NovelToon NovelToon

Baby I Love You So Much

Epsd. 1. Kutuk jadi istri

Dewa Mandala seorang pria yang diangkat menjadi adik sekaligus bodyguard Zacklee Mahendra saat berada di kota London.

Dewa yang saat itu tak memiliki siapa-siapa bertemu dengan Zacklee disaat Zacklee mencari Ellena istrinya. Dewa sendiri akhirnya memutuskan untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada Zacklee.

Dewa yang bersifat dingin dan kejam terhadap musuhnya memiliki prinsip untuk tidak menggunakan perasaan, terlebih perasaan cinta. Sayangnya prinsip itu harus terkalahkan dengan seorang gadis belia bernama Fiona, putri dari Zacklee.

Awalnya Dewa menolak perasaan itu, karena menurutnya usia mereka terlampau jauh. Dewa hanya menganggap Fiona sebagai keponakan, namun pada akhirnya Dewa harus mengakui jika perasaannya bukan sebagai keponakan melainkan cinta yang tumbuh pada semestinya.

Begitupun dengan Fiona, gadis ini awalnya hanya kagum terhadap sosok Dewa Mandala yang sangat tegas, berani dan tampan. Fiona tak bisa memungkiri jika dirinya juga mulai jatuh cinta kepada Dewa.

"Fio...," Dewa sangat terkejut melihat Fiona menangis dipojokan seorang diri.

"Om Dewa," ucap Fiona melihat Dewa menghampirinya. Fiona lalu berhambur kepelukan Dewa menangis di dada bidang Dewa.

Tangan Dewa yang tadinya diam, lalu mengangkat tangannya untuk membalas pelukan Fiona.

"Om... hiks.. hiks.."

"Kamu kenapa Fio?" tanya Dewa.

"Fiona sedang terkena masalah besar, hiks... hiks..."

"Masalah besar? emangnya apa Fio?" tanya Dewa kembali.

"Om janji bakal bantuin Fio," masih mode merajuk.

"Iya... emangnya apa sih Fio.."

"Om, janji dulu"

"Perasaanku kok jadi ga enak ya" ucap Dewa lirih.

Fiona menarik jari kelingking Dewa dan mentautkan dengan jari kelingkingnya, "janji ya om"

"Iya deh... buruan ngomong,"

"Ih.. sabar kali, orang tua kok ga sabaran" cibir Fiona.

Apa tadi yang dia bilang? orang tua?

"Gini Om, aku dan teman-teman yang lain ingin mengadakan party kecil-kecilan. Fio ingin Om Dewa membantu Fiona meminta ijin Om Devan"

Tuh kan permintaannya ga enak,

"Fio... Fio kan tahu kalau anak sekolah dilarang party-party, daripada party-party mending belajar biar pintar" tolak Dewa dengan halus.

"Orang tua ga asyik," sahut Fiona melengos.

"Mending Om pulang aja, Fio mau nyelesein tugas" lanjut Fiona mengusir Dewa.

"Kok jadi Om di usir?" protes Dewa.

"Daripada Om ga berguna, mending pulang aja" sahut Fiona ceplas-ceplos.

Dewa menarik pergelangan tangan Fiona sehingga Fiona terjerembab di dada bidangnya. Fiona sedikit terkejut, degup jantungnya merasakan sesuatu yang berbeda.

'Ini tak mungkin Fio..' tolak Fiona pada perasaannya.

"Masih mau nemplok disitu neng?" sindir Dewa.

Fiona yang tersadar buru-buru menarik tubuhnya jauh dari tubuh Dewa.

"Pintar banget memutar balikkan fakta,"

"Tapi kau menikmatinya bukan?" goda Dewa agar wajah Fiona memerah.

"Om ini bener-bener ngeselin ya, pantas aja ga ada cewek yang mau jadi istri Om,"

"Kau salah, aku begini karena masih menunggu seseorang yang sangat berarti dalam hidupku"

"Ga usah sok romantis Om.. kagak pantes sama sekali," sahut Fiona terkekeh.

"Bener-bener ini ya anak orang ngeselin banget, mau aku kutuk jadi istri?"

"Coba aja kutuk, palingan ga mempan" Fiona menjulurkan sedikit lidahnya.

'Aku kutuk beneran jadi istriku Fiona' ucap Dewa dalam hati.

Dewa lalu mengejar Fiona yang berlari terlebih dulu. Mereka berdua pulang di kediaman Zacklee.

"Fio, jangan keluar rumah sebelum aku tiba" pesan Dewa sebelum meninggalkan Fiona.

Fiona hanya menanggapinya dengan mengangguk.

Fiona masih menatap punggung Dewa yang akan menghilang.

"Ka Fio lagi fall in love ya?" suara Kaisar mengejutkan Fiona.

"Apaan sih..., anak kecil ga usah kepo" sahut Fiona.

"Kau belum bersiap ya dek?" tanya Fiona.

"Uda siap ka..," jawab Kaisar.

"Ya uda ditunggu aja paling bentar lagi Papa datang" ucap Fiona.

"Kai...," suara Zacklee memanggil Kaisar.

"Nah itu Papa...,"

"Papa...," panggil Fiona dan Kai bersamaan.

"Kau sudah siap kan Kai?" tanya Zacklee.

"Siap dong Pa...," jawab Kaisar.

"Fiona, tadi Papa sudah berpesan kepada, Dewa untuk sementara waktu ini Papa suruh dia untuk berjjaga di kediaman ini,"

'Oups' Fiona melipat bibirnya mendengar ucapan Papanya.

"Papa tak mau sesuatu terjadi pada kalian, terutama kau Fio"

"Kok aku Pa?" tanya Fiona.

Zacklee tersenyum, disaat usianya yang hampir menginjak tua dia masih terlihat sangat tampan dan lebih matang.

"Iya dong sayang, karena kau puteri satu-satunya yang Papa miliki. Jadi Papa harus ekstra menjaga Fiona" ucap Zacklee sembari mencubit gemas pipi Fiona.

"Ih... Papa, sakit tau.." protes Fiona.

"Fiona sangat sayang Papa," Fiona memeluk Zacklee dengan erat.

Begitupun dengan Fiona, Kaisar ikut memeluk Zacklee bersama.

"Papa juga sangat sayang dengan kalian semua" balas Zacklee.

"Papa belum melihat Felix, dimana dia?" tanya Zacklee menyadari jika Felix tak terlihat.

"Dia lagi galau Pa..," bisik Fiona.

"Galau?" sahut Zacklee heran.

"Iya Pa.., sepertinya dia sedang jatuh cinta" bisik Fiona.

"Fall in love?"

"Iya pa...," jawab Fiona dengan menganggukan kepalanya.

"Sekolah dulu yang bener baru cari cinta" sahut Zacklee tak mau menganggap serius ucapan Fiona.

"Siap bos papa!" sahut Fiona dengan semangat kemerdekaan.

"Dan kau juga!" ucap Zacklee menyindir Fiona.

Fiona hanya bisa tersenyum meringis mendengar ucapan Papanya yang melebihi pedasnya bon cabe.

''Fio, sampaikan ke Felix. Semua kebutuhannya sudah siap di meja biasanya" pesan Zacklee sebelum pergi bersama Kaisar.

"Beres bos" sahut Fiona menirukan gaya bicara Dewa.

Zacklee dan Kaisar berangkat ke luar negeri untuk mengurus pengobatan papanya. Kaisar yang baru lulus di bangku SMP kebetulan mendapatkan beasiswa melanjutkan studi ke negara yang menjadi tempat pengobatan grandfanya.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanya Fiona bermonolog pada dirinya sendiri.

Drrrrrttt... Drrrtttt...

Fiona membuka chat yang masuk kedalam ponselnya.

'Sudah makan?' isi chat dari Dewa.

Hati Fiona sangat bahagia sekali. Jarinya seketika ingin membalas chat Dewa namun dia urungkan, mengingat Dewa belum membantunya untuk meminta izin Devan untuk menggunakan Cafenya sebagai tempat party kecil bersama sahabat sekaligus sepupunya.

"Aku tak akan membalas chatmu om, sebelum om memberi kabar bahagia mengenai party ku" ucap Fiona.

Diujung sana, Dewa terus saja membuka menutup layar ponselnya. Berharap jika Fiona segera membalas chatnya.

"Kemana anak itu? ponselnya terlihat online tetapi sedari tadi tak membalas chatku," gerutu Dewa.

"Dewa...," panggil Devan.

"Iya bos,"

"Ada apa kesini? apa Zacklee yang menyuruhmu?" tanya Devan.

"Bukan bos... bos besar baru saja berangkat bersama bos kecil dan bos cantik," jawab Dewa.

"Semoga pengobatan om Hendra dilancarkan," do'a tulus dari Devan.

"Lantas apa yang membuatmu kesini?" tanya Devan kembali.

"Gini bos... gimana ya ngomongnya, jadi ga enak" ucap Dewa terlihat kikuk.

Devan terkekeh melihat Dewa seperti ini, tak biasanya Dewa terlihat kikuk.

"Fiona memintaku untuk meminta izin kepadamu bos menggunakan Cafe sebagai party kecilnya," ucap Dewa pada akhirnya.

"Bocah itu mau ngapain lagi bikin party," gerutu Devan.

Bersambung....

Epsd. 2. Kaum Expayed

"Gimana Fio, apa om Dewa sudah berhasil meminta izin om Devan?" tanya Safira yang baru tiba dikediaman Zacklee.

"Aku sedang malas menanyakannya," jawab Fiona.

"Kau terlihat tak bersemangat Fio...," sahut Sunny.

"Bagaimana aku bersemangat Sunny... hampir 2 jam om Dewa belum memberi kabar pastinya," ucap Fiona.

"Fio... sepertinya om Dewa sudah kembali," Safira melihat dan mendengar kendaraan Dewa masuk kedalam halaman parkir.

"Awas saja kalau tidak berhasil," gerutu Fiona sambil mengepalkan tangannya.

"Kalian sedang apa?" tanya Felix terkejut melihat ketiga gadis didepannya sedang bersiap menghakimi seseorang.

"Lah kok kaka sih yang masuk...," protes Fiona.

"Harusnya kan om De--"

Belum selesai Fiona berbicara, suara Dewa terdengar dibelakang Felix. Rupanya, Dewa menjemput Felix setelah dari tempat Devan.

"Fiona, aku sudah bertemu dengan bos Devan" ucap Dewa.

Fiona dan yang lain merubah ekspresi wajahnya, lalu mendekati Dewa mendengarkan apa yang akan Dewa sampaikan.

"Bos Devan mengijinkan kalian melakukan party disana, tetapi dengan satu syarat" lanjut Dewa kembali.

Ekspresi wajah bahagia seketika berubah saat mendengar satu syarat yang belum disampaikan oleh Dewa.

"Syaratnya apa om?" tanya Fiona.

"Bos Devan meminta bos Revan, bos Alex, dan bos Shandy untuk turut serta" jawab Dewa.

"Ga bisa... ga bisa... ga bisa...," tolak Fiona langsung.

"Ini party buat kawula muda bukan untuk kaum expayed," ucap Fiona.

Safira dan Sunny menyetujui pendapat Fiona.

"Siapa yang expayed?" tanya Devan yang ternyata ikut kedalam kendaraan Dewa.

"Om Devan lah...," sahut Fiona pada akhirnya.

"Lee... anak lu gue kutuk jadi baskom boleh ga si" ucap Devan kesal.

"Jangan baskom dong om Devan, Selena gomez atau siapa gitu," sahut Fiona tanpa bersalah.

"Nih bocah mulutnya sepaket sama istri gue ternyata," gumam Devan.

"Pokoknya keputusan tak bisa diganggu gugat. Kita-kita juga harus ikut," imbuh Devan.

"Apa om Devan ga mikirin perasaan papaku yang ga diajak sendiri," drama queen Fiona mulai on.

"Salah sendiri papamu pergi. Pokoknya ga bisa diganggu gugat keputusan sudah sah!" ucap Devan sengaja mengeraskan kata sah diakhir ucapannya.

"Oke kalau begitu om.. Om Devan dan yang lain boleh ikut tetapi Fiona juga punya syarat" sahut Fiona sedikit menantang.

"Syarat apa Fio...?" tanya Devan menurunkan nada bicaranya.

"Om Devan dan om yang lain kudu pakai costum sama dengan kita," jawab Fiona.

Dewa dan Felix mengedipkan matanya dan melambaikan tangannya dari arah berlawanan dari Devan.

"E--emang costumnya apa?" tanya Devan sedikit ragu, perasaannya mulai tak enak.

"Om Devan dan yang lain harus memakai baju berwarna pink sama seperti kita," jawab Fiona dengan bahagia begitupun dengan Safira dan Sunny.

Felix dan Dewa langsung lemas seketika. Rencana ingin membubarkan rencana Fiona malah dirinya terjebak dengan rencananya sendiri. Nasib... nasib...

Selesai perdebatan panjang antara Om dan keponakan akhirnya Devan sepakat mengikuti persyaratan Fiona begitupun sebaliknya. Setelah itu Devan dan Dewa kembali menyelesaikan tugasnya. Sedangkan Fiona kembali murung, karena Dewa meninggalkannya lagi.

"Om Dewa... kenapa sih pergi lagi, baru saja nyampai sudah pergi lagi" gerutu Fiona.

"Ngapain sih dek, daritadi ngomel mulu..." sahut Felix saudara kembar Fiona.

"Itu loh ka... bukannya tugas om Dewa menjaga kita, tapi kita kok malah ditinggal melulu" gerutu Fiona lagi.

"Fio... tugas om Dewa itu ga hanya menjaga kita, dari dulu kita kan ngerti tugas om Dewa ngapain aja," Felix mencoba memberi pengertian Fiona.

"Mending sekarang tidur, biar besok ga telat berangkat sekolahnya".

" Eh... kaka mau kemana?" tanya Fiona melihat Felix akan keluar rumah.

"Bukannya tadi ka Felix nyuruh Fio tidur, kok sekarang malah kaka ga tidur?"

"Kaka ada urusan sebentar, kau tidurlah lebih dulu" jawab Felix kemudian melangkahkan kakinya.

"Dasar... kaka yang aneh!" gerutu Fiona.

Fiona kembali memasuki kamarnya, di rumah yang sangat itu Fiona merasa kesepian. Fiona lalu mengambil ponselnya, dia mencoba menghubungi mamanya,

"Fio... apa kau belum tidur?" tanya Ellena dalam ponsel.

"Bagaimana aku bisa tidur ma, semua orang meninggalkanku. Mama dan papa cepatlah pulang...," jawab Fiona.

"Do'akan grandfa lekas sembuh sayang, mama dan papa akan segera kembali. Sekarang kau tidurlah, tak baik seorang gadis seusiamu tidur larut malam" Ellena menyarankan Fiona untuk segera tidur.

"Baiklah mam..," ucap Fiona kemudian menutup panggilannya.

Fiona kemudian merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamarnya. Saat akan menutup matanya, tiba-tiba saja lampu mati.

"Aaaaaaaaa.....!" teriak Fiona ketakutan.

"Sial! kenapa harus mati lampu disaat tidak ada orang"

Fiona mencari ponselnya untuk memberikan sedikit cahaya, sayangnya selesai menelfon mamanya, Fiona lupa mengecharge ponselnya. Cahaya tersebut hanya mampu menerangi sekejap saja lalu kembali gelap.

"Papa... mama... ka Felix... Kaisar... hiks... hiks...," Fiona berteriak memanggil seluruh keluarganya ketakutan didalam kegelapan.

Tiba-tiba saja sebuah cahaya masuk kedalam kamarnya, ternyata Dewa tiba diwaktu yang tepat.

"Fio... kau tak apa?" tanya Dewa baru tiba.

"Fio takut om... hiks.. hiks..," jawab Fio tak bisa membendung ketakutannya.

"Kau aman Fio, sudah ada aku disini" ucap Dewa.

"Fio takut om... hiks.. hiks..," Fio tanpa sadar memeluk tubuh Dewa dengan erat dan menangis dalam pelukannya.

Lagi-lagi jantung Dewa kembali diuji, tak dipungkiri jika perasaan cinta itu sudah mulai tumbuh dihatinya. Sayangnya Dewa masih menjaga prinsipnya untuk tak mencampur adukkan pekerjaan dan perasaannya.

"Sudahlah Fio tenanglah... sudah ada aku disini, sekarang kau istirahatlah" ucap Dewa. Namun Fiona tetap tak mau melepaskan pelukannya, hingga Fiona terlelap tidur di pelukan Dewa.

Keesokan pagi, tanpa sadar ternyata semalam Dewa masih menemani Fio yang ketakutan dalam gelap. Masih dalam pelukannya, Dewa mulai bangun dari tidurnya. Dewa sedikit terkejut melihat Fio tertidur masih dengan memeluknya.

"Fi... Fio...," Dewa membangunkan Fiona dengan pelan.

"Bagaimana ini. Sebenarnya apa yang terjadi semalam," gerutu Dewa pelan. Dewa mencoba mengingat kejadian semalam, dia tersenyum setelah mengingatnya. Lalu dipandanginya Fiona yang masih terlelap tidur. Dewa menyibakkan rambut yang menutupi wajahnya dibelakang telinganya.

"Kau sangat cantik Fio...," ucap Dewa tanpa sadar keluar dari mulutnya.

"Dewa... sadar ga ada kamusnya seorang Dewa Mandala jatuh cinta," imbuh Dewa dengan pelan.

"Tapi ada apa dengan jantungku,"

"Om Dewa jangan tinggalkan Fio...," Fiona mengigau tanpa sadar Dewa menoleh kearahnya, gerakan tubuh Fiona membuat wajah mereka semakin dekat bahkan hanya berjarak beberapa inci saja.

Merasa ada hembusan nafas hangat, Fiona menyadarkan diri dari tidurnya.

"Aaaaaaaa....!" teriak Fiona saat membuka matanya tanpa sadar dia menendang tubuh Dewa hingga terjatuh.

"Aduh... Fio...," keluh Dewa.

"Om ngapain disini, mau mencoba memperk*osaku ya?"

Bersambung....

Epsd. 3. Cinta itu bulshit

Pagi yang seharusnya menjadi pagi yang hangat, saat ini menjadi dingin. Dingin dikarenakan Fiona dan Dewa saling terdiam. Bukan karena sedang tak enak badan, melainkan Fiona sangat malu dengan sikapnya yang sudah menuduh Dewa yang bukan-bukan.

"Pada sakit gigi semua," sindir Felix.

"Ya sudah, aku sarapan di sekolah saja" ucap Felix tak jadi ikut sarapan.

"Eh... kaka mau kemana?" tanya Fiona.

"Kaka janji bertemu Kiara di Sekolah. Kau berangkat dengan om Dewa" jawab Felix kemudian pergi begitu saja.

Kini tinggal Fiona dan Dewa berdua dimeja makan. Fiona masih merasa sangat malu dengan tingkahnya petang tadi. Sedangkan Dewa dia masih bisa menyimpan rasa malunya dihadapan Fiona.

"Buruan dimakan keburu dingin," ucap Dewa pada akhirnya menyapa terlebih dulu.

"Sudah kenyang," jawab Fiona singkat.

"Darimana kenyangnya, apa mungkin terlalu lama memelukku semalaman" sindir Dewa membuat wajah Fiona memerah menahan malu.

"Apaan sih... ga jelas banget. Kejadian semalam bukan unsur kesengajaan, melainkan musibah" sahut Fiona selalu bisa menyangkal.

"Musibah?"

"Iya, musibah! kalau saja aku tak sadar aku yakin pasti om benar-benar akan memperko*saku" Lagi-lagi Fiona berpikiran buruk tentang Dewa.

Dewa tak menanggapi ucapan Fiona, dia masih terus melanjutkan sarapan paginya dengan elegant. Dikatakan elegant karena Dewa selalu makan dengan hati-hati dan bersih, memang sangat berbanding terbalik dengan sosok kejamnya. Dibalik Dewa Mandala yang dingin ternyata memiliki sisi yang lembut juga, hal ini yang sebenarnya membuat Fiona kagum terhadapnya.

"Segera habiskan makananmu, jangan memandangku terus... aku tahu, aku sangat menawan" ucap Dewa tanpa melihat Fiona yang diam-diam memperhatikannya meski mulutnya masih terus menggerutu.

Fiona langsung saja memiringkan bibirnya sambil meremas sendok ditangannya, ingin sekali sendok tersebut Fiona daratkan di wajah songong Dewa.

"Jangan terlalu benci, ga takut berubah cinta..." sindir Dewa kembali seolah memiliki mata batin.

Selesai sarapan, seperti biasanya Dewa akan mengantar Fiona ke sekolah sebelum akhirnya ke kantor.

"Jangan kemana-mana sebelum aku menjemputmu Fiona," pesan Dewa seperti biasanya.

"Iya... iya... bawel," sahut Fiona kesal namun dalam hatinya bahagia. Dewa kemudian melajukan kendaraannya.

"Fiona...," panggil Sunny bersama Kiara.

"Sunny... Kiara kau sekolah disini juga?" sapa Fiona.

"Hai anak papa...," sapa Alex.

"Papa Alex...," Fiona langsung saja memeluk Alex. Pasalnya Fiona sangat merindukan Alex yang sudah beberapa bulan tak menemuinya karena hal pekerjaan.

"Papa kenapa sekarang terlihat sedikit kurus?" tanya Kiara melihat Alex terlihat kurus.

"Kata siapa papa kurus? papa hanya sedikit mengurangi makan dari porsi sebelumnya," jawab Alex.

"Pa... papa ga boleh mengurangi porsi makan, Fiona ga mau papa sakit" ucap Fiona.

"Tuh kan... bener kan pa, Fio saja mengatakan papa kurusan. Berarti Sunny ga salah... iya kan Fio?" sahut Sunny.

"Terimakasih sayangnya papa sudah perhatian dengan papa," ucap Alex.

"Dimana Felix Fio?" tanya Alex.

"Bukannya ka Felix sudah berangkat pagi tadi... dia mengatakan akan menemui Ki--ara," jawab Fiona sambil melirik Kiara yang berada disamping Sunny.

"Sejak tadi kita hanya berdua Fio, tak ada Felix sama sekali" ucap Sunny memberitahu.

"Entahlah... Nanti biar aku kasih tahu kalau papa Alex sudah kembali," ucap Fiona kembali menyender di dada bidang Alex. Alex memeluk Fiona lalu mengecup ujung kepalanya.

Pemandangan seperti ini sudah menjadi hal biasa untuk Sunny. Dia tak sedikitpun memiliki rasa iri terhadap Fiona maupun Felix. Sunny sudah mengetahui semuanya alasan Felix dan Fiona memanggilnya dengan sebutan papa. Sunny justru sangat bahagia, karena mendapatkan keluarga yang mau menerimanya.

"Pa... Fiona masuk ke kelas dulu," Fiona melepaskan pelukannya lalu mencium telapak tangan Alex. Begitupun dengan Sunny dan Kiara, mereka berdua juga melakukan hal yang sama.

"Putri-putri papa yang rajin sekolahnya,"

"Siap papa," ucap ketiganya bersamaan lalu memasuki kelas.

'Fiona... tak terasa kau sudah tumbuh menjadi remaja, kecantikanmu mewarisi wanita yang pernah hadir di hidupku. Semoga kelak cintamu berakhir bahagia bersama orang yang kau cintai' batin Alex.

**

"Sejak kapan seorang Dewa bisa menaklukkan miss Andara...," sindir Revan. Pasalnya berhari-hari ajakan kerjasama perusahaan Mahendra group dengan perusahaan miss Andara tak ada tanggapan. Namun, selesai Dewa yang menemuinya tak menunggu lama miss Andara langsung saja menyetujuinya.

"Kau tidak mengancam akan membunuhnya bukan?" sindir Revan kembali.

"Bisa saja aku mengancamnya seperti itu bos, tapi sayangnya tanganku menolak untuk sebuah darah dari seorang bucin seperti dia" sahut Dewa.

"Sampai kapan kau menutup hati Dewa? sudahlah... bermainlah dengan cinta agar hidupmu berwarna," ucap Revan.

Dewa tersenyum mendengar ucapan Revan, "Cinta hanya membuat kacau dan aku tak pernah percaya cinta bos. Bagiku cinta itu bulshit,"

"Hahaha... jangan sampai ucapanmu berbalik suatu hari nanti Dewa. Bos besarmu saja pernah mengatakan ini, namun setelah mengenal cinta dia menjadi raja bucin," ucap Revan.

"Berbeda aku dengan bos. Bos masih menggunakan perasaan, sedang aku tak pernah melibatkan perasaanku" sahut Dewa.

"Ckk, sudahlah Dewa.. kau pegang ucapanku. Kau akan melebihi bucinnya Zacklee" ucap Revan sambil meninggalkan Dewa yang masih duduk di depan tumpukan berkas.

"Hhh... apa itu cinta, cinta itu bulshit" gumam Dewa menertawakan cinta.

Hari sudah menunjukkan pukul 1 siang, hampir 10 panggilan tak terjawab di ponsel Dewa tak Dewa gubris karena harus berhadapan dengan model serta artis internasional Andara Conelly. Awalnya Dewa menolak tugas ini, karena keisengan Shandy dan Revan, Dewa harus mendapatkan tugas tersebut. Alasan Shandy dan Revan memilih Dewa dikarenakan mereka memiliki feeling tak enak mengenai Dewa. Di usianya yang matang Dewa tak menyukai wanita. Basic Dewa memang di perkelahian serta ide cemerlang mengalahkan musuh, makanya dari Zacklee dan kawan-kawan berpikir jika hidup Dewa kurang berwarna tanpa wanita.

"Tuan Dewa, apa kau tak memiliki seorang yang spesial?" tanya Andara diluar tema pekerjaan.

"Maaf nona, apa saya perlu menjawabnya?" balik tanya Dewa.

"Jika tuan Dewa berkenan kenapa tidak," jawab Andara.

"Baik nona saya akan menjawabnya. Orang spesial tentu ada nona," jawab Dewa singkat.

"Ouh...," Andara membentuk mulutnya seperti huruf O.

'Siapa orang yang beruntung itu,' batin Andara. Ada perasaan kecewa dihati Andara.

"Baiklah nona, apa ada yang tak dimengerti lagi?" tanya Dewa.

"Sudah cukup," jawab Andara.

"Sekali lagi terimakasih atas kerjasamanya nona," ucap Dewa sebelum berpamitan. Andara hanya tersenyum lalu menundukkan kepalanya.

Selesai pertemuannya dengan Andara, Dewa mengambil ponsel dari sakunya, Dewa terkejut karena baru menyadari panggilan tak terjawab dari Fiona.

"Astaga! kenapa aku hampir lupa," ucap Dewa langsung menyahut kunci mobilnya.

"Dewa...," panggil Revan namun tak digubris membuat Revan sedikit berpikir ada apa dengannya.

Sementara di depan Sekolah, Fiona terus saja ngedumel kesal kepada Dewa. pasalnya sudah hampir 2 jam dia menunggunya.

"Dasar Dewa Samijan bisa-bisanya jemput telat! aku akan membuatnya membayar semuanya"

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!