NovelToon NovelToon

Duo Bulan Sabit Sang Penjelajah Benua

Bab 1 : HAL YANG MENGEJUTKAN

Tahun 2431 terdapat game yang sangat popular dan di gandrungi di seluruh dunia. Game itu bernama ''Jelajah Benua'', game ini pertama kali di luncurkan di Jakarta 12 tahun yang lalu dan sekarang sudah tersebar di seluruh penjuru dunia.

Game ini mengusung tema kebebasan, baik itu dari segi karakter, skill, senjata, wilayah, letak geografis, pulau, hingga benua, serta masih banyak yang lainnya. Karena itulah banyak orang yang tertarik untuk memainkan game yang satu ini.

Lebih dari 7 miliar akun memainkan game Jelajah Benua. Diantara banyaknya pemain, terdapat 2 pemain legendaris, mereka berdua berada dipuncak permaian.Mereka berdua dijuluki Duo Penjajah, karena setiap daerah yang mereka taklukan pasti akan mereka hancurkan.Kedua pemain itu bernama Nusa dan Tara.

...******...

Di suatu pagi yang cerah, seorang wanita muda berjalan menuju sebuah kontrakan di pinggiran kota Serang. Sampailah dia di depan sebuah pintu kontrakan. Wanita muda itu terdiam sebentar, dia mencium aroma tidak sedap di dalam kontrakan. Wanita itu mengetuk pintu beberapa kali, namun tidak ada jawaban dari dalam. Dia melipat celana panjangnya beberapa lipatan, kemudian mengambil ancang-ancang.

Duarr…

Sebuah tendangan melesat mengenai pintu kontrakan. Kerasnya tendangan itu sampai membuat engsel pintu lepas. Wanita muda itu kemudian masuk ke dalam kontrakan. Dia melihat keadaan di dalam sangat mengerikan.

Pencahayaan di dalam ruangan sangat minim, hanya mengandalkan sinar biru dari layar komputer yang menyala. Banyak sampah berserakan dimana-mana, bau menyengat tercium sampai keluar. Dengan pencahayaan yang minim, samar-samar terlihat ada sesosok makhluk yang terbungkus selimut di atas Kasur.

‘’Nusaa!’’ Wanita muda itu berlari menghampiri sosok misterius itu kemudian dia melompat ke atas Kasur. Wanita muda itu menghantam bagian perut makhluk itu cukup keras.

‘’eee…’’ Makhluk itu mengeluarkan suara kesakitan.

Rupanya makhluk misterius itu adalah Nusa, teman akrab sang wanita. Nusa terbangun dari tidurnya, dia nampak kesakitan karena di hantam oleh temannya sendiri. Nusa duduk di pinggir tempat tidur, sementara wanita muda itu duduk menjauh dari Nusa.

Nusa merasa kayu penyangga kasurnya patah. Lalu Nusa melihat kearah pintu dengan mata sedikit berkedip karena silau. Pintu yang menghalanginya dari sinar matahari sudah tergeletak di bawah.

Nusa menghampiri sambil menatap wanita muda itu dengan kesal.’’Kamu ini kebiasaan ya Tara!Setiap kesini ada aja barang aku yang rusak.Minggu kemarin TV, kipas, sama speker yang rusak, belum lagi kulkas sama dispenser. Hari ini Kasur sama pintu yang rusak. Kamu sengaja ya rusakin barang-barang aku?!’’teriak Nusa marah pada temannya.

Nusa berdiri mempersilahkan Tara untuk pulang. Namun Tara hanya diam tak bergeming.Tara menatap Nusa dengan tatapan tajam seperti singa yang ingin menerkam mangsanya. Nusa terdiam melihat tatapan Tara yang mengerikan. Nusa menelan ludahnya beberapa kali, dia merasakan firasat buruk yang akan menimpa dirinya.

Benar saja, tidak lama kepala Tara tertunduk lesu, tubuhnya sedikit bergetar. Nusa mundur perlahan dari hadapan Tara, dia mencoba untuk melarikan diri.Tapi usahanya sia-sia saja, tangan Tara melesat memukul perut Nusa dengan keras.Kerasnya pukulan itu membuat Nusa terpental membentur dinding kontrakan.

‘’Kamu bodoh! Mana mungkin aku berniat merusak barang-barang kamu. Lagi pula aku bukan orang jahat yang tega merusak barang-barang milik temannya sendiri. Kalau soal TV, kulkas, dispenser, dan lain-lain itu cuma bercanda Nusa…Jangan cengeng gitu dong! cuma lecet dikit aja kok marah.’’ teriak Tara tidak terima.

Nusa tidak menanggapi Tara, dia mencoba bangkit sambil menahan rasa sakit yang di terimanya.Nusa berjalan ringkih kearah Tara, dia memegang perutnya yang sakit. Nusa merasa isi perutnya seakan keluar, pukulan Tara tidak hanya menyakiti perutnya saja tetapi punggunya juga terasa sakit.

Nusa duduk perlahan sambil mengangkat sebelah tangannya, mengisyaratkan bahwa dia menyerah dan tidak akan membantah perkataan Tara lagi.

Tara langsung memeluk Nusa dan meminta maaf atas apa yang ia lakukan barusan.

Tara menjelaskan tujuannya menemui Nusa karena mengkhawatirkan keadaannya. Sudah beberapa hari Nusa tidak masuk kuliah, teman-temannya tidak bisa menghubungi Nusa, mereka juga berusaha mencari alamat Nusa namun tidak dapat menemukannya.Akhirnya mereka meminta bantuan Tara untuk menemui Nusa dan membujuknya agar masuk kuliah kembali.

‘’Soal kamu masuk atau tidaknya kuliah itu terserah, lagi pula aku gak peduli. Ngomong-ngomong sudah berapa hari tidak mandi? kamu bau banget!.’’ Tara berdiri menjauh dari Nusa.

Tara menatap Nusa dan berkata,’’cepat bangun! kita harus beresin kontrakan kamu sebelum pukul 10.00.

Tara membuka gorden, dia terkejut melihat keadaan kamar Nusa lebih mengerikan dari sebelumnya.

‘’Yaampun Nusa! kamu itu jorok banget. Ini kamar atau tempat sampah. Liat bekas makanan berserakan dimana-mana, terus baju kamu bertebaran gak jelas. Itu di pojok apa Nusa?!’’Mata Tara membulat sempurna.

‘’Itu cuma bangkai tikus. Kemarin pada mati misterius, padahal sering aku kasih makan. Tadinya mau aku buang, tapi sayang, mending aku taruh disitu itung-itung buat cadangan makanan,’’ ucap Nusa santai sambil memainkan telepon genggamnya.

‘’Oke kita bakar!’’ Tara memegang korek api dan mulai membakar sampah yang ada di dalam.

Nusa sekilas melihat Tara, dia langsung panik karena didekat sampah-sampah itu ada 3 ember berisi cairan mudah meledak.

Nusa mencoba menghentikan Tara, tapi sudah terlambat. Api membakar sampah dengan cepat dan langsung menyambar ketiga ember itu sekaligus.

Boomm...

Ledakan besar terjadi dan menghanguskan beberapa kontrakan sekaligus. Karena ledakan itu juga seluruh bangunan beserta isinya rata dengan tanah, termasuk di dalamnya Nusa dan Tara.

...*****...

Tara tergeletak di atas tanah, perlahan dia membuka matanya.Tara bangun sambil memegang kepalanya yang terasa pusing, Tara melihat keadaan sekitar dan tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.

Tiba-tiba sebuah suara terdengar ke telinga Tara. ’’Tara kamu sudah sadar? Kalau gitu bisa tolong aku sebentar.’’

Tara menengok kekanan dan kekiri, dia tidak menemukan seorangpun di dekatnya. Dengan panik Tara mundur sampai membentur sebuah pohon besar. Tara sangat ketakutan, dia memegang erat kedua lututnya.

‘’Om setan, jangan apa-apain Tara om…. Daging Tara gak enak, serius Tara gak bohong,’’ ucap Tara sambil gemetar ketakutan.

Tidak lama suara itu terdengar lagi, kali ini dia sedikit marah dan berkata.’’Hallo… Bisa dengar tidak? Tara berhenti merengek! Coba liat ke atas!,’’

Tara mendongakan kepalanya, dia terkejut melihat sesosok bayangan tergantung terbalik di atas pohon besar di belakangnya. Sosok itu terikat kuat oleh akar-akar pohon dan tidak bisa melepaskan diri.

Walaupun keadaan sekitar gelap, tapi Tara yakin orang yang tergantung di atas adalah Nusa. Ditambah, suara Nusa yang khas membuat Tara semakin yakin kalau yang tergantung itu bukan setan.Tara segera melompat lalu membebaskan Nusa dari jerat akar pohon yang melilitnya dengan kuat.

‘’Kamu baik-baik saja,’’ ucap Tara khawatir,

Nusa mengangguk lemah tidak berdaya. Akar-akar pohon itu banyak menghisap staminanya.

Tara membaringkan Nusa di pahanya. Nusa berkata dengan lemah.’’Kamu lama banget sadarnya. Akar-akar pohon itu sudah menjeratku selama 3 hari. Ditambah energiku hampir habis dihisap tanpa henti.’’

Tara mengusap kepala Nusa dengan lembut lalu berkata.’’Maaf Nusa aku tidak segera sadar dan menolongmu, syukurlah kamu masih selamat. Yang terpenting sekarang kita berada dimana? Bukankah tadi kita sedang membersihkan sampah di dalam kontrakan.’’

Tara memperhatikan sekitarnya, dia menyadari bahwa dirinya berada di hutan belantara, bukan di kontrakan kumuh milik Nusa.

Di dalam hutan terdapat banyak pohon-pohon besar setinggi gedung 50 lantai. Sinar matahari tidak sampai ke bawah karena terhalang rimbunnya dedaunan.

Hutan itu terasa mencekam, tidak terdengar satupun suara hewan di sana.Tidak lama Nusa bangkit lalu mengajak Tara berjalan menyusuri hutan. Mereka berdua bergandengan tangan supaya tidak terpisah satu sama lain. Nusa berpikir dengan keluar dari hutan, mereka bisa menemukan petunjuk.

Sampai di area yang lapang, Nusa dan Tara terdiam memandang hamparan padang rumput hijau yang luas. Area itu sangat luas, 28 kali lebih luas dari stadion sepak bola yang ada di Jakarta. Hembusan angin perlahan meniup tubuh mereka, walaupun tiupan angin tidak kencang, tapi bisa membuat rambut Tara terangkat.

Mereka berdua memejamkan mata, menikmati segarnya udara di pagi hari. Nusa dan Tara secara bersamaan membuka mata lalu memandang satu sama lain.

Mereka terkejut melihat wajah temannya telah berubah, segera wajah Nusa dan Tara menjadi pucat, lalu mereka berdua berteriak kencang.

BAB 2 : LUMUT PENUNJUK PERADABAN

Mereka terkejut melihat wajah temannya telah berubah, segara wajah Nusa dan Tara menjadi pucat, lalu mereka berdua berteriak kencang.

Hanya wajah mereka yang berubah, sementara suara Nusa dan Tara sama sekali tidak ada perubahan.

Tangan Nusa memegang wajah Tara, begitu juga Tara memegang wajah Nusa. Nusa sekarang memiliki rambut pendek berwarna hitam, iris matanya berwarna biru tua. Nusa mengenakan kaos, celana, dan sepatu berwarna hitam, ditambah ia juga memakai jubah berwarna hitam.

Sementara Tara memiliki rambut sebahu berwarna putih, iris matanya berwarna merah muda. Tara mengenakan seragam seperti anak sekolah smp di Jepang. Ditambah Tara juga mengenakan jubah hitam sama seperti Nusa.

Tara menatap Nusa dengan tidak percaya lalu berkata.’’Tunggu, bukankah kita berdua sudah tewas?‘’ tanya Tara sambil mengingat-ingat sesuatu,’’tidak mungkin kita selamat dari ledakan dasyat itu.’’

Nusa melepaskan tangannya dari wajah Tara kemudian berkata.’’Sepertinya kita berdua sudah tewas. Aku sudah membuat cairan itu dengan daya ledak yang besar.’’ Nusa memegang dagunya dengan sebelah tangan lalu berkata lagi.’’Cairan itu sangat sensitif dengan panas, bahkan sinar matahari saja dapat memicu ledakan. Itu sebabnya gorden kamar tidak pernah aku buka.’’

Tara memegang kerah baju Nusa sambil berkata.’’Kamu gila ya! Untuk apa kamu buat bahan peledak itu?! Lihat sekarang hasilnya, kita berdua mati!’’

‘’Maaf Tara aku sangat menyesal...,’’ jawab Nusa pelan sambil menundukan kepala,’’Eee…sebenarnya cairan itu mau aku pakai buat ledakin kampus, hehehe….’’ sambung Nusa dengan malu-malu.

Tara melepaskan Nusa, dia tahu Nusa diskor dari kampus selama satu minggu karena merusak laboratorium.Tapi Tara tidak menyangka Nusa berniat meledakan kampus. Menurut informasi dari teman-teman Nusa di kampus, Nusa sudah satu bulan tidak masuk kampus.

Tara duduk lemas di atas rumput, dia memegang lututnya dan mulai terisak. Nusa mengusap kepala Tara, mencoba menenangkannya. Tara menepis tangan Nusa dan berkata.’’Harusnya aku gak ketemu kamu hari ini. Coba kamu pikir, sekarang kita sudah mati! Terus, ayam goreng yang aku pesan siapa yang makan?! Mana tv lupa aku matiin lagi, bulan depan tagihannya pasti naik.’’

Tara menghela napas berat, dia menatap Nusa dengan sedih lalu berkata lagi.’’Nusa…,sebelum aku pergi ke kontrakan kamu, aku selalu gelisah.’’

‘’Kamu gelisah kenapa?’’ tanya Nusa heran karena Tara sebelumnya tidak pernah gelisah.

Tara menunduk lalu berkata dengan malu-malu.’’Sepertinya aku gelisah karena belum membunuh orang. Kalau bisa aku peng—‘’

Sebelum menyelesaikan perkataannya Nusa sudah memotong dan berkata.‘’Itu ada orang.’’ Tara langsung berdiri dan melihat ada seseorang di ujung hutan.

Tara berlari cepat menghampiri orang itu. Tiba-tiba sebuah sabit muncul dari tangan kanan Tara. Tara memegang kuat sabit itu, tanpa basa basi Tara langsung menebas tubuh orang itu. Satu tebasan, dua tebasan, tiga tebasan, Tara terus menebas sampai 84 tebasan. Orang itu terpotong-potong seperti dadu. Sabit Tara bercucuran darah segar, dalam sekejap mata darah itu menghilang terserap kedalam sabitnya.

Tidak lama sebuah rombongan keluar dari dalam hutan, mereka seperti rombongan bandit yang bengis. Tara berlari menyerang rombongan itu. Mereka yang tidak menyadari kedatangan Tara sangat terkejut dan tidak siap menghadapi serangan Tara.

Tara berlari dengan cepat, dia mengayunkan sabit besarnya ke arah 2 pria yang memegang pedang. Tara mengayunkan sabitnya secara horizontal, tubuh ke-2 pria itu langsung terbelah menjadi 2, Tara membalikkan badannya dan menebas 1 pria yang memegang tombak dan perisai menjadi 7 bagian

Seorang pria mengayunkan pedangnya ke arah Tara, Tara melompati tubuh pria itu. Pria itu terkejut melihat Tara melompatinya, kepalanya mengikuti tubuh Tara. Saat kepala pria itu sepenuhnya berbalik ke belakang, ujung sabit Tara menusuk hidungnya lalu menariknya seperti kail pancing. Kepala pria terbelah menjadi 2 bagian.

Kini tersisa 1 pria berbadan kecil, pria itu sangat ketakutan. Saking takutnya pria itu sampai terkencing di celana, dia berteriak histeris sambil merangkak menjauhi Tara. Tara tersenyum jahat, dia sangat menikmati penderitaan pria itu.

Tara menginjak tubuh pria itu lalu mengayunkan sabit besarnya, pria itu tiba-tiba menjadi diam. Rupanya kepala pria itu sudah terpisah dari tubuhnya. Tara terlihat puas setelah membantai semua rombongan itu.

5 mayat tergeletak didekat Tara, mereka semua mati dalam keadaan mengenaskan. Tetapi tidak ditemukan bercak darah di tubuh mayat-mayat itu karena terserap ke dalam sabit milik Tara.

Nusa menghampiri Tara, dia mengambil barang-barang yang di tinggalkan rombongan itu lalu menyimpannya di ruang tunggu miliknya.

Saat didekati Nusa, Tara tersenyum malu-malu, dia lalu pergi ke dalam hutan meninggalkan Nusa sendiri. Tidak lama terdengar suara pohon tumbang dari dalam hutan, suaranya terdengar kencang. Tidak hanya satu kali, tapi suara itu terdengar beberapa kali.

Ternyata itu ulah Tara yang mencoba sabit besar miliknya.

Tara melihat sabit besar di tangannya dan berkata.’’Sabit ini luar biasa, selain sangat tajam, dia juga ringan saat di ayun. Cocok untuk membunuh dalam jumlah banyak. Oh iya, kenapa aku lari dari Nusa? padahal dia tidak berbicara sepatah katapun!’’

Tara tersenyum girang dan keluar dari hutan, dia melihat Nusa sedang berlutut dan fokus memperhatikan sebuah batu. Setelah Tara sampai, Nusa berkata.’’Tara sekarang kita tidak perlu khawatir. Aku sudah tau kemana kita akan pergi.’’

Tara bingung melihat Nusa sangat percaya diri lalu berkata.’’Sekarang kita harus pergi kemana?’’

’’Tara kamu liat di batu ini ada lumut. Jadi kita akan pergi ke arah lumut ini. Karena lumut selalu menunjuk ke peradaban.’’ jawab Nusa sambil menunjuk ke arah sebuah batu.

Tara tertawa dan mengejek Nusa karena percaya dengan mitos lumut adalah penunjuk peradaban. Tara tidak percaya mitos-mitos seperti itu dan memilih berjalan berlawanan dengan lumut itu. Nusa mengikuti Tara tanpa banyak bicara. Tanpa disadari jalan yang dipilih Nusa dan Tara adalah daerah yang berbahaya. Sedangkan lumut itu menunjuk ke sebuah kota besar.

...*****...

‘’Tara lari!’’ Kaki Nusa bergerak sangat cepat di dalam hutan, Nusa melompat dari pohon satu ke pohon lain.

Dari arah belakang seekor ular raksasa mengejar Nusa dan Tara. Ular itu terlihat marah dan mengamuk menghancurkan hutan.

‘’Nusa makhluk apa itu?! Mustahil ada ular sebesar gajah,’’ teriak Tara panik sambil berlari menghindari gigitan ular yang mengganas.

‘’Mana aku tau?! Mungkin saja itu bapak konda.’’ Nusa melempar batu kecil ke arah Tara dan berkata kembali.’’Tara pakai sabit kamu untuk membunuh ular itu.’’

Tara masih sibuk menghindari akar-akar pohon didepannya, akar-akar itu seperti siap menjeratnya kapan saja.

’’Sabitnya sudah menghilang, dia gak mau keluar lagi. Kalaupun ada, mustahil aku bisa membunuh bapak konda itu.’’ teriak Tara panik sambil berlari kencang.

Tara yang panik tidak bisa berpikir jernih dan terus saja berteriak ketakutan. Nusa meminta Tara untuk lari mengikuti cahaya, sementara Nusa berbalik arah siap melawan ular itu. Tara menuruti permintaan Nusa, dia berlari lurus mengikuti cahaya.

Bomm...

Suara ledakan terdengar dari dalam hutan, burung-burung mulai berterbangan keluar dari hutan. Tara tidak memperdulikan itu, dia terus berlari. Perlahan cahaya terang menyinarinya, membuat Tara mengerutkan matanya karena silau.

Tara terkejut melihat Nusa sudah ada didepannya. Nusa berdiri tegak sambil memegang suatu benda di tangannya, benda itu nampak berkilau. Tara menghampiri Nusa dengan terengah-engah, napas Tara terasa hampir habis.

Nusa memasukan benda itu ke dalam saku dan berkata sambil tersenyum.’’Mau minum dulu?’’ Nusa menyodorkan satu botol air pada Tara, botol itu berwarna coklat gelap dan terbuat dari labu madu. Tara mengambil botol minum itu lalu meminumnya dengan tergesa-gesa.

‘’Tara, sepertinya kita sudah keluar dari hutan menyeramkan ini. Coba kamu lihat disana! Ada sebuah benteng besar, otomatis di dalamnya ada kota.’’ Telunjuk Nusa mengarah lurus ke depan.

Nusa dan Tara berjalan menuju benteng tersebut. Mereka sangat senang bisa keluar dari dalam hutan setelah 13 hari tersesat dan hampir mati dimakan monster-monster ganas.

...******...

"Tolong! siapapun tolong kami!" teriak seorang ganis dengan panik.

"Ada yang bisa saya bantu Nona?" ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba saja muncul dari belakang sang ganis.

Ganis itu menyeka air matanya lalu berkata sambil terisak. "Tolong selamatkan teman saya tuan, saya janji akan melakukan apapun asal teman saya selamat."

Laki-laki itu melihat teman sang gadis yang terluka parah, dia memiliki beberapa luka sayatan di tubuhnya serta kedua tangannya terputus.

Laki-laki itu meletakkan tangannya di dahi teman si ganis, tiba-tiba muncul cahaya keemasan dari tangannya. Luka teman si ganis perlahan menutup, bahkan tangannya yang putus kembali seperti semula.

Teman si ganis berhasil melewati masa kritis, dia berterima kasih pada si lelaki itu. Lelaki itu mengusap kepala si ganis dan berkata. "Nona jangan sungkan, kalau ada masalah Nona bisa minta bantuan pada saya. Oh iya, nama saya Nusa. semoga kita bertemu lagi."

Pria itupun pergi dari hadapan sang wanita dan temannya yang belum sadarkan diri.

...******...

Gerbang kota itu nampak besar dan kokoh. Orang-orang mengantre di luar benteng, antrean itu cukup panjang. Setiap orang diperiksa identitas serta barang bawaannya. Jika mereka tidak bisa menunjukan identitasnya maka akan di curigai sebagai kawanan bandit.

Wajah Tara sedikit pucat, dia tidak memiliki kartu identitas. Tara berpikir dirinya akan dicurigai sebagai bandit. Sementara itu Nusa menghilang entah kemana.

Orang-orang mulai membicarakan Tara secara diam-diam, mereka terpesona melihat pakaian Tara yang sangat indah serta kecantikannya yang membuat siapa saja terpana.

‘’Selanjutnya!’’ kata seorang penjaga sambil menulis sesuatu di kertas. Tara menghampiri sang penjaga yang duduk di kursi, penjaga itu meletakan pena dan kertasnya di atas meja lalu berkata dengan dingin. ’’Tolong tunjukan kartu identitas kalian!’’

Tara terkejut mendengar perkataan si penjaga, karena dia merasa mengantre sendirian. Dia memutar kepalanya, ternyata Nusa ada dibelakangnya.

’’Saat di perjalanan, kereta kuda kami dimakan oleh monster, semua barang bawaan kami di makan, termasuk kartu identitas yang disimpan di dalam pedati.’’ ucap Nusa dengan nada memelas.

Penjaga itu menghela napas dan berkata.’’Dimana kalian bertemu moster seganas itu.’’ Nusa juga menghela napas lalu berkata sambil tersenyum pahit.’’Kami diserang di dalam hutan besar Erih, tepatnya disebelah utara kota ini.’’

Mendengar perkataan Nusa, sang penjaga mengubah posisi duduknya menjadi tegak dan sangat serius mendengarkan cerita Nusa. Dia beranggapan orang-orang yang memasuki hutan besar Erih sangat kecil kemungkinan untuk selamat, apalagi jika mereka bertemu dengan monster.

Sang penjaga memberikan dua lembar kertas polos berwarna coklat, ia meminta Nusa dan Tara menempelkan tangannya di atas kertas tersebut. Tidak lama muncul tulisan di atas kertas polos itu.

[IDENTITAS]

NAMA : TARA KIRANA

JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

TINGGI BADAN : 167 CM

RAS : KUYANG

UMUR : 15 TAHUN

GELAR : BANGSAWAN GOLD III

PEKERJAAN. : PELAJAR

Sementara isi kertas milik Nusa seperti berikut.

[IDENTITAS]

NAMA : NUSA WIRA

JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI

TINGGI BADAN : 175 CM

RAS : MANUSIA

UMUR : 17 TAHUN

GELAR : GELANDANGAN

PEKERJAAN : MENGEMIS

Semua orang terkejut mengetahui ada bangsawan ikut mengantre. Para penjaga yang duduk langsung berdiri dan memberikan hormat. Nusa dan Tara dipersilahkan masuk tanpa perlu melewati pemeriksaan lainnya.

Masuk ke dalam kota, Tara dibuat takjub dengan keadaan kota yang indah. Jalanannya terbuat dari bebatuan yang disusun rapi, terdapat beberapa air mancur serta tiang-tiang kecil guna menerangi jalan. Orang-orang banyak berkumpul di alun-alun kota. Dipinggir jalan terdapat toko-toko yang menjajakan aneka jenis makanan serta kebutuhan sehari-hari. Tara berlarian di tengah jalan, dia tidak bisa menahan pesona kota.

Setelah puas berlarian kesana-kemari, Tara menghampiri Nusa.Tara melihat pakaian Nusa berubah menjadi lusuh dan terdapat banyak lubang. Tara memperhatikan Nusa dan berkata.’’Nusa, sebelum kita diperiksa, baju kamu masih keren. Tapi sekarang, kamu kaya gembel.’’ Tara tertawa melihat temannya berubah menjadi gelandangan.

Nusa mengerutkan dahinya, dia sedikit kesal dengan Tara yang mengejeknya. Nusa berkata. ‘’Ini namanya penyamaran. Lagi pula sebelum kita mengantri aku sudah mengubah penampilan. Kamu aja kurang memperhatikan.’’

Tara tidak henti tertawa, dia memegang perutnya karena tidak kuat melihat penampilan Nusa. Nusa mencubit hidung Tara sampai memerah, Tara akhirnya berhenti tertawa.

Nusa melepaskan hidung Tara dan berkata.’’Kamu pergi cari penginapan, usahakan penginapannya murah. Aku mau pergi sebentar lalu kita bertemu di alun-alun ini pada sore hari."

Nusa memberi Tara beberapa keping uang logam, lalu dia berjalan ke arah kerumunan dan menghilang.

BAB 3 : Dunia Baru

Seharian ini Tara sibuk mencari penginapan, dia berjalan menyusuri jalanan kota yang ramai. Tara bingung kemana lagi mencari penginapan dengan harga murah.

"Kenapa harus aku yang mencari penginapan, sih." Tara menendang batu. "Padahal si NUSA menyebalkan itu hanya keluyuran tidak jelas."

Tara benar-benar kesal, rasanya dia ingin menghancurkan seluruh kota. Dia terus menendang batu di sepanjang jalan, menyebabkan belasan tembok rumah berlubang akibat ulahnya.

‘’Arghh..." Tara meninju dinding sampai porak-poranda.

"Apa yang kau lakukan, Nona!" bentak pemilik rumah marah.

"Aku tidak melakukan apapun," jawab Tara dingin. "Jangan berani mengancamku, Tuan."

Pemilik rumah mengambil pedang, bergegas menghampiri gadis malang itu. "Kau pikir aku orang bodoh, Hah! Jelas-jelas rumahku hancur karena ulahmu, Nona." Pemilik rumah melotot, menodong Tara dengan pedang tajamnya.

"Aku bilang jangan mengancamku!" Tara berseru galak. Dia mencengkram pedang sampai hancur.

BUM... Satu pukul keras menghantam perut si pemilik rumah. Pukulan Tara menyebabkan lubang besar yang menganga.

"Aku tidak ingin berurusan dengan orang menyebalkan." Tara memercikkan darah di tangannya. Dia bergegas pergi dari gang sempet itu.

Di ujung gang, Tara menyipitkan mata. Sesosok makhluk paling menyebalkan tersenyum sambil melambaikan tangan.

"Kamu dari mana saja, Nusa!" sergah Tara. "Aku lelah mencari penginapan murah di kota."

"Kebetulan aku baru saja menemukan penginapan murah. Kita pergi ke sana." Nusa melipat celananya yang kepanjangan.

’’Oh iya, aku punya kabar baik dan buruk untukmu,’’ ucap Nusa santai.

"Apa maksudmu?!" tanya Tara serius.

"Pertama kita berada di Kerajaan Bhayangkara, tepatnya di kota Carani. Kota ini tidak terkenal, tidak memiliki pemasukan stabil dan juga rawan hancur. Satu-satunya kelebihan kota ini hanya pemandangannya yang indah serta penduduknya yang ramah. Itu kabar baiknya."

"Lalu kabar buruknya."

"Kabar buruknya adalah kita berdua sudah mati. Entah bagaimana caranya, kita terlempar ke dunia game yang sering dimainkan. Game Jelajah Benua."

Wajah Tara berubah pucat, keringat dingin mengucur di sepanjang jalan. Bagaimanapun kini dia dan Nusa telah tiada di dunia nyata. Sekarang keduanya kemungkinan terjebak di dunia baru bernama Jelajah Benua.

"A-apa mungkin kita bisa pulang ke rumah, Nusa." Tara berkata serak.

Nusa tersenyum jahat. "Untuk apa kita pulang, Ra. Sekarang kita berada di dunia Jelajah Benua. Artinya kita bebas untuk melakukan apapun. Misalnya kita bisa mencuri atau mengambil separuh atau semua harta orang lain tanpa batas."

"Kamu tidak memikirkan perasaan orang yang hartanya di rampas. Mereka juga berhak bahagia!" Tara bersungut-sungut.

"Dengar ya, Tara. Sekarang kita tidak tinggal di bumi lagi. Jadi kita bebas untuk mengambil harta orang lain, yang kuat yang berkuasa! Lagi pula mereka tidak perlu sedih, kenapa? Karena setelah kita ambil hartanya, mereka tinggal kita bu..."

"Oke, aku setuju!" potong Tara tegas. "Bilang dari awal. Maaf aku sedikit emosi."

Nusa kembali tersenyum, dia berhasil meyakinkan Tara.

...********...

Delapan jam berlalu, Nusa menatap gelapnya langit, dia terpesona melihat gugusan bintang-gemintang yang indah.

Nusa menatap kota, bangunan warga nampak kecil di atas penginapan yang terletak di ujung bukit.

"Hachii..."

Nusa mengelap lendir di hidung. Angin dingin menusuk tubuhnya dengan ganas. Membuat pemuda itu terkapar di atap penginapan.

"Dingin sekali malam ini," gumam Nusa. "Andai aku tau Tara tidak suka berbagi. Mungkin aku memesan dua kamar."

Nusa menggigil kedinginan. Dia akhirnya masuk ke dalam kamar, melihat Tara sedang tertidur pulas berbalut selimut tebal.

"Mizufusen!" Nusa mengangkat tangan, lingkaran aneh muncul di depannya.

Tiba-tiba gumpalan air menyelimuti Tara. Tara yang tidak siap langsung terbangun, tangannya mencoba meraih sesuatu untuk keluar. Sayangnya balon itu sangat kokoh, tidak pecah walau di pukul kencang.

Tara menggeliat, dia terus meminum air tanpa henti. Tenaganya hampir habis, dia seolah berada diambang kematian.

Keadaan Tara semakin genting, pandangannya mulai kabur. "Nu-nusa tolong aku!" Tara melambai ke arah sahabatnya.

Nusa tidak bergeming, dia bahkan memalingkan wajah.

Tara mengigit bibir kuat, darah segar mewarnai balon air. Tiba-tiba Sabit besar muncul di tangan kanannya. Sabit itu menghisap semua air sampai tak tersisa.

"Apa yang kamu lakukan, Nusa." Tara mencengkram kerah pakaian Nusa.

"Hehehe... Maaf aku cuma iseng, gada kerjaannya soalnya." Nusa cengengesan tidak jelas.

"Oh!" Tara memegang baju Nusa lalu melemparkannya keluar jendela.

"Death Boost!"

Tubuh Nusa melesat kencang keluar jendela, dia bak peluru yang dilepaskan dari senapan. Nusa terlempar jauh sampai keluar kota.

Sihir yang Tara gunakan sangat mengerikan. Dia bisa membuat benda yang disentuhnya meluncur kuat seperti peluru. Jika sihir itu digunakan pada makhluk hidup, maka 10 detik setelah sihir itu dilepaskan tubuh makhluk itu akan hancur berkeping-keping.

Sayangnya itu tidak berlaku untuk makhluk menyebalkan seperti Nusa. Dia tidak mengalami luka, padahal kepalanya menghantam batu besar hingga terbelah dua."

"Destroy." Nusa menyentuh batu besar itu.

Batu raksasa itu hancur berkeping-keping. Nusa tidak melihat apapun kecuali bola kristal berwarna gelap yang jatuh tepat di bawah kakinya.

Nusa mengepal-ngepalkan tangannya" Aku rasa kekuatan sihirku tersegel 80%. Namun semua skillku terbuka 100%. Ya, walaupun begitu, sekarang aku lega karena sudah membebaskan Sihir Tara yang tersegel."

Nusa merapal 2 sihir sekaligus. Dia menyembunyikan sihir pelepas segel dalam sihir gelembung air. Dan pada akhirnya Nusa terkena karma karena sudah menyiksa Tara. 80% sihirnya tersegel dan tidak bisa dilepas dalam waktu lama.

Nusa berjalan ke dalam hutan. Dia mengubah penampilan.

Nusa memakai kaos lengan panjang berwarna biru, di hiasi warna putih. Dia juga memakai celana hitam pendek, dipadukan dengan sandal jepit ala anak pantai. Sementara kepalanya ditutupi topi jerami berwarna emas. Penampilan Nusa sekarang mirip kapten bajak laut.

Nusa kembali ke kota, berjalan di gang yang sepi. Sebelum keluar dari gang langkahnya terhenti, seluruh tubuhnya mendadak merinding tidak karuan.

"Aku merasakan ada aura misterius disekitar sini." Nusa mengusap bulu roma.

Tiba-tiba sebuah tangan dengan kuku panjang hitam dan kulit pucat memegang bahunya. Saat Nusa membalikkan badan, sesosok wanita berambut panjang menatapnya dengan mata merah menyala.

Nusa yang terkejut berteriak histeris layaknya wanita.

"Nusa! Sadar Nusa! Ini aku, Tara."

Nusa takut bukan tanpa alasan. Itu semua karena skill pasif milik Tara, yang membuat lawannya berhalusinasi, lalu memberikan tekanan yang mengerikan.

Butuh tiga puluh menit menenangkan Nusa. Dia benar-benar dibuat trauma melihat ilusi yang mengerikan.

"Aku tidak mau lagi melihat hantu." Nusa meneguk air. "Hantu itu menyeramkan."

"Siapa suruh membuat karakter hantu di dunia ini." Tara tertawa. "Orang penakut sepertimu tidak cocok hidup di dunia ini."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!