Mila memulas senyum manisnya. Saat menatap beberapa hidangan yang ia buat untuk sang suami kini telah tertata rapi di meja makan, tak lupa ia pun memberikan sedikit hiasan bunga dan lilin aromaterapi di meja itu agar terlihat lebih menarik.
Setelah selesai dengan pekerjaannya. Mila mulai membersihkan dirinya untuk menyambut kedatangan sang suami dengan perasaan yang sangat bahagia.
"Mas Hendra pasti senang dengan kejutan ini" Gumam Mila dengan senyuman yang tak pernah pudar menghiasi wajahnya.
Sambil bernyanyi kecil Mila pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya untuk memulai mempersiapkan diri menyambut kedatangan sang suami.
Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan mereka, itu sebabnya Mila ingin membuat kejutan istimewa untuk sang suami yang sangat begitu ia cintai. Karena selama sebelas tahun pernikahan mereka Hendra tidak pernah menuntut apapun dari Mila.
Walau pun pernikahan mereka belum di karuniai seorang anak. Tapi Hendra tetap mencintai dan menerima Mila apa adanya, Walau begitu terkadang Mila pun merasa sangat khawatir jika suaminya akan berpaling darinya suatu saat nanti.
Karena Mila pernah mendengar ibu mertua nya mendesak Hendra untuk menikah kembali agar cepat mempunyai keturunan untuk keluarganya.
Saat mendengar ucapan mertua nya hati Mila bagaikan tertusuk ribuan jarum, Ia merasa sangat sedih namun ia tetap berusaha untuk tersenyum di hadapan suaminya agar tidak menimbulkan keributan di antara suami dan mertuanya.
Kini Mila nampak begitu segar dengan make-up natural di padukan dengan dress putih yang ia beli beberapa hari yang lalu membuat kecantikan mila terpancar malam ini.
Setelah selesai dengan kegiatannya Mila pun kembali turun ke ruang tamu untuk menghampiri suaminya, "Mas Hendra pasti sudah pulang sekarang" Gumam mila sambil terus melangkahkan kakinya menuruni tangga.
Namun saat Mila sudah berada di ruang tamu, Mila tidak melihat tanda-tanda keberadaan suaminya di sana. Ia pun menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul sembilan malam.
"Tumben jam segini belum nyampe rumah, apa mungkin banyak pekerjaan di kantor" Mila berpikir positif dan mulai menunggu kedatangan suaminya di meja makan.
Malam telah larut namun pria yang ia tunggu tak kunjung datang membuat Mila lelah dan mengantuk ia pun mulai tertidur di posisi yang sama.
Pagi hari saat Mila terbangun masih di tempat yang sama, kemudian ia menatap makanan yang ada di hadapannya dengan perasaan sedih dan kecewa.
"Apa mas Hendra semalam tidak pulang? apakah begitu banyak pekerjaan hingga ia sampai melupakan hari pernikahan kami." Mila merasa begitu sedih dan kecewa karena ini adalah pertama kalinya hendra tidak pulang ke rumah di saat hari penting mereka.
Hari ini Mila berinisiatif untuk datang ke kantor suaminya membawakan makanan untuk sarapan, Karena Mila tahu bahwa suaminya tidak suka makanan dari luar.
Dengan cepat Mila pun bersiap memasak makanan kesukaan suaminya kembali, namun tak sengaja membuat jarinya ikut teriris.
"Aawwhhh.." Mila meringis Merasakan perih di jarinya, dengan cepat ia pun mengobati lukanya dan membungkus nya dengan plaster.
Lalu melanjutkan kembali masak yang tertunda, segera selesai Mila pun mulai bersiap-siap untuk pergi ke kantor suaminya dengan pakaian kasual.
Namun saat ia akan keluar kamarnya Mila sedikit terkejut, saat melihat suaminya datang dengan pakaian sedikit kusut dengan wajah yang terlihat sangat lelah berjalan menghampiri nya.
"Mas kamu sudah pulang" Mila langsung menghampiri dan ingin memeluk suaminya, namun keberadaan sedikit menghindari istrinya.
"Maaf sayang mas gerah ingin mandi terlebih dahulu" Ucap Hendra sambil melewati istrinya begitu saja.
"Ada apa dengan mas Hendra kenapa dia bersikap aneh sekali, sudahlah Mila jangan berpikir buruk tentang suamimu sendiri mungkin saja mas Hendra lelah karena banyak pekerjaan di kantor." Mila selalu berpikir positif pada suaminya. Karena mila tahu betapa besar rasa cinta hendra untuk nya, hingga Mila tidak pernah mencurigai nya sedikit pun.
Hendra keluar dari kamarnya menuruni tangga menghampiri istrinya yang sedang menyiapkan makanan. "Sayang aku sangat merindukanmu" Hendra memeluk erat istrinya dari belakang. Mila hanya tersenyum saat mendengar perkataan suaminya hanya lalu memberikan kecupan kecil di pipi suaminya.
"Ayo kita sarapan dulu mas." Mila pun mulai menyendokan nasi serta lauk-pauk kesukaan suaminya ke dalam piring dan memberikan nya pada Hendra.
"Makan dulu mas, biar bisa menghadapi kenyataan" Kekeh Mila.
Namun Hendra yang mendengar candaan istrinya pun terbatuk tersendak air liurnya sendiri. Dengan cepat Mila pun mengambilkan air minum untuk suaminya.
Hendra langsung meneguk habis air minum yang di berikan Mila padanya. "Mas apa kamu kurang sehat bagaimana kalau kita periksa ke dokter "
"Tidak perlu aku baik-baik saja, owh iya aku lupa memberi tahu mu nanti sore aku akan pergi perjalanan bisnis mungkin tiga atau tujuh hari saja."
"Tumben mendadak mas" Tanya Mila sambil menyuapkan nasi kedalam mulutnya.
"Hmm.. Iya, karena ini proyek baru jadi mas harus turun tangan sendiri." Hendra menjawab pertanyaan istrinya dengan sedikit gugup.
"Kamu nggak apa-apa kan di rumah sendirian atau suruh adik mu Mia untuk menemani mu disini."
"Tidak perlu mas Mia sekolah dan sebentar lagi ujian akhir jadi aku tidak ingin mengganggu nya."
"Baiklah kalau begitu" Hendra pun hanya mengangguk dan kembali melanjutkan kegiatan makannya.
"Mas kapan kita menemui dokter Vina untuk pemeriksaan lagi" Tanya Mila antusias.
Mendengar itu Hendra pun kembali tersendat makanannya. "Mas, Kalau makan pelan-pelan saja" Ucap mila sambil mengelus-elus punggung suaminya.
"Aku sudah kenyang" Ucap hendra sambil meninggalkan meja makan.
"Ada apa dengan mas Hendra Kenapa hari ini dia kelihatan aneh sekali, Apa karena dia kurang beristirahat karena banyak pekerjaan ya?" Mila mulai bertanya-tanya tentang sikap Hendra yang tidak seperti biasanya.
Setelah selesai dengan sarapan yang hampir mendekati makan siangnya, Mila pun menghampiri suaminya di kamar mereka.
"Mas yakin mau pergi hari ini juga" Tanya Mila saat melihat suaminya sedang mengemas pakai nya ke dalam koper.
"Iya sayang, Maaf ya mas tidak bisa mengajakmu kali ini." Ucap Hendra sambil memeluk istrinya.
"Mas tenang aja aku pasti baik-baik saja di rumah mas cepat pulang ya" Mila pun mulai menggesek-gesekkan hidung nya di dada suaminya.
"Jangan menggoda ku sayang, Kalau tidak nanti aku pasti akan melupakan perjalanan ku kali ini" Kekeh Hendra sambil mencuil hidung mancung istrinya.
"Ihh... Mas ge-er banget sih!'' Mila langsung mengerucutkan bibirnya.
Hendra merasa sangat gemas melihat tingkah lucu istrinya itu.
"Mas terimakasih sudah bersamaku dan menemani ku selama sebelas tahun ini, Maafkan aku yang tidak bisa menjadi istri yang sempurna untuk mu" Ucap Mila menangis meluapkan emosi yang tiba-tiba muncul begitu saja di dalam benaknya.
Bersambung..
"Kamu kok ngomong gitu sih sayang, jangan begini bukankah dokter sudah mengatakan bahwa kita baik-baik saja tidak ada masalah apapun di antara kita" Hendra mulai menenangkan istrinya.
"Tapi mas aku lelah begini terus aku takut jika suatu hari nanti kau akan pergi meninggalkan aku''
Deggh..
Ucapan Mila langsung menusuk relung hati Hendra ia merasa sangat bersalah kepada istri yang begitu sangat ia cintai, dan menemaninya sebelas tahun ini.
"Mas kamu kok bengong sih?"
"Iya ada apa sayang." Hendra kembali dalam dunianya dan mulai mengusap air mata yang berada di pipi istrinya dan mengecup kening nya dengan penuh kasih sayang.
"Aku tidak akan meninggalkan mu walau apapun yang terjadi di masa depan nanti." Ucap Hendra menenangkan istrinya.
"Terimakasih mas" Mila pun memeluk suaminya dengan sangat erat, dan terjadilah apa yang harusnya terjadi namun tidak seperti biasanya yang Hendra lakukan saat mereka bercinta.
Kali ini ia melakukan nya dengan penuh n*fsu membuat Mila kewalahan menghadapi serangan suaminya yang tidak terduga.
Setelah aktivitas panas mereka Mila dan Hendra pun tidur saling berpelukan.
Sore harinya, Mila bersiap akan mengantarkan suaminya ke bandara ada rasa yang berbeda di hati mila saat akan melepaskan kepergian suaminya kali ini.
"Ada apa sayang kok melamun." Hendra memeluk istrinya dari belakang.
"Nggak ada apa-apa kok mas, kamu hati-hati ya dan jangan nakal." Ucap Mila memperingatkan suaminya.
Hendra terkekeh geli melihat tingkah istrinya yang begitu lucu dan menggemaskan di matanya. "Jangan khawatir sayang, ayo kita berangkat sekarang sebelum pesawatnya lepas landas kalau sampai terlambat aku pasti di marahi bos ku nanti"
"Baiklah ayo, memang kamu pergi nya sama siapa mas?" Tanya Mila sedikit penasaran.
"Sendiri saja sayang" Ucap Hendra lugas tanpa beban.
"Baiklah kalau begitu"
Kini mereka berdua pun pergi meninggalkan rumahnya menuju ke bandara, setelah beberapa menit kemudian mereka pun sampai di bandara.
"Sayang mas pergi dulu ya" pamit Hendra seraya mencium kening istrinya.
"Jangan sedih dong, mas kan cuman beberapa hari saja di sana" Ucap Hendra lagi sambil mengacak-acak rambut Mila dengan gemas.
Mila hanya menganggukkan kepalanya, walau bukan yang pertama kalinya ia di tinggalkan oleh Hendra karena urusan bisnis, tapi entah mengapa hatinya merasa sangat tidak rela namun ia tidak mengatakan nya pada Hendra.
Karena mila takut akan membuat suaminya tidak fokus saat bekerja, ''Mas hati-hati ya" Ucapnya sambil tersenyum ceria.
Setelah mengantar suaminya mila pun memutuskan untuk pulang, namun saat Mila masuk ke dalam mobilnya ia melihat kotak cincin yang tergelak di sana.
"Mas Hendra ini tidak pernah berubah itulah yang membuat aku semakin cinta padanya"
Mila pun membuka kotak cincin itu dan melihat cincin yang begitu indah, Mila merasa sangat bahagia mendapatkan kejutan manis dari suaminya dan langsung memakai cincin itu di jari manisnya.
Kemudian ia pun keluar dari mobilnya. Dan mencari keberadaan suaminya untuk mengucapkan terimakasih atas hadiah kejutan yang Hendra berikan padanya.
"Semoga saja persawatnya belum lepas landas.'' Gumam mila sambil terus berlari mencari keberadaan suaminya.
Namun sayangnya mila sudah terlambat pesawat yang di tumpangi suaminya sudah lepas landas. Mila merasa sedikit sedih karena terlambat mengetahui kejutan dari suaminya.
"Andaikan saja aku tahu dari awal, tapi yasudahlah'' Mila pun pergi meninggalkan tempat itu.
*
Kini mila sudah berada di rumahnya ia merasa sangat senang mendapat kejutan istimewa dari sang suami, karena sudah lama sekali ia menginginkan cincin itu namun ia tahan karena masih harus memikirkan hal lainnya. Termasuk biaya cicilan mobil yang di pakai Hendra untuk bekerja setiap harinya.
Karena saat setelah Mila menikah dengan Hendra, ia tidak di ijinkan untuk bekerja kembali. Itu sebabnya Mila merasa sangat kesepian saat berada di rumah sendirian.
Saat Mila sedang asyik dengan segala pemikiran nya ia di kejutkan dengan ketukan pintu yang begitu nyaring dan bel pintu yang berulang-ulang.
"Ya ampun siapa sih!" Mila pun langsung bergegas membukakan pintu.
Ceklek
"Lama sekali buka pintunya!"
"Eh ibu assalamualaikum bu, ibu sehat?" Sapa Mila dengan ramah kepada ibu mertua nya.
"Wa'alaikum salam" Jawabnya ketus lalu masuk ke dalam rumah.
"Biar mila ambilkan minum untuk ibu dulu ya"
"Tidak perlu aku kemari hanya untuk mengambil kotak cincin yang tertinggal di mobil Hendra apa kau melihatnya Mila?"
Mendengar perkataan ibu mertua nya mila pun langsung menyembunyikan sebelah tangannya. ''Iya bu'' Jawab Mila gugup.
"Cepat bawa kemari karena itu adalah pesanan ku dan Hendra lupa untuk memberikan nya padaku''
''Iya tunggu sebentar bu, biar Mila ambilkan dulu!" Mila pun langsung bergegas meninggalkan ibu mertuanya, sebelum Bu Isna kembali marah padanya dan mengucapkan kata-kata yang akan menyakiti hatinya seperti yang biasa yang bu Isna lakuakan padanya.
Di dalam kamar Mila menatap cincin yang melingkar di jari manisnya, ''Aku kira mas Hendra membelinya untuk ku sebagai hadiah kejutan, tapi ternyata aku salah." Dengan raut wajah sedihnya Mila pun melepaskan cincin itu dan menyimpannya kembali ke dalam kotak.
Dan bergegas memberikan nya kepada ibu mertuanya, ''Ini bu cincinnya'' Mila menyodorkan kotak cincin itu pada ibu mertuanya.
Bu Isna langsung mengambil kotak cincin itu dengan sangat kasar, "Kamu tidak memakai cincin ini kan?" Tanya bu Isna penuh selidik.
"Tidak bu" Bohong Mila, ia merasa sangat takut saat melihat raut wajah bu Isna.
"Bagus kalau begitu, jangan sampai kau memakainya itu akan menularkan nasib sialmu lewat cincin pernikahan ini." Ucap bu Isna sarkas.
Deghh
Mila mendengar ucapan ibu mertua nya langsung menusuk ke relung hati Mila, namun Mila hanya diam tak menjawab ucapan menyakitkan bu Isna pada nya.
"Cincin pernikahan siapa bu?" Tanya mila memberanikan diri.
"Bukan urusanmu" Bu Isna pun langsung pergi begitu saja meninggalkan Mila yang masih berdiri di tempatnya.
"Mungkin cincin pernikahan Riri adik mas Hendra" Gumam Mila dalam hati.
"Tapi Kenapa aku tidak di undang ya? mas Hendra juga tidak bilang apa-apa padaku, atau mas Hendra lupa ya karena terlalu sibuk bekerja akhir-akhir ini."
Mila melihat punggung ibu mertua nya yang semakin menjauh dari pandangannya, ada rasa sakit hati saat bu Isna mengatakan menularkan nasib sial.
"Apa sehina itu aku dimata mereka, mengapa perkataan mereka selalu menyakiti hatiku padahal aku tidak pernah sedikit pun membenci mereka." Mila mulai terisak, hatinya terasa sangat sakit dengan ucapan ibu mertuanya yang terus menerus menghina kekurangan nya sebagai seorang perempuan.
"Menangis bersedih tiada guna, berdoa dan ikhtiar adalah kunci segala usaha.''
Itulah kata-kata yang selalu menguatkan Mila di kala ia sedang terpuruk.
bersambung
"Ibu" Mila pun mengelap air matanya mengingat kembali nasihat yang selalu di ucapkan ibunya pada mila saat Mila sedang bersedih dan putus asa.
"Ibu benar, menangis tidak akan merubah apapun selain doa dan usaha" Mila pun mengelap air matanya dan kembali tersenyum dan melupakan ucapan pedas ibu mertua nya.
"Bunda harap kau akan segera hadir di antara kami melengkapi pernikahan yang terasa hampa ini." Ucap Mila sambil mengelus perutnya yang rata.
Mila berharap agar sosok malaikat kecil itu segera tumbuh di dalam dirinya, agar cacian dan hinaan yang selalu di lontarkan kepada Mila tidak terbukti.
"Aku bukan wanita mandul dan aku bukan pembawa sial." Gumam mila lirih.
*
*
Sepuluh hari pun berlalu namun Hendra belum kembali dari perjalanan bisnisnya, janji yang ia buat hanya tiga hari namun sampai saat ini Mila tidak pernah mendapatkan kabar apapun tentang suaminya.
Hendra bagai di telan bumi membuat Mila cemas dan khawatir menunggu kepulangan nya di rumah, praduga demi praduga pun selalu datang menghampiri pikiran Mila.
Namun Mila menepisnya karena ia sangat percaya pada kesetiaan sang suami pada nya.
"Mas aku kangen" ucap Mila menatap foto mereka berdua di layar ponselnya.
"Mas kapan pulang, Kenapa nggak ngabari aku apa sesibuk itu pekerjaan mu?'' Ucap Mila sedikit memanyunkan bibirnya.
"Bosen seharian di rumah lebih baik aku pergi ke luar saja lah'' Mila pun langsung mengambil tasnya dan keluar dari kamarnya.
ia berjalan menuju taman bermain yang selalu ia datangi kala ia bersedih dan kesepian, Mila melihat anak-anak yang sedang asyik bermain bersama dengan para orang tuanya masing-masing yang terkadang membuat hati Mila iri saat melihatnya.
Mila akan menghabiskan waktu berjam-jam melihat mereka, canda dan tawa anak-anak itu akan menjadi obat tersendiri bagi Mila yang selalu merindukan sosok kecil dalam keluarga nya.
Saat sedang asyik memperhatikan anak-anak yang sedang bermain tiba-tiba pandangan nya terhenti melihat sosok pria yang ia kenal berada di dalam mobil, "Kayak mas Hendra tapi sama siapa?" Mila pun sedikit berlari akan menghampiri mobil yang berhenti lampu merah itu.
Namun sangat di sayangkan mobil yang ia lihat itu sudah pergi melaju dengan kencang karena lampu nya sudah kembali hijau, dengan cepat Mila pun mengambil ponselnya dan mencoba untuk menghubungi suaminya.
[Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif]
Mila pun langsung mematikan sambungan nya, "Apa aku salah lihat ya?" Tanya Mila pada dirinya sendiri.
"Tapi itu tidak mungkin jelas itu mirip mas Hendra" Mila bingung dengan pemikirannya sendiri, ia tidak ingin mencurigai suaminya namun hatinya berkata lain.
"Apa aku harus pergi ke kantor nya saja ya?" Ucap Mila lirih.
Dengan cepat Mila pun bergegas akan meninggalkan taman itu menuju kantor tempat suaminya bekerja, karena ia hanya ingin memastikan apa yang ia lihat itu salah.
Namun tiba-tiba kakinya di peluk oleh seorang anak laki-laki yang sedang menangis, Mila pun melepaskan pelukan anak laki-laki itu dari kakinya dan mensejajarkan tubuhnya dengan anak itu.
"Sayang kenapa kamu menangis?" Tanya Mila sambil mengusap air mata anak itu.
Namun anak itu diam saja tak menyahuti pertanyaan Mila, "Mommy" Ucap anak kecil berambut keriting itu.
Mila terkejut saat anak itu memanggilnya dengan sebutan mommy, ada rasa lain di hati Mila saat anak Itu memanggilnya mommy.
"Sapa namamu tampan? dan dimana mommy mu?" Tanya Mila dengan penuh kelembutan.
"Tuan kecil, tuan kecil" Seorang pria paruh baya berlari menghampiri Mila dengan nafas tersengal.
"Tuan kecil ayo pulanglah kalau tidak tuan muda pasti akan marah padaku" Mohon pria paruh baya itu.
Namun anak berambut keriting itu malah bersembunyi di balik tubuh Mila, "Maaf nyonya jika tuan kecil merepotkan mu, saya pak Lim pengasuh tuan kecil" Ucap Pria paruh baya itu pada Mila.
"Tidak apa-apa pak biar saya coba membujuknya, siapa namanya"
"Tuan kecil Kenzo"
"Kenzo nama yang bagus" Ucap Mila tersenyum pada bocah kecil menggemaskan itu.
"Sayang apa kau mau main tebak-tebakan dengan ku" Pertanyaan Mila pun langsung di angguki oleh Kenzo.
"Aku adalah binatang, leherku panjang kaki ku empat tubuhku berbintik-bintik siapakah aku?" Mila memperagakan permainan itu dengan sedikit irama membuat Kenzo tertawa senang.
Pak Lim yang melihat kejadian itu pun sedikit tak percaya melihat tuan kecilnya yang pendiam dan tertutup kini tertawa ceria dengan orang yang baru ia kenal.
"Ayo jawab, kalau kau bisa menjawabnya aku akan memberikan hadiah untuk mu'' ucap mila.
"Itu Pasti Jerapah" Ucap Kenzo dengan cepat.
"Betul tunggu sebentar aku akan mengambil hadiah untuk mu" Mila pun membuka tasnya dan memberikan coklat kepada Kenzo.
Kenzo pun menerima nya dengan senang hati, "Kenzo sayang maaf aku harus pergi sekarang karena ada hal yang harus aku lakukan saat ini, semoga lain hari kita bisa bertemu lagi ya" Mila pun mengelus-elus rambut keriting Kenzo dengan lembut.
Namun saat Mila akan pergi Kenzo memegang erat tangan Mila seakan tak ingin berpisah dengannya "Mommy"
"Maaf aku harus pergi sekarang" Dengan sangat terpaksa Kenzo pun melepaskan pegangan tangannya.
"Pak Lim saya pamit ya"
"Iya terimakasih nyonya sudah berbaik hati kepada tuan kecil kami" uecap pak Lim.
"Kenzo pulang lah, aku janji lain hari kita akan bertemu lagi." Ucap Mila lalu pergi meninggalkan Kenzo dan pak Lim yang masih berdiri di sana.
Mila berbalik badan lalu tersenyum melambaikan tangannya kepada Kenzo.
"Tuan kecil mari kita pulang" Ajak pak Lim, namun Kenzo hanya diam saja dan menatap coklat yang di berikan Mila pada nya.
"Besok kita akan kembali lagi kemari nyonya itu pasti akan datang bukan kah dia sudah berjanji pada mu" Bujuk pak Lim meyakinkan Kenzo.
Dengan penuh semangat Kenzo pun ikut pulang bersama dengan pak lim. "Aku harus mengatakan hal ini pada nyonya besar." Gumam pak Lim dalam hatinya.
Dengan tekad yang kuat Mila pun memberanikan diri datang ke kantor tempat suaminya bekerja untuk memastikan bahwa apa yang dilihatnya tadi hanyalah sebuah kebetulan saja.
"permisi mbak. Saya mau tanya apa pak Hendra wirawan sudah pulang dari perjalanan bisnisnya?'' Tanya Mila dengan ramah.
"Maaf mbak siapa nya pak Hendra Wirawan ya, karena kami tidak bisa sembarangan memberikan informasi kepada orang asing."
"Mbak tenang saja saya istrinya, kalau mbak nggak percaya saya punya kok buktinya" Mila pun langsung membuka tasnya mengambil buku nikah nya yang sudah di cetak. Agar bisa di bawa kemanapun dan memberikan nya kepada resepsionis itu.
Sang resepsionis pun mulai memeriksa keaslian nya setelah itu barulah mereka memberikan informasi kepada Mila, "Tunggu sebentar ya mbak kita lihat dulu"
"Baik mbak"
"Maaf mbak atas bapak Hendra Wirawan tidak ada jadwal perjalanan bisnis, tapi beliau mengajukan cuti selama dua pekan"
"Maksud mbak gimana ya?" Mila begitu terkejut dengan apa yang sudah di katakan oleh resepsionis itu, namun ia harus memastikan kembali bahwa apa yang di ucapkan resepsionis itu tidak benar.
bersambung ..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!