NovelToon NovelToon

Cinta Berawal Luka

Kekesalan Keduanya

"Eeuuugghhhh," Sifa menggeliat di atas kasur empuk di dalam kamar kost yang jauh dari kata luas tapi tertata rapi dan memberi kenyamanan bagi pemiliknya. Sifa merupakan gadis yatim piatu yang harus mencukupi segala kebutuhannya sendiri.

Gadis itu tinggal di kost dan bekerja paruh waktu di cafe milik orang tua dari sahabatnya. Sifa masih memiliki nenek yang tinggal di kampung, sejak orang tuanya meninggal karena kecelakaan Sifa memilih meneruskan sekolahnya di kota tempat kelahirannya. Nenek sudah sering membujuk Sifa untuk tinggal bersama beliau di desa agar Sifa tidak merasa kesepian di sana, tapi lagi-lagi di tolak oleh Sifa.

Sifa terlahir dari keluarga yang berada, nenek yang memiliki beratus ratus hektar tanah di desa dan harta kekayaan orang tuanya yang mampu menyekolahkan Sifa bahkan anak-anak nya kelak. Rumah peninggalan dari orang tuanya pun masih terjaga dengan baik, disana ada Bik Tum dan Pak Dayat suami dari Bik Tum yang merawat dan menjaga rumah tersebut.

Setiap weekend Sifa sering berkunjung kesana untuk melepas kerinduan pada almarhum kedua orangtuanya, yang dulunya sangat begitu menyayangi dan memanjakannya.

Sifa memutuskan untuk bekerja pun awalnya hanya mengisi kekosongan hati semenjak kehilangan orang tuanya, tapi justru dia merasa nyaman dan bahagia bisa menghasilkan dan mencukupi kebutuhannya sendiri. Walaupun untuk biaya sekolah Sifa yang mahal karena Sifa bersekolah di sekolah yang elit karena bujukan dari nenek masih menggunakan hasil dari perusahaan orang tuanya yang saat ini sementara masih di handle oleh tangan kanan papahnya yang mampu di percaya sampai Sifa berumur 21 tahun nanti.

Pagi ini Sifa yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya tengah duduk di karpet bulu menikmati sebungkus nasi uduk. Untuk sarapan memang Sifa jarang buat karna takut terlambat berangkat ke sekolah tapi sesekali dia masak dengan memanfaatkan dapur umum yang di sediakan ibu kost.

Sifa berangkat ke sekolah dengan menggunakan motor matic kesayangannya, melaju dengan kecepatan sedang gadis berhelm pink itu menyusuri jalan dengan sesekali bersenandung.

Tepat di pertigaan ada mobil yang melaju kencang dan seorang nenek yang ingin menyebrang, Sifa yang melihatnya di buat terkejut dan segera melajukan motornya dengan cepat, turun dari motor dan meraih tangan nenek yang hampir saja tertabrak. Mobil itu pun mengerem mendadak di samping Sifa dan nenek.

"Nenek nggak apa-apa?"

"Makasih ya nak, untung ada kamu kalau tidak nenek sudah pasti tidak selamat," ucap nenek pada Sifa dan membawa nenek tersebut untuk duduk dipinggir jalan.

"Nenek duduk sini dulu ya," ucap Sifa segera berlari menuju mobil tersebut yang sudah ingin kabur.

BRAK

Sifa menggebrak body depan mobil tersebut, melihat pengendara yang berseragam SMA juga Sifa di buat cukup geram.

"Turun loe!" perintah Sifa tapi tidak di gubris oleh pemuda tersebut.

"Gue bilang turun sekarang juga!"

Akhirnya pemuda itu turun dengan gaya cool nya dan jangan ditanya soal tampan, ternyata pemilik mobil tersebut adalah cowok tertampan yang digandrungi para cewek sekolah mereka.

"Jadi loe yang pagi-pagi bawa mobil ugal-ugalan kayak gini, loe pikir ini jalanan punya nenek moyang loe," sewot Sifa setelah tau siapa pengendara tersebut, ya most wanted SMA Baratajaya.

"Bukan urusan loe!" ucap Vino dengan mencondongkan badannya ke hadapan Sifa yang membuat Sifa memundurkan badannya.

"Loe nggak tau akibatnya, kalau aja gue nggak buru nolong nenek tadi, loe udah masuk penjara hari ini juga!"

"Udah ngomongnya, sekarang loe minggir gue mau lewat!"

"Keterlaluan loe Vino, minta maaf dulu sama nenek itu baru loe bisa pergi," ucap Sifa kesal.

"Minggir sekarang kalo nggak gue tabrak!" ucap Vino dengan nada tinggi mengancam yang membuat Sifa akhirnya mundur membiarkan dia lewat.

"Keterlaluan! Ganteng doank kelakuan loe minus...." Ucap Sifa setelah melihat Vino berlalu dengan segera menghampiri nenek.

"Nek.....nenek mau kemana?"

"Nenek mau ke seberang sana nak,nenek mau nunggu angkot di sana," ucap nenek sambil menunjuk arah seberang.

"Ya udah ayo Sifa bantu nenek buat nyebrang, maaf ya nek Sifa nggak bisa anter nenek, Sifa harus sekolah nek."

"Iya nggak apa-apa, makasih banyak ya nak."

"Hati-hati ya nek, Sifa mau berangkat sekolah dulu," ucap Sifa meraih tangan nenek lalu menciumnya dan segera naik ke motor untuk berangkat ke sekolah.

Sesampainya di sekolah Sifa segera memarkirkan motornya, saat ingin turun matanya bertatapan dengan mata elang Vino yang juga ingin menuju kelas. Vino seakan mengibarkan bendera perang pada Sifa dan itu sama sekali tidak membuat Sifa takut. Sifa segera memutus kontak matanya dan berlalu begitu saja, tidak memperdulikan Vino.

Sifa menyusuri koridor menuju kelasnya, banyak pasang mata yang menggoda Sifa karena kecantikan dan perawakan Sifa yang padat berisi membuat mata kaum Adam tak berkedip ketika Sifa melewatinya dan itu sudah hal biasa bagi Sifa.

Sampai di kelas Sifa di sambut oleh kedua temannya Meri dan Nisa, sahabat nya yang tulus dari mulai SMP sampai SMA mereka selalu bersama.

"Sifa, tumbenan dateng loe mepet begini?" tanya Meri saat Sifa sudah menduduki kursinya.

"Ada insiden di jalan yang buat gue sedikit membakar lemak pagi-pagi."

"Emang loe ngapain sampe bakar lemak pagi-pagi, lari maraton loe sampe sekolah?"

"Abis kesel sama orang plus emosi yang bikin lemak gue tiris...."

"Lebay loe...."ucap Meri dan Nisa berbarengan.

"Kesel sama siapa sich loe Fa?" tanya Meri penasaran.

"Sama si Vino,nggak banget tu orang."

"Si Vino anak akutansi?" tanya Meri lagi.

"Iya emang ada Vino mana lagi sich...."

"Gila loe Fa itu kan most wanted sekolah kita sekaligus anak yang punya yayasan," ucap Nisa dengan mata yang berbinar.

"Gue sich bahagia banget Fa kalo pagi-pagi dah berurusan sama manusia setampan dia,mmmm gagah perkasa," ucap Meri mulai ngelantur.

"Ngehalu loe gedein Mer....." Sifa memotong ucapan Meri dan menggelengkan kepalanya.

"Secara pada ngantri jadi pacarnya Fa, ibaratnya ya gue di jadiin yang ke tiga keempat bahkan kalo jadi yang kesebelas juga gue mau," ucap Meri semangat.

"Loe kira mau main bola kesebelasan!" sewot Nisa.

"Temen loe udah agak nggak waras Nis pusing pala gue lama-lama,sudi banget loe mau jadi yang kesebelas, jadi yang pertama aja gue ogah."

"Gue sumpahin loe jadi beneran sama dia," ucap Nisa yang membuat Meri tidak terima.

"Ikh....mending loe nyumpahin gue."

"Sumpahan loe nggak mempan Nis,ganteng doang tapi kelakuan minus," celetuk Sifa yang masih emosi dengan Vino.

Kemudian guru masuk memulai pelajaran mereka hari ini, Sifa termasuk gadis yang pandai dia selalu menduduki peringkat satu dan sering mewakili sekolah dalam lomba cerdas cermat. Guru mengakui akan kemampuan Sifa bahkan sekolahpun menawarkan beasiswa pada Sifa, tapi di tolak olehnya karena masih banyak yang lebih membutuhkan beasiswa tersebut.

Vino yang sejak tadi uring-uringan tidak jelas mengundang tanya kedua sahabatnya.

"Lu ngapa sich Vin gelisah banget dari tadi?"

"Lagi kesel gue..."

"Tumben,si Nita minta putus apa si Mia minta balik?" tanya Rian.

"Atau si Sarah minta loe tanggung jawab?" di lanjut pertanyaan dari Geri.

"Pertanyaan loe pada nggak ada yang lain?"

"Ya kan cewek loe tiap Minggu ganti bro ya kali ada yang bunting?" ucap Geri yang langsung mendapat pukulan dari Vino.

"Aaauuuwww.... ssssttttttt sakit bang**t!"

"Mulut loe yang bang**t gue begini-begini masih perjaka"

"Yang bener loe,gue kalo jadi loe udah gue cicipin satu persatu,rugi loe Vin banyak pacar doank tapi nggak ngerasain enaknya," ucap Rian.

"Sayangnya gue bukan loe ian!"

"Terus loe kesel sama siapa?" tanya Geri mulai waras.

"Sifa"

"Sifa siswi tercantik yang otaknya di atas rata-rata itu? yang juara umum? ngapa loe nyari gara-gara sama dia?" ucap Geri terkejut.

"Iya dia nggak bakal mau loe gilir-gilir kayak perempuan lain, gue denger dia lagi di deketin sama ketos" lanjut Rian.

"Apaan sich loe pada siapa juga yang mau dia jadi pacar gue, pegawai cafe aja nggak level sama gue."

"Dia juga nggak bakal mau sama loe Vin, emang loe bikin ulah apa sama dia?"

"Dia yang bikin ulah sama gue, sok-sokan jadi pahlawan kesiangan,enek banget gue kalau inget itu."

"Enek-enek jodoh loe ntar baru tau rasa," ucap Geri yang membuat Vino makin kesal.

"Inget omongan gue nggak bakal gue mau sama dia."

Tangis Sifa

Jam istirahat semua murid sudah memenuhi kantin, ketiga gadis cantik yang baru memasuki area kantin itu tampak celingukan mencari kursi kosong untuk mereka tempati.

"Eh sana aja yuk!" tunjuk Meri yang melihat bangku kosong yang cukup untuk mereka.

Setelah menduduki bangku tersebut Aldi ketos yang memiliki perasaan lebih pada Sifa datang mendekati.

"Fa, mau mesen makan apa sekalian gue pesenin,"ucap Aldi yang membuat Sifa tidak enak dan langsung melirik kedua sahabatnya.

"Udah nggak apa-apa Fa sekalian aja sama Aldi," ucap Nisa yang sudah menduduki bangkunya segera mengurungkan niatnya yang ingin memesan makanan.

"Ya udah gue bakso ya Al minumnya es jeruk aja," ucap Sifa.

"Ok...kalian mau apa?" tanya Aldi pada Meri dan Nisa.

"Kita samain aja," ucap Nisa kemudian Aldi segera beranjak dari sana memesan makanan untuk dia dan ketiga gadis tersebut.

Setelah memesan makanan Aldi segera kembali dan duduk di samping Sifa.

"Akan ada olimpiade matematika bulan depan, loe sebagai kandidat utama Fa."

"Olimpiade lagi ya, kenapa nggak di ganti sama adik kelas gue kan udah kelas tiga, biar ada generasi berikutnya nanti."

"Belum ada yang bisa gantiin loe Fa, termasuk di hati gue," ucapan Aldi membuat Sifa langsung menoleh dan mendapat senyuman hangat dari Aldi.

Aldi adalah ketos yang nggak kalah tampannya dengan Vino. Bedanya dia lebih menjaga attitude mungkin karena gelar ketua OSIS yang dia miliki.

"Hati gue masih sama," ucap Aldi yang mengunci pandangan Sifa.

Diwaktu yang berbarengan Vino datang dengan Nita yang sudah bergelayut manja, Vino yang melirik ada Sifa sengaja menyenggol meja yang membuat tatapan keduanya teralihkan akibat ulah Vino.

"Resek banget sich tu orang!" gumam Sifa yang masih dapat di dengar oleh Aldi dan kedua sahabatnya.

"Biarin aja nggak usah di ladenin yang waras ngalah," bisik Aldi di telinga Sifa yang membuat Sifa langsung menunduk merasakan hawa dari nafas Aldi yang membuat dirinya meremang.

"Ehhemmmm indahnya serasa kantin milik berdua," ucap Meri menggoda Sifa dan Aldi.

"Apa sich Mer, udah ayo makan udah dateng nich pesanannya, makasih ya Pak." Kebetulan pesanan mereka datang dan menjadi kesempatan untuk Sifa segera mengalihkan pembicaraan.

"Sama-sama neng Sifa."

"Ugh.....bakso nya bikin gue tambah laper," ucap Nisa yang langsung meracik baksonya dengan sambal saos dan kecap.

"Gantian sambelnya Nis, loe mau makan bakso apa makan sambel banyak banget" sindir Sifa yang melihat Nisa memasukkan banyak sambalnya.

"Ssss seger....mantul ini bakso," ucap Nisa yang membuat Sifa dan Meri di buat meringis.

"Pedes banget tu pasti," ucap Sifa yang meracik baksonya

"Loe jangan banyak-banyak Fa ngasih sambelnya ntar perut loe sakit!" ucap Aldi memberi perhatian pada Sifa.

"Dengerin tu Fa, perhatian banget si Aldi," ledek Meri.

"Udah ayo makan!" ucap Sifa yang berusaha tetap tenang.

Mereka melahap menu makan siangnya tanpa menyadari vino yang sejak tadi memperhatikan dengan tatapan yang mematikan.

Vino yang duduk bersama dengan Nita, Rian, dan Geri, mereka memperhatikan tatapan vino yang terus mengarah pada Sifa.

"Kamu liatin siapa sich Vin, pacar kamu ada di sini loh," rengek Nita kesal karena sejak duduk tadi Vino tampak cuek.

"Kamu mau apa?" tanya Vino yang cukup mengerti keinginan Nita sudah pasti menghabiskan uangnya dan itu tidak menjadi masalah untuk Vino.

"Aku mau pulang sekolah kamu temani aku shopping"

"Ok" jawab Vino yang langsung mendapat ciuman di pipi dari Nita.

Sifa yang tidak sengaja melihatnya di buat jengah, tidak tau tempat pikir Sifa.

******

Sepulang sekolah Sifa dan kedua sahabatnya jalan menuju parkiran, sesampainya di sana dia melihat motornya yang sudah tergeletak mengenaskan dengan helm yang tersangkut di atas pohon dan ban motor yang sengaja di sobek karena tampak jelas sobekannya yang kira-kira sekitar sepuluh centi.

"Sifa!"

"Sif.....itu motor loe kenapa?" tanya Nisa.

"Nggak bisa di diemin," ucap Sifa dengan mata yang langsung mengarah ke arah Vino yang sedang bersandar di depan mobilnya dengan tangan terlipat dan senyum yang meremehkan .

Sifa segera melangkahkan kakinya menuju Vino dan mendorong kencang badan Vino hingga mundur kebelakang.

"Mau loe apa hah?" bentak sifa dengan mata yang memerah penuh emosi,kedua sahabatnya segera menghampiri namun dihadang oleh Rian dan Geri.

"Berani loe nyentuh gue."

"Bahkan buat ngacak-ngacak muka loe juga gue nggak takut."

"Ciih...loe nggak pantes ngelakuin itu ke gue,pelayan cafe seperti loe yang ntah uang dari mana bisa bersekolah di sekolah elit,atau mungkin loe jual tubuh loe ke customer cafe loe itu."

"Jaga ucapan loe!"

"Loe yang harusnya jaga diri loe untuk nggak berurusan sama gue."

"Balikin motor gue!" bentak Sifa penuh emosi.

"Nggak akan...."

"Jangan mentang-mentang loe anak pemilik yayasan berani ngelakuin seenaknya aja, gue disini juga sekolah bayar ngerti loe!"

"Iya bayar pake hasil dari jual tubuh loe kan,orang tua loe kemana sampe ngebiarin anaknya jadi ****** kecil macam loe,orang tua loe nggak mampu buat ngebiayain hidup loe apa emang udah nggak sudi punya anak macam loe"

PLAK

PLAK

"BERANI LOE BAWA-BAWA ORANG TUA GUE,DASAR MANUSIA NGGAK PUNYA HATI!" teriak Sifa dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya. Semua yang ada di sana di buat melongo akan tindakan Sifa yang berani melawan vino bahkan menamparnya.

Sifa sungguh sakit hati ketika orang tuanya di sebut-sebut oleh Vino apa lagi dengan kata-kata yang tidak pantas.

"Asal loe tau, orang tua gue di surga justru sedang bahagia melihat anaknya mampu berdiri di atas kakinya sendiri dari pada memiliki anak yang hanya bisa membanggakan harta milik orang tuanya," ucap Sifa kemudian pergi meninggalkan Vino yang masih diam disana mencerna perkataan Sifa tadi.

"Jadi dia anak yatim piatu," gumam Vino seperti tertampar lagi akan perkataan Sifa tadi.

"Sifa...." panggil kedua temannya yang segera menghampiri dan memeluk Sifa.

"Sabar ya....kita bawa motor loe ke bengkel dekat sini aja," ucap Nisa yang dianggukki oleh Meri.

"Nggak usah biarin nanti gue minta tolong sama Pak Dayat aja, sekarang gue pengen cepat balik".

"Mau gue anter pulang ke kost?" tanya Meri yang kebetulan searah dengan kostan Sifa.

"Nggak usah, gue pengen pulang sendiri gue pesen taksi aja"

"Bener loe nggak apa-apa?" tanya Nisa memastikan sudah tentu mereka tau kondisi hati Sifa yang berantakan setelah orang tuanya ikut terlibat dalam pertengkaran tadi.

Sifa yang sudah berada di dalam taksi yang melaju dengan kecepatan sedang, dia meminta pak sopir untuk mengantarnya menuju pemakaman.

Sifa melangkahkan kakinya melewati ratusan makam di sana, setelah didepan makam kedua orangtuanya tubuh Sifa luruh ketanah dan menunduk dengan tubuh yang gemetar menangis dalam diam.

"Assalamualaikum Mah Pah, Sifa datang mamah papah bahagiakan disana, Sifa rindu kalian, Sifa rindu pelukan kalian," ucap Sifa dengan air mata yang semakin deras.

Cuaca hari ini pun seperti mengerti hati Sifa, hujan mulai turun membasahi tubuh mungil Sifa tapi tidak membuat Sifa untuk meninggalkan makam kedua orangtuanya.

"Sifa sayang kalian, kalian orang tua yang hebat, Sifa janji tidak akan ada yang boleh menjelekkan mamah dan papah"

"Sifa akan jadi anak baik sesuai keinginan mamah dan papah, Sifa janji akan terus giat belajar untuk membuat bangga kalian, bahagia di surga ya Mah Pah, semoga Sifa mampu menghadapi semuanya."

Di bawah guyuran hujan Sifa menangis meluapkan segala emosi dan sakit di hatinya. Setelah merasa sedikit lega Sifa segera pamit.

"Sifa pulang ya mah Pah." Kemudian Sifa mengecup nisan mamah dan papahnya.

"Assalamualaikum," ucap Sifa memberi salam dan berusaha tersenyum di depan nisan kedua orangtuanya.

Hujan yang semakin deras tidak menyurutkan langkah Sifa, gadis itu terus berjalan menyusuri jalan dengan badan yang sudah basah kuyup, muka yang pucat dan tubuh yang menggigil.

Suara petir tidak membuat gadis itu takut,tujuan Sifa kali ini adalah rumah utama, rumah peninggalan dari kedua orang tuanya, Sifa ingin pulang dan tidur di kamar mamah dan papahnya.

Sesampainya di depan pagar pak Dayat di buat terkejut dengan kondisi Sifa.

"Ya Allah non Sifa!" ucap Pak Dayat segera membukakan pintu gerbang dan mengantar Sifa masuk ke rumah.

"Tum..... Tum!" teriak Pak Dayat memanggil Bi Tum yang sedang berada di dapur. Bi Tum segera berlari tergopoh-gopoh menghampiri.

"Ada apa sich Pak.......ya Allah non Sifa" Bi Tum yang terkejut segera meraih tubuh Sifa yang mulai melemas.

"Non ...non Sifa kenapa?" Tanya Bi Tum cemas.

"Astaghfirullah non.... Pak ini tolong bantu non Sifa pingsan," teriak Bi Tum yang panik. Dan mereka membawa Sifa menuju kamar nya di atas, kamar yang sudah jarang ia tempati, kamar yang penuh kenangan masa kecilnya.

Sifa Sakit

Nenek yang mendapat kabar jika cucunya sakit segera bersiap berangkat ke Jakarta. Nenek pergi dengan diantar sopirnya langsung menuju kediaman almarhum anaknya.

Saat ini Sifa sedang di periksa oleh dokter pribadi keluarganya.

Bi Tum yang sejak tadi menemani Sifa di kamar tampak sangat khawatir, Sifa yang dia rawat sejak kecil adalah termasuk anak yang kuat dan jarang sakit. Melihat Sifa sakit sudah tentu Bi Tum paham ada beban di pikiran gadis tersebut. Sudah sering Bi Tum membujuk Sifa agar mau kembali tinggal di rumah orang tuanya agar Bi Tum bisa merawat nya tapi sesering itu juga Sifa menolak.

"Bagaimana dok keadaan non Sifa?"

"Non Sifa demam akibat kehujanan, kecapekan juga dan sepertinya ada beban pikiran, biarkan dia untuk beristirahat dulu ya Bi, nanti kalau non Sifa sudah bangun lekas kasih makan dan obat yang sudah saya tulis resepnya."

"Baik dokter"

"Apa non Sifa masih ngekost sendiri Bi?" tanya dokter merasa iba.

"Kasian dia Bi,non Sifa pasti bingung jika tinggal disini kenangan bersama orang tuanya mungkin akan membuat dia semakin terpuruk, berbeda dengan dia tinggal sendiri dan bekerja, waktunya yang sibuk akan membuat dia lupa akan kesedihannya," lanjut dokter.

"Betul dok, cuma saya nggak tega kalau non Sifa sampai bekerja sementara dia masih sekolah yang sebentar lagi akan menghadapi ujian" ucap Bi Tum cemas.

"Tenang aja Bi..Sifa anak yang pandai dia mampu melewatinya."

"Mudah-mudahan dok."

"Ya sudah saya pamit dulu Bi," ucap dokter segara bangkit dari duduknya dan pamit kembali bertugas.

"Biar saya antar sampai depan dok," ucap Bi Tum segera turun mengantar dokter sampai depan pintu.

Setelah dokter pergi Bi Tum segera membuat bubur untuk Sifa dan meminta tolong pada Pak Dayat untuk menebus obat.

"Ini Tum obatnya, Tum kamu telpon nyonya besar ya?" ucap Pak Dayat sambil meletakkan obat di atas meja dapur.

"Iya Pak, mau gimana lagi aku khawatir tadi dengan kondisi non Sifa."

"Nanti kalau non Sifa marah gimana Tum?"

"Mudah-mudahan non Sifa nggak marah ya Pak," ucap Bi Tum dengan wajah takut.

"Semoga saja Tum."

Sifa berusaha membuka mata, dia merasakan kepalanya yang berdenyut. Gadis itu berusaha untuk duduk dan bersandar pada headboard, Sifa memijit pelipisnya, hidung pun ikut terasa perih karena efek kehujanan tadi.

"Sssstttttt sakit banget sich," keluh Sifa.

"Aaauuuwww."

"Non ...sudah bangun?"ucap Bi Tum yang masuk dengan membawa semangkok bubur dan obat untuk di minum Sifa.

"Sudah Bi" ucap Sifa melirik nampan yang berisi beberapa obat.

"Apa tadi dokter kesini Bi?"

"Iya non,dokter bilang non Sifa harus banyak istirahat"

"Nggak apa-apa Bi nanti juga sembuh."

"Non...disini aja ya sama bibi biar bibi bisa ngerawat non Sifa," ucap bibi yang membuat Sifa tersenyum.

"Sifa betah bi di kamar kost, lagian Sifa kan kerja bi kalo berangkat dari sini kejauhan."

"Kenapa harus kerja sich non, non kan bisa fokus aja sekolah nanti kalo non udah lulus kuliah kan non juga bakalnya kerja di perusahaan almarhum papah non," ucap Bi Tum membujuk Sifa.

"Sifa tetap akan selesain sekolah Sifa Bi, Sifa nggak akan lalai belajar walaupun Sifa harus bekerja. Sifa nyaman dengan keadaan Sifa sekarang, Sifa bisa jajan pakai uang Sifa sendiri," ucap Sifa meyakinkan.

"Ya sudah kalau non nyaman bibi bisa apa,tapi non maaf ya, tadi bibi telpon nyonya besar mengabarkan kalau non Sifa sakit, sepertinya nyonya besar akan datang dech non."

"Kenapa bilang nenek Bi? kasian nenek pasti cemas."

"Maaf ya non, bibi khawatir dengan non Sifa," ucap Bi Tum menyesal.

"Ya udah nggak apa-apa Bi, Sifa juga kangen sama nenek," ucap Sifa tapi didalam hatinya gadis itu khawatir jika nenek ke Jakarta dalam keadaan panik. Yang membuat dirinya mengingat akan kecelakaan yang menimpa orang tuanya.

*****

Malam hari Sifa yang sudah membaik segera mengambil buku untuk ia baca, tapi ingatannya kembali pada kejadian di parkiran tadi bersama Vino.

"Loe bukan manusia Vin, hati loe udah mati," gumam Sifa.

Hati Sifa sakit setiap teringat kata-kata yang Vino ucapkan tadi, sungguh menyakitkan bagi Sifa saat orang tuanya di hina seperti itu.

Ketika Sifa sedang memfokuskan dirinya pada buku Kimia yang dia baca, suara ketukan pintu terdengar dari luar.

"Ya masuk...." ucap Sifa yang masih fokus dengan buku pelajarannya. Langkah kaki tegas itu membuat Sifa mendongak dan betapa terkejutnya Sifa sang nenek sudah sampai dan ada di hadapannya.

"Nenek!" seru Sifa langsung beranjak dan memeluk sang nenek.

"Sifa kangen nek," rengek Sifa pada nenek.

"Dasar anak nakal sudah buat nenek khawatir kamu ya," oceh nenek pada cucu kesayangannya.

"Nenek kapan berangkat ke Jakarta,kok jam segini udah nyampe nek?"

"Bi Tum langsung telpon nenek pas kamu pingsan tadi, ya udah nenek langsung berangkatlah kesini"

"Duuuuhhhhh nenek sayang, ayo duduk dulu nek" ajak Sifa untuk duduk di atas ranjangnya.

"Badan kamu masih hangat gini, jangan belajar dulu istirahatlah!" titah nenek.

" Iya nenek"

"Untuk sementara nenek akan di sini untuk merawatmu dan kamu harus pulang kesini,mengerti!" ucap nenek tak terbantahkan.

"Neeekk.......Sifa kan harus kerja, kalau Sifa pulang kesini Sifa jauh nek, gimana kalau Sifa pulang malam?" rengek Sifa.

"Dasar anak nakal! Lagi siapa suruh kamu kerja, nenek masukin kamu ke sekolah elit biar kamu fokus dengan pelajaran, berbagai olimpiade, kalau masalah kerja nanti setelah kamu 21 tahun pun kamu bisa bekerja di perusahaan almarhum papah kamu," oceh nenek yang pusing dengan jalan pikiran Sifa.

"Nek.....aku nyaman, dengan ini aku sibuk dan tidak terlalu bersedih memikirkan papah dan mamah," bujuk Sifa dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tapi kamu membuat nenek khawatir nak," ucap nenek yang tidak tega melihat Sisil, nenek langsung memeluk erat cucunya.

"Baiklah...kamu boleh lanjutkan, tapi jika libur kamu pulang kesini"

" Makasih nek"

Pagi harinya Sifa sudah rapi dengan seragam sekolahnya, gadis itu sedang merapikan penampilan dan memoles lipsbalm di bibirnya agar tidak terlihat pucat. Keadaan nya saat ini sudah mendingan walaupun masih sedikit demam, tapi Sifa tetap ingin masuk sekolah. Gadis itu di undang rapat untuk persiapan olimpiade matematika, dan hari ini juga dia harus masuk kerja, kemarin dia sudah ijin akan tidak enak jika harus ijin lagi.

Setelah dirasa sudah cukup Sifa segera meraih tas dan turun kebawah.

"Pagi nenekku sayang!" sapa Sifa yang langsung bergelayut di pundak nenek.

" Kamu sudah kuat berangkat sekolah hari ini?"

" Sudah nek," ucap Sifa dan duduk untuk sarapan.

"Jangan di paksa masuk kerja jika kondisimu belum baik nak"

" Iya nek....nanti Sifa kabarin nenek ya."

Sifa dan nenek menikmati sarapan pagi ini dengan nasi goreng bakso dan telor mata sapi buatan Bi Tum. Nasi goreng kesukaan Sifa selalu tersaji setiap Sifa pulang kerumah ini. Dan tidak ketinggalan coklat panas yang membuat mood Sifa naik.

"Owh iya Bi?" panggil Sifa saat Bi Tum meletakkan coklat panas di samping Sifa.

"Kenapa non?"

"Pak Dayat udah benerin motor Sifa belum bi?"

"Sudah siap di pakai non motornya," kata Pak Dayat.

"Ok deh Bi makasih ya Bu" ucap Sifa dengan senyum manisnya.

Setelah Sifa minum obat kemarin Sifa segera meminta Pak Dayat untuk mengurus motornya di sekolah.

" Sepertinya nenek agak lama disini."

"Bagus donk nek, Sifa masih kangen sama nenek."

" Nenek belum tenang jika cucu nakal nenek ini belum ada yang menjaganya," ucap nenek yang membuat Sifa menghentikan pergerakan di tangannya dan langsung menoleh ke nenek.

"Maksud nenek?"

"Nenek akan mencari pendamping buat kamu, nenek akan menjodohkan kamu dengan anak dari sahabat nenek."

Deg

"Apa nek?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!