NovelToon NovelToon

Pernikahan Balas Dendam

Prolog

"Hari ini kau akan melihat pembalasan dariku. Dasar wanita murahan!" Ujar pria tak di kenal yang kini ada di hadapannya.

Mata Velina menyapu seluruh ruangan, dia masih tidak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi padanya. Dimana dirinya saat ini? Kamar itu sangat luas dengan perabotan vintage yang mewah, tempat tidur king size juga lampu kristal yang menggantung di tengah ruangan.

Dan siapa pria di hadapannya saat ini? Velina tidak mengenalnya. Tapi pria itu seperti menyimpan dendam kusumat padanya.

"Tuan, apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti." Sahut Velina sembari memasang sikap waspada.

Pria itu tersenyum miring, "sudah mencuri suami orang, tapi masih saja berpura-pura polos?"

"Apa?"

Pria itu terus mendekat ke arahnya dengan tatapan ingin menelan seluruh dirinya.

Mata Velina melangkah mundur untuk menghindar, tapi kakinya malah terantuk badan ranjang di belakangnya, hingga membuat tubuhnya malah jatuh di atas ranjang.

Velina mencoba bangkit kembali, tapi tak sempat. Pria itu sudah lebih dulu mengunci pergerakannya, menekan kedua tangannya di atas kepalanya.

"Kau tidak akan pernah bisa lari dariku, maka nikmatilah penderitaanmu," pria itu menyeringai menakutkan.

Bola mata Velina memanas,cairan bening perlahan lolos dari sudut matanya. Dia tidak mengerti kenapa pria asing itu sangat membencinya. Dan juga menuduhnya telah mencuri suami orang.

"Tuan, tolong lepaskan aku." Mohon Velina dengan suara gemetar. Dia tidak punya kekuatan lagi untuk memberontak.

Tapi sepertinya pria yang ada di atas tubuhnya itu sudah di rasuki setan, hingga sedikitpun tak merasa iba padanya. Tanpa aba-aba pria itu malah mencium bibir Velina dengan rakus. Seolah itu adalah makanan yang tak boleh di sia-siakan.

"Hentikan...!" Air mata Velina mengalir begitu saja. Dia tidak memiliki kekuatan untuk melawan, pria ini sama sekali tak memberinya kesempatan untuk bergerak.

"Setelah ini aku yakin kau akan menyesal telah berani menggoda suami orang," bisiknya di telinga Velina.

Hingga Velina merasakan sesuatu merobek bagian dirinya. Velina memejamkan mata menahan sakit di sertai air mata yang terus mengalir. Takdir macam yang apa sedang di hadapinya saat ini?

"Kau masih perawan?" Pria itu tampak terkejut, padahal dia baru saja bermain dengan kasar.

Velina diam tak menjawab, rasa sakit yang di alaminya kini sudah berubah menjadi dendam.

"Lihat saja, suatu hari nanti, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!" Seru Velina dengan tatapan penuh amarah.

Pria itu hanya tersenyum miring menanggapi ancaman wanita di hadapannya itu.

"Kau pikir, akan semudah itu menyentuhku? Coba saja kalau bisa!" Balas pria itu dengan tatapan tak kalah tajam.

"Kau tahu, kenapa kau harus di hukum seperti ini? Hah!"

Sungguh, Velina tidak tahu, kenapa dirinya harus mengalami semua ini. Ini seperti mimpi buruk baginya. Dan dia bersumpah akan membalas perbuatan keji pria itu. Dia akan membunuh pria itu dengan tangannya sendiri suatu hari nanti.

***

Velina baru saja keluar dari kantornya saat tiba-tiba saja beberapa orang menyeretnya masuk ke dalam mobil. Mereka kemudian mengikat kaki dan tangannya, menyumpal mulutnya dan menutup matanya dengan kain.

Tak lama, mobil berhenti di depan sebuah bangunan mewah nan luas, mereka kembali menyeret Velina keluar dari mobil dengan kasar, lalu melemparnya masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya dari luar.

Dor... dor... dor...

"BUKA PINTUNYA!! KELUARKAN AKU DARI SINI!!" Teriak Velina berulang-ulang. Tapi sepertinya percuma. Mereka tidak akan mendengarnya.

Lalu terdengar suara seorang pria dari arah belakangnya. Seorang pria asing, bermata coklat hazel, alis tebal, hidung mancung, dan garasi rahang yang tegas. Secara keseluruhan pria ini sangat tampan, di tambah lagi dengan tubuh proposional nya yang di balut setelan jas warna abu-abu muda, seolah semakin menambah karismanya. Namun, siapa pria ini? Velina tak mengenalnya.

Mata bulat Velina menyapu seluruh ruangan, tempat ini sangat mewah dan berkelas, mirip kamar yang ada di mansion atau presiden sweet yang biasa di saksikannya di layar televisi.

Pria itu mengatakan padanya jika dirinya adalah seorang pencuri suami orang. Lalu hal naas itu tak di duga malah terjadi padanya.

"Apa kau senang hukuman dariku?!"

Velina segera menutup telinganya rapat-rapat saat suara pria iblis itu kembali menggema di kepalanya.

Dia bersyukur akhirnya bisa lolos dari cengkramannya, pria itu membiarkannya pergi begitu saja.

Sekarang Velina sudah ada di kosannya. Menangis tergugu meratapi nasibnya, kini tidak ada lagi yang tersisa, harga diri adalah satu-satunya harta beharga yang dia miliki dan dia jaga selama ini. Dan pria iblis itu telah merenggutnya secara paksa. Celina mengacak rambutnya frustasi. Kilasan bayangan percakapannya dengan pria itu kembali terputar di kepalanya.

"Kau tahu, siapa pria yang menjadi kekasihmu sekarang ini? Dia adalah suami dari adikku-Luna, kau paham?!"

Velina tentu sangat terkejut mendengarnya. Selama ini, dia mengira Farel yang merupakan bos-nya sendiri adalah seorang pria lajang. Jika tahu pria itu telah beristri, dirinya juga tidak akan mau menjadi kekasihnya. Dia bukanlah tipe wanita perebut suami orang yang di tuduhkan pria iblis itu padanya.

Jelas ini semua sebuah kesalah pahaman, tapi Velina sudah terlalu lelah untuk menjelaskan semuanya atau bahkan sekedar membela diri. Pria itu pasti  juga tidak akan mempercayai ceritanya, pikiran pria itu sudah tertutup dengan kebenciannya terhadapnya. Seperti dirinya yang juga membenci pria asing itu sekarang.

"Aku harap, dengan kejadian ini, kau bisa jera dan tidak mendekati Farel lagi. Mengerti!!" Pria itu mengatakannya penuh penekanan.

Di dalam hati, Velina terus bersumpah akan menghabisi pria itu dengan tangannya sendiri suatu hari nanti!

***

"Kakak sudah memberikan pelajaran padanya kan? Kakak yakin dia tidak akan berani menggoda Farel lagi kan? Katakan sesuatu padaku, kak." Luna terlihat mondar-mandir panik di depan meja kerja sang kakak.

Sedangkan Diego sang kakak masih terdiam terpaku memikirkan sesuatu. Wajah Velina yang sedih juga tatapannya yang penuh dendam seolah tak berhenti menghantuinya.

Ternyata gadis itu masih perawan... Gumamnya dalam hati. Ada setitik penyesalan yang tiba-tiba terbesit di hatinya.

"Kakak, kau mendengarku tidak sih? Kenapa kau malah diam saja dari tadi?"

Suara adiknya Luna membawa Diego kembali menjejaki dunia nyata.

"Kau tenang saja, dia pasti tidak akan berani mendekati Farel lagi."

"Kakak yakin?" Luna hanya ingin memastikan.

Diego menghela napas lelah, dia tahu karakter adiknya yang kerasa kepala, manja dan selalu ingin di turuti semua keinginannya, tapi Diego seolah tak pernah bisa menolak semua keinginan adik satu-satunya itu.

Sejak orang tua mereka meninggal saat usia mereka masih remaja, Diego lah yang berperan menjadi seorang kakak sekaligus orang tua untuk sang adik. Sejak kecil, Luna sudah sangat manja padanya dan selalu tidak sabaran jika keinginannya tidak di turuti olehnya. Rupanya kebiasaan itu terbawa hingga Luna dewasa. Jika ingin menjadikan Luna bisa lebih mengerti dengan keadaan orang lain, itu pasti akan sulit sekali. Diego tidak tega jika harus berlaku keras pada sang adik. Untuk itu dia sering menuruti keinginan Luna meski kadang keinginannya itu salah.

"Luna, sudah ku bilang kan dari awal, untuk apa kau memaksakan diri menikah dengan pria yang tidak mencintaimu?"

"Apa? Jadi sekarang kakak menyalahkanku? Aku menyukai Farel dan aku harus mendapatkannya, apa itu salah?" Ucap Luna tidak terima.

Diego memencet pangkal hidungnya perlahan, bicara dengan Luna pasti akan membuatnya sakit kepala. Wanita itu keras kepala dan tidak bisa di nasehati.

Sejak awal, Diego tahu jika Farel tidak mencintai Luna. Tapi karena Luna menginginkan pria itu, jadi Diego mencari cara agar Farel mau menikahi adiknya itu.

Diego mengancam Farel akan menarik semua sahamnya dan berhenti menjadi investor di perusahaan Farel jika pria itu tidak bersedia menerima lamarannya untuk sang adik.

Karena perusahaan Farel baru berkembang dan sangat membutuhkan suntikan dana dari perusahaan milik Diego. Akhirnya Farel dengan sangat terpaksa menyetujui permintaan Diego yang menginginkannya menikahi Luna.

Luna pikir, cinta bisa di beli dengan uang, dia pikir Farel lama-lama akan jatuh cinta sungguhan padanya. Tapi nyatanya tidak, pria itu hendak menceraikannya dalam beberapa bulan terakhir ini, dan surat cerai mereka sedang di urus di pengadilan. Luna merasa tidak terima dan tetap ingin mempertahankan Farel di sisinya.

"Jika kau seperti ini terus, kau akan melukai dirimu sendiri," Diego pasrah. Dia tidak tahu bagaimana lagi caranya memberi tahu sang adik tentang sesuatu yang benar dan tidak benar.

Apa lagi kini, perasaanya sedang di hantui rasa bersalah pada Velina. Diego yakin gadis itu hanya korban. Dia tidak bersalah dalam hal ini. Tapi kenapa dirinya tega melakukan hal keji pada gadis itu?

"Tidak... aku tetap tidak ingin berpisah dari Farel, apalagi jika Farel harus jatuh ke pelukan wanita itu, aku lebih baik mati saja, kak!" Luna mulai histeris dan hendak melukai dirinya sendiri dengan gunting yang di ambilnya dari dalam tasnya.

Beruntung Diego sigap dan menepis gunting itu dari tangan Luna, "apa yang kau lakukan! Jangan bodoh!" Diego memeluk erat tubuh adiknya yang sudah menggigil. Dia sungguh tidak mengerti, kenapa hanya demi seorang pria, dan bahkan pria itu tidak mencintainya, tapi kenapa adiknya sampai seperti ini.

Diego merasa telah gagal menjadi seorang kakak jika tidak bisa membahagiakan adik satu-satunya itu. Tapi apakah harus dengan memenuhi keinginan Luna yang kadang salah terus-menerus?

"Kakak harus janji padaku, bahwa Farel tidak akan jadi menceraikanku bagaimanapun caranya, berjanjilah, kak!"

Dan lagi-lagi Diego tak berdaya untuk tidak memenuhi keinginan adiknya itu. "Baiklah, aku janji." Yang terpenting saat ini adalah adiknya tenang dan tidak berpikir ingin melukai dirinya sendiri lagi.

***

Velina segera mengusap air matanya dengan kasar, saat pintu kamar kos nya terdengar di ketuk oleh seseorang.

Dia bangkit berdiri dan mengintip melalui jendela untuk melihat siapa yang datang.

Farel....

"Velina... aku tahu kau ada di dalam. Ku mohon buka pintunya." Pria itu terdengar memohon.

Velina membekap mulutnya agar tangisnya tak bersuara, dia belum siap bertemu pria itu, dan dia tidak siap dengan kenyataan yang di alaminya saat ini.

Tadi mereka sedikit bertengkar saat hendak pulang dari kantor, untuk itu Farel merasa khawatir dan menyusul Velina ke kosan-nya.

"Maafkan aku jika aku tadi sedikit keras padamu, aku hanya sedang banyak pikiran, Velina. Aku sama sekali tidak merasa marah padamu." Farel pikir, Velina tidak mau menemuinya karena masalah di kantor tadi. Farel sedang mengurus surat cerainya dengan Luna yang berlangsung bertele-tele dan itu membuatnya sangat stress, dan Farel tanpa sengaja melampiaskannya pada Velina saat gadis itu tanpa sengaja salah membawakan document yang hendak di tanda tangani padanya.

Sebenarnya, Velina ingin keluar dan mengatakan pada Farel bahwa dirinya tidak marah sama sekali karena kejadian tadi. Dia masih mencintai pria itu dan ingin segera berbaikan dengannya. Tapi mengingat apa yang di katakan pria iblis tadi padanya. Velina tahu perasaanya pada Farel harus segera berakhir, begitu juga dengan hubungannya. Dia tidak ingin di sebut sebagai wanita perebut suami orang.

"Farel..." Akhirnya Velina mau membuka pintu, tapi hanya sedikit, dia tidak ingin Farel menerobos masuk ke dalam.

"Velina... aku sungguh minta maaf, kau mau memaafkanku kan?" Berondong Farel seketika.

"Ya ... aku memaafkan mu, tapi aku ingin kita putus." Jawab Velina datar. Dia mencoba tegar di hadapan pria itu.

"Apa? Putus? Tidak... tidak... aku tidak mau!" Sanggah Farel tegas, dia ingin masuk menghambur ke dalam kosan, namun Velina menahannya.

"Untuk apa kita menjalin hubungan tapi tidak ada kejujuran di antara kita berdua?"

"Maksudmu apa, Velina?"

"Kau tidak pernah cerita padaku kalau kau sudah menikah, iya kan?"

Bersambung

Bertemu pria iblis

Farel menelan ludah kasar. Sejak awal dia memang tak berniat menceritakan prihal pernikahannya dengan Luna pada Velina. Kerena menurutnya pernikahan itu hanyalah sebuah perjanjian di atas kertas, Farel tidak pernah mencintai Luna, dan sebentar lagi pernikahan mereka akan berakhir.

"Velina, aku mohon jangan salah paham dulu, aku bisa jelaskan semua ini, tapi aku mohon jangan putuskan hubungan kita," mohon Farel sembari mencoba kembali ingin menerobos masuk ke dalam kosan, namun Velina dengan sigap mendorongnya dan dengan cepat menutup dan mengunci pintunya kembali.

Dor... dor ... dor...

"Velina, aku mohon, jangan begini, aku bisa jelaskan semuanya, tolong beri aku kesempatan!" Teriak Farel sembari menggedor-gedor pintu kosan Velina.

Wanita itu membekap mulutnya menahan tangis. Sebenarnya dia tidak ingin melakukan ini pada Farel. Tapi dia tidak punya pilihan lain. Dia tidak ingin berurusan lagi dengan pria iblis yang menodai kesuciannya.

"Ku mohon, pergilah, hubungan kita sudah berakhir, dan kau harus menerimanya." Ujar Velina dari dalam kamarnya.

"Tidak... Tidak! Aku tidak mau. Aku hanya mencintaimu dan aku tidak mau berpisah denganmu, aku ingin menikah denganmu."

Pria itu tampak frustasi di luar sana, sedangkan Velina menatapi cincin pemberian Farel yang melingkar di jari manisnya.

"Apa ini?"

"Cincin,"

"Ya... aku tahu, untuk apa kau memberikannya padaku?"

"Aku sedang melamar mu, sayang. Apakah kau mau menikah denganku?" Farel segera berlutut di hadapan Velina selayaknya yang ada di film-film romantis kesukaannya. Dan Velina tidak menyangka akan mengalaminya.

Velina hanya mengangguk karena tak dapat berkata apa-apa, dia begitu terharu saat Farel menyematkan cincin itu jari manisnya.

"Kau suka?"

"Tentu."

Kilasan kejadian beberapa hari yang lalu kembali membayang di benaknya, Velina pikir mimpi indahnya akan jadi kenyataan. Tapi nyatanya jalinan cintanya dengan Farel hanya menjadi petaka baginya.

Pertemuannya dengan pria ibils hari ini telah menjadi awal menuju mimpi buruknya.

Velina melepaskan cincin bertahta berlian itu dari jari manisnya. Mimpinya telah berakhir, bersama cintanya yang juga harus berakhir. Mulai saat ini dia akan menjadi wanita dingin yang tidak akan pernah mengenal cinta.

Baginya cinta hanya akan menjadikannya lemah, dan dia ingin pria iblis itu merasakan luka yang sama dengannya.

***

Velina memutuskan untuk Resign dari perusahaan Farel. Hari ini dia mencoba menegakkan kepalanya untuk mendatangi kantor tersebut dan mengantarkan surat resignt-nya sendiri pada Farel.

"Aku senang kau datang," Mata Farel berbinar ketika melihat Velina memasuki ruangannya. Dia pikir wanita itu akan berubah pikiran, tapi ternyata salah.

Velina meletakkan amplop berisi surat pengunduran dirinya di atas meja Farel. "Mulai hari ini aku tidak akan bekerja di sini lagi. Selamat tinggal." Ujar Velina dingin. Lalu bergegas kembali melangkah keluar, namun langkahnya terpaksa terhenti saat Farel menarik lengannya.

"Kenapa kau jadi seperti ini?" Wajah Farel memelas.

Velina berusaha menghindari kontak mata dengan pria itu, dia tidak ingin hatinya kembali goyah dan lemah. Tekadnya sudah bulat, dia tidak ingin menerima cinta siapapun, termasuk pria ini.

"Lepaskan!" Velina mengibaskan tangan Farel yang masih menempel di lengannya, "kau ingat? Hubungan kita sudah berakhir. Dan aku harap kau bisa menghormati keputusanku."

"Tidak bisa, aku tidak mau putus darimu!" Farel kembali mencengkram lengan Velina. Kali ini sedikit lebih kuat hingga wanita itu kesulitan untuk melepasnya.

"Lepaskan aku!"

"Tidak akan!"

"Lepas!!" Velina masih berusaha memberontak. Namun Farel malah mencengkram kedua tangannya dan mendekatkannya tubuh Velina ke arahnya.

"Tidak akan, aku yakin kau masih mencintaiku, iya kan?" Farel bicara tepat di depan wajah Velina. Hingga Velina bisa merasakan hembusan napas pria itu yang menerpa wajahnya.

"Katakan, kau tidak mencintaiku, baru aku akan melepasmu." Farel membuat pilihan. Dia sangat yakin jika wanita di hadapannya itu tidak akan berani mengatakan hal itu.

"Aku... tidak... mencintaimu, Farel..."

"Apa?" Farel seperti tidak mempercayai pendengarannya sendiri, tubuhnya seketika terasa lunglai dan pegangan tangannya pada Velina merenggang.

Velina menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan diri dan segera berlari meninggalkan ruangan.

"Maafkan aku Farel..."

Gumamnya lirih sambil terus berjalan cepat menyusuri loby. Velina merasa dirinya telah mengambil keputusan yang tepat. Tapi masalahnya sekarang, dia akan bekerja dimana lagi?

Di tengah sulitnya persaingan mencari pekerjaan, dia malah melepaskan posisinya yang sekarang. Padahal tidak mudah baginya untuk menjadi seorang sekretaris. Butuh waktu tidak sebentar untuk menduduki jabatan itu. Sekarang dia malah resmi menjadi seorang pengangguran.

Velina harus mencari pekerjaan baru lagi jika tidak ingin berakhir di jalanan.

Uang tabungannya sudah mulai menipis, hanya bisa membuatnya bertahan selama dua atau tiga bulan saja. Mungkin Velina harus berpikir untuk pindah tempat kos yang lebih murah agar bisa lebih berhemat.

Siang itu juga Velina mengemasi barang-barangnya untuk di bawanya ke tempat kos yang baru.

Saat dia mulai menyusuri sebuah gang sepi, dia merasa ada orang yang membuntutinya. Velina mempercepat langkahnya, tapi para pria berbaju hitam itu masih terus mengikutinya. Akhirnya Velina mengambil langkah kaki seribu.

Ayo, kejar aku kalau bisa!

Setelah lama berlari, Velina merasa seolah kehabisan tenaga. Sedangkan para pria berbaju hitam itu semakin dekat.

D saat yang bersamaan, seseorang menarik tangannya dan membekap mulutnya di detik-detik terakhir. Pria itu membawanya ke dalam mobilnya yang terparkir tak jauh di sisi jalan. Mendengar sekelompok orang itu kehilangan jejak, pria itu membuka bekapan tangannya. Velina menghela napas lega.

"Terimakasih," ucap Velina bersungguh-sungguh tanpa memperhatikan wajah si penolongnya.

Setelah seperkian detik berlalu, barulah Velina menyadari, jika pria yang ada di hadapannya itu adalah pria iblis yang dengan sengaja merenggut harga dirinya kemarin.

"Kau!"

Terlambat untuk terkejut dan melarikan diri. Pria itu sudah lebih dulu menyuruh sopirnya untuk melajukan mobilnya.

"Bedebah!"

"Dasar pria iblis!"

"Turunkan aku sekarang juga!"

Teriak Velina yang tidak bisa tenang sama sekali.

Diego menghela napas lelah, kemudian mengeluarkan sebuah sapu tangan dari saku jasnya dan kembali membekap mulut Velina lagi dengan sapu tangan tersebut.

Perlahan, gerakan Velina melemah dan dia mulai tak sadarkan diri. Pria itu telah membiusnya.

"Antar aku ke vila sekarang." Titah Diego pada sang sopir.

"Baik, tuan!"

Tak lama kemudian, mobil yang mereka tumpangi sampai di sebuah vila besar tempat kemarin Diego merenggut paksa keperwanan gadis itu.

Diego tidak menyangka akan bertemu kembali dengan Velina. Gadis itu tadi di kejar segerombolan pria berbaju hitam-hitam. Tidak tahu siapa, Diego tak ingin lanjut memikirkannya.

Sudut bibirnya tertarik ke atas menatapi Velina yang kini ada di gendongannya. Diego menggendong Velina dari mobil menuju salah satu kamar dalam Vila.

"Istirahatlah dengan tenang di sini?" Diego meletakkan tubuh gadis itu di atas ranjang dan menyelimutinya. Kali ini dia tidak berniat untuk menyentuhnya.

"Beri dia makanan dan pakaian baru saat dia sudah sadar nanti," titah Diego kepada para maid yang bekerja di vilanya.

"Baik, Tuan."

Para maid itu saling menatap bingung selepas kepergian tuannya. Karena tidak biasanya tuannya itu tersenyum senang seperti hari ini.

Biasanya, wanita-wanita yang di bawanya ke vila ini adalah wanita penghibur. Yang hanya di gunakan jasanya untuk menuntaskan hasrat majikannya itu.

Tapi sepertinya, wanita kali ini berbeda. Hingga mampu membuat senyuman bahagia terukir di bibir seorang Diego Michael.

"Apa Tuan kita sedang sakit?" Celetuk salah satu dari mereka para maid.

"Atau mungkin Tuan sedang salah minum obat?" Celetuk yang lain, dan tawa mereka hampir pecah namun mereka berusaha menahannya.

"Astaga... jangan sampai asistent Gun tahu kita sedang membicarakan tuan muda, bisa habis kita."

"Kau benar,"

"Lebih baik kita bekerja, dan lanjut bergosip di kamar kita saja nanti."

"Ide bagus."

Para maid itu pun segera membubarkan diri sebelum aksi mereka membicarakan tuan mudanya di ketahui oleh Asistent Gun.

Asisten Gun adalah kepala pelayan paling senior di vila ini. Wanita paruh baya itu cukup dekat dengan Diego. Karena Asisten Gun merupakan pengasuhnya sejak kecil, bahkan saat orang tua Diego masih ada. Diego juga sudah menganggap Asisten Gun seperti keluarganya sendiri.

Sedangkan di kamar, perlahan Velina membuka matanya, dia merasa terkejut saat sudah berada dalam ruangan yang tidak asing lagi baginya. "Tempat ini...."

Velina juga segera memeriksa pakaiannya, masih utuh melekat di tubuhnya, dia pun menghela napas lega.

Tapi jantungnya kembali di uji dengan suara pintu yang di buka tiba-tiba. Velina menduga itu pasti pria iblis yang kemarin. Mau apa lagi dia?

Bersambung

Jadilah wanitaku

"Selamat malam, Nona. Anda sudah bangun?"

Velina hanya bisa terpaku di atas tempat tidur menatap seorang wanita tua yang memasuki kamarnya dan di belakangnya mengekor dua orang maid yang membawa pakaian.

Velina buru-buru menyadarkan diri dengan membalas anggukan hormat mereka.

"Perkenalkan, Namaku Gun. Aku adalah kepala maid di vila ini. Tuan muda menyuruh kami untuk melayani, nona."

Apa maksudnya melayani? Velina benar-benar masih linglung. Wanita tua itu pun memberi isyarat kepada dua maid di belakangnya dengan gerakan lehernya. Kedua maid itu pun mengangguk dan segera menghampiri Velina.

"Hei... Kalian mau apa?" Wajah Belina panik.

"Maaf nona, kami ingin melepas pakaian anda dan membawa anda ke kamar mandi." Jawab salah satu maid.

"Apa?" Mata Velina yang bulat makin melebar. "Hei... Kalian apa-apaan!" Belinda berusaha memberontak tapi para maid seolah tak menggubrisnya. Mereka tetap melepaskan baju yang di kenakan Velina dengan paksa. Kemudian menarik paksa Belina ke kamar mandi.

Sial, kenapa mereka mirip tuan mereka si pria iblis itu! Suka memasa!

Velina hanya bisa mengumpat dalam hati.

Setelah sekian menit berlalu, para Maid sudah selesai dengan pekerjaannya. Kini Belina sudah tampil cantik dengan gaun malamnya. Gaun itu berwarna hitam selutut dengan belahan dada rendah.

Kurang ajar!

Umpat Velina saat dia melihat pantulan dirinya sendiri di depan cermin.

Dasar mesum!

Umpatnya sekali lagi sembari membenarkan pakaiannya yang terlihat sangat... Sexy. Velina merasa risih dan tidak nyaman.

"Sekarang nona di tunggu Tuan di meja makan."

Ujar wanita tua tadi yang masih ada di sana. Lamunan Belina seketika buyar.

Sekarang apa lagi? Aku harus menemani pria mesum itu makan malam? Batinnya.

"Mari, nona." Asistent Gun mengangkat tangannya dengan gaya mempersilahkan. Karena melihat wanita tua itu sudah berumur dan dia terlihat ramah. Velina jadi sungkan untuk membantah. Akhirnya dia terpaksa mengangguk setuju.

Velina mengikuti langkah Asistent Gun di belakangnya. Sembari melangkah, mata Belina tak hentinya menatap ke sekeliling, vila ini begitu luas dengan pilar-pilar besar sebagai penyangganya. Sepanjang koridor menuju ruang makan, mata Velina di manjakan dengan lukisan-lukisan berukuran besar yang  di sengaja di pajang di dinding.

Velina sangat menyukai lukisan, di waktu senggang biasanya dia suka melukis sebagai hobinya.

Langkah Velina memelan ketika kakinya menjejak ruangan makan yang begitu luas. Terdapat meja panjang dengan banyak kursi mengitarinya. Dan di kepala meja, ada sosok yang sebenarnya tak ingin di lihatnya sama sekali.

Pria iblis itu memasang wajah dinginnya. Kemudian dengan hanya mengangkat tangannya semua maid yang ada di sana mengangguk dan berlalu. Bahkan wanita tua yang mengantarnya tadi ikut berlalu. Kini tersisa Velina di sana, berdiri dengan gelisah. Pria itu terus menatap dirinya seolah ingin menelan seluruh dirinya.

"Sampai kapan kau mau berdiri terus di situ? Ayo duduk!" Titahnya dengan suara dingin.

Velina memberanikan diri untuk menegakkan kepalanya dan berkata, "kenapa aku harus menurutimu?" Ujar Velina tak kalah dingin.

"Apa begini caramu bicara dengan orang yang telah menolongmu?"

"Aku tidak pernah meminta di tolong oleh orang sepertimu!"

Mendengar jawaban Velina. Rahang Diego berubah mengeras. "Apa kau sungguh tidak takut padaku?" Ucapnya pelan sekaligus mengancam.

Ingatan Velina langsung membawanya saat pria itu dengan paksa merenggut kehormatannya. Dia merasa sangat marah tapi sekaligus tak berdaya. Sekarang dia bahkan kehilangan pekerjaan juga tempat tinggal. Sedangkan di luar sana bahaya juga sedang mengancamnya. Jadi apakah ini takdirnya? Harus menyerah pada pria ini?

Tidak!

Velina tidak ingin tunduk pada pria ini begitu saja. Dia harus membuat pria ini merasakan apa yang dia rasakan. Dendam ini harus terbalas. Tapi bagaimana caranya?

"Aku tahu hidupmu sudah berakhir, dan kau tidak punya tempat berlindung sekarang. Jadi aku ingin memberimu penawaran, bagaimana?"

Mata Velina tampak berpikir sejenak, "penawaran apa?"

"Jadilah wanitaku, dan akan ku jamin seluruh kehidupanmu!"

Mendengar itu, Velina sebenarnya sangat kesal setengah mati. Dan ingin mengumpat Diego saat itu juga. Tapi dirinya sadar dengan ketidak berdayaanya saat ini. Diego benar, dirinya memang butuh tempat berlindung, karena orang-orang yang mengejarnya tadi, pasti akan tetap mencarinya.

Jadi untuk sementara waktu, Velina pikir dia bisa menerima tawaran pria iblis itu.

"Baiklah, aku setuju."

Diego sangat terkejut dengan perubahan sikap Velina. Wanita itu tiba-tiba melunak dan setuju dengan tawarannya begitu saja.

"Baiklah, kau tidak bisa menarik lagi ucapanmu, dan aku akan menjadikanmu sampai aku merasa bosan. Dan kau tidak boleh berharap cinta dariku." Jelas Diego lagi.

Celina tersenyum miring. Pria ini sungguh ingin menginjak-injak harga dirinya. Lagipula siapa juga yang mengharapkan cinta dari pria iblis seperti itu. Hati Velina sudah mati rasa sejak hari itu. Kali ini dia hanya ingin bertahan dan balas dendam. Dia hanya butuh waktu yang tepat membalas semua perbuatan Diego dengan cara yang tidak pernah pria itu duga sebelumnya.

"Sayang sekali, padahal aku mengharapkannya, aku berharap anda akan benar-benar jatuh cinta padaku." Velina mengubah strateginya, dia tidak akan menunjukkan keangkuhannya lagi, tapi dia akan menunjukkan sisi lain dirinya. Dia akan membuat Diego bingung dengan sikapnya dan semakin penasaran dengannya.

"Tidak ada yang bisa membuatku jatuh cinta sebelumnya, semua wanita bagiku hanyalah sebagai pelampiasan hasrat ku, termasuk dirimu." Diego masih setia dengan keangkuhannya, padahal dirinya tak bisa melupakan Velina sedetikpun setelah pertemuan pertama mereka.

Velina justru senang melihat sikap Diego yang seperti itu. Karena sikapnya itu yang kelak akan menghancurkannya. Velina berjanji, akan membuat Diego jatuh cinta padanya dan mengemis cintanya sampai pria itu ingin membunuh dirinya sediri karena tak mendapatkan cinta darinya.

Ini namanya, membunuh tanpa menyentuh.

"Kenapa kita bicara terus? Aku lapar, bolehkah aku makan? Aku takut tidak punya tenaga saat melayanimu nanti." Celina merasa itu sana sekali bukan dirinya. Dia bahkan tidak percaya dirinya mampu mengatakan hal semenggelikan itu. Tapi demi melancarkan rencananya, dirinya harus banyak-banyak bersabar dalam merendahkan dirinya sendiri.

Anggap saja ini umpan, untuk mendapatkan ikan yang besar dan melepasnya seperti orang tak berdaya kemudian hari nanti.

Diego mengangkat sudut bibirnya sedikit, "rupanya kau ingin menggodaku? Baiklah, aku ingin lihat, seberapa hebat kau melayaniku."

Sial!

Velina mengumpat, kenapa jadi dirinya yang seperti termakan omongannya sendiri? Bagaimana jika pria ini akan benar-benar menidurinya lagi malam ini?

Padahal niat Belina tadi hanya ingin mempermalukan ego pria itu. Tidak di sangka pria itu malah bertindak agresif?

"Kenapa kau tiba-tiba diam? Apa kau takut?" Diego sengaja menggoda Velina yang wajahnya tiba-tiba berubah pucat. 

Velina tidak menjawab, dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya pada pria itu, dia hanya menarik kursi dan duduk. Hidangan lezat yang terhidang di depannya membuatnya sedikit melupakan permasalahannya dengan Diego. Urusan pria itu, biarlah nanti saja di pikirkan. Saat ini dirinya hanya ingin makan karena perutnya sudah sangat kelaparan.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!