NovelToon NovelToon

SESAK

episode satu

"mah mamah kemana vanila takut vanila mau ikut mamah juga" ucap seorang anak dengan isak kan yang masih belum juga terhenti itu.

langit sebentar lagi berganti malam, rumah yang lumayan besar itu terlihat sepi hanya ada satu manusia kecil yang meringkuk dilantai. suara tangisan itu akhirnya tiba dibeberapa telinga tetangga yang kemudian datang padanya untuk sekedar menenangkan anak berumur sekitar tujuh tahun itu. karena tak kunjung tiba siapapun yang diharapkan datang mereka memeriksa beberapa ruangan di sana mencari ibu dari anak tetangganya.

hari semakin malam rumah yang tadinya sepi kini sudah terlihat ramai oleh tetangga dan keluarga besar kedua orang tua. kini ditengah rumah vanila dengan papah dan kakak laki lakinya yang berumur dua tahun lebih tua itu saling berpelukan di sebuah kursi memanjang dengan tangis yang tak berujung juga, hanya bertiga.

kenyataan bahwa ibunya telah pergi dengan pria lain begitu menyakitkan hati datang dari beberapa laporan orang-orang yang mencari keberadaanya. suara keributan tiada henti hingga pagi.

"jangan melamun vanila strawberry cokelat." ujar seseorang dengan nada biasa saja dan sentuhan kecil dipundak namun tetap sedikit mengagetkan gadis dengan rambut sebahu itu.

matanya mengkerjap ke arah laki laki yang sepertinya akan menjadi teman sekelasnya itu. seolah kembali ke dunia kini dadanya terasa sesak namun dia berusaha tak memperlihatkannya

"siapa juga yang ngelamun" dengan gerakan agak cepat membuka buku yang tadinya tertutup di atas meja

"ya ya ya.."ucap laki laki dengan nama baskara di bajunya. kemudian berlalu menyusul satu temannya ke arah luar kelas.

vanilla seperti mengingat ingat wajah serta nama pria itu bak tak asing untuknya hingga satu memori sedikit muncul tentang bayangan bocah kecil yang meminjamkan buku untuknya waktu masih duduk di bangku sd dulu. ya, meski teman lama dan sangat jarang bertemu hanya beberapa kali karena bukan teman satu kelas juga di tambah vanilla termasuk anak yang sangat introvert sejak kecil dan lebih memilih menghabiskan waktu untuk menyendiri tapi vanilla mengingatnya.

"gk nyangka bisa ketemu lagi." ujar baskara ntah pada siapa.

__________

sekitar jam 4 lebih sore hari vanilla sampai di rumahnya setelah hari pertama bersekolah di sana. vanilla kini duduk dikelas 2 SMA ya dia pindah dari sekolah lamanya karena ada suatu masalah yang mengharuskannya pergi dari sekolah lama itu.

sebenarnya vanilla malas beradaptasi kembali ditempat baru namun langit kakak laki lakinya lah yang memindahkannya dari sekolah yang lama ke tempatnya yang baru.

sebab satu kejadian pembullyan pada dirinya akhirnya sampai ke telinga langit dan membuatnya begitu marah terutama pada si pembully yang tak lain adalah anak tiri dari mamahnya yang telah menikah lagi. bukan dengan pria selingkuhannya dulu tapi laki laki yang berbeda lagi dengan status duda beranak satu yang berumur sama dengan vanilla.

dan anak tiri dari mamanya itulah yang menyebabkan vanilla pindah dari sekolahnya memang agak berlebihan pembullyan nya yang terakhir ini. dia mengunci vanilla di sebuah gudang sekolah hingga hari berganti dengan meninggalkan beberapa ancaman padanya akan menghasut ayah dia untuk menceraikan mamah vanilla jika dia berani mengadu pada siapapun.

"baru pulang lho. ambilin gw makan cepetan gw laparr." ujar langit kala melihat adiknya melintas di depan ruang tamu hendak menuju kamarnya untuk sekedar menganti pakaian.

"iya gw salin sebentar dulu."

"anjing lho jadi ade gak berguna banget. klo gw suruh jangan ngebantah !" ujar langit sambil melempar remote tv kearah vanilla.

"gw gk ngebantah. gw cuma bilang mau salin sebentar dan gak butuh waktu lama gw langsung ambilin makan buat lho." ucap vanilla langsung berlalu cepat ke kamarnya.

Seperti apa yang dikatakan kini vanilla sudah membawa satu piring nasi goreng dan telur dadar keatas meja yang di sana masih ada langit.

"eh vanilla udah pulang. oya nanti abis kamu nyapu di sini tolong beresin kamar dian ya dia lagi keluar sama temennya." ucap seorang wanita paru baya.

wanita itu adalah istri dari ayahnya vanilla sekaligus ibu sambung nya. vanilla memanggilnya bunda namanya reni. ya setelah kejadian itu tak butuh waktu lama papah nya menikah lagi dengan perempuan singel lalu tak lama mereka memiliki seorang anak perempuan. bak punya keluarga baru kini perhatian sang papah yang memang tidak terlalu dekat dengan vanilla kini semakin jauh.

"vanilla kamu denger gak bunda kamu lagi ngomong sama kamu." ntah dari mana suara pria paru baya yang lumayan tidak pernah terdengar beberapa hari ini itu datang.

"i-iya aku dengar." ujar vanilla tanpa memandang kedalam mata siapapun di sana. sebenarnya dia rindu dengan suara itu ingin rasanya berbincang panjang tapi rasanya terlalu aneh untuk dilakukan.

sesegera mungkin gadis itu yang belum sempat merasa nikmatnya duduk itu menyelesaikan pekerjaan rumah seperti hari hari biasanya. jika anak anak lain bisa sekedar pulang lalu istirahat atau main keluar namun tidak dengan vanilla. ingin tapi tidak juga sebab dia terlalu terbiasa dirumahnya jika keluar pun dia tidak tahu arah. sebenarnya kemana dan di manapun dia tidak akan ada yang mempertanyakan hanya saja dia akan dicari ketika dia dibutuhkan.

akhirnya keinginan vanilla untuk merebahkan tubuhnya yang penat bisa ia rasanya.

ting.. ting..ting

message

16:30

"hai vanilla strawberry cokelat"

"lho udah sampe belum"

"ppppp"

"woylah"

"jangan ge er gw ngechat lho mau ngasih tau aja kalo buku lho yang warna kuning tadi ketinggalan terus gw bawa aja deh"

"oya ini nomor gw baskara"

^^^20:12^^^

^^^"tolong jangan di buka. besok gw ambil sama lho, makasih sebelumnya"^^^

20:15

"hm oke oke."

"tapi tadi gw udah baca dikit hehe sorry"

"lho telat sih bales nya"

^^^20:20^^^

^^^"yaudah mau diapain"^^^

^^^"tolong jangan di buka lagi"^^^

20:20

"iyaa.."

vanilla sedikit melempar ponsel nya kesamping kanan. memejamkan mata dia tengah merasakan sesak di dadanya entah dengan alasan yang mana dia tak tahu pasti. buliran itu sudah jatuh tanpa di sadar ke pipi mulusnya. kaki tangannya terasa dingin dan sedikit bergetar dia membenci ini membenci rasa lelah rasa marah rasa sedih yang suka hadir mengganggu tenangnya.

dengan pandang sedikit tertutup oleh air mata dia bangkit dari posisi tidurnya lalu mengambil sesuatu yang tersimpan dibawah bantal seperti suatu kebutuhan yang ditempatkan di tempat yang paling dekat. dengan cepat dia menelan beberapa dari sana tanpa air sebagai bantuan berharap kantung segera menyelamatkannya.

vanilla menelentangkan kembali tubuh ringkih itu matanya tak lagi basah hanya wajah datar tanpa sedikitpun gambaran bahagia ada di sana matanya menatap langit-langit kamar yang tak pernah berubah sama seperti hidupnya.

episode dua

..."tidak ada rumah padahal ...

...aku sudah dirumah"...

_____________

07:25

langkah sepatu itu sedikit tergesa-gesa menapak semakin dekat di depan gerbang yang sebentar lagi tertutup rapat. pagi ini vanilla bisa dikatakan terlambat seperti biasa bukan karena bangun kesiangan tapi terlalu banyak tugas tugas pekerjaan rumah yang harus terlebih dulu untuk ia selesaikan. cukup menyita waktu bahkan dia harus terburu-buru menghabiskan sarapan paginya. selain memang disuruh vanilla juga tak mau hanya membebani saja setidaknya dia memiliki jasa dirumah itu dan bukan sekedar numpang tidur, itu pikirnya.

"anak perempuan kebiasaan bangun kesiangan." cetus satpam yang kembali sedikit menarik gerbang untuk memberikan jalan masuk. vanilla diam saja tak berniat menangapi toh bersyukur dia diizinkan masuk.

untung kelas belum dimulai gadis itu segera duduk pada bangkunya yang terletak tidak didepan tidak juga terlalu belakang. satu tarikan napas panjang lalu dibuang begitu saja lega rasanya, dia tersenyum untuk menyemangati dirinya memulai hari ini.

sebuah buku berwarna kuning muncul dari belakang ke samping wajahnya. tidak kena hanya mengagetkan saja. vanilla menoleh

melihat pria yang semalam mengirim pesan padanya.

"ow makasih, baskara" ujar vanilla seolah memberi jeda karena sedikit mengingat namanya.

"wah ternyata kamu juga masih ingat nama gw.." dengan begitu antusias

"kan semalem lho ngasih tahu." jawab vanilla kembali berbalik menghadap ke depan. padahal baskara kira vanilla memang mengingat namanya bukan karena dia yang memberitahu.

"ehehe iya yah" baskara menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal.

dari arah pintu seorang guru muda masuk dengan suara iringan sepatunya membuat gerakan cepat semua Murid duduk rapih pada bangkunya masing-masing. pelajaran pertama itu dimulai dan berjalan dengan baik hingga berakhir.

11:30

jam istirahat

"la ke kantin yuk kita mau ke sana." ujar ica teman sekelasnya. dari awal masuk ica memang yang terlihat sangat asik dan terus mendekati vanilla untuk sekedar berkenalan.

sebenarnya vanilla senang dia merasa ada seseorang yang mau berteman dengannya tapi dia seperti bingung cara berbaur dengan yang lain bagaimana. ada banyak ketakutan yang ia pikirkan. namun kali ini dia seperti memaksakan diri untuk berani. apa lagi dia seperti tidak punya alasan lain untuk menolak ica untuk kali ini.

"iyaa ca gw beresin buku buku sebentar" ucap vanilla sambil membalas senyum ica dan tarisa.

mereka mengamati vanilla yang tengah sibuk memasukan buku itu satu persatu ke dalam tasnya.

"oya la lho ga ikut ekskul apa gitu atau ga lho kalo mau ikut ekskul dance aja bareng kita, apa lagi mau ada perlombaan antar sekolah kebetulan kurang anggota juga nih kita."

"iya la lho ikut aja yah pokoknya, oke." ujar tarisa sedikit memaksa sambil mengacungkan ibunya.

"hm gimana ya, aku pikir-pikir dulu ya." jawab vanilla tengah meminta waktu untuk mempertimbangkan.

"yasudah deh kita tunggu sampe besok ya kabar baiknya." ujar ica.

"yaudah yuk ke kantin keburu abis waktu jam istirahatnya nih." ucap vanilla yang telah selesai membereskan barangnya.

" yuk.."sahut tarisa.

________

disebuah rumah yang cukup mewah dan elegan terlihat beberapa pelayan yang sedang membersihkan isi rumah. lalu salah satu dari mereka tengah meletakkan sebuah kopi yang kemudian diletakkan ke atas meja ruang tamu itu.

kaki yang di luruskan terangkat keatas kursi tanpa meninggalkan sepasang sepatu tali yang melekat di kaki.

"kamu butuh uang lagi langit. apa yang kemarin mamah masih kurang juga." ujar wanita paru baya yang tak lain adalah ibu yang melahirkan langit dan vanilla.

"gw gak pernah minta uang selama ini. dari awal gw nemuin lho emang lho nya aja yang mikir gw minta duit." ujar langit apa adanya tanpa berniat merubah posisi.

dia datang menemui mamahnya sebenarnya hanya rindu saja bukan karena uang. justru mamahnya yang cepat cepat memberikan dia uang dengan maksud agar langit segera pergi dari hadapannya, jahat memang.

"terus apa lagi." ujar mamahnya sedikit kesal kemudian duduk di kursi yang kosong. entah apa yang dipikirkan wanita itu bahkan tak terbesit sedikitpun rasa rindu pada anaknya terutama vanilla.

"temuin vanilla, gw tahu dia rindu banget sama lho. dari kejadian itu lho ga pernah mau tahu tentang dia apa lagi nemuin dia." ucap langsung dari langit yang memang tidak suka berbelit-belit dalam bicara.

"udah deh langit sekarang kamu pulang saya gak mau bahas siapapun itu tadi. oya jangan lagi kamu datang ke rumah ini ngerti!" ujar rida seolah tak mau memperdulikan apa yang dikatakan langit barusan

seketika langit bangun menghempas cangkir teh yang sama sekali belum diminum itu pecah berkeping-keping kelantai. membuat rida mamahnya tersentak kaget oleh gerakan seketika itu.

"lho gak pantes disebut perempuan! hati batu! lho cuma ngelahirin dia ke dunia yang keras ini. terus lho tinggal pergi gitu aja" sarkas langit membuat rida berdiri lalu mundur perlahan.

"saya gak perduli. saya nyesel pernah nikah sama ayah kalian dan saya lebih nyesel ngelahirin anak kurang ajar kek kalian!" ujar rida lagi dengan nada suara yang juga keras

tak lama kemudian datang penjaga hendak menarik paksa langit karena membuat keributan di rumah majikan mereka.

"gak usah pak saya bisa jalan sendiri. saya cuma mau ngomong sama perempuan ****** ini prempuan yang gak punya rasa tanggung jawab. jangan pernah nyari anak anak yang kamu buang sejak kecil disaat kamu udah butuh suatu hari nanti!" ujar langit yang kemudian bangkit pergi keluar setelah membuat kekacauan barusan.

langit berjalan menjauh kearah halaman rumah dengan langkah kaki panjangnya itu naik keatas motor sport nya dan meninggalkan tempat dengan rasa emosi yang memenuhi kepala dan dada.

wanita itu hanya diam ntah apa yang ada di dalam pikirannya lalu dengan segera dia pergi dari tempat itu kemudian masuk kedalam sebuah pintu yang sepertinya kamar miliknya tersebut.

_________

23:20

vanilla tengah keluar kamar hendak mengambil minuman untuk menyegarkan tenggorokannya. namun tak lama saat hendak masuk ke kamarnya dari arah depan terdengar suara pintu terbuka dan langkah kaki yang terdengar sangat lambat itu membuat vanilla penasaran seingatnya dian sudah lama masuk ke kamarnya begitupun ibu tirinya dina. jika ayahnya juga tidak mungkin yang vanilla tahu ayahnya baru pagi tadi berangkat kerja keluar kota. hanya ada kemungkinan kak langit yang bisa jadi baru pulang dari luar.

"kak lho kenapa jadi sering mabuk gini sih. kalo ayah tahu bisa marah lagi." ujar vanilla ketika melingkar kan tangan langit ke pundaknya agar membantu pria berhoodie hitam itu bangun karena ketika vanilla telah menemukan yang datang benar langit gadis itu sudah menemukan kakaknya sempoyongan lalu berakhir jatuh ke lantai.

susah payah vanilla membawa badan yang lebih berat dari badannya itu kek kamar yang tepat di samping kamarnya itu.

vanilla membaringkan kakaknya di atas kasur lalu tak lupa melepas kedua pasang sepatu itu kemudian memberikan selimut ke tubuh langit.

namun ketika vanilla hendak beranjak keluar tiba-tiba langit merancau yang membuat dada vanilla terasa sesak mendengarnya.

episode tiga

..."hanya sedikit sesak tenang saja masih bisa ku tahan agar tak terisak"...

__________

susah payah vanilla membawa badan yang lebih berat dari badannya itu kek kamar yang tepat di samping kamarnya.

vanilla membaringkan kakaknya di atas kasur lalu tak lupa melepas kedua pasang sepatu kemudian memberikan selimut ke tubuh langit.

namun ketika vanilla hendak beranjak keluar tiba-tiba langit merancau yang membuat dada vanilla terasa sesak mendengarnya. vanilla masih ditempatnya berdiri memperhatikan wajah kak langit dengan mata yang memanas.

"mah.. kenapa mamah pergi mah. mamah gak sayang langit sama adek". rancaunya

gadis itu membalikkan badannya tak tahan mendengar ucapan langit yang ternyata juga amat terluka seperti dirinya. lalu dia meninggalkan kamar langit tak lupa dia menutup kembali pintu itu secara perlahan hampir tak meninggalkan suara.

________

08:30

kebetulan sedang ada jam kosong karena suatu masalah mendadak dari guru yang seharusnya ada dikelas pagi ini.

sebuah kesenangan tentunya untuk sebagian besar murid yang ada dikelas itu.

"ca gak cape apa liatin baskara mulu" goda yudha teman dekat baskara sejak SMP pada ica yang memang seperti biasa jika sedang tak memperhatikan guru dia akan memperhatikan baskara yang duduk jauh dibelakang bangkunya sedangan ica duduk paling depan lebih tepatnya dibelakang vanilla.

tak asing lagi sebab hampir satu sekolah tahu bahwa ica menyukai pria itu bahkan secara terang-terangan. berkebalikan baskara mungkin tahu namun sejak ica menyukainya dia tanpa biasa saja dan menganggap sama rata ica seperti teman-teman yang lainnya.

sebenarnya ica termasuk perempuan yang cantik dan banyak yang menyukai dia bahkan hampir laki laki yang ada dikelas mereka menyukai gadis berambut panjang sepinggang itu karena selain cantik dia juga pintar. tapi terkecuali baskara, bahkan belum ada sejarah baskara memiliki seorang pacar disekolah mau diluar sekolah.

"kenapa emang gak boleh mandang calon pacar" ujar ica seolah tak perduli

"awas keseleo tu leher lho" tambah rio yang juga teman baskara namun baru berteman dari zaman SMA.

baskara seolah tak mendengar percakapan teman temannya. dia hanya memperhatikan gadis yang ada didepan bangkunya yang dari awal tiba sama sekali tak bersuara.

flashback on

pagi pagi vanilla setelah dia beres beres dari segala pekerjaannya lalu dia membuka lemari pendingin ingin mengambil minuman dingin di sana. namun ketika gadis itu ingin menutup kembali pintunya. dia tersentak kaget, bagaimana tidak sudah berdiri seseorang tetap ketika ia membalikkan badan. ternyata itu langit.

"gimana sekolah kamu sekarang, apa ada yang ngebully lagi?" tanya langit sambil menggeser tubuh vanilla dengan satu tangan agar memberi dia ruang untuk bergantian mengambil sesuatu di kulkas.

vanilla masih di sana dengan sekotak susu coklat kesukaan di genggam kedua tangan memperhatikan punggung itu yang sedang sibuk mencari sesuatu.

"lho denger gak sih?" karena tak mendapatkan jawaban langit berbalik dan bertanya lagi.

"e.. engak kok kak langit. gk ada yang Bully gw lagi sekarang." jawabnya dengan kaku sebenarnya vanilla sedang memikirkan sesuatu apakah dia tidak salah dengar apa kah barusan langit sedang perduli dengannya.

lalu setelah mendapat jawaban yang diharapkannya langit berlalu dengan satu minuman soda ditangannya tanpa meninggalkan sepatah kata lagi untuk vanilla.

flashback off

jam istirahat pun tiba banyak siswa siswi keluar dari kelas untuk pergi ke kanti atau membaca buku di perpustakaan dikelas hanya tinggal beberapa orang saja. lima anak yang sepertinya sedang mempersiapkan untuk ulang harian fisika hari ini termasuk ica tarisa dan vanilla di bangku nya masing-masing. dan laki laki yang hanya membolehkan balikan buku tapi matanya tak mengarah kesitu.

itu baskara dan temannya yudha yang ikut ikutan memperhatikan arah pandang baskara. beberapa menit berlalu tanpa aba-aba baskara berdiri berpindah duduk tepat di samping vanilla yang kebetulan kosong karena teman sebangkunya sedang pergi keluar kelas, namun sepertinya gadis itu belum menyadari kehadirannya.

"eh vanilla strawberry cokelat. lho kenapa senyum senyum sendiri." ujar baskara dengan rasa penasarannya

"astaga baskara lho ngagetin aja" ujar vanilla dengan wajah lucu kagetnya setelah sadar kehadiran baskara.

"lho lagi suka sama siapa kesenengan banget keknya" ujar baskara penuh selidik tanpa perduli bahwa sikapnya terlalu aneh untuk vanilla.

"apa sih kepo banget lho bas." ujar vanilla merubah ekspresinya kembali datar.

"kenapa emangnya gak boleh hm.." ucap baskara dengan muka sedihnya. tentu siapa yang tak merasa gemas melihat wajah tampan baskara di tambah dengan ekspresinya yang lucu. bahkan vanilla pun juga merasakannya saat melihat wajah laki laki yang disampaikannya ini.

di tempat yang sama tarisa seperti memukul pena ica dengan pena bagian atas miliknya.

"ca ca.. tengok lho kebelakang cepetan." ujar tarisa bisik bisik

"ihhh apaan sih lho sa gak liat apa lho gw lagi belajar, diem suuuutt" ujar ica menempel penanya ke depan mulut tarisa.

"lho harus liat biar lho sadar klo baskara keknya suka sama vanilla bukan lho." ujar tarisa sambil memutar kepala ica ke belakang dengan paksa.

dan setelah beberapa menit melihat itu. matanya memerah seperti ada desakan air yang ingin keluar dari sana ica sedikit mengengam kuat penanya lalu meninggalkan begitu saja di atas buku yang terbuka dan pergi dari tempatnya. tak lama tarisa ikut menyusul ica keluar kelas.

"anjim patah hati banget kenya ni bocah." ujar tarisa sendiri. dengan sama meninggalkan buku serta penanya begitu saja.

seperti vanilla belum sadar atas kepergian kedua teman barunya. dia sedang dibekukan oleh baskara yang tampak lucu kali ini, ntah apa maksud laki laki itu.

"bukan ga boleh sih, tapi pertanyaan lho agak ga jelas" jawab vanilla dengan tambahan tawa di akhir.

"iya serah gw, gw cuma nanya doang" ujar baskara lagi ntah dia sadar atau tidak dia kelewatan kepo hingga yudha pun ikut terheran heran dengan temannya satu itu yang bisanya amat sangat dingin soal perempuan

"ehehe sorry ya la ni baskara keknya karena tadi pagi kita salah milih jalan eh malah lewat depan kuburan jadi keknya kesambet makanya jadi gini." ujar yudha kembali dengan tawanya melihat tingkah mereka yang sedikit aneh menurut nya.

"bas lho klo suka sama cwe jangan ketara bego ah. jan sampe harga diri lho ilang atau murah ntar gw ajarin caranya. ayok ikut gw ke tempat anak anak." bisik yudha sambil sedikit memaksa baskara bangun dari duduknya yang tengah memperhatikan vanilla tertawa.

"apaan sih da gw blom dapet jawabannya." ujar baskara yang kini telah di paksa berjalan menjauh dengan yudha.

" ntar jawabannya ada di kantin." ujar yudha

"itu mah jawaban buat perut lho." tak memperdulikan yudha terus membawa baskara pergi dari sana.

vanilla hanya tertawa melihat tingkah mereka.

sedikit menghiburnya sudah lama dia tak tertawa sebanyak itu. samar samar suara dua laki laki itu lenyap dari telinganya lalu pandangan gadis itu terhenti kearah depan semua bangku barisannya kosong yang berarti ica dan tarisa sudah meninggalkan kelas tanpa dia sadari.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!