NovelToon NovelToon

Paribannya Si Boru Panggoaran

tahun baru

Keluarga Dira Tampubolon satu-satunya keluarga termiskin diantara seluruh anak opungnya dengan jumlah sembilan bersaudara. Kemiskinan mengerogoti keluarga itu karena sikap arogan bapaknya yang sering berjudi dan mabuk-mabukan.

Sejak ia kecil, hidupnya terus melarat dan belum pernah merasakan kebahagiaan. Tak heran jika keluarga Dira sangat dikucilkan dan direndahkan dalam hubungan keluarga.

Yang paling miskin biasanya akan disuruh untuk bantu-bantu ketika berkumpul saat acara keluarga besar. Sedangkan yang kaya akan terus berleha-leha tanpa takut disuruh opungnya untuk membantu segala urusan perdapuran.

Ya, Dira hanya boru sasada dalam keluarganya tak pernah bisa bebas bergaul dengan sepupunya yang lain. Ia terpaksa harus mencuci piring, menyapu bahkan mengepel lantai rumah opungnya karena akan ada acara perkumpulan besar keluarga.

Seperti biasa keluarga Dira lah yang diminta untuk datang lebih dulu dibandingkan keluarga yang lain. Dira kerja keras menyelesaikan pekerjaan di rumah opungnya, Opung Matua Tampubolon atau sering kali dipanggil opung parulian karena adik laki-lakinya Dira, Parulian merupakan panggoaran sang opung.

"Haloo... datang lah klian kesini ya. Sebelum yang lain datang," pinta opung Parulian melalui teleponnya.

"Iya. Langsung kesana kami," balas bapak Dira, Sahat Tampubolon melalui ponselnya.

Ia mengajak istri, Rosma Manalu dan keenam anaknya. Beruntung sekali adik-adik Dira semuanya laki-laki dan tak pernah disuruh ikut membantu pekerjaan rumah saat berkunjung ke rumah opungnya.

Sementara Dira sangat kesal ketika mendatangi rumah opung yang merupakan orangtua bapaknya. Ia tak pernah bisa menolak untuk mengerjakan apapun yang disuruh oleh opung borunya.

"Mak capek kali aku kalo udah di rumah opung. Nggak mau aku mengerjakan semuanya. Orang itu (sepupu perempuannya) enak-enakan duduk dan nonton tv. Aku terus nyuci piring nggak ada beresnya," keluh Dira dalam perjalanan menggunakan angkot sekeluarga menuju rumah opungnya.

"Udahlah. Turuti aja apa kata opungmu. nggak boleh kau tolak. Bapakmu kan anaknya, ya memang harus dari keluarga anaknya laki-laki yang mengerjakan itu semua," jelas Rosma yang mengelus-elus rambut boru sasadanya.

"Tapi mak! Masa dari aku kecil sampai SMA sekarang nggak pernah enak hidupku! terus aja aku yang disuruh. Orang itu lebih besar dariku malah nggak pernah disuruh," balas Dira dengan nada kerasnya.

Bapak Dira langsung meliriknya yang tengah mengeluh. "Ssttt! udahlah boru kau kerjakan aja itu semua. Banyak kali pun cakapmu," celetuk Sahat membuat Dira langsung membungkam mulutnya dan menundukkan kepalanya.

Tibalah di rumah sang opung, Rosma dan Dira langsung bersiap membenahi rumah. Bahkan Rosma bersama opung borunya, Tiur sedang memasak untuk makanan yang akan dihidangkan dalam kumpulan keluarga.

Hari itu persiapan hari tahun baru. Pergantian tahun yang sering dirayakan secara besar-besaran di keluarga Tampubolon. Kebiasaan dalam keluarga adalah acara saling meminta maaf tepat pada pukul 00.00 dimalam tahun baru.

Jadi sebelum tahun baru, keluarga Dira bersama opungnya harus sudah siap menyelesaikan pekerjaan rumah serta masakan yang akan disajikan dalam perayaan itu.

Semua sibuk mengerjakan di dapur. Dira yang mengerjakan secara ogah-ogahan dan menyinyir dibelakang. Tapi semua yang dikerjakannya tuntas hingga bersih.

Dira juga disuruh makan lebih dulu agar nanti setelah semua berkumpul dia bisa marhobas di dapur. Ya, bantu-bantu menghidangkan teh hangat serta makanan ringan.

"Pakelah sarungmu itu. Biar agak rapih dikit," kata Rosma memasangkan sarung pada pinggang putrinya.

Dira tahu kalau mamaknya dari tadi sebenarnya sudah sangat lelah. Tapi mau tidak mau, mamaknya pun disuruh mempersiapkan kedatangan saudara-saudaranya yang lain.

Horas!!!

Sambutan yang memecahkan keheningan dalam rumah. Rupanya rombongan saudaranya yang lain sudah tiba. Mereka orang-orang berduit yang terima jadinya saja.

Hanya tiga anak laki-laki opungnya. Dari ketiga anak laki-laki itu hanya satu yang memiliki anak perempuan yaitu bapaknya Dira. Makanya Dira tak pernah ada yang membantunya.

Sedangkan enam saudara bapaknya adalah perempuan. Kakak dan adik Sahat kebanyakan perempuan, jadi mereka seperti di ratukan saat berkunjung ke rumah orangtuanya. Hanya menantulah yang diperbolehkan untuk beres-beres pekerjaan dirumah opungnya itu. Adil? tentu tidak. Tapi Rosma mengikhlaskan semuanya. Sudah sewajarnya sebagai menantu harus menuruti keinginan mertuanya.

"Enaknya jadi orang kaya. Kalau datang semua udah jadi. Makan tinggal makan. Nggak pernah bantu-bantu," batin Dira.

Dira membantu-bantu di dapur. Meski banyak sepupu perempuan dari anak namborunya, tapi tak ada satupun yang turun tangan mau membantunya. Semuanya diam dan sibuk dengan ponselnya.

Ada yang menggosip, pura-pura sibuk dengan ponsel, serta menonton tv dengan santainya. Dira semakin geram melihat para sepupunya. Ia hanya bisa melihat para sepupunya dengan ekspresi datar dengan rasa kesalnya.

Sejak lama Dira sudah tahu akan dijodohkan dengan paribannya. Keluarga paling terkaya diantara yang lain. Dira yang selama ini masih anak-anak belum mengerti tentang perjodohan itu dan ketika bertemu paribannya masih menyapa dengan biasa.

Tapi ketika dia sudah remaja, ia sudah mulai mengerti tentang percintaan dan perjodohan. Dira mulai malu jika bertemu paribannya yang tua itu. Ya! Dia Defan Sinaga yang sekarang usianya 27 tahun.

Kalau di kalangannya sih usia itu belum terlalu tua, tapi bagi Dira yang hanya anak SMA dan masih pengen merasakan cinta monyet menganggap Defan itu laki-laki tua.

Meski Defan memiliki wajah yang tampan dengan tinggi 180cm. Defan dibandingkan pria lainnya adalah pria yang sangat tampan. Dia juga memiliki pekerjaan yang mapan. Dia bekerja diperusahaan bapaknya sendiri. Amangborunya Dira yang bakal menjadi mertuanya nanti, Desman Sinaga yang seorang pengacara.

Defan memiliki sikap tegas namun agak sedikit sombong. Karakternya cocok dengan pekerjaannya saat ini, pekerjaan turunan dari bapaknya yaitu seorang pengacara.

Dia cakap dalam berbicara dan suka berdebat. Perasaan Defan pada Dira pun masih biasa saja. Defan menganggap Dira hanyalah anak perempuan kecil. Dengan penghasilannya yang sudah mapan seharusnya ia bisa mendapatkan calon istri sesuai dengan keinginannya.

Tapi karena perjanjian perjodohan membuatnya terpaksa harus mau dalam ikatan perjodohan. Defan juga tak bisa menolak keinginan kedua orangtuanya dengan alasan agar tetap menjaga hubungan keluarga.

Dira yang disibukkan dengan pekerjaan dapur kebetulan berpapasan dengan paribannya ini. Paribannya yang dingin, kaku, dan sombong. Dira hanya bisa tersenyum nyengir didepan paribannya walaupun tak ada balasan senyum dari Defan.

Defan melongos begitu saja melewati tubuh Dira. "Dasar! Pariban dingin!" batin Dira.

Semua keluarga dipanggil dan berkumpul diruang tamu. Tikar sudah digelar sebagai alas tempat perkumpulan mereka.

Anak-anak juga berbaris rapih disisi ruang tengah.

"Pengumuman hari ini! sebelum kita merayakan persiapan tahun baru. Opung mau bilang sesuatu. Jadi kita akan memasuki tahun yang baru. Opung ingin agar Defan dan Dira segera martumpol. Sebagai tanda mereka sah terikat dalam pertunangan," opung doli (laki-laki) Parulian mengumumkan dengan keras setelah semua berkumpul.

Dira terdiam kaku. Bagaimana mungkin anak usia 17 tahun dan masih anak SMA akan bertunangan dengan paribannya sendiri. Ia juga semakin takut akan segera dinikahkan dengan pariban kaku dan dingin itu. Menurutnya Defan pria yang tua yang menyebalkan.

HALO SAHABATKU!!

SEBELUM KALIAN MEMBACA EPISODE SELANJUTNYA, YUK BANTU AUTHOR DENGAN MEMBERIKAN SEMANGAT AGAR KARYA INI TERUS BERKEMBANG.

*CARANYA GAMPANG BANGET LOH SAYANG. CUKUP KALIAN BANTU DENGAN LIKE, KOMEN, VOTE, & MASUKKAN NOVEL INI KE LIST FAVORIT KALIAN YA**😍*

KRITIK & SARAN DARI KALIAN JUGA AKU NANTIKAN!!!

TERIMAKASIH SUDAH MAU MEMBACA KARYA DARI AUTHOR PEMULA SEPERTIKU

*LOVE U ALL**😍😍*

tak bisa menolak

Dira saat ini termenung. Pikirannya menjadi kosong. Perjodohan yang telah diumumkan oleh opungnya membuatnya galau dan bimbang. Dia kembali memikirkan sekolahnya.

Jika dijodohkan bagaimana dengan nasib sekolahnya. Apakah ia harus berhenti sekolah jika menikah muda. Atau keluarganya akan menikahkannya setelah lulus sekolah nanti?

Semua itu belum terjawab. Setelah pengumuman penting sebelum perayaan acara tahun baru, seluruh keluarga justru senang dengan keputusan itu. Sudah 10 tahun keluarga besar Tampubolon menantikan momen ini. momen dimana paribannya si boru panggoaran akan menikahinya.

Perjodohan sudah dibicarakan sejak Dira duduk di sekolah dasar. Dia anak-anak yang hanya bisa bermain. Tapi karena hutang keluarga yang melilit memaksa Dira untuk mendewasakan dirinya sejak dini.

Ia harus terjebak dalam perjodohan keluarga yang menurutnya sangat konyol. Anak kecil akan dinikahi oleh pria tua. Hutang keluarga Dira pada kelurga Defan sangat banyak hingga mencapai 500 juta.

Dira bingung apa saja yang dilakukan oleh bapaknya hingga memiliki hutang sebanyak itu. Mengapa hutang-hutangnya malah dibebankan kepada boru panggoarannya sendiri.

"Bagaimana Dira, kau sudah siap martumpol sama si Defan?" tanya opung Parulian usai mengumumkan perjodongan itu.

Dira diam. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Hatinya mengatakan dengan keras menolak perjodohan ini. Ia masih ingin menikmati masa remajanya. Bersenang dengan teman-teman sesuainya daripda harus mengurus suaminya nanti.

"Aku nggak bisa pung!" tolak Dira dengan suara lembutnya.

Semua keluarga melihat wajah Dira. Dira malu karena mendapat tatapan tajam dari seluruh keluarga. "Apanya yang nggak bisa? ya kau harus mau! nggak bisa nolak," tegas opung dolinya.

"Aku masih sekolah pung. Kalau aku kawin sama bang Defan gimana sekolahku," tanya Dira polos.

"Ya kau tetap sekolah! jangan kau bilang sama kawan-kawanmu kalau kau udah kawin. Sampai lulus sekolahmu baru kau boleh bilang sama kawanmu. Pokoknya sekolahmu nggak terganggulah," ketus opung doli.

Dira menundukkan kepalanya. Meski ia seratus kali menolak perjodohan ini, perjodohan tetap akan berlangsung.

"Udahlah pak. Nggak perlu bapak tanya-tanya si Dira. Langsung aja kita bikin acaranya. Nanti lama-lama cintanya dia itu sama suaminya," ujar Sahat pada Matua, opung doli Parulian.

Sahat tak memperdulikan perasaan boru panggoarannya. Percuma selama ini dia dipanggil pak Dira, tapi tidak ada rasa kasih sayangnya pada boru sasadanya. Ia malah memaksa anaknya nikah dengan orang yang tak dicintainya.

Demi kepentingan pribadinya. Sahat hanyalah seorang buruh pabrik. Tapi kelakuannya yang suka berjudi dan mabuk-mabukan yang membuatnya menderita hingga penderitaan pun dirasakan oleh keluarganya.

Anak-anak yang tak bersalah terpaksa memiliki kehidupan yang sulit karena ekonomi yang sulit. Hasil kerjanya ia habiskan seorang diri untuk bermain judi.

Beruntung saja Sahat tidak suka main perempuan. Dua kegiatan yang suka ia kerjakan hanya mempersulit dirinya dan keluarganya.

Hutang bukan hanya pada kelurga Defan, tetapi ia juga sering berhutang pada teman-temannya hingga koperasi pabrik untuk biaya makan dan rokoknya. Terpaksa Sahat juga harus gali tutup lobang dari hasil gajinya.

Itulah yang membuat istrinya, Rosma harus menanggung malu akibat kelakuan suaminya. Bahkan Rosma juga selalu disalahkan di keluarga Tampubolon karena tak bisa menasihati suaminya sendiri.

Rosma juga harus banting tulang berjualan subuh-subuh di pasar demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Kerja serabutan sudah menjadi hal biasa bagi Rosma selama ia bisa menafkahi anak-anaknya.

Kini ia tak lagi mengharapkan gaji suaminya karena setiap gajian sudah habis untuk membayar hutang demi kebutuhan pribadi Sahat sendiri.

Menjengkelkan. Itu yang dirasakan Dira. Dira berkali-kali meminta agar mamaknya menceraikan suami tak becus seperti bapaknya saat ini. Tapi didalam adat batak tidak mengenal kata cerai.

Bahkan didalam agama mereka juga melarang adanya perceraian. Menikah hanya sekali seumur hidup bagi mereka.

"Dira ikuti saja kata opungmu!" tegas Sahat pada putrinya.

Dira mengangguk lemah. Sia-sia saja dia menolak perjodohan itu. Sementara Defan pasrah menerima tuntutan keluarga yang memintanya untuk menikahi Dira.

Defan pria mapan yang dingin juga tak pernah sempat berpacaran. Ia hanya fokus pada sekolah dan karirnya saja. Makanya diusia 27 tahun, dia juga tak memiliki pacar.

Belum lagi dengan sikap arogannya yang dingin, kaku bahkan sombong membuat para perempuan yang mendekatinya langsung pergi meninggalkannya.

"Udahlah! Resmikan aja minggu ini mereka martumpol. Biar sah ikatannya. Jadi si Defan ini juga nggak bisa punya pacar lain," ucap namboru Dira alias mamanya Defan, Melva Tampubolon.

Melva melanjutkan ucapannya. "Udah lama ku peringatkan sama si Defan kami ini. Jangan sampai lah dia punya pacar. Si Dira udah cukup jadi istrinya. Biar nggak kemana-mana keluarga kita ini"

Melva sangat mendukung Dira menjadi menantunya. Meskipun adik laki-lakinya dengan kondisi ekonomi yang melarat. Ia justru ingin agar calon menantunya ini terangkat derajatnya. Apalagi anak adiknya sendiri.

Dia justru tak rela jika Defan menikahi wanita lain yang bukan dari keluarga Tampubolon. Maksud hati biar nggak kemana-mana harta keluarganya dan tetap berada ditangan Tampubolon. Itulah yang dia pikirkan selama ini.

"Aku nggak punya pacar ma. Aku terima dijodohkan sama siapapun. Masalahnya si Dira mau apa enggak," jawab Defan datar.

"Nggak usah kau pikirkan tentang si Dira. Lama kelamaan maunya dia itu," balas Sahat.

"Iya tulang! yang penting Dira mau menikah samaku," sahut Defan.

Perjodohan tanpa memihak suara si calon pengantinnya sendiri. Tak ada yang mendengarkan isi hati Dira. Penolakannya barusan tak digubris oleh keluarga besarnya.

Ia harus berbesar hati menerima perjodohan. Mungkinkah Defan jatuh cinta pada anak kecil sepertinya sehingga menerima perjodohan itu?

Rosma, mamaknya Dira sebenarnya tak tega dengan kondisi anaknya yang masih kecil harus dipaksa untuk menikah demi melunasi hutang-hutang suaminya. Tapi dia juga tak punya uang sebanyak itu untuk menutup hutang pada iparnya sendiri.

Suaminya juga malah lepas tangan karena merasa tak akan mampu melunasi hutangnya yang banyak.

"Udahlah kelen siapkan aja acara martumpolnya. Minggu ini harus sudah siap. Gausah pala banyak yang diundang, cukuplah keluarga besar aja," imbuh opung boru Parulian.

Semua sepakat akan menggelar acara tunangan antara Defan dan Dira. Acara itu akan disiapkan oleh keluarga Defan. Dalam acara martumpol itupun akan dibicarakan berapa sinamot yang akan diberikan keluarga Defan kepada Keluarga Dira nanti.

"Jadi gitulah yah! udah pas rencana kita. Akhirnya kita bisa mempertahankan mereka yang marpariban ini," ucap opung doli Parulian yang senang dengan kesepakatan perjodohan ini.

*****

Persiapan acara martumpol telah digelar. Acara sederhana tapi terlihat mewah. Keluarga Defan tidak main-main soal menggelar acara meski hanya didatangi oleh keluarga besar saja.

Sengaja mereka tak mengabarkan tentang acara martumpol ini kepada kerabat-kerabat yang lain karena Dira masih berada dibawah umur.

Dalam acara martumpol itu sekaligus diperbincangkan tentang mahar dalam pernikahan. Marhata sinamot itulah yang paling penting bagi keluarga Dira.

"Jadi berapa lah yang kalian minta untuk boru kita ini," ucap uda Dira, Sohit Tampubolon.

"Kalau kami maunya 1M lah. Tinggal kalian kurangkan aja dari hutang kami. Masih adalah sisa 500juta lagi. Dan untuk acara, tetap pihak laki-laki yang membuatnya," ucap Sahat dengan santainya.

^^^Ia seperti sedang bernegosiasi untuk menjual boru panggoarannya. Harga tinggi yang diberikan memang tak membuat terkejut kakak kandungnya, yang memiliki nilai kekayaan melimpah dan sangat banyak.^^^

Orang Kaya

Permintaan 500 Juta dari keluarga Dira bukanlah hal sulit untuk dipenuhi oleh keluarga Defan. Bagi orang kaya dengan jumlah kekayaan yang fantastis itu adalah hal mudah. Desman Sinaga merupakan pengacara tersohor. Yang sudah terkenal diseluruh penjuru Indonesia bukan hanya di Sumatera saja.

Banyak yang menjadi kliennya karena Desman memiliki persentasi kemenangan mencapai 99Persen. Tak heran jika Desman sudah memiliki perusahaan sendiri. Kini ia merekrut anaknya Defan Sinaga untuk menjadi penerusnya sebagai presiden direktur di perusahaannya nanti.

Melva sangat mengetujui permintaan adik kandungnya itu. Lebih baik uangnya tak jatuh ketangan orang lain. Dia lebih menyukai sebagian kekayaannya malah jatuh kepada saudaranya sendiri.

Desman melirik Melva. Desman sebenarnya kaget dengan permintaan Sahat yang begitu tinggi. Menurutnya Belum ada value untuk sinamot gadis yang berusia 17 tahun itu. Lulus SMA saja belum, tapi sudah dinilai mahal.

Keluarga batak lainnya akan memberikan mahar yang tinggi bilang calon istrinya sudah memiliki jenjang pendidikan yang tinggi. Bahkan sudah bekerja dengan status pekerjaan yang bagus dan memiliki ekonomi yang mapan.

Hal itu tidak berlaku bagi Dira Tampubolon. Boru sasada dikeluarga turunan laki-laki dari Tampubolon. Dan juga ia merupakan boru panggoaran dikeluarganya. Dira juga Perempuan yang sangat disukai oleh namborunya yang paling tua ini karena memiliki paras yang cantik, baik hati, dan bersuara lembut.

Desman yang melihat istrinya mengangguk tanda menyetujui permintaan itu, mau tidak mau ia harus menerima permintaan sinamot dari iparnya.

"Okelah laek kita setuju. Yang terpenting acara berjalan lancar. Semua serahkan saja pada kami. Biar kami yang siapkan acara pestanya," kata Desman menyakinkan seluruh keluarga.

"Pesta besar kita. Bikinkan klian acara yang paling heboh!!" ucap opung doli Parulian.

Melva tersenyum dan mengangguk akan memenuhi permintaan orangtuanya.

Setelah martumpol ini, kata Melva, aku ingin secepatnya Dira menjadi parmainku.

Bersiap-siaplah Dira. Mau tidak mau dia akan segera dinikahkan secara resmi dengan paribannya meski belum lulus sekolahnya.

"Apa kita harus menunggu dia lulus sekolah? Masih ada satu setengah tahun lagi waktu untuknya lulus," jelas Rosma yang ingin anaknya fokus terhadap sekolahnya.

"Jangan! Tahun ini aja kita kawinkan. Kelamaan kalau menunggu dia lulus. Yang penting usianya kan sudah masuk 17tahun. Sudah cukuplah umurnya untuk menikah," balas Sahat yang buru-buru ingin menerima sinamot dari keluarga besannya.

Sahat tak pernah berubah. Hingga diusia senjanya pun dia masih suka berjudi dan mabuk-mabukan. Walaupun dia memiliki anak gadis, tapi tak pernah terpikir olehnya untuk berhenti menghabiskan uang dengan cara tidak berguna.

Dia hanya ingin memiliki kesenangan sesaat. Tanpa memikirkan nasib keluarga dan anak-anaknya.

Permintaan Sahat untuk menikahkan anaknya ditahun 2022 ini disetujui oleh keluarga besar. Pembicaraan sakral mengenai tanggal pernikahan mereka berdua dilanjutkan.

Sebelum pembicaraan itu berlanjut, kedua calon mempelai mulai bertukar cincin. Tanda sahnya pertunangan. Dira dan Defan sama-sama menunjukkan wajah datarnya.

Tidak ada ekspresi bahagia. Entah Defan benar-benar ingin menikah dengan paribannya itu atau tidak, Dira pun tidak mengerti. Yang dia tahu Defan sama sekali tak menolak perjodohan ini.

Defan memasangkan cincin emas kadar 24 karat dijari manis kiri milik Dira. Saat ia menyentuh tangan Dira, terasa hawa dingin. Dira sangat kaku, tangannya berkeringat dingin. Entah bagaimana nasibnya kedepan jika menikah dengan paribannya yang dingin itu.

Bisa-bisa sekujur tubuhnya pun ikut dingin. "Kenapa kau? apa lagi sakit," bisik Defan yang membuat tubuh Dira otomatis menjauhi tubuh paribannya itu.

"Nggak apa-apa bang," lirihnya pelan. Dira tak mau ketahuan kalau dia tidak siap dengan perjodohan ini. Tapi Defan menyadarinya. Sepertinya Dira masih takut dengannya.

Dilanjutkan oleh Dira yang kini mulai menyematkan cincin dijari manis Defan Sinaga. Defan terlihat santai dan tersenyum tipis.

Sikap angkuhnya tapi masih terlihat jelas. Yap! Defan anak laki-laki dari namborunya yang paling besar. Dira akan memiliki dua ipar perempuan nantinya setelah menikah dengan paribannya itu.

Semua keluarga Defan memiliki sikap yang sama. Sombong, angkuh, dingin dan semuanya memiliki paras yang ganteng serta calon iparnya juga memiliki paras yang cantik-cantik karena turunan dari bapaknya Desman Sinaga. Kecuali namborunya sendiri, hanya dialah yang paling ramah karena kakak kandung bapaknya sendiri.

Tapi tak kalah dengan Dira. Dira juga memiliki paras yang cantik serta dengan sikap yang ramah dan lembut. Sehingga semua orang menyukainya. Termasuk Defan juga sebenarnya sering melirik paribannya ini. Meski belum muncul benih-benih cinta darinya.

Keluarga kembali menetapkan tanggal pernikahan Dira dan Defan. Semua berdebat ingin menetapkan tanggal yang hanya berselang seminggu.

Acara besar yang akan mengundang seluruh kerabat keluarga bahkan yang tinggalnya jauh dari kota Medan. Acara itu bisa saja cepat dilaksanakan meski mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

"Tunjuk sajalah WO nya agar kita tinggal terima jadi! Biar keluarga si Defan yang mengatur semua itu," ucap opung boru Parulian.

Semua menyetujui permintaan opung Parulian. "Apa aku boleh bersuara," tanya Dira dengan polosnya. Seketika hening mendengar perkataan Dira.

Tidak ada satupun yang menanggapi perkataan Dira. Tapi Dira memaksa membuka suaranya.

"Kalau bisa pernikahan kami tunggu Dira lulus saja. Dira nggak mau membebani bang Defan. Nggak mungkin bang Defan mau menunggu Dira sampai lulus baru berani menyentuh Dira. Dira juga takut hamil sebelum lulus sekolah," celetuk Dira yang membuat semua terdiam.

Hal itu tidak terpikirkan oleh keluarganya. Mengingat waktu sekolah Dira yang masih terasa cukup lama lagi baru dia lulus dari tingkat sekolahnya.

Anak yang polos ternyata malah takut hamil ketika ia masih bersekolah. Padahal para tetua di keluarga itu tidak pernah berpikir tentang kehamilannya.

Dira memang belum yakin kalau Defan akan menyentuhnya setelah menikah. Apakah bisa pasangan suami istri yang tidur sekamar tidak melakukan hubungan suami istri?

Sebelum pertunangan itulah yang dipikirkan Dira. Dia takut malu dilihat oleh teman-temannya yang lain. Meskipun memang pernikahan Dira dan Defan nantinya sudah sah didepan Tuhan dan tercatat di sipil.

Melva menjawab pertanyaan polos Dira. "Nggak masalah sayang! Defan nggak akan nyentuh kau sampai kau lulus sekolah nanti. Iya kan Defan?" tanya Melva pada putra kesayangannya.

Defan mengangguk menyetujui permintaan mamanya. Defan juga tak memikirkan hal sepele seperti itu. Menurutnya sih sepele apalagi sudah terikat pernikahan, tapi tidak untuk remaja SMA seperti Dira. Itu masih hal tabu dipikirannya.

^^^"Tapi kalau dia hamil sebelum lulus gimana ma?" celetuk Defan membuat Melva terkejut. Anak yang selama ini terlihat polos dan tidak mengenal perempuan ternyata malah ingin menghamili pariban yang akan dinikahinya nanti.^^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!