Dear diary,
Aku hari ini sudah naik kelas loh, yap sekarang aku ada di kelas sembilan dan sebentar lagi aku bakalan lulus deh dari sekolah ini!
Kadang aku ngerasa senang, tapi kadang juga aku merasa sedih. Kamu tahu gak kenapa, diary? Iya sama, aku juga gak tahu.
Entah kenapa belakangan ini aku pengen banget cepet-cepet lulus dari sekolah, soalnya banyak murid disana yang gak suka sama aku.
Iya, mereka itu selalu aja ledek aku mentang-mentang aku ini punya followers yang banyak di sosial media. Ya sepertinya mereka iri sama aku, diary.
Tapi, aku juga gak mau sih cepat-cepat keluar dari sekolah ini. Kamu pasti bingung ya kenapa aku plin-plan banget? Sama sih, aku juga.
Sebenarnya aku gak mau keluar dari sini sekarang, ya karena aku udah nyaman banget sama teman aku disana. Walau sedikit, tapi mereka selalu bisa bikin aku bahagia dan lupain ejekan dari murid-murid disana.
Yaudah ya diary, sekarang itu aja yang aku mau ceritain ke kamu. Aku harus berangkat sekolah dulu, bye diary!
•
Gadis cantik yang tengah duduk di kursi dengan rambut tergerai itu pun menutup buku hariannya sambil mengecupnya singkat dan menaruh buku itu di bawah tumpukan novel-novelnya.
Setelahnya, dia pun beranjak dari kursi lalu mengambil tas serta handphone nya.
"Oke Aileen, kamu harus semangat!"
Gadis itu menyemangati dirinya sendiri dengan mengepalkan satu tangannya ke atas.
Ia lalu melangkah keluar dari kamar yang cukup mewah itu dengan penuh keceriaan.
"Bye bye kamar!"
Dia juga seringkali mengucapkan itu, entah apa tujuannya. Setelahnya, dia pun mengunci pintu kamarnya dengan erat dan berbalik badan.
Deg!
Jantungnya langsung dibuat berdetak kencang saat sebuah lengan besar menghadang tubuhnya dan membuatnya kesulitan bergerak.
Ya, itu adalah Gabino Arthur Rajendra Mahatma. Panjang sekali memang, tapi memang itulah nama lengkap dari pria yang saat ini menghadang jalan Aileen, si gadis manis itu.
"Aih kakak? What are you doing here? Ngapain kakak halangin aku?" ucap Aileen.
Benar! Gabino adalah kakak laki-laki dari Aileen, dia memang selalu mengusili adiknya dan tak jarang juga membuat Aileen kesal.
"You look so beautiful this morning, i like that!" ucap Gabino tersenyum tipis.
"Kakak baru sadar apa gimana sih? Aku ini emang selalu cantik kali, makanya dibuka tuh matanya lebar-lebar!" ucap Aileen.
"No no no, biasanya kamu gak begini. Kenapa sih kamu?" ucap Gabino.
"Aku gak kenapa-napa, kakak gausah banyak tanya deh! Awas ah aku mau sekolah!" ucap Aileen berusaha menyingkirkan lengan kekar sang kakak darinya.
Namun, yang dia dapat justru cengkraman dari Gabino terhadap rahangnya.
"Awhh akh sakit!" Aileen meringis pelan.
"Hari ini kakak yang antar kamu ke sekolah, tidak ada penolakan!" tegas Gabino.
"Ta-tapi kak..."
"Kakak sudah bilang, gak ada penolakan! Jadi, ayo ikut sama kakak sekarang!" potong Gabino.
"I-i-iya kak iya.." ucap Aileen pasrah.
Gabino tersenyum tipis, kemudian beralih mencengkeram lengan adiknya yang mulus dan putih itu.
Pria itu pun membawa Aileen menuruni tangga dengan tergesa-gesa hingga Aileen harus bersusah payah mengikutinya.
•
•
Mereka saat ini sudah berada di dalam mobil, Aileen diam saja sambil sesekali memandangi wajah kakaknya dari samping.
Gabino yang sedang fokus menyetir juga mengabaikan lirikan adiknya itu, biarpun ia tahu bahwa ia tengah diperhatikan.
"Kak Gabi emang aneh banget! Dia bisa jadi sosok kakak yang manis, tapi kadang-kadang juga nyebelin. Aku heran deh sama dia, sebenarnya dia itu sayang sama aku apa enggak sih?" batin Aileen.
Drrttt..
Drrttt...
"Kak, ada telpon tuh." ucap Aileen.
"Iya, gue juga tahu." ucap Gabino ketus.
"Biasa aja kali, aku kan cuma kasih tahu." ucap Aileen cemberut.
Gabino hanya menggeleng pelan, lalu mengambil ponselnya dari dashboard dan mengangkat telepon tersebut.
📞"Ya halo! Ada apa?" ucap Gabino di telpon.
📞"Oke oke, saya kesana sekarang!" sambungnya.
Tuuutttt...
Setelahnya, Gabino langsung menutup telpon dan menaruh kembali ponselnya di tempat semula.
Tiba-tiba saja Gabino menghentikan mobilnya di pinggir jalan, membuat Aileen kebingungan.
"Kak, kok kakak berhenti? Kita kan belum sampai di sekolah aku," tanya Aileen keheranan.
"Kamu turun sekarang!" ucap Gabino dingin.
"Hah? Turun? Tapi kak, ini kan masih jauh dari sekolah. Masa kakak turunin aku disini sih?" ucap Aileen.
"Tadi kamu bilang gak mau diantar sama kakak kan? Yaudah, sekarang turun sana!" ucap Gabino.
"Ish, apa sih?! Kan kakak udah maksa aku, terus aku juga udah terlanjur ikut sama kakak. Pokoknya kakak harus antar aku sampai depan sekolah!" ucap Aileen.
"Gak bisa, kakak ada urusan penting. Kamu tolong ngertiin kakak ya, adek kakak yang paling cantik!" ucap Gabino dengan manis.
"Tapi kak—"
"Sssttt jangan kebanyakan tapi tapi! Udah, kamu turun aja sana! Nih, ongkos taksi buat kamu!" potong Gabino.
"What??" ucap Aileen sangat terkejut.
•
Aileen sudah turun dari mobil kakaknya, ia tampak cemberut dan kesal akibat ulah kakaknya itu.
"Kakak pergi ya sayang? Bye!" ucap Gabino tanpa rasa bersalah.
Ngeeengg...
Gabino langsung tancap gas dan pergi dari sana meninggalkan adiknya.
"Ih emang gak jelas tuh orang!" ucap Aileen kesal.
"Aku harus naik apa coba? Mana sepi gini jalanan, gak ada angkot ataupun taksi. Ini sebenarnya jalan raya apa kuburan sih?" gumamnya bingung.
Disaat Aileen tengah melangkah sambil menendang aspal, tiba-tiba sebuah mobil yang melaju cepat hampir saja menabraknya.
"Aaaaa!!" Aileen berteriak dan reflek membanting tubuhnya ke samping hingga terjatuh.
Bruuukkk...
"Duh, awhh sakit!!" ia meringis kesakitan.
Ciiitttt...
"Waduh! Saya nabrak orang lagi!"
Mobil itu berhenti, seseorang keluar dari dalam sana dengan mengenakan kacamata hitam.
Lalu, dia tampak menghampiri Aileen yang masih tergeletak disana.
"Kamu gapapa?" tanyanya pada Aileen.
"Akh sshh sakit.." Aileen menjawab dengan rintihan sembari memegangi lututnya yang terluka.
"Waduh! Lutut kamu berdarah tuh, kayaknya harus diobatin deh. Yuk ikut sama saya ke mobil!" ucap pria itu.
"Hah? Gak! Gak mau! Aku gak kenal siapa kamu, kata mama aku gak boleh sembarangan ikut sama orang asing! Nanti aku diculik!" ucap Aileen.
"Kamu gausah takut! Kamu sekolah di perwira bangsa kan?" ucap pria itu.
"Iya, kok kamu tau?" ucap Aileen keheranan.
"Saya kenal seragamnya, kebetulan saya juga mau pergi kesana. Kita bisa pergi bareng kesana nya, supaya kamu bisa cepat diobati." jelas pria itu.
"Ta-tapi..."
"Sudahlah, kamu ikut saja sama saya! Saya cuma mau tanggung jawab kok, kan saya yang bikin kamu terluka begitu." potongnya.
"I-i-iya sih, tapi kan..." ucapan Aileen terjeda saat pria itu tiba-tiba menggendongnya.
"Eh eh eh.." Aileen terkejut bukan main, ia berusaha melepaskan diri tetapi sudah terlambat.
Pria itu pun membawanya masuk ke dalam mobil dan mulai melaju pergi dari sana.
...~Bersambung~...
Aileen terus-menerus menatap wajah pria di sampingnya itu.
Tanpa sadar, Aileen seperti terpesona dengan ketampanan si pria yang telah menolongnya itu.
"Ganteng banget sih dia!" batinnya.
Sesaat kemudian, pria itu pun melirik ke arahnya. Sontak Aileen reflek memalingkan wajahnya sambil berpura-pura merapihkan rambut dan menatap ke luar jendela.
"Kamu gausah pura-pura gitu! Saya tahu kok, daritadi kamu perhatiin saya kan? Kamu mau apa dari saya, ha?" ucap pria itu dingin.
"What? I don't want anything from you, i'm just curious about you!" sangkal Aileen.
"Oh," Aileen berdecih kesal dengan jawaban pria itu yang menurutnya terlalu dingin.
Tak lama kemudian, mereka sudah tiba di sekolah tempat Aileen belajar. Ya SMP perwira bangsa.
"Kita udah sampai, kamu bisa turun sendiri kan? Oh ya, jangan lupa itu lukanya diobatin!" ucap pria itu.
"Of course, I can!" jawab Aileen mantap.
Gadis itu pun membuka pintu dan turun dari mobil si pria, ia membanting pintu tersebut dengan keras karena kesal pada sikap si pria.
"Ish, aneh banget tuh cowok!" umpat Aileen.
Pria itu membuka kaca mobilnya, menatap ke arah Aileen dengan wajah dingin.
"Apa lagi?" tanya Aileen bingung.
"Kamu diajarin sopan santun kan sama orang tua kamu? Kalau habis ditolongin orang itu, kamu harusnya bilang makasih, bukan malah banting pintu mobil saya kayak tadi!" ujarnya.
"Ya ya ya, thank you for your help! Ck," ucap Aileen singkat, ia langsung melangkah begitu saja dengan sedikit tertatih-tatih.
Pria itu masih terdiam di tempat, memandangi punggung Aileen saat memasuki gerbang sekolah.
Setelahnya, dia pun menancap gas. Maju melewati Aileen dan membuat gadis itu bingung.
"Loh loh, itu orang ngapain ya masuk ke sekolah aku? Ah iya! Mungkin dia lagi ada keperluan, lagian ngapain juga sih aku ngurusin dia? Gak penting banget!" ujar Aileen.
"Tapi, dia ganteng banget sih. Mukanya juga gak bosenin buat ditatap, bener-bener perfect! Andai aku bisa ketemu sama dia lagi," ucap Aileen sambil tersenyum sendiri.
"Aileen!" gadis itu dikejutkan dengan suara seorang wanita yang memanggilnya dari belakang, ya itulah Shanum sahabatnya.
"Shanum?" ucapnya.
"Kamu kenapa senyum-senyum begitu di depan gerbang sekolah? Naksir ya sama pak Angga?" ujar Shanum dengan wajah herannya.
"Hah? Ish, sembarangan aja kalo ngomong! Yakali aku naksir sama satpam sekolah!" elak Aileen.
"Hehe, terus kamu kenapa dong?" tanya Shanum.
"Umm, aku lagi senang.. aku ketemu sama pangeran, dia itu tampan banget. Kayaknya aku jatuh cinta deh sama dia, walau aku baru pertama kali ketemu sama dia." jawab Aileen.
"Pangeran? Come on Aileen! Kamu sadar dong! Jangan gara-gara kak Grace sama kak Margo yang suka bully kamu, terus kamu jadi suka mengkhayal kayak gini! Ayo Aileen, sadar Aileen!" ucap Shanum sembari menggoyang-goyangkan bahu Aileen.
"Ih kamu apa sih?! Siapa juga yang halu? Aku tuh serius tau, dia mirip banget sama pangeran di film-film kerajaan gitu!" ujar Aileen.
"Hah serius? Emang kayak apa sih mukanya? Tunjukin dong!" ucap Shanum.
"Aku gak punya fotonya sih, orang baru ketemu sekali tadi. Tapi, dia aku lihat tadi masuk ke dalam sekolah ini juga. Kayaknya sih dia ada keperluan deh, yuk kita masuk ke dalam biar aku bisa tunjukin ke kamu siapa pangeran aku!" ucap Aileen.
"Oke deh, aku ngikut aja!" ucap Shanum.
Aileen menggandeng tangan Shanum, lalu masuk ke dalam sekolah bersama-sama.
•
•
Seperti biasa, kedatangan Aileen itu disambut oleh cemoohan dari para siswa untuknya.
Namun, Aileen yang sudah terbiasa pun tak mengindahkan ucapan-ucapan tersebut.
"Aileen, jangan dengerin omongan mereka ya! Mereka itu cuma iri sama kamu, karena mereka gak bisa jadi seperti kamu!" bisik Shanum.
"Iya Shanum, aku ngerti kok." balas Aileen dengan senyum manisnya.
Mereka terus berjalan melewati para siswa tersebut tanpa memperdulikan ucapan yang dilontarkan kepada Aileen.
Sampai tanpa sengaja, mereka justru berpapasan dengan pria yang tadi menolong Aileen.
Sontak Aileen reflek menghentikan langkahnya, ia juga mencegah Shanum untuk terus melangkah.
"Eh eh eh, tunggu dulu Shanum!" pinta Aileen.
"Kenapa sih? Ada yang salah?" tanya Shanum heran.
"I-itu di depan ada pangeran yang tadi nolongin aku, kamu lihat sendiri deh kesana!" jawab Aileen seraya menunjuk ke arah si pria.
"Hah? Mana??" ucap Shanum bingung.
Shanum pun mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Aileen, matanya melotot lebar melihat seorang pria tampan berdiri di depan sana.
"What? Jadi, itu pangeran yang kamu maksud?" tanya Shanum.
"Iya Shanum, dia ganteng banget kan? Duh, dilihat dari sini aja udah keren, apalagi kalo dia dekat coba." jawab Aileen.
"Wah selera kamu bener-bener aneh deh Aileen! Iya sih dia ganteng, tapi kan dari look nya aja udah kelihatan kalau dia dua kali lipat lebih tua dari kita. Emang kamu tuh sukanya sama yang tua-tua kayak gitu ya?" ujar Shanum.
"Ish, tua darimana sih Shanum? Palingan dia masih sekitar dua puluh tahunan, cocok tau sama aku. Lagian usia juga gak jadi masalah, yang penting kita sama-sama suka." ucap Aileen.
"Iyain aja deh, terserah kamu! Tapi, kamu hati-hati kalau mau deketin dia!" ujar Shanum.
"Lah emang kenapa?" tanya Aileen bingung.
"Bisa aja dia udah ada calon, ya kan?" jawab Shanum.
"Iya sih, tapi buat laki-laki kayak dia mah gapapa aku jadi yang kedua juga." celetuk Aileen.
"Hah??" Shanum terkejut bukan main.
Shanum benar-benar kaget mendengar ucapan Aileen, sikap sahabatnya itu juga sangat berbeda dibanding biasanya.
"Hey!" Aileen dan Shanum kompak terkejut saat suara berat menyapa mereka.
Keduanya bertambah kaget karena ternyata pria yang sedari tadi mereka amati kini sudah ada di depan matanya.
"Eh eee i-i-iya.." ucap Aileen gugup.
"Kamu yang tadi kan? Kenapa malah berdiri aja disini? Lutut kamu udah diobatin belum?" tanya pria itu.
"Eee anu itu..." Aileen tak mampu menjawabnya.
"Sini saya cek!" pria itu langsung berlutut di depan Aileen dan sedikit menaikkan rok Aileen hingga tampaklah lutut gadis itu.
Aileen dan Shanum sama-sama menutup mulut mereka melihat kelakuan pria itu.
"Loh, kok ini masih berdarah? Kamu belum diobatin ya? Saya kan tadi suruh kamu ke UKS, kenapa malah gak nurut?" tanya pria itu sembari mendongakkan kepalanya.
"Umm, a-aku.."
"Yaudah, ayo saya antar kamu ke UKS! Kebetulan urusan saya sudah selesai, jadi saya bisa anterin kamu kesini." potong pria itu.
Pria itu berdiri kembali, mendekat dan meraih dua tangan Aileen.
Seketika itu juga jantung Aileen berdetak sangat kencang, tubuhnya menegang saat merasakan sentuhan dari si pria.
"Duh, baru dipegang gini aja aku udah gak kuat. Gimana kalau dia gendong aku lagi kayak tadi?" batinnya.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
"Duh ih ganteng banget sih dia!"
Melihat Aileen hanya terdiam memandanginya, pria itu pun mendengus kesal karena yang dia butuhkan adalah jawaban dari Aileen.
Pria itu melepas dua tangan Aileen begitu saja, membuat Aileen merasa kecewa dan tersadar dari lamunannya.
"Hah? Kenapa dilepas??" ucap Aileen spontan.
Shanum langsung melotot ke arah Aileen seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan Aileen barusan.
"Ups!" Aileen reflek menutup mulutnya, menyesal karena sudah mengatakan itu.
"Saya kan tanya sama kamu tadi, kamu mau diantar sama saya gak ke UKS. Eh tapi kamu malah bengong aja, makanya saya lepas tangan kamu supaya kamu sadar." ucap pria itu.
"Maaf pak! Eh kak, eh bang, eh.." Aileen semakin dibuat gugup dan tak karuan.
"Panggil saya pak aja!" potong pria itu.
"Ah iya, baik pak! Kalau gitu saya sama teman saya aja deh ke UKS nya, saya gak mau repotin bapak terus." ucap Aileen sambil menggandeng lengan Shanum, namun tatapannya masih mengarah ke wajah pria di hadapannya itu.
"Ohh, yaudah kalo gitu saya permisi dulu ya? Kamu bisa kan jalan sendiri ke UKS? Atau perlu saya minta petugas PMR buat bawain kursi roda untuk kamu?" tanya pria itu.
"Gak usah pak, bapak cukup kasih tahu saya aja siapa nama bapak!" jawab Aileen.
Pria itu terkejut dengan ucapan Aileen, sedangkan Aileen sendiri lagi-lagi merasa syok setelah ia mengatakan hal tadi.
"Haish, aku kenapa gini ya?" batin Aileen.
"Kamu mau tahu nama saya?" tanya pria itu.
"Iya pak, eh iya lagi..." jawab Aileen spontan.
"Untuk apa kamu mau tahu nama saya?" tanya pria itu lagi.
"Gak untuk apa-apa kok pak, saya cuma pengen tahu aja. Supaya saya bisa bilang terimakasih sama orang yang udah tolong saya ini," jawab Aileen sambil tersenyum.
"Kamu gak perlu tahu nama saya, kamu kan bisa tinggal bilang terimakasih aja, tanpa perlu ucapin nama saya!" ucap pria itu.
"Ya iya sih, tapi kan kurang enak aja kalau saya gak tahu nama bapak." ucap Aileen.
"Kenapa? Saya aja gak tahu nama kamu, buat apa saya beritahu nama saya." ucap pria itu.
"Ah kalau gitu kenalin, nama saya Aileen pak!" ucap Aileen dengan bersemangat sembari menyodorkan tangan ke arah si pria.
"Okay!" ucap pria itu sambil manggut-manggut tanpa memperdulikan telapak tangan Aileen.
"Eee bapak gak ada niatan buat kenalin diri bapak balik gitu ke saya? Ini tangan saya pegel loh pak begini terus daritadi, bapak gak kasihan?" tanya Aileen pada si pria.
"Buat apa? Itu kan kamu sendiri yang mau begitu, saya gak minta kamu buat kenalin diri kamu dan ulurin tangan kamu kayak gitu." ucap si pria.
"Ya iya juga sih," ucap Aileen.
Aileen akhirnya garuk-garuk kepala merasa bingung harus bagaimana lagi untuk bisa mengetahui nama si pria.
"Yasudah, saya permisi!" ucap pria itu sambil langsung melangkah.
Namun, pria itu menyempatkan diri mendekat ke telinga Aileen dan membisikkan sesuatu. "Lain kali keramas ya, biar rambutnya gak gatal!"
Setelah mengatakan itu, si pria langsung pergi dengan cepat.
Aileen masih sangat syok mendengar apa yang dikatakan pria tadi.
"Ih tuh cowok emang idaman banget deh! Dia udah ganteng, terus cool lagi. Siapa coba yang gak naksir sama dia?" ucapnya sembari terus tersenyum memandangi punggung pria itu.
"Astaga Aileen! Come on, sadar Aileen sadar! Dia tuh udah tua, masa kamu demen sama yang tua?" ucap Shanum.
"Gapapa Shanum, yang penting dia ganteng." ucap Aileen.
Shanum hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah bucin sahabatnya itu.
•
•
Kini Aileen dan Shanum telah berada di kantin, mereka menikmati waktu istirahat dengan makan dan minum bersama-sama.
Namun, Aileen tetap saja tidak bisa fokus dengan makanannya. Yang ada di dalam pikirannya saat ini hanyalah pria tadi yang menolongnya.
"Kira-kira nama dia siapa ya? Andai aja aku udah tahu namanya, pasti aku bisa lebih gampang nulis nama dia di buku harian aku nanti. Tapi gapapa, ini baru awal dari perjalanan cinta seorang Aileen. Aku masih harus berjuang banyak!" batin Aileen.
Sementara Shanum masih asyik memakan spaghetti pesanannya dengan lahap.
"Eemmhh ini enak banget sih parah! Coba aja tadi kamu pesan ini juga Lin, pasti kamu bakalan suka banget deh sama rasanya! Eh kamu malah milih pesan nasi goreng," ujar Shanum.
Merasa tidak ada jawaban dari Aileen, Shanum pun mengangkat kepalanya dan berhenti sejenak dari makanannya.
"Astaga! Diajak ngobrol malah senyum-senyum sendiri, nih anak kayaknya udah mulai stres deh!" ucap Shanum.
"Woi Aileen!" teriak Shanum sembari memukul kepala Aileen dengan tangannya.
"Awhh! Kamu apa-apaan sih Shanum? Sakit tau!" ucap Aileen memegangi kepalanya.
"Hehe, sorry! Lagian kamu diajak ngobrol malah diem aja, udah gitu senyum-senyum sendiri lagi. Kamu ngelamunin apa sih? Bapak-bapak yang tadi itu?" ucap Shanum.
"Nah itu kamu tau, kenapa nanya?" ucap Aileen.
"Ya ampun Aileen! Kamu segitunya tertarik sama tuh bapak-bapak?" ujar Shanum.
"Ih Shanum, dia bukan bapak-bapak. Dia emang lebih tua dari kita, tapi dia belum bapak-bapak tau. Mukanya aja masih muda dan ganteng kayak gitu, masa dibilang bapak-bapak?" protes Aileen.
"Iya iya, terserah kamu ajalah! Tapi, kamu yakin kamu suka sama dia?" ucap Shanum.
"Yakin! Dari pertama kali lihat aja aku udah tertarik sama dia, mungkin jatuh cinta." jawab Aileen.
Shanum menganga sedikit melihat ekspresi Aileen yang begitu aneh saat dia sedang membicarakan pria tadi.
Braakkk..
"Hayo pada ngomongin apa nih?!" mereka berdua terkejut saat tiba-tiba seorang pria muncul sembari menggebrak meja.
"Haish, lu bener-bener ya Sal! Jantung gue hampir mau copot tau gak?!" protes Shanum sembari memegangi dadanya.
"Hahaha, yah elah lebay lu ah! Aileen aja gak kaget kok, ya kan Aileen?" ucap pria bernama Aksal itu seraya menatap wajah Aileen dari jarak dekat.
Ya, Aksal adalah sahabat Aileen selain Shanum, dia seringkali berkumpul bersama mereka di waktu istirahat seperti ini.
"Aku sebenarnya kaget, tapi karena aku lagi jatuh cinta, jadinya biasa aja deh." jawab Aileen.
"Hah? What? Apa??" Aksal terkejut dan langsung duduk di sebelah Aileen. "Lu lagi jatuh cinta? Sama siapa Aileen? Gue?" sambungnya.
"Ih kalo ngomong suka sembarangan aja! Yakali aku suka sama kamu, gak mungkin banget!" ucap Aileen.
"Hehe, sesekali kepedean gapapa kali. Btw emang lu sukanya sama siapa sih, ha?" ucap Aksal.
"Jangan ditanya deh Sal! Nanti lu malah nyesel sendiri loh denger jawabannya," ucap Shanum memperingati.
"Kenapa sih? Emang kamu suka sama siapa, Aileen?" tanya Aksal terheran-heran.
"Aku gak tahu namanya siapa, tapi yang pasti dia itu bagaikan pangeran yang datang di hidup aku dan ditakdirkan untuk menjadi suami aku kelak." jawab Aileen sambil membayangkan wajah pria tadi.
"Huweekk..."
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!