, diem aja kayak Aeera" sahut mama Zelda.
Athifah diam, dia sebenarnya merasa sakit hati pada mama dan papanya yang selalu memuji dan membela kakaknya itu. Walau mungkin menurut kalian tidak menyakitkan, tapi merurut gadis dua puluh dua tahun itu merasa muak dengan keluarganya yang selalu membanding bandingkan.
Katanya Aeera selalu dapat ranking satu dari awal sekolah, jago memasak, bisa membantu ibu dan ayah, cantik dan imut, punya pekerjaan bagus, dll.
Mobil memasuki rumah, gerbang dibuka oleh satpam karna mungkin sudah diberitahukan akan ada tamu yang datang.
"Aeera, Athifah kita sudah sampai ayo turun"ucap papa sembari membuka kunci mobil, agar semua keluarga kecilnya itu bisa keluar dari mobil.
"Baik, papa" ucap Aeera dan Athifah lalu membuka sabuk pengaman dan segera keluar mobil dengan dress yang digunakan masing masing.
Aeera, dia memang sangat cantik. Dia menggunakan sepatu hak tinggi dan dress selutut warna merah maroon tanpa lengan dengan rambut yang digulung dibelakang, sehelai anak rambut menjuntai di depan telinga kanannya.
Athifah, dia juga tak kalah cantik. Dia menggunakan baju dan sepatu yang sama dengan kakaknya, hanya beda warna karna Athifah menggunakan warna merah muda. Rambut hitam sepunggungnya digerai dengan indah.
"Ayo"ajak mama Zelda yang diangguki oleh keduanya.
"Hm.. kak, rumahnya tiga kali lipat lebih besar dari rumah kita ya, hahaha" ujar Athifah berjalan seraya celingukan menatap rumah besar didepannya ini.
"Kaya anak ilang tau ga, celingukan begitu" jawab Aeera menjitak kening Athifa.
"Aukhh! Kak kok gitu banget si ah"
"Ya terserah kaka wlee"
Memang, jika dengan Athifa, kakaknya itu jadi mencair dan sangat peduli pada adiknya itu. Berbeda jika dengan orang lain, dia akan menjadi kulkas berjalan. Tapi beda sih sama orang orang yang udah tua gitu, Aeera bakalan lebih sopan, minimal kasih senyum hangat.
Mereka masuk disambut seorang wanita paruh baya yang sama seperti mama Zelda. Ia terlihat masih cantik walau umurnya menjelang tua, bahkan kerutan pun tak ada diwajahnya.
"Zeldaaa!"
"Ajenggg!"
Mama Zelda dan wanita paruh baya yang diketahui bernama ajeng itu saling berpelukan, lalu cipika cipiki dan tersenyum bahagia. Mungkin mereka bersahabat?
"Yuk masuk"ajak Ajeng menyuruh semua orang untuk masuk.
Setelah masuk dan dipersilahkan duduk di meja makan, Athifah beserta keluarga langsung disambut dengan berbagai makanan yang menggiurkan.
'enak nih'batin Athifah.
Mereka pun mulai makan makanan yang disajikan. Ada Ajeng, putra-suami Ajeng, serta pemuda yang tak dikenal Athifa. Pemuda itu terlihat sangat gagah dengan jas berwarna hitam.
'Ganteng banget si, fix jodohku ini hahaha'batin Athifah.
Ia terus saja memandang pemuda itu sampai tak berkedip. Ada ada saja tingkah Athifah. Sedangkan Aeera, hanya melempar tatapan dingin saat netra keduanya tak sengaja bertemu. Pemuda itupun sama.
Mereka pun makan malam bersama dengan khidmat. Tak ada suara apapun, kecuali denting piring dan sendok yang menggema di ruangan.
Saat sudah selesai, mereka berjalan kearah sofa diruang tamu, lalu duduk di sofa masing masing. Keadaan sunyi, senyap tak ada suara. Dan tiba tiba Ajeng membuka suara.
"Bagaimana kabar Aeera dan Athifah?"
"Kami sehat, tante"jawab Aeera tersenyum hangat, dan diangguki oleh Athifah.
"Kenalan dulu yuk sama anak tante"
"Hoi Nra, sana kenalan"bisik Ajeng pada pemuda di samping kirinya.
"Bavendra putra, lo? "Ucap Balvendra mengulurkan tangan pada Aeera, dengan wajah datarnya.
"Aeera Zoya Kirana"jawab Aeera menerima uluran tangan itu dan menampilkan wajah tak kalah datarnya.
Setelah itu mereka langsung melepaskan jabatan tangan mereka, dan sekarang gantian Bavendra mengulurkan tangannya pada Athifah.
"Bavendra Putra, lo? "Ulang Bavendra pada Athifah.
"Athifah Zoya Kirana"jawab Athifah seraya memberikan senyum manisnya pada Bavendra dan menerima uluran tangan Bavendra. Sedangkan Bavendra sendiri masih menampilkan wajah temboknya.
Setelah perkenalan singkat, para orang tua mulai mengobrol, dan membiarkan anak anak mereka kebosanan.
"Oke oke, sekarang ke intinya"ucap Anjeng pada Zelda.
"Hem, jadi Jeng, mau pilih yang mana?"Tanya Zelda pada Ajeng.
'Hah? Pilih apaan nih'batin Athifah bingung.
"Aku mah dari dulu udah milih Aeera sih"Jawab Ajeng yang diangguki oleh Putra, suaminya.
"Hahaha, yaudah deh biar Aeera gak dilangkahi sama Athifah juga"
"Jadi kamu aja yang ngomong Jeng"
"Oke. Jadi gini, Bavendra, Aeera, kalian dijodohkan. Minggu depan kalian bakal tunangan, dan bulan depan kalian menikah" ucap Ajeng enteng.
"APAA?!! "Ucap Bavendra, Aeera dan Athifah secara bersamaan.
"M-ma?apa ini.. kenapa buat keputusan penting tanpa persetujuan Bavendra sih? Pokoknya aku gak setuju! "Ucap Bavendra setengah berteriak pada Mamanya.
"Iya ma! Aeera juga gak mau, Aeera mau nikah saat Aeera sudah bisa membahagiakan mama sama papa aja"ucap Aeera memohon.
"Mama dan papa akan bahagia jika kamu menikah dengan Bavendra"
"Aeera, Bavendra.. saya mohon sama kalian, tolong jangan tolak perjodohan ini, saya sudah menantikan ini sejak lama"ujar Putra-suami Ajeng.
"T-tapi.. "ucap Aeera ragu.
"Mama mohon sama kamu"mohon Zelda pada Aeera.
"b-baiklah.. ini demi mama sama papa"angguk Aeera seraya menunduk dalam.
Semua orang menghela nafas lega, kecuali Aeera, Bavendra dan Athifah. Entah kenapa Athifah sedari tadi hanya diam tak ikut menimbrung.
"Jadi, kalo Aeera sudah setuju, Bavendra juga pasti setuju. Deal?!! "Tanya Ajeng.
"Deal! "Ucap Putra, Zelda, dan Danu-papa Aeera kompak.
Sedangkan Bavendra dan Aeera hanya menghela nafasnya panjang.
Bersambung...
Esoknya..
Jam menunjukkan pukul setengah empat sore. Aeera masih tertidur di ranjang empuknya. Hari ini ia tak berangkat kerja, karna Aeera sepertinya sedang ingin bermalas malasan dikamarnya. Aeera bekerja menjadi CEO di perusahaan papanya yang ke-2, karna perusahaan utama, papanya yang mengurusinya.
Sedangkan Athifah, ia masih bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan papanya yang ke-3. Kerjanya yang lelet membuat dirinya belum bisa menandingi sang kakak.
Jadi begini, saat dulu Aeera dan Athifah lulus dari kuliahnya, mereka berdua dipekerjakan di masing masing perusahaan papanya. Mereka akan menjadi karyawan biasa, dan setelah itu jabatan mereka akan meningkat, sesuai kerja keras mereka tentunya. Dan sekarang, Aeera sudah menduduki bangku CEO, sedangkan Athifah? Ia masih menjadi karyawan biasa.
Dan, semua yang Danu lakukan pastilah memiliki tujuan dan manfaat. Apaantuh? Nanti author coba tanya sama pak Danu nya. Balik lagi ke cerita,
Tok tok tok..
Ketukan pintu membuat gadis berumur dua puluh dua tahun itu menggeliat, tapi masih belum membuka matanya.
"Aeera? Ada Bavendra tuh didepan"ucap Zelda lalu mengetuk pintu lagi.
Tok tok..
"KAK AEERAAAAA ADA AYANG LO DIDEPANNNN"teriak Athifah kencang didepan pintu, membuat Aeera langsung beranjak duduk. Aeera duduk seraya memegangi dadanya, merasa takut jikalau jantungnya copot nanti.
"Ck apaan? "Tanya Aeera masih didalam kamar.
"Ada calon kakak ipar"
"Ngapain dia? "Gumam Aeera lalu segera beranjak dari ranjangnya. Ia melirik jam waker dimeja kecil dekat tempat tidurnya yang menunjukkan pukul setengah empat sore. Aeera mencebik, "dah sore ternyata"
Aeera berlalu menuju kamar mandi didalam kamarnya. Ia membasuh wajahnya lalu mengelapnya dengan handuk kecil. Aeera memperhatikan wajahnya didalam cermin.
"Yaampun, gak nyangka ya ra? Lu mau kawin aja. Mana gak sama orang yang lu suka. Tapi emang gue gak suka siapa siapa sih haha" ujar Aeera kepada dirinya sendiri sambil menatap cermin.
"Tenang, lo cuma disuruh emak lo ra! Lo gak usah berharap apa apa. Cukup jalani alakadarnya aja"
Aeera memutuskan untuk menemui Bavendra sekarang. Ia keluar kamar, menuruni tangga dan berjalan menuju ruang tamu. Saat sampai, dilihat ada Bavendra yang sedang asyik mengobrol dengan Zelda. Dan Athifah, kenapa bocah itu? Pikir Aeera bingung, sebab Athifah melihat ke arah Bavendra tanpa berkedip dan melihatnya sambil senyam senyum tak jelas. Athifah duduk disebelah Zelda. Dan Bavendra duduk dihadapan mereka berdua.
"Eh itu Aeera datang"celetuk Zelda tiba tiba.
Athifah mendengus tidak suka. Entah kenapa, rasanya benih benih benci kepada kakaknya mulai tumbuh sekarang.
"Halo semuanya"sapa Aeera.
"Ya. Gue pengin ajak lo buat jalan jalan sore, bisa? "Tanya Bavendra langsung.
"Eh. Uhm.. "Aeera menatap Zelda, lalu Zelda mengangguk.
"Gapapa, biar lebih dekat juga kamu sama nak Bavendra"ucap Zelda.
"Hm, tunggu bentar"
Aeera pun melenggang pergi ke kamarnya, ia akan bersiap siap sebelum pergi jalan jalan dengan calon suaminya.
"Gue pake apa? Ish pake baju lah bego" Tanya Aeera lalu menjawabnya sendiri. Agak aneh ternyata si Aeera.
Aeera segera pergi kekamar mandi dan mandi disana. Setengah jam berlalu, kini Aeera sudah siap dengan gaun hitam selututnya. Memang, Aeera lebih menyukai warna warna gelap. Berbanding terbalik dengan Athifah yang menyukai warna warna soft dan cerah.
Rambut Aeera ia gerai, lalu ada sebuah bando hitam diatas rambutnya. Aeera bercermin, lalu memantapkan hatinya. Setelahnya Aeera pergi, menemui Bavendra.
Saat Aeera dan Bavendra sudah siap akan pergi, tiba tiba Athifah datang sambil berteriak.
"WOII GUE MAU IKUT"teriak Athifah yang sedang berlari kencang menuju Bavendra dan Aeera yang berada disamping kiri mobil.
Aeera memutar bola matanya malas, "Ngapain lo? "Tanya Aeera saat Athifah sudah sampai didepan Aeera sambil terengah engah memegangi kedua lututnya.
"Mau ikut cok, bosen nih dirumah" jawab Athifah seraya berdiri tegap. Athifah menggunakan gaun putih tulang sebatas mata kaki.
"Gaboleh"
"Pokoknya gue mau ikut! "
Aeera menghadap ke Bavendra, lalu bertanya "gimana?"Tanya Aeera seraya menunjuk Athifah menggunakan jari telunjuknya.
"Terserah"jawab Bavendra tak mau pusing. Ikut gaikut ya terserah. Begitulah pikir Bavendra.
Aeera terlihat tengah berfikir baik dan buruk kalau Athifah ikut. Setelah berfikir cukup lama, Aeera pun memutuskan,
"Oke, lo boleh ikut tapi gaboleh aneh aneh" ucap Aeera akhirnya.
"Yeyy.. maacii kakak tersayang, lope sekebon"girang Athifah sambil berjingkrak jingkrak tak jelas.
"Diem lo, kek orgil"ledek Aeera yang langsung dihadiahi delikan oleh Athifah.
"Masuk"perintah Bavendra sambil berjalan dan memasuki mobil bagian kemudi.
Aeera pun memasuki mobil dibagian depan. Athifah menyeringai, ia lantas menyusul memasuki mobil bagian belakang.
Mobil pun mulai melaju, membelah jalan raya yang selalu padat dan ramai. Hanya ada keheningan yang terjadi didalam mobil. Sepertinya tidak ada yang mau memulai percakapan. Aeera sibuk memandangi jalanan diluar sana melalui kaca jendela, Bavendra fokus menyetir, sedangkan Athifah asyik memainkan ponselnya.
Aeera membalikkan badan, menatap Bavendra yang masih fokus mengendarai mobil hitam dengan kecepatan sedang itu. Aeera membuka bibirnya, ingin berucap sesuatu namun diurungkannya.
"Mau ngomong apa? "Tanya Bavendra.
"Eh. Uhm.. itu gue panggil lo apaan? "Tanya Aeera. Sebenarnya Aeera merasa malu, tapi mau bagaimana lagi, ia harus menanyakan itu, untuk memanggil Bavendra, mungkin?
"Bavendra atau Ndra"
"Ok"
Aeera kembali menatap kearah jendela, memandang banyaknya pedagang kaki lima maupun toko toko yang bersejejer memenuhi kanan dan kiri jalan raya.
Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Mobil hitam itu telah sampai dan berhenti di sebuah pantai indah dengan ombak yang menggulung, menyapu pasir putih yang berada diantara pantai dan jalan raya itu.
Bavendra, Aeera, beserta Athifah keluar dari dalam mobil. Terik matahari yang ke-orenan menyambut ketiga muda mudi yang akan menyaksikan sang cahaya pulang kearah barat. Matahari sudah akan pergi, menyisakan cahaya ke-orenan yang akan hilang digantikan cahaya rembulan yang sebentar lagi akan menerangi gelapnya malam.
"Wih! Indah banget cuy pantainya! Keren keren keren!! "Teriak Athifah antusias sambil celingukan dan nyengir bagai orgil. Mungkin orang yang lewat dan melihat akan mengira bahwa Athifah gila atau lagi kesambet?hehe.
"Diem lo! malu maluin anjir"Aeera berdiri mengahadap kearah Athifah seraya berkacak pinggang, lalu memasang wajah sok galak yang malah terlihat imut dan menggemaskan.
Tak terasa Bavendra menyunggingkan senyum tipisnya, padahal selama ini Bavendra sudah lama sekali tidak tersenyum. Entah kenapa, Bavendra merasa Aeera akan membawa pengaruh baik dikehidupannya nanti. Dimasa depan. Bavendra akan berusaha memulai hubungan baik dengan Aeera, sebagai teman. Teman hidup haha.
Aeera berjalan beriringan bersama Bavendra dan Athifah. Aeera sebelah kanan, Bavendra ditengah, sementara Athifah disebelah kiri. Memang sungguh lucu sekali, mungkin orang akan mengira Bavendra memiliki dua orang kekasih yang setia mendampingi di sebelah kanan dan kirinya.
Aeera menyapu pantai dengan netra hitamnya, memandang luasnya pantai yang dominan berwarna biru itu. Tak sengaja mata hitam itu menangkap bayangan seorang penjual ice cream sedang mangkal dibawah pohon kelapa yang sangat tinggi, dibagian atas pohon kelapa terlihat kelapa kelapa berwarna hijau yang berukuran cukup besar.
Aeera menghentikan langkahnya, lalu terus menatap pedagang ice cream itu. Bavendra yang merasa disisi kanannya tidak ada Aeera segera membalikkan badan, matanya melihat pemandangan gemas, lagi.
Terlihat Aeera sedang berdiri mematung menghadap penjual ice cream yang sedang mangkal dibawah pohon kelapa sana. Mata hitam pekatnya tak berkedip.
Aeera menautkan jari jemarinya, terlihat sangat menginginkan ice cream itu, namun Aeera mungkin tidak enak pada Bavendra, takut merepotkan dan kelamaan. Begitulah pikir Aeera.
Athifah menatap Bavendra yang ikut ikutan berhenti, lalu ia melihat kakaknya yang sedang berdiri mematung. Athifah manggut manggut, lalu tiba tiba berujar,
"Kak Aeera emang sukaaa banget sama ice cream. Apalagi rasa coklat. Beuhh bisa bisa makan gak lihat apa apa lagi, fokus ke ice cream pokoknya mah. Kalau pas kak Aeera lagi sedih atau lagi bad mood, dia sukak beli ice cream buat penghilang stresnya"jelas Athifah pada Bavendra.
"Oh gitu, makasih"ujar Bavendra yang diangguki oleh Athifah.
Aeera masih memperhatikan pedagang ice cream itu, ia tak sadar saat seseorang menghampiri pedagang ice cream itu dan membeli ice cream rasa kesukaannya.
Aeera rasa kalau ia tak punya malu, air liurnya sudah menetes kemana mana. Saat asyik memperhatikan, Aeera melihat pedagang ice cream mengambil ice cream rasa coklat, rasa kesukaannya. Pedagang itu memberikan ice cream nya pada seseorang yang dikenalnya, orang itu adalah Bavendra.
Kening Aeera mengkerut, saat Bavendra membawa ice cream coklat menuju dirinya. Aeera semakin bingung saat Bavendra sudah sampai dihadapannya, dan Bavendra malah memberikan ice cream coklat itu pada Aeera.
"Buat lo"ucap Bavendra.
"Buat gue? "Tanya Aeera.
"Hm"
Aeera tersenyum lebar, matanya berbinar binar melihat ice cream jumbo rasa coklat kini berada ditangannya.
"Gue mau duduk, lo kalo mau ikut ayo"ajak Aeera tapi langsung meninggalkan Bavendra yang mulai mengikuti dimana Aeera akan duduk untuk menikmati ice cream coklatnya.
"Lo, ayo"perintah Bavendra pada Athifah agar Athifah mengikutinya.
"Oke"jawab Athifah patuh.
Aeera sampai pada salah satu meja berisi tiga kursi yang tertata rapi. Ia mulai duduk disana dan mulai menyantap ice cream coklatnya. Raut wajahnya begitu senang, seakan akan sedang mendapat uang triliunan. Hehe.
"Pelan pelan"nasihat Bavendra yang mulai gemas melihat Aeera yang memakan ice creamnya sampai belepotan. Aeera mengangguk tanpa menoleh kearah Bavendra, membuat Bavendra menggelang gelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.
"Lucu banget sih"ucap Bavendra jujur dan dengan gemas ia mengacak acak rambut Aeera, membuat Aeera menoleh kearah Bavendra. Dilihatnya Bavendra yang sedang tersenyum tipis, membuat Bavendra menjadi lebih ganteng dari biasanya.
"Apa? "Tanya Aeera dengan wajah belepotan dan mata yang mengerjap, membuat Bavendra sudah berada di batas rasa kegemasannya.
"Jangan belepotan gini, gue gemes nanti gue gigit ni"ujar Bavendra seraya mengambil tissue dan mengelapkannya pada bibir mungil Aeera. Bavendra mencolek ice cream Aeera dan mencolekkannya pada hidung mungilnya.
"Dih apaan sih"Aeera cemberut lalu gantian mencolekkan ice cream pada pipi kiri Bavendra.
"Dih kok dilepetin ice cream "ujar Bavendra pura pura marah.
"Eh.. maaf, kan biar impas gitu loh pikiranku. Maaf ya, maafin dong Ndra? Gue beneran khilaf"mohon Aeera pada Bavendra yang memasang wajah cemberut.
"Yaudah tapi... "
"Tapi? "
Dengan kilat Bavendra mencoletkan ice cream di pipi kanan Aeera lalu berucap, "Dicolet dulu lonya! Hahahaha"
"Ihh Bavendra! "Teriak Aeera lalu mencubit lengan Bavendra. Bavendra meringis, lalu berlari kabur dan disusul oleh Aeera yang mengejarnya.
Terjadilah momen kejar mengejar ditepi pantai. Aeera terus mengejar Bavendra yang sesekali membalikkan badan dan menjulurkan lidah.
Sementara dimeja dimana tempat Aeera memakan ice cream coklatnya, Athifah terlihat mengambil sesuatu didalam tas selempangnya. Setelah itu Athifah menyeringai, lalu mulai meneteskan banyak cairan yang barusan diambilnya, ke ice cream Aeera.
Bersambung...
Aeera memberhentikan langkahnya, ia sudah capek dan ngos ngosan. Dipandanginya Bavendra yang ikut berhenti, setelahnya Bavendra mendekati Aeera.
"Kenapa lo? "Tanya Bavendra.
"Capee"rengek Aeera.
"Yaudah ambil ice creamnya dulu, nanti kita duduk disitu tuh, biar bisa langsung lihat matahari terbenam"
Aeera mengangguk, lalu mulai mengekori Bavendra. Saat sudah sampai, Aeera melihat Athifah yang sedang asyik bermain ponselnya sambil senyam senyum tak jelas.
"Lo kenapa? "Tanya Aeera saat Aeera sudah duduk dihadapan Athifah.
"Gue mau meet temen yang deket sini kak, gue nanti pulangnya sama supir, nanti gue minta jemput"jawab Athifah seraya menyimpan benda pipihnya kedalam tas selempangnya.
"Oke, kalo ada apa apa telpon ya"
"He'em, selamat menikmati senja kak bye!"
Athifah pun meninggalkan Aeera dan Bavendra. Setelah itu Aeera menoleh kearah Bavendra,
"Gimana? Mau kesana kan? "Tanya Aeera.
"Iya, ayo cepet"jawab Bavendra lalu mengambil ice cream Aeera. "Gue yang bawaiin"
Aeera dan Bavendra kini sedang duduk menghadap kearah pantai yang memperlihatkan cahaya bulat berwarna oren. Mereka lantas menuju pohon yang sudah tumbang lalu duduk disana.
"Hmm.. sini ice creamnya "pinta Aeera.
"Iya iya, nih"jawab Bavendra lalu memberikan ice cream coklat itu pada Aeera.
Aeera mulai memakan ice cream coklatnya. Kepalanya ia sandarkan pada bahu kokoh milik Bavendra.
"Kok kita jadi akrab dan bucin gini ya"tanya Aeera tapi mulutnya tak berhenti memakan ice cream.
"Lo gemesin, asal lo tau gue itu gak kuat sama yang gemoy gemoy dan imut imut" jawab Bavendra jujur lalu menempatkan kepalanya diatas kepala Aeera yang masih betah menyandar dibahunya.
"Hihi, gue imut? "
"Hm"
"Coba bilang Aeera imut, gitu"
"Gak"
"Bavendra.. "rengek Aeera seraya menggoyang goyangkan lengan kekar Bavendra.
"Aeera imut"gumam Bavendra pelan, tetapi masih dapat didengar oleh Aeera.
"Hahahaha.. gemes banget sih hahaha"
"Udah ketawanya? "
"Hahaha.. aduh perutku sakit tolong.. gakuat"
"Ck lo jangan ketawa mulu makannya" omel Bavendra.
Aeera menaruh ice creamnya, "Ini sakit beneran.. "jawab Aeera seraya memegangi perutnya, lalu merintih kesakitan.
Dilihat dari wajahnya yang terlihat kesakitan, menandakan bahwa Aeera memang benar benar sakit perut. Bavendra menegang, lalu panik seketika.
"L-lo kenapa Ra? Aeera? Perut lo kenapa?! " Bavendra panik setengah mati.
"Gatau, ini bener bener sakit. Aukhh... "
"Ayo kerumah sakit! "Ajak Bavendra lalu berdiri.
"Gendong.. "rengek Aeera.
"Ayo naik" ucap Bavendra saat ia sudah berjongkok memunggungi Aeera.
Aeera langsung mengikat tangannya dileher Bavendra, lalu kepalanya ia sandarkan dipunggung tegak milik Bavendra. Bavendra menggendong Aeera, selama perjalanan kearah parkiran, Bavendra sesekali tak fokus saat merasakan sesuatu yang empuk dipunggungnya. Beberapa kali Bavendra berdehem saat merasakan keempukan itu yang semakin terasa.
Bavendra sudah sampai disamping kiri mobilnya. Ia lantas membuka pintu mobil, menempatkan tubuh Aeera disana dan menutup pintu mobil. Ia lalu berjalan kearah pintu mobil bagian kanan, lalu masuk kedalam mobil dan menutupnya lagi.
Dilihatnya Aeera yang sedang mencekram kuat gaun bagian perutnya, dan mengeluarkan suara suara yang memilukan. Bavendra mendekat, lalu ia memasangkan sabuk pengaman pada Aeera. Bavendra mencium sekilas puncak kepala Aeera, lalu segera memakai sabuk pengamannya.
"Bertahan Ra, kita bakal kerumah sakit sekarang"ujar Bavendra sambil mengelus elus pundak Aeera.
Aeera mengangguk pelan, lalu Bavendra lansung menancap pedal gas, mobil hitamnya membelah jalan raya yang agak sepi, mungkin karna akan menjelang malam, karna matahari pun sudah tenggelam sekarang.
Setelah lima belas menit mencari rumah sakit terdekat, akhirnya Bavendra menemukan rumah sakit terdekat dari pantai. Ia lantas memasuki lingkungan rumah sakit, lalu memarkirkan mobil dan segera turun dari mobil hitamnya. Dengan setengah berlari Bavendra menuju pintu kiri mobilnya, lantas ia membuka pintu dan menggendong Aeera didepan.
Bavendra berlari kecil memasuki gedung rumah sakit, lalu ia berteriak teriak pada suster yang lewat.
"Sus tolongin pacar saya, perutnya sakit katanya"
Aeera yang mendengar itu seketika pipinya bersemu merah, Bavendra menganggapnya pacarr??
Suster mengangguk patuh, "baik pak, silahkan ikuti saya untuk segera memasuki ruang pemeriksaan"
"Baik sus"
Suster tersebut berlari kecil menuju ruang pemeriksaan, disusul Bavendra yang mengekori dari belakang.
"Tolong direbahkan tubuh pacarnya disini ya pak"
"Baik sus"
Bavendra merebahkan tubuh Aeera dengan hati hati. Dipegangnya tangan dingin Aeera lalu mengelusnya pelan. Dokter pun datang.
"Bertahan Ra, semangat" Bavendra menyemangati, sedangkan Aeera hanya mengangguk pasrah.
Bavendra lantas diperintahkan suster untuk keluar dari ruang pemeriksaan. Awalnya Bavendra tidak ingin meninggalkan Aeera, namun karna itu untuk kebaikan bersama, dengan berat hati Bavendra harus meninggalkan Aeera. Bavendra duduk di kursi penunggu didepan ruang pemeriksaan.
Beberapa menit berlalu, lalu keluarlah dokter yang langsung disambut banyak pertanyaan dari Bavendra.
"Dok, calon tunangan saya gimana? Apa yang terjadi dengan perutnya dok? Kenapa perutnya bisa sakit seperti itu?! "
"Tolong bapak ikut saya ke ruangan saya dulu pak, saya akan menjelaskannya disana"
"Baik dok"
Bavendra segera membuntuti langkah dokter yang akan mengantarkannya pada ruangan dokter itu sendiri. Setelah sampai, dokter itu dan Bavendra masuk. Dokter wanita yang umurnya sekitar tiga puluh sembilan tahun itu duduk dimejanya, lalu mempersilahkan agar Bavendra duduk dihadapannya.
Bavendra duduk, lalu segera bertanya tentang keadaan Aeera pada dokter. "Jadi bagaimana keadaan Aeera dok? "
"Begini, calon tunangan anda mengalami sakit perut karna keracunan makanan"
"A-apaa?! "
"Ia sepertinya telah memakan sesuatu, apa itu benar? "
"Aeera terakhir kali memakan ice cream coklat, dok"
"Kalau begitu, calon tunangan anda harus dirawat inap beberapa hari disini, supaya racun bisa dinetralkan dengan baik dan tidak menimbulkan resiko yang buruk pada organ organ lain nantinya"
"Baik dok, apapun itu, berikan pengobatan terbaik untuknya saat ini. Pindahkan Aeera ke ruang VVIP, berapapun biayanya akan saya tanggung"
"Untuk jenis ruangan bisa dikoordinasi dengan staf administrasi ya, pak"
"Baik dok. Kalau tidak ada hal yang lain, saya permisi"
Bavendra meninggalkan ruangan, lalu menuju tempat administrasi diruang bagian depan rumah sakit. Saat tiba disana, ia langsung mengatur ruangan Aeera, agar bisa lebih tenang dan leluasa tentunya.
"Jadi pak, ruang VVIP nomor 2 telah bapak pesan dan akan siap beberapa menit lagi. Ibu Aeera akan dipindahkan dengan bantuan suster lain. Saya ucapkan terimakasih banyak telah berkunjung di rumah sakit kami, pak"
"Baik"
***
Berbeda dengan keadaan Bavendra dan Aeera yang cemas, seorang wanita tengah meminum wine nya disalah satu club malam yang terdekat dari pantai. Ia menyeringai, lalu tertawa keras dengan suara mengerikan.
"Hahaha rasain lo! Makannya jangan jadi perebut kebahagiaan orang!"ucap wanita itu lalu tersenyum kemenangan.
"Lo udah rebut kebahagiaan gue, mulai dari papa, mama, nenek kakek, Bavendra, dan perusahaan pun lo ambil alih"lanjutnya lagi seraya menenggak segelas wine yang hanya tinggal separuh dari gelas kecil.
"Pinter lo fah hahaha!! Pasti dia sekarang lagi rasain kesakitan di perutnya, secara lo kasih banyak banget itu racun. Mampus"puji seorang wanita lain lalu ikut menenggak sisa wine digelasnya hingga habis.
"Maka dari itu kita rayain dong. Dah lama juga kita gak minum minum haha"
Ya, itu Athifah. Orang yang telah memberikan racun ke ice cream Aeera, yang menyebabkan gadis cantik itu harus dirawat intensif dirumah sakit.
Dan yang tadi menemaninya adalah Natasya Madelia, dia adalah mantan pacar dari Bavendra. Hubungannya dengan Bavendra harus putus karna tahu kalau Natasya hanya merongrong hartanya, dan juga mengingat dirinya akan segera menikahi Aeera.
Itulah yang membuat Natasya marah, ia lantas mengajak kerja sama pada Athifah yang juga menaruh hati pada Bavendra. Ternyata, Athifah sudah mengenal lama Bavendra dari sahabatnya Natasya yang notabene waktu itu menjadi pacar Bavendra. Tetapi saat itu Bavendra belum mengenalnya.
Beginilah Athifah yang sebenarnya. Pendendam, pemarah, egois, tidak ada Athifah yang Aeera kenal, tidak ada Athifah yang cerewet, manja, suka malu maluin dan suka ngrepotin. Hanya ada Athifah yang candu meminum minuman keras.
Biasanya kalau habis minum minum gini, Athifah akan pergi menginap di rumah sahabatnya yang selalu mendukungnya ini, agar orang rumah tidak mengetahui kelakuannya. Athifah akan memberi alasan kangen pada sahabatnya dan akan menginap dirumahnya. Dan, siapa lagi sahabat Aeera kalau bukan Natasya Madelia, gadis dua puluh dua tahun, yang sedang menjalin kerja sama untuk menyingkirkan Aeera.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!