"Kau kenapa? Sedih karena El,?"tanya Seseorang
"Aku bodoh sekali, Ya?"Raya meletakkan kepalanya di atas bangku kelasnya
"Siapa yang bilang? Meskipun nilai kita ada di bagian bawah setiap ujian, tapi kan kita sudah usaha, berarti kita tidak bodoh,kan" ucap Amel temannya Raya satu-satunya
"Ah, aku malu ... benar-benar malu" Raya menutup wajahnya dengan kedua tangannya
"Hei, tumben kamu malu, mana Raya yang Amel kenal " Amel memberikan semangat pada sahabat nya itu.
"Raya itu sudah mati di dalam hati El, ah ... Kapan aku pinternya ... " Teriak Raya yang mana bersamaan dengan masuknya El kedalam kelas itu, El tak mendengar apa yang Raya katakan, hanya saja melihat tingkah konyolnya yang mana saat ini Raya menengadahkan kepala dengan kedua tangannya yang terlentang. Namun ... El yang acuh pada semua orang terutama pada wanita, El langsung duduk dan membuka buku yang selalu menjadi pegangan nya. Ya ... El selalu membaca buku hingga ia terkenal dengan anak jenius, Pelajaran yang akan di terangkan oleh guru nya, Selalu bisa Elvano jawab. Sehingga ada keinginan di hati para guru untuk meluluskan Elvano terlebih dahulu, Namun ... Orang Tua Elvano ingin, Elvano belajar sebagaimana mestinya. Ya
"Hai, Rara ... Kebodohan apa lagi yang ingin kau tunjukkan pada kami,?" Ucap Lola, wanita yang sama-sama menyukai Elvano, tapi sama-sama di cuekin. Lola wanita yang normal, tidak cerdas dan juga bodoh, seharusnya Raya juga begitu, tapi ... Karena Raya jarang belajar lebih sering melakukan Elvano, sehingga ia hanya memiliki tujuan, Yaitu Elvano saja.
"Siapa yang bodoh, aku tidak bodoh tau ... " Ucap Raya seraya memanyaun kan bibirnya
"Kau tidak bodoh tapi terlewat bodoh, Hahahaha" Lola berkata dengan tawa mengejek nya. Semua yang ada di kelas itu menertawakan Raya, hanya El yang terlihat begitu cuek mungkin karena sudah terbiasa dengan buli-an itu. Melihat El yang acuh dan cuek membuat Raya memajukan bibir bawahnya dan mengabaikan apa yang sedang Lola perbuat pada dirinya.
"Lola, aku bodoh menurut mu, Iya kan? Tapi kenapa kau suka sekali mengganggu orang bodoh ini,?" Ucap Raya dengan nada yang tak pernah anak kelasnya dengar, Begitu juga dengan Amel, Nada bicara Raya mengapa beda kali ini dengan yang tadi, Pikir Amel. Sejenak El menghentikan aktifasi membacanya, meski ia tidak menoleh, Tapi pendengaran nya cukup baik untuk bisa mendengar dan menyimpulkan bahwa kali ini Raya berbicara dengan nada beda. Ia sedikit menarik sudut bibirnya namun segara ia fokus lagi dengan buku yang ia pegang.
"Ternyata kau berani juga ya, Hebat sekali kau, dasar orang bodoh, Idiot, Je_"
"Lola, sudah hentikan, Sebentar lagi guru akan datang" ucap Temannya Lola yang baru saja masuk dan melihat guru susah menuju ke kelasnya. Terlihat Lila yang mengepalkan tangannya dengan tatapannya mengarah pada Raya yang kini sudah duduk seraya meletakkan kepalanya di atas bangku dengan tangan yang terjungkai ke bawah. Benar saja, saat Lola dan yang lainnya baru saja mendarat kan bokong nya di kursi masing-masing, guru susah datang dan memberi tatapan sinis pada semua anak kelasnya, terutama pada Raya.
"Selamat siang anak-anak, Tugas yang kemaren kalian kumpulkan, sudah bapak periksa, dan hasilnya hanyalah El yang sempurna," ucap guru itu seraya menarik nafas dalam-dalam dan menjeda akan ucapannya.Netranya menatap lurus pada sosok dimana wajahnya di buat sok imut sekali, nyatanya membuat guru itu menggeleng kan Kepala nya.
"Raya, Lagi-lagi nilaimu paling bawah, Apakah kau tidak bisa menaikkan 1 angka saja di nilai mu, Bagaimana bisa kau naik kelas jika nilaimu seperti ini terus!" Ucap guru itu uang tak habis pikir
"Dia kan naik kelas dengan nilai harapan, Pak" ucap Lola seraya menatap sinis dan mengejek pada Raya, Raya yang hanya diam karena malu dengan apa yang Lola katakan adalah benar. Apalagi melihat sekilas kalau El menoleh kearahnya, dengan tatapan yang tak bisa ia mengerti.
"Kalau akhir semester nilaimu seperti ini lagi, Jangan salahkan bapak, kalau kau tidak lulus tahun ini" ucap tegas guru itu pada Raya
"Jangan dong, Pak. kalau saya tidak lulus, saya akan terpisah dengan El, dan saya tidak ingin berpisah dengannya" ucap Raya dengan bodohnya.
Semua anak- anak menertawakan jawaban Raya, Mana bisa ia menjawab hal seperti itu pada seorang guru yang terkenal Killer, tapi dialah Raya, murid yang paling sepesial bagi ketua OSIS di kelasnya. El yang tidak ingin menjadi ketua OSIS di gantikan oleh Devan yang memiliki ranking ke dua setelahnya Elvano. Ternyata Lelaki yang memiliki kecerdasan itu tertarik dengan sosok Raya yang terkenal begitu memuja Elvano. Mendengar hal itu, Devan malah tersenyum getir pada Elvano.
"Seharusnya kau bertanggung jawab Akan dirinya yang terlalu mencintaimu, setidaknya kau ajari dia dalam pelajaran, karna sesuatu akan mudah di raih jika orang yang kita cintai yang mendukung nya" ucap lirih Devan yang masih terdengar oleh Elvano. Elvano tersenyum masam dengan apa yang di katakan oleh Devan.
"Kenapa tidak kau saja yang mengajarkannya, bukankah kau terkenal begitu ramah? Apalagi pada dirinya, yang hanya memprioritaskan lelaki diatas segala ya" ucap sinis El pada Devan dan itu berhasil membuat Degan mengerang kesal, Andaikan pelajaran belum di mulai,Devan pastikan tangannya akan memukul wajah mulus Elvano, yang mulus bagaikan wajah seorang wanita.
Merasa menang dengan ucapannya, Elvano tersenyum miring pada Devan.
"Andai bukan di kelas, sudah ku habisi kau" ucap Devan menahan marah, Namun El hanya tersenyum santai.
"Baiklah, ... Seharusnya kau bersyukur karena dia menyukaimu dengan tulus, Ingat El, tanpanya tak akan ada yang melihat mu, karena keunikan nya yang mengejar cintamu banyak anak yang fokus padamu, dan merendahkan dirinya, semoga saja kau tidak menjilat ludahmu sendiri karena mengabaikannya sekarang" ucap Devan, lalu kembali fokus menatap pada papan tulis, yang mana gurunya sudah mulai kelasnya. Devan melihat sebentar kearah Raya yang terlihat fokus pada papan tulisan, namun ...kenapa pelajaran seakan tak mau masuk kedalam otaknya.
Devan ingin mengajari Raya, hanya saja Raya yang tidak ingin doa dekat dengannya, karena Raya tidak ingin El salah faham, Padahal El tidak tertarik sam sekali padanya bahkan sama tingkah konyolnya selama ini.
Raya, Putri dari seorang janda, yang kini hanya memiliki usaha toko bunga, yang mana tokonya begitu banyak di minati, Sifat periang sang putri membuat ia tegar melewati harinya, meski ia tahu ... Putrinya tidak sama dengan anak yang lain karena kecelakaan itu, Tapi ia begitu sayang pada putrinya, bahkan ia tidak menikah lagi agar bisa hidup berdua dengan anaknya itu.
Bel waktu pulang pun berbunyi, waktu yang paling tidak Raya sukai, Ya ... raya sangat rajin berangkat sekolah dan paling malas pulang sekolah, Karena jika ia sudah sampai dirumah, Ia tidak bisa melihat wajah Elvano lagi, Menatapnya dalam lamunannya, Hingga Elvano kadang merasa ilfil dengan apa yang Raya lakukan.
"Kenapa lesu begitu sih tiap mau pulang?" Tanya Amel
"Gimana nggakvlesu, Mel. Wajah Elvano makin jauh dai mata aku," ucap Raya saat semua anak-anak pada keluar kelas
"Raya, bisa tidak kau jangan lemah gini, Ayo ah, semangat, ... Sekarang masa-masa terakhir kita di sekolah" ucap Amel
"Iya kalau lulus, kalau tidak lulus masih harus mengulang 1 tahun lagi kan,"cibir Raya dengan wajah makin kusut
"Makanya belajar, lupakan sejenak Elvano," ucap suara yang ia yakini adalah Devan
"Apa kau pikir aku gak lelah dengan perasaan ini, Dev. Jika yang melihatnya saja sudah jengah apalagi denganku yang menjalani nya,' ucap Raya pada Devan yang kini berdiri di sisinya
"Kalau begitu ... Ayo kita belajar bersama, meskipun aku tidak sepintar Elvano, tapi aku masih bisa menemanimu belajar, Ayolah, Ra. Kau buktikan pada anak-anak bahwa kau tak sebodoh itu," ucap Devan dengan penuh penekanan
Amel menatap kearah Devan,
"Apa yang di katakan Devan ada benarnya juga deh, Ra. Kita belajar bertiga, aku kan juga ingin pintar," ucap Amel
Suasana kelas kini sunyi, karena hanya tinggal mereka bertiga di ruangan itu, Semua anak sudah pulang beberapa menit yang lalu.
"Ah, baiklah, belajar ... Belajar ya ... Oke deh, heheheh" ucap Raya dengan senyum bodohnya. Akhirnya merekapun meninggalkan kelasnya, Namun ... Saat mereka sampai di pintu kelas, Raya berpamitan untuk ke toleilet terlebih dahulu.
"Mel,aku ketoilet dulu ya, kalau mau pulang duluan, silakan pulang dulu, soalnya aku kebelet" ucap Raya Seraya memegang perutnya
Amel dan Devan pun saling melempar pandangan,lalu Devan dan Amel sama-sama tersenyum.
"Kalau begitu aku duluan ya, kalian hati-hatilah"ucap Devan Seraya melambaikan tangannya pada Amel dan juga Raya
"Aku tunggu di parkiran ya" ucap Amel
"Oke" ucap Raya Seraya melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke toilet, namun saat Iya melangkah tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang sehingga tubuhnya terhempas ke tembok, namun tidak merasakan sakit.
Pandangan terkunci satu sama lain mata Raya terbelalak Karena terkejut saat melihat siapa sosok yang telah menarik tangannya.
*****
"Kau masih sama seperti dulu, Ratih. Bagaimana ... Apakah pembelinya masih rame?" Tanya Linda sahabat Ibu Ratih.
"Ya .. seperti yang kau lihat dari tadi, Lin. Lumayan lah untuk ku dan juga putriku," ucap Ratih seraya melempar kan senyuman pada sahabatnya itu.
"Kenapa kau menolak menikah lagi? Kau masih muda begitu, cantik lagi," ucap Ibu Linda
"Kebahagiaan ku hanyalah putriku saja, kau tahu sendiri bagaimana aku mencintai ayah nya dulu, Lin ... Aku bahagia dengan kehidupan ku" ucap Ratih seraya duduk di hadapan sahabatnya setelah melayani beberapa pembeli.
"Putrimu sudah besar pastinya, dan dia pasti sangat cantik sama seperti dirimuAkuw," Linda menatap sahabatnya itu dengan penuh kerinduan.
Ya ... Hari ini adalah hari pertama kali mereka bertemu setelah sekian lama terpisah, Linda berada di luar negeri bersama sang Suaminya, dan sekarang mereka memutuskan untuk menetap di kotanya saat ini, Yaitu Kota Jakarta.
"Bukankah anak kita seumuran ya,?" Tanya Ratih
"Eh, iya. Kalau tdak salah hanya selisih 4 bulanan ya"ucap Linda Seraya mengingat tanggal lahir putranya.
Mereka kenangan masa lalu di mana mereka sama-sama bahagia dengan pasangan mereka sehingga terjadilah perpisahan antara ratu dan Linda karena bisnis yang berada di luar negeri butuh pantauan langsung dari sang pemiliknya.
"Silahkan di minum, Kau semakin sukses sekarang, aku turut bahagia," ucap Ratih tulus
"Semua ini juga karena bantuan kalian, tanpa modal dari kalian ... Usaha suamiku tidak akan semakin ini, Ratih. Terimakasih banyak," ucap Linda dengan senyuman yang penuh rasa terimakasih.
*****
"E ... El, kau ..." Ucapan Raya terhenti saat tangan El menutup bibir Raya dengan tangannya, wajahnya semakin mendekati wajah Raya yang mana matanya terbelalak sempurna. Ini adalah sentuhan pertama yang El.lakukaj pada Raya, Kenapa? Apakah dia salah makan? Pikir Raya dalam hatinya.
"Apakah kau senang dengan perhatian, Devan? Bukankah kau bilang menyukai ku, kenapa kau kecentilan mau belajar dengannya,?" ucapan Elvano sunggu membuat bibir Raya sulit untuk berkata, apalagi saat ini mulutnya sedang di tutup dengan satu telapak tangan Elbano, dan tangan satu Elvano memrngang dinding yang di sandari oleh Raya.
"Kenapa tidak menjawab? kenapa malah melotot padaku,hah?" Ucap lagi Elvano yang masih belum menyadari bahwa mulut sang wanita ia tutup dengan tapak tangannya.
"Mmmm ... Mmmm" hanya kata itu yang keluar dari mulut Raya memberi isyarat bahwaulutnya sedang ia bekap, mana bisa ia menjawab peta Elvano.
Menyadari akan hal itu, Elvano langsung menjauhkan tubuhnya dari tubuh Raya, entah kenapa ia melakukan tindakan konyol dan bodoh itu saat ini. Ia bahkan menunggu Raya keluar dari kelasnya dan mengikuti langkahnya yang hendak kekamar mandi. Entah kenapa Elvano juga tidak tahu.
"Ap ... Apa maksud dari pertanyaan mu itu? A .. aku hanya ingin belajar, Apa.kau cemburu,?" Ucap Raya dengan bodohnya, penampilan Rayanyang jauh dari kata modis malah membuat seorang Devan tertarik. Elvano melihat Raya, melihat penampilan konyol yang mana rambutnya di kepang dua,dengan poni yang hampir menutupi wajah nya, tapi yang Elvano tahu, itu adalah daya tarik tersendiri bagi Devan. Devan yang selalu menatapnya, sedangkan si gadis menatap Elvano, itulah yang terjadi diantara mereka bertiga. Mendengar Raya mengiyakan ajakan Devan untuk belajar bareng, membuat ketenangan nya terusik. Sekaan Devano mengambil sesuatu yang akan menjadi milikinya dan itu tak bisa El terima.
"Lupakan, kalau kau menyukaiku, jangan belajar dengan Devan," ucap El seraya meninggalkan Raya dengan wajah kebingungan dan bodoh.
Saat Raya masih termenung, ia Mbaru menyadari bahwa Elvano sudah tidak ada lagi di hadapan ya, ia menepuk pipinya dengan kasar, berharap itu adalah mimpi nya saja, tapi rasa sakit di pipinya menyadarkan bahwa itu adalah nyata bukanlah mimpinya yang selalu ia harapkan.
"Jadi tadi benar-benar Elvano, Hah ... Aku dan Elvano dengan wajah yang begitu dekat? Oh Raya ... Awal yang baik, Raya ... Bahkan kau masih merasakan sentuhan tangan El di mulutmu kan,? Ah .. Raya ... Raya, kau jangan cuci mulut mu selama sebulan, kalau kau cuci muka dan mulut mu, harum tangan El bisa ilang tau," Raya bermonolog dengan dirinya sendiri sampai ia lupa dengan sakit perut yang ia rasakan bahkan sama Amel pun ia lupa bahwa dia masih menunggu di tempat parkir.
Menyadari bahwa Raya belum kembali, Amel memilih untuk menghampiri Raya di toilet sekolahnya, ia khawatir kalau terjadi sesuatu pada Raya, Misal pingsan pikirnya.
Disaat Amel berjalan, ia tak sengaja menoleh ke lorong dimana Raya sedang melamun dengan kepala menengadah dan bibir tersenyum, sungguh membuat Amel sangat jengkel.
''Raya ...!'' teriakan Amel cukup membuat Raya sadar akan lamunannya
''A ... amel, kau'' ucap gugup Raya dengan bibir yang masih ia sentuh
''Astaga, Raya ... kau tahu aku sudah dari tadi menunggumu, dan kau!' kau malah melamun tak jelas disini'' ucap Amel kesal
''Amel, kau sahabat terbaik deh, ayo kita pulang bareng'' ucap Raya dengan bibir yang asih tersenyum, membuat Amel merasa ada yang tak beres, apalagi Raya meninggalkan Amel sendiri, Raya bertingkah layaknya anak yang baru dapat hadiah dari orang tuanya, berjalan loncat dengan sesekali memetik bunga yang ada di taman sekolah itu, Amel hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Raya yang tidak seperti biasa, tentu ... karena ini pertama kalinya ia dan Elvano bersentuhan, semua dunianya seakan sudah ia dapatkan, apakah sebegitu cintanya Raya pada Elvano?'
Panas matahari makin menyengat, Amel dan Raya yang pulang dengan menaiki sepeda motornya, kini merasa peluhnya seakan menetes, tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang masih terus mengawasi mereka. orang itu menutup kaca mata helm sepeda motor sportnya saat sudah memastikan Raya dan Amel sudah jauh dari sekolahnya, orang itu juga berlalu.
Beberapa menit kemudian, Raya sudah sampai di depan rumahnya, rumahnya dan rumah Amel berdekatan
''Aku turun disini saja, Ray. sepertinya kamu ada tamu'' ucap Amel yang melihat di depan rumah Raya ada wanita yang berbincang dengan ibunya
Ya ... rumah Raya memiliki halaman yang sangat luas, meski bangunan rumahnya sederhana tapi itu sangat nyaman, apalagi ... di sana sudah di jadikan toko bunga oleh sang ibu, sehingga membuat halaman makin indah dan nyaman.
''Kapan-kapan aku akan mengajak putraku untuk main kesini, dia pasti suka, oh iya akau juga punya anak laki-laki lagi loh, masih berusia 8 tahun sih, Rat'' ucap Linda
''Siang,Ma'' ucap Raya seraya mencium pipi mamanya
''Wah, ini pasti Raya, ya. udah besar cantik lagi'' seru Linda saat melihat Raya datang dengan seragam sekolahnya
''Sayang, kenalkan ini tante Linda, sahabat mama'' ucap Ratih pada Raya
Raya pun tersenyum lalu mengulurkan tangannya seraya berkata
''Hallo tante, saya Raya'' ucap Raya tersenyum begitu imut bagi Linda
''Wah, putrimu lucu sekali, Rat, jauh beda denganmu dulu'' puji Linda seraya menepuk punggung tangan Raya
''Linda sayang, panggil mama juga boleh'' ucap Linda
''Kebetulan aku sangat menginginkan anak perempuan, tapi apalah daya ... aku di kasih anak laki-laki semua, di tambah mereka terlalu mandiri tidak ingin aku manja, entah dapat dari mana sikap itu, padahal aku dan ayahnya tidak secuek itu'' cebik Linda
''Raya juga punya teman cuek pakai banget, Tante. untung dia tampan'' ucap Raya dengan riang, membuat Linda semakin gemas dengan Raya
''Ratih, anakmu ini sangat menggemaskan, Aku maulah anakku di tukar dengannya, dia tipeku banget, sini sayang ... duduklah sama Mama'' ucap Linda menarik tangan Raya dan membuatnya duduk di sampingnya.
''Lain kali, kau mainlah kerumah Mama, mama akan membuatkan kau makanan yang banyak, Mamamu bilang kalau kau sangat suka sekali dengan pancake kan? oh iya sayang, seragam sekolahmu, sama loh dengan seragam anak, mama'' ucap Linda yang menyadari kalau seragam yang di pakaian Raya sama dengan seragam anaknya.
''Benarkah tante, eh Ma?'' tanya Raya tak percaya
''Iya, dia sekarang kelas terakhir di sekolahannya'' ucap Linda yang makin tak percaya
''Ratih, sebaiknya kita jodohkan saja anak kita ini, gak sabar aku menghabiskan waktu dengan Raya'' ucap Linda penuh dengan kesenangan
''Histtt ... apa yang kau katakan linda, anakku masih sekolah, lagian kau ini, mereka masih muda, biarkan mereka menikmati masa muda mereka''' cebik Ratih Ibunya Raya
*****
''Mama mana dek,?'' tanya Elvano
''Entahlah, kak. katanya bibi sih keluar dari jam 9 tadi'' ucap Nando adiknya Elvaro
''Baiklah, kalau sudah belajar, datanglah kekamar kakak'' ucap El seraya mengusap kepala adiknya. yang membuat El heran adalah, sikpa adiknya sama dengan dirinya, sedangkan sikap mama dan papanya jauh beda, malah bisa di katkan berbanding balik dengan kedua anaknya, mereka periang, suka bercanda dan sangat mudah akrab dengan yang lain.
Elvano melangkah kan kakinya menuju ke kamar nya, meletakkan tas dan mengganti pakaian nya, seperti kebiasaan ya, setiap pulang' sekolah, ia.kaan mandi sebelum istirahat siang. Elvano bisa di katakan cowok rumahan, ia jarang berinteraksi diluar selain sekolah, ia suka menghabiskan kesehariannya dengan buku-buku nya. Membaca adalah hobinya, sehingga ia tahu akan banyak hal sebelum.ia mempelajari nya. Cita-cita nya adalah guru, Namun ... Mama nya tuanya menginginkan dia menjadi Dokter dan Ayahnya ingin El menjadi penerus bisnis ya. Entah ... Yang mana yang bisa Elvano.gapai suatu saat nanti.
Namun ... Yang pasti, Elvano mempelajari semua pelajaran dengan baik. Baginya berkumpul akan hal yang tak pasti itu hanya membuang-buang waktu saja, ia juga heran dengan para pemuda yang hanya menghabiskan waktunya untuk hal.yamg tak guna.
Setelah Elvano membersihkan.tubuhnya, ia keluar dari.kamar mandi dan mendapati adiknya sudah ada di tempat tidurnya, melihat beberapa buku yang terjajar di ranjang. Namun ... Elvano segara mengambil buku yang sudah Nando pegang.
"Baca yang lainnya, jangan yang ini," ucap El.saat mengambil.buku dari tangan sang adik.
"Kenapa? Tumben? Ada rahasianya ya?" Goda Nando.pada Elvano
"Rahasia, mana ada? Kau tidak akan mengerti tentang buku ini, jadi bacalah yang lainnya," ucap El seraya meletakkan buku itu di rak meja belajar nya.
"Kak, kenapa Kaka menolak untuk meneruskan bisnis Papa?" Tanya Nando
"Bisnis itu untukmu saja., Kakak ingin menjadi apa yang kakak inginkan, kakak memiliki cita-cita sendiri, Nando. Lagian ... Kau bercita-cita sebagai pembisnis sukses kan? Cocoklah dengan bisnis papa," Elvano mengatakan seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
"Benar juga,jadi aku tidak butuh usaha yang keras, tinggal nerusin dah sukses"cebik Nando yang mana membuat El menggelengkan kepalanya.
"Usaha harus tetap kau lakukan, karena sebuah bisnis bagaikan lomba dengan banyak pesaing, tapi ... Jangan sampai menjatuhkan lawan, berbisnis lah secara bersih dan terhormat" ucap Nando seraya.mengambul.banu dari lemari nya. .
"Kalau kau hanya diam, kau akan kalah dari para pesaing, dan bisa-bisa kau gulung tikar nantinya,"imbuh Elvano
"Sesulit itukah kehidupan orang dewasa. Kalau begitu ... Aku tidak ingin dewasa saja, menjadi anak-anak seperti nya lebih menyenangkan" cebik Nando seraya membaringkan setengah tubuh nya di ranjang Elvano.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!