London,
Suara riuh terdengar dari sebuah bangunan di suasana pagi yang cerah, kemeriahan sedang berlangsung disana.
Ya, hari ini regis high school sedang menyambut murid baru.
Di keramaian yang sedang berlangsung seorang gadis justru hanya duduk di bangku taman memperhatikan gerak gerik murid lain, gadis itu adalah Sophia eliana smith. Sejak tadi dia hanya memperhatikan tanpa berniat untuk bergabung.
Mulai merasa bosan sophia melihat sekitarnya. "Kemana aku harus pergi?" dia beranjak walau tidak memiliki tujuan.
Langkah asal sophia membawanya memasuki gedung sekolah hingga dia terhenti di depan sebuah pintu yang begitu tinggi, pintu itu tampak unik dan juga berbeda dari pintu lainnya.
Dengan ragu sophia memasuki ruangan tetapi keraguannya justru terbayar dengan decakan kagum melihat keindahan dari berbagai macam lukisan yang terpajang disana, tanpa sengaja ternyata sophia berada di ruang seni regis high school sekarang.
Terdapat berbagai macam lukisan dengan tema dan juga ukuran yang berbeda terpajang rapih, setiap lukisan di tata sedemikian rupa hingga terlihat begitu artistik. Dapat dipastikan ruangan itu menjadi surga untuk para pecinta lukisan.
Tak ada satupun lukisan yang terpajang luput dari pandangan sophia, dengan langkah kaki yang bergerak selangkah demi selangkah berpindah mengikuti arah pandangnya pada setiap lukisan yang terpajang hingga membawa Sophia terhenti di sudut ruangan.
Satu lukisan besar berhasil menghipnotis sophia karena keindahannya, "Wow" sophia terkesima.
"Lukisan ini sangat indah" suara lain ikut mengagumi.
Sophia menoleh, disana terdapat seorang gadis yang juga sedang menatap lukisan yang sama. Menyadari tatapan sophia gadis itu mengalihkan pandangannya dari lukisan dan menyapa sophia untuk sedikit mencairkan suasana.
"Hai, kau menyukai lukisan itu juga?" gadis itu menyapa.
"Ya" jawab sophia singkat.
"Aku michalina" gadis itu menjulurkan tangan memperkenalkan diri.
"Sophia" sambut sophia.
Dari perkenalan singkat itu tidak disangka ternyata mereka memiliki kesukaan yang sama akan lukisan hingga mereka mengelilingi ruangan bersama-sama.
"Lukisan-lukisan tadi sangat menakjubkan" puji michalina terhadap semua lukisan yang baru saja mereka lihat.
"Ya kau benar" balas sophia setuju. Sophia dan michalina meninggalkan ruang seni setelah puas berkeliling dan melihat semua lukisan disana.
"Sophia, kau tidak lapar?"
"Bagaimana jika kita ke kantin?" ajak michalina.
"Baiklah, ayo aku juga merasa lapar" jawab sophia.
Sophia dan michalina menuju kantin dan masih mereka masih terus membicarakan lukisan yang seperti tidak ada habisnya. Michalina adalah gadis yang aktif, dia sangat ramah juga sangat berani itu adalah kesan pertama sophia setelah beberapa jam mengenalnya.
...****************...
Kantin,
Sophia dan Michalina tiba di kantin dan mendapati kantin yang sudah ramai dengan meja-meja yang terisi penuh oleh murid lain bahkan seperti tak ada lagi yang tersisa untuk mereka berdua.
"Ramai sekali" keluh michalina melihat ke seluruh kantin.
"Sebaiknya kita pesan makanan terlebih dahulu, lalu kita akan mencari meja nanti" ajak michalina.
"Baiklah" sophia hanya mengikuti saran michalina.
......................
Sophia dan michalina sudah mendapatkan makanan mereka dan sekarang mereka harus mencari tempat untuk mereka berdua.
"Ayo sophia, kita lihat apakah masih ada meja kosong untuk kita berdua" michalina melihat sekeliling tampak tidak mungkin mereka mendapatkan meja kosong melihat kantin yang begitu ramai.
"Oh ya tuhan, mengapa regis membangun kantin sekecil ini!" michalina tampak kesal karena tak kunjung mendapatkan meja untuk mereka berdua.
Sophia dan michalina masih berjalan dengan nampan di tangan mereka. Setelah cukup lama berjalan dan mencari kesana kemari mata michalina melihat dua kursi kosong di ujung kantin, tanpa membuang waktu mereka langsung menuju ke arah meja itu.
"Permisi, apa kursi ini kosong?"
"Boleh kami menempati kursi ini?" michalina meminta izin kepada murid lain yang lebih dulu menempati meja.
"Ya, silahkan" jawab salah satu gadis mempersilahkan.
"Terimakasih" ucap sophia.
Sophia dan michalina menempati dua kursi itu dengan meja yang berbagi dengan murid lain. Mereka mulai makan dengan sesekali mengobrol tentang kelas peminatan.
"Sophia kelas peminatan apa yang kau ambil?" michalina bertanya.
"Kelas seni" jawab sophia membuat michalina terkejut.
"Benarkah" balas michalina tak menyangka.
"Ya, ada apa?" sophia mengerutkan keningnya tidak mengerti melihat reaksi michalina yang berlebihan.
"Apakah kau tau, sepertinya kita akan berada di kelas yang sama" michalina membuat sophia menerka.
"Michalina, kau-" sophia menjeda dan mendapat anggukan michalina sebagai jawaban bahwa dugaannya benar.
"Kalian dari kelas seni?" gadis di samping mereka ikut dalam perbincangan.
"Hai"
"Sama seperti kalian, aku dari kelas seni" ucap gadis itu langsung.
"Benarkah?" ucap sophia dan michalina bersamaan.
"Ya" jawab gadis itu di sertai anggukan dan senyum.
"Aku adriana" gadis itu memperkenalkan dirinya kepada sophia dan juga michalina.
"Hai adriana, aku michalina dan dia sophia" balas michalina.
"Jadi kau sudah memiliki teman baru sekarang?" ucap gadis lain disamping adriana membuat sophia michalina dan adriana melihat kearahnya.
"Hai, aku chiara" ucap gadis itu memperkenalkan diri setelah mendapat tatapan Sophia, Andriana dan juga michalina.
"Dan dia adalah samantha" chiara juga memperkenalkan temannya yang lain.
"Hai, senang bertemu dengan kalian" balas sophia menanggapi kedua teman adriana.
Perkenalan yang tidak disengaja itu menjadi pembuka obrolan mereka, mereka saling bertukar cerita tentang kelas peminatan. Dari pembicaraan itu di ketahui ternyata chiara dan samantha berada di kelas yang berbeda dari sophia, michalina dan juga adriana yang berada di kelas yang sama. Chiara mengambil kelas bisnis sedangkan samantha mengambil kelas tata busana.
......................
Hari pertama sekolah telah usai semua murid sudah kembali pulang begitu pula dengan teman-teman baru sophia yang sudah lebih dulu pulang sejak satu jam yang lalu.
Sementara itu sophia tidak dapat pulang lebih cepat karena harus mengurus beberapa kesalahan data dirinya hingga membuatnya harus tertahan di sekolah beberapa saat. Pihak sekolah meminta sophia memberikan informasi ulang untuk memvalidasi data dirinya di regis high school. Selesai memberikan keterangan barulah sophia pulang.
Sekarang sophia sedang berjalan melewati lorong sepi yang hanya terdapat dirinya disana dia kesal karena terlalu banyak lorong dengan bentuk yang sama membuatnya kebingungan mencari jalan keluar. Sophia masih belum menghafal benar letak ruang dan juga lorong penghubung di sekolah ini.
"Demi tuhan, aku hanya ingin pulang dan bukan datang kemari!" kesal sophia saat menyadari dia justru tiba di bagian lain sekolah.
Lorong yang sophia lalui tadi ternyata bukanlah jalan untuk menuju pintu utama gedung melainkan jalan menuju sisi bagian selatan sekolah yang menjadi tempat area olahraga outdoor.
Saat hendak berbalik suara riuh menghentikan langkah Sophia menarik perhatiannya untuk mencari asal suara.
Perlahan langkah sophia membawanya ke sumber suara hingga terdengar semakin dekat. Ternyata suara riuh berasal dari sekumpulan murid yang sedang bermain basket.
Sophia memperhatikan mereka semua, tidak ada yang menarik sebenarnya hanya sekumpulan murid laki-laki yang bermain basket hingga satu sosok berhasil mencuri perhatiannya.
Sosok yang muncul di antara temannya yang semula menghalangi. Dia berlari membawa bola di tangannya dan men-shoot bola ke arah ring dan ya.. berhasil.
Tanpa sophia sadari sebuah senyuman muncul di bibirnya setelah melihat aksi dari sosok itu, hingga sebuah gumaman kecil terucap "siapa dia?"
Sekumpulan murid laki-laki itu menghentikan permainan mereka tepat setelah sosok itu berhasil men-shoot bola juga sebagai penanda atas kemenangan timnya, mereka saling berjabat tangan lalu berpelukan tanda fair play permainan selesai.
Sementara itu sophia masih terus memperhatikan sosok yang tiba-tiba dia kagumi.
"Siapa kau?"
"Sejak tadi kau berada dimana?"
"Mengapa aku baru melihatmu sekarang" Sophia masih memperhatikan tanpa berniat mengalihkan pandangannya sedikitpun.
Hingga sophia terkejut ketika menyadari sekumpulan murid laki-laki itu berjalan ke arah tempat sophia berada membuatnya seketika berbalik dan berlari meninggalkan area tersebut.
Sophia berlari melewati lorong yang membawanya kesana. Sesekali dia menoleh melihat ke belakang untuk memastikan, entah apa yang membuat sophia berlari bahkan sebenarnya sekumpulan murid laki-laki itu tidak menyadari keberadaannya disana apalagi untuk mengejar.
"Buggh.."
"Awh-" ringis sophia merasakan sakit di siku dan juga lututnya. Sophia terjatuh setelah menabrak petugas kebersihan yang datang dari lorong lain membuat mereka bertabrakan di tengah penghubung lorong.
"Nak, kau baik-baik saja?"
"Apa kau terluka?" petugas itu bertanya dan membantu sophia untuk kembali berdiri.
"Aku baik-baik saja, terimakasih"
"Maaf sudah menabrakmu paman" ucap sophia merasa bersalah.
"Tidak masalah, kau tidak pulang?" tanya petugas kebersihan itu kepada sophia.
"Aku ingin pulang, hanya saja.." jawab sophia malu.
"Kau ikuti saja lorong itu, setelah berada di ujung lorong berbeloklah ke arah kanan, lorong kanan itu akan membawamu menuju area depan gedung sekolah" jelas petugas itu dengan ramah.
"Kau mengerti?"
"Kau ingin aku mengantarmu?" petugas menawarkan diri untuk mengantar setelah melihat wajah bingung sophia.
"Tidak, aku mengerti, terimakasih" balas sophia menolak.
"Sekali lagi maafkan aku" ucap sophia merasa bersalah membuat petugas itu membalas dengan senyum untuk menenangkan sophia.
"Permisi" sophia berlalu meninggalkan petugas kebersihan.
Petugas kebersihan hanya tersenyum melihat punggung sophia yang berjalan menjauh menyusuri lorong. Sophia bukanlah satu-satunya murid yang kebingungan mencari jalan keluar, setiap tahun selalu ada murid baru seperti sophia yang mengalami hal yang sama.
......................
Sophia tiba di area depan sekolah setelah mengikuti arahan petugas dengan baik, dia sedikit berlari menghampiri sang sopir yang sudah menunggu lama.
"Maaf membuatmu menunggu" ucap sophia.
"Tidak masalah nona" balas sang sopir memaklumi.
"Silahkan nona" dengan sigap sang sopir membuka pintu mempersilahkan sophia.
"Terimakasih" balas sophia.
Perjalanan pulang membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit untuk tiba di kediaman keluarga smith.
...****************...
Mansion,
Sophia tiba disambut oleh sang ibu sudah menunggu kepulangannya.
"Sayang, bagaimana sekolahmu?"
"Menyenangkan" jawab sophia menampilkan senyum.
"Itu bagus, cepat ganti pakaianmu mommy tunggu di ruang makan" ucap sang ibu.
Allessandra camorra smith wanita berdarah italia yang saat jni menetap di inggris setelah menikah dengan sang suami dan menjadi nyonya smith.
"Aku rasa tidak mom, aku ingin beristirahat sekarang" tolak sophia.
"Baiklah sayang, pergilah beristirahat" allesandra memaklumi kondisi sophia yang mungkin sedang lelah karena hari pertamanya bersekolah.
"Terimakasih mom" sophia berlalu pergi meninggalkan sang ibu lalu bergegas menuju kamarnya.
Kamar sophia terletak di lantai dua, kamar yang menghadap langsung kearah taman belakang.
Setibanya di kamar sophia meletakkan asal tas miliknya dan langsung menuju ranjang untuk sekedar mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah.
Mata sophia melihat ke atas menatap langit-langit kamar ingatannya kembali mengingat pada sosok yang di lihatnya di lapangan basket outdoor.
"Siapa kau?" gumam Sophia dan tanpa disadari senyuman terbentuk di bibirnya
Mengingat akan satu hal sophia langsung terbangun dan meraih tas untuk mengambil smartphone miliknya, sophia ingat dia bisa mencari informasi melalui website sekolah.
Tanpa menunggu lagi sophia langsung mencari informasi dengan membuka satu persatu daftar murid regis high school di tingkat pertama.
"Tidak ada" sophia heran tidak mendapati informasi yang dicarinya pada daftar murid tingkat pertama.
Saat akan menyerah dan akan meninggalkan website, sophia teringat dia belum mencarinya di daftar murid kelas senior tingkat kedua dan tingkat ketiga.
"Apakah dia senior" sophia bertanya kepada dirinya sendiri.
Sophia membuka dan mencari satu persatu setiap daftar murid di kelas senior tingkat kedua tetapi sejak tadi belum juga menemukan sosok yang dia cari.
"Kumohon, aku sudah sangat lelah" keluh sophia.
Sophia terus melihat satu persatu daftar nama dengan malas, hingga mata sophia mendapati sosok yang sejak tadi dicari olehnya.
"Huuft- ya tuhan"
"Mengapa kau begitu tampan?" sophia kembali bersemangat melihat potret dari sosok yang sejak tadi dia cari.
"Davide?" sophia membaca detail data diri sosok yang dicarinya tanpa ingin terlewatkan sedikitpun.
"Jadi namamu davide" sophia tersenyum.
"Davide Zachary Johnson" sophia mengucap nama lengkap sosok yang tiba-tiba sangat dia kagumi.
"Johnson?" sophia membuka media sosial untuk mencari username dengan nama davide.
"Tidak ada"
"Bagaimana mungkin-" sophia kecewa tidak menemukan username yang dicarinya pada sosial media.
Sophia kembali menidurkan diri melihat ke atas langit-langit kamar dengan sedikit kecewa dan memegang smartphone miliknya menatap foto davide yang dia dapat pada data diri davide.
...----------------...
.
.
.
.
.
to be continue
*****
⚠️
***** ****
Mengandung kata-kata kasar tidak untuk ditiru****!!
...ΩΩΩΩΩΩ...
.
.
.
Tiga bulan kemudian,
Waktu berjalan begitu cepat tidak terasa tiga bulan sudah berlalu. Tiga bulan di regis high school cukup bagi sophia untuk berbaur dan mengenal semua orang, dalam waktu tiga bulan sophia juga menjadi sangat dekat dengan teman-temannya.
Regis high school menjadi sangat spesial selama tiga bulan terakhir, bagaimana tidak davide sudah menjadi daya tarik tersendiri untuk sophia datang ke sekolah.
Setiap hari sophia tidak pernah absen untuk tidak memperhatikan davide, menyimpan rasa tanpa di ketahui oleh orang lain bukanlah hal yang mudah tapi sejauh ini sophia mampu melakukannya dengan baik.
Selama tiga bulan sophia diam-diam mencari informasi tentang davide yang ternyata memiliki pengaruh besar di regis high school.
----------
Pagi ini sophia datang ke sekolah seperti biasa dengan sang sopir yang setia mengantar. Aktivitas dari berbagai murid regis high school menjadi pemandangan pagi menyapa sophia yang baru saja tiba.
Sophia terlihat manis dengan rambut panjang yang dia biarkan terurai, kaki jenjangnya melangkah selangkah demi selangkah berjalan bersama murid lain di sekelilingnya memasuki gedung sekolah.
Setelah melewati koridor sophia menaiki tangga untuk menuju ke kelasnya yang berada di lantai dua, baru saja sophia akan memijak anak tangga dari arah berlawanan sekumpulan murid populer dan juga berpengaruh regis high school berjalan menuruni tangga membuat mereka saling berpapasan.
Ya mereka adalah Davide zachary johnson dan kelima temannya, xander ivanov dan xavier dabrowski yang berjalan paling depan, oliver jones yang sibuk dengan smartphone miliknya, serta marcello cruz dan juga Leon romano yang asik mengobrol.
Sementara davide berjalan paling belakang menggunakan headphone dengan kedua tangan yang berada di saku celana, tatapan tajam dan dingin davide seperti memberi peringatan kepada siapapun yang berada di tangga untuk segera menyingkir dari jalannya.
Sophia yang masih terkejut dibuat semakin terkejut mendapat tatapan dingin dari davide, tatapan itu hanya berlangsung beberapa detik sebelum akhirnya davide kembali mengalihkan pandangannya kedepan lalu berjalan meninggalkan tangga.
Sophia masih terdiam tidak percaya, dia merasa senang namun juga kecewa dalam waktu yang bersamaan. Sophia kecewa karena tatapan itu tidak berlangsung lama namun dia juga merasa senang karena akhirnya setelah tiga bulan untuk pertama kalinya mereka berada di jarak yang sangat dekat.
"Davide" gumam sophia menatap punggung davide yang berjalan menjauh.
...******...
Kelas,
Sophia tiba di kelas bersamaan dengan sang guru yang juga baru tiba, untung saja sophia tidak terlambat jika tidak sudah di pastikan dia tidak akan bisa mengikuti kelas karena sang guru tidak mentolerir apapun jenis alasan keterlambatan.
Dengan sedikit terburu-buru sophia berlari untuk sampai di mejanya. Disana adriana dan michalina yang sudah lebih dulu datang terheran melihat sophia yang datang terlambat tidak seperti biasanya.
"Sophia, sejak kapan kau menjadi pemalas seperti michalina?" ucap adriana.
"Adriana, apa maksudmu!" saut michalina tidak terima.
"Sssttt, berhenti bicara jika kalian tidak ingin di keluarkan dari kelas" sophia memperingati kedua temannya.
"Sepertinya itu akan menyenangkan" balas michalina dengan suara yang sedikit kencang hingga menarik perhatian sang guru.
"Ms.more kau tau peraturan di kelasku"
"Kau tau benar tidak ada obrolan apapun setelah aku memasuki kelas" ucap sang guru mengingatkan michalina.
"Aku mengerti maafkan aku, aku hanya menjawab pertanyaan dari kedua temanku" jawab michalina melihat ke arah sophia dan adriana yang terkejut mendengar jawaban michalina yang menyeret nama mereka berdua untuk pembenarannya.
"Bukankah begitu adriana, sophia" ucap michalina dengan tidak berdosa.
"Michalina, apa yang kau lakukan" adriana mendesis kesal.
"Ada apa adriana, aku benar" kembali michalina memperlihatkan senyum tak bersalah kepada adriana yang sudah mulai kesal.
"berhentilah untuk bicara" ucap adriana memperingati.
"Ms.More, Ms.achkreman dan Ms.smith silahkan tinggalkan kelas" ucap sang guru membuat adriana dan sophia terkejut.
"Tap-" ucapan adriana terpotong oleh michalina yang lebih dulu menjawab.
"Baiklah" jawab michalina dengan santai.
"Michalina, apa kau sudah gila!" ucap adriana kesal.
"Sebagai ganti tidak mengikuti kelas kalian akan mendapatkan tugas tambahan" ucap sang guru.
Setelah mengucapkan itu sang guru memberikan isyarat kepada sophia, adriana, dan michalina untuk segera meninggalkan kelas.
Adriana dan sophia keluar meninggalkan kelas dengan kesal berbeda dengan michalina yang justru merasa senang.
"Michalina, apa kau sudah tidak waras!"
"Kita dikeluarkan dari kelas" adriana semakin kesal.
"Ayolah adriana, kenapa kau begitu marah jangan terlalu khawatir tenang saja ini akan menyenangkan" balas michalina santai.
"Kita bukanlah satu-satunya murid yang di keluarkan karena melanggar peraturan, ada banyak murid lain yang sama seperti kita" ucap michalina membela diri.
"Sudah cukup, pikirkan kemana kita harus pergi?" sophia berusaha menengahi kedua temannya.
"Kantin" jawab michalina memberi saran.
"Tidak!" adriana langsung menolak ide michalina.
"Lalu, kemana kita harus pergi?" tanya michalina kembali.
"Ayo!" adriana mengajak sophia dan michalina tanpa memberitahu tujuan.
"Kemana adriana?" michalina bertanya namun tetap mengikuti adriana.
"Ikuti saja" jawab adriana masih belum memberitahu tujuan.
Sophia dan michalina hanya mengikuti adriana yang berjalan lebih dulu di depan, tanpa bertanya kembali ataupun memprotes sophia dan michalina seperti hanya pasrah kemanapun adriana membawa mereka.
"Disini?"
"Untuk apa kita ketempat ini?" michalina kesal setelah mengetahui tujuan akhir mereka.
"Tentu saja bermain basket" jawab adriana santai.
Mereka tiba di area basket outdoor yang terlihat sepi dan hanya ada mereka bertiga di sana. Adriana mengambil bola basket yang terdapat di pinggir lapangan, dengan lihai adriana mendribble bola membawanya ke arah ring dan menshoot bola itu.
Bola berhasil masuk lolos melewati ring dan jatuh ke bawah lalu kembali di tangkap oleh adriana.
"Ayo sophia" adriana melempar bola dengan reflek yang baik sophia menangkap bola itu dengan sigap.
Sophia mulai mendribble bola dan melakukan shoot ke arah ring, namun bola tidak berhasil masuk dan terpantul setelah mengenai sisi ring.
Sophia, adriana dan juga michalina melihat mengikuti arah bola yang terjatuh memantul kebelakang di waktu yang bersamaan bola terhenti di antara kaki sekumpulan murid laki-laki yang baru saja tiba di sana.
Sophia terkejut ketika mengetahui sekumpulan murid laki-laki itu adalah davide dan kelima temannya yang berdiri melihat ke arah sophia, adriana dan juga michalina.
"Apakah kalian sudah mendapatkan izin untuk menggunakan lapangan ini?" salah satu dari mereka bersuara, dia adalah xavier.
"Apakah lapangan ini milikmu?"
"Apakah kau tidak tau lapangan ini bagian dari fasilitas sekolah dan itu artinya semua murid regis high school berhak menggunakan lapangan ini" jawab adriana menjelaskan.
Sementara itu xavier hanya tersenyum evil mendengar jawaban yang di lontarkan oleh adriana yang menurutnya sangat konyol, tidak lupa juga xavier menertawakan adriana yang berdiri menantangnya.
"Apakah kau fikir kau sangat hebat?" adriana tersinggung dengan cara xavier menertawakan dirinya.
"Bersikaplah dengan baik" leon bersuara membela xavier.
"Adriana sudah cukup, ayo lebih baik kita pergi" michalina mengajak adriana pergi dari sana dan tidak ingin berurusan dengan davide dan teman-temannya.
"Kenapa michalina, kau takut dengan para pecundang ini!" ucap adriana membuat xavier dan teman-temannya yang semula diam mulai bereaksi.
Mendengar adriana yang sangat berani berbicara kasar tentang mereka, membuat oliver langsung melangkah dan menarik kasar kerah baju adriana dengan marah.
Sophia yang terkejut melihat oliver langsung menghampiri adriana dan oliver yang saling berhadapan.
"Apa yang kau lakukan, lepaskan tanganmu" Dengan panik sophia memegang tangan oliver memintanya untuk melepas adriana.
Oliver yang sedang marah tidak memperdulikan sophia yang memintanya melepaskan adriana.
"Jangan khawatir sophia pecundang sepertinya tidak akan berani melakukan apapun kepadaku" adriana kembali mengeluarkan ucapan tajam sehingga membuat oliver semakin terpancing.
"Pecundang?!" oliver mengulang.
"Ya, pe-cun-dang!" adriana mengulang dengan penekanan hingga terdengar semakin jelas.
"Kau dan teman-temanmu hanyalah sekumpulan pecundang regis high school" ucap adriana semakin berani.
"BERANI SEKALI KAU!" oliver menarik kasar kerah pakaian adriana hingga membuat sophia ikut menarik tangan oliver.
"Adriana, sudah cukup" sophia mencoba membujuk.
"Lihatlah pecundang ini!" adriana tersenyum meremehkan memancing oliver tanpa rasa takut sedikitpun.
"ADRIANA!!" oliver berteriak marah.
Rasa amarah oliver bertambah hingga menarik kasar pakaian adriana membuat kedua kancing paling atas pakaian adriana terlepas.
"Kumohon lepaskan tanganmu" sophia terus memohon kepada oliver untuk melepaskan Adriana.
Michalina yang melihat kedua temannya dalam kesulitan berinisiatif mengambil langkah untuk membantu mencoba memberikan peringatan dengan mengancam oliver.
"Aku akan melaporkan tindakanmu kepada dewan kedisiplinan sekolah jika kau tidak melepas adriana" ucap michalina mengancam menunjuk dengan jari.
"Akan lebih baik jika kau tetap diam!" ucap marcello berjalan ke arah michalina yang sedang mengancam oliver, cara marcello cukup mengintimidasi membuat michalina reflek melangkah mundur karena takut.
Sophia masih fokus dengan upayanya yang mencoba membantu adriana untuk terlepas dari oliver hingga terjadi aksi saling tarik menarik di antara mereka membuat sophia kehilangan keseimbangannya dan terjatuh terjerembab.
"Awh-" keluh sophia.
"Sophia" panggil adriana dan michalina bersamaan panik melihat sophia yang terjatuh.
Oliver yang ikut terkejut langsung melepaskan tangannya dari pakaian adriana, michalina berlari mendekati sophia membantunya untuk kembali berdiri terlihat siku sophia yang terluka karena terjatuh cukup keras dengan posisi siku menahan berat tubuhnya hingga membuat garis luka yang cukup membuat darah mengalir.
"Sophia, kau terluka" adriana panik melihat siku sophia yang terluka.
"Hanya goresan kecil, tidak masalah" balas sophia menjawab mencoba tenang meskipun sikunya terasa sangat sakit.
"Kita harus segera mengobati lukamu" ucap adriana dengan kepanikan di wajahnya.
"Jadi, apakah adriana salah mengatakan kalian pecundang?!"
"Ini sudah cukup membuktikan bahwa kalian hanyalah sekumpulan pecundang regis!" ucap michalina memperjelas, entah darimana datangnya keberanian itu.
"Sudah cukup!" davide bersuara setelah sejak tadi hanya diam menyaksikan yang terjadi.
Davide melangkah berjalan kedepan hingga berhadapan dengan michalina.
"Wah, lihatlah sang ketua dari para pecundang mulai bicara" michalina semakin berani.
"Dengar, seluruh murid regis high school mungkin takut denganmu kelima temanmu yang bodoh ini tapi tidak denganku dan teman-temanku" ucap michalina dengan begitu berani di hadapan davide.
"Sophia, adriana, ayo kita pergi dari tempat ini" michalina mengajak adriana dan sophia untuk meninggalkan lapangan basket.
"Kita salah berada di tempat ini, ini adalah tempat untuk para pecundang dan kita bukanlah pecundang" ucap michalina tersenyum merehkan davide dan kelima temannya.
Sophia dan adriana berjalan lebih dulu dengan michalina mengikuti di belakang. Dari arah belakang marcello yang terpancing mendengar ucapan michalina ingin menghentikannya namun usaha marcello di hentikan oleh davide yang menahan lengannya.
"Cukup cello!" ucap davide dingin menghentikan.
Marcello yang merasa kesal langsung berjalan ke arah outdoor sport seating untuk sedikit menenangkan atau mengurangi rasa kesalnya.
Beberapa saat setelahnya davide dan oliver ikut bergabung dengan marcello. Mereka menjadi penonton untuk xavier, xander dan juga leon yang sedang bermain basket disana.
...*****...
Ruang UKS,
Sophia, adriana dan michalina tiba ruang UKS untuk mengobati luka di siku sophia.
"Sophia, apakah sangat sakit?" adriana bertanya.
"Tidak" jawab sophia tersenyum mendengar adriana.
"Kau yakin?" michalina ikut bertanya.
"Ya, tentu saja" sophia tersenyum melihat kedua temannya yang mengkhawatirkan dirinya.
"Sedikit lagi" adriana hampir selesai membalut luka sophia dengan sangat telaten.
"Selesai" adriana tersenyum bangga setelah berhasil membalut luka sophia.
"Terimakasih" ucap sophia tersenyum.
"Ayolah sophia, kau terluka karenaku jangan mengatakan itu atau aku akan semakin merasa bersalah" jawab adriana tak terima dengan ucapan terimakasih yang di ucapkan oleh sophia kepadanya.
"Jadi kemana kita akan pergi sekarang?" michalina bertanya di antara obrolan sophia dan adriana yang sedang berlangsung.
"Kantin" jawab sophia memutuskan.
"Ya sophia itu adalah jawaban yang paling tepat" ucap michalina setuju membuat sophia dan adriana tertawa mendengar michalina.
...*****...
Kantin,
Baru saja sophia, adriana dan juga michalina menempati meja mereka di waktu yang bersamaan suara bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba.
"Aku akan memesan jus untuk kita" michalina meninggalkan sophia dan adriana di meja.
"Ya pergilah" adriana menanggapi.
Beberapa saat setelah michalina berjalan menjauh, suara samantha dan chiara memanggil mereka baru saja tiba dan langsung bergabung.
"Hai, kalian tiba lebih cepat hari ini" ucap chiara kepada sophia dan adriana.
"Ya kami tiba di kantin lebih cepat dari biasanya dan juga tidak mengikuti kelas seperti biasanya" balas adriana menjawab.
"Ada apa?" samantha tidak mengerti.
"Seperti biasa ms.more membuat masalah" ucap adriana memberitahu chiara dan samantha.
Chiara dan samantha yang mendengar hanya tertawa mendengar adriana yang terlihat jengkel, mereka semua memahami michalina memiliki sifat yang begitu unik di antara mereka semua.
"Hai teman-teman, apakah ada hal yang aku lewatkan?"
"Bagaimana bisa kalian tertawa dengan begitu bahagia tanpa diriku" ucapan michalina membuat chiara dan samantha semakin tertawa kencang.
"Ayolah, hal apa yang begitu lucu hingga membuat kalian tertawa begitu senang?"
"Cepat katakan padaku!" michalina kesal karena tidak mengerti apapu.
Sementara itu sophia tidak fokus pada obrolan yang sedang berlangsung di antara keempat temannya, matanya teralihkan saat melihat kedatangan davide yang baru saja memasuki kantin membuatnya kembali mengingat hal yang terjadi di lapangan basket beberapa saat lalu.
"Lihatlah, para pecundang regis!" ucap michalina melihat kedatangan davide bersama kelima temannya membuat adriana, chiara dan juga samantha ikut melihat ke arah mereka.
Seperti menyadari adanya tatapan yang mengarah kepada mereka di waktu yang bersamaan davide dan kelima temannya juga membalas melihat ke arah meja sophia, chiara,michalina, adriana dan juga samantha yang masih melihat mereka.
Mereka saling menatap, namun tatapan mereka tidak berlangsung lama karena mereka langsung saling menghentikan tatapan.
"Permisi,pesananmu" seorang pelayan datang dengan nampan yang berisikan lima jus membuat mereka memutus tatapan itu.
"Terimakasih" jawab michalina tersenyum ramah.
"Kau juga memesan untukku?" ucap samantha terkejut.
"Sejak kapan ms.more menjadi sangat bijaksana" ucap chiara menggoda michalina.
"Tidak, aku memesan itu semua untuk diriku sendiri" balas michalina kesal mendengar chiara dan samantha tetapi justru membuat ke empat temannya tertawa melihat tingkah michalina.
_____
Adriana membuka obrolan mereka dengan membicarakan drama di keluarkan dari kelas hingga insiden lapangan basket.
"Benarkah!"
"Mereka melakukan itu kepada kalian?" samantha tidak percaya setelah mendengar michalina bercerita tentang insiden lapangan basket.
"Hm" gumam adriana malas harus kembali mengingat insiden itu.
Obrolan mereka terus berlanjut semakin asyik saat michalina menceritakan semua yang terjadi hingga ikut membuat samantha dan juga chiara merasa kesal mendengarnya.
**suara bel berbunyi,
Suara bel menjadi pemotong obrolan yang sedang berlangsung di meja kantin yang di tempati sophia dan teman-temannya.
"Baiklah, kita akan melanjutkan nanti" ucap michalina berhenti bercerita.
"Oh ya tuhan, mengapa bel itu harus berbunyi sekarang!" samantha kesal karena masih ingin mendengar semua cerita michalina.
Semua murid membubarkan diri untuk kembali ke kelas mereka masing-masing dan kembali memulai kelas baru begitupun dengan sophia, michalina, adriana, chiara dan juga samantha.
...*****...
Sekarang adriana dan michalina sedang mengikuti kelas kedua dan menjadi kelas terakhir untuk sophia hari ini, setelah kelas kedua usai nanti sophia akan langsung kembali pulang karena tidak lagi memiliki kelas peminatan lain berbeda dengan adriana dan michalina yang masih memiliki kegiatan lain.
Kegiatan belajar berlalu dengan cepat, semua murid menikmati kelas sang guru sangat pandai dalam menyampaikan materi hingga tidak membuat murid merasa bosan selama kegiatan belajar berlangsung.
"Baiklah, kelas hari ini telah selesai"
"Terimakasih telah mengikuti kelas dengan sangat baik" sang guru tersenyum ramah memberikan apresiasi kepada semua murid karena telah mengikuti kelasnya dengan antusias, lalu pergi meninggalkan kelas.
Setelah sang guru meninggalkan kelas semua murid bersiap untuk kembali pulang atau mungkin kembali bersiap untuk mengikuti kelas peminatan lain bagi murid yang masih memiliki kelas peminatan seperti adriana dan michalina.
"Sophia kau akan langsung pulang?" adriana bertanya.
"Ya aku akan langsung pulang" balas sophia
"Baiklah, hati-hati di jalan" ucap adriana.
"Baiklah, bye" sophia menanggapi. Mereka berpisah di depan kelas. Sophia, adriana dan michalina tidak selalu bersama karena mereka memiliki kegiatan yang juga berbeda-beda.
Sophia berjalan di lorong seorang diri dengan sedikit tidak bersemangat, entahlah dia seperti merasa begitu lelah dan juga seperti kehilangan semangat.
Langkah sophia menuruni anak tangga lalu melewati lorong yang akan membawanya tiba di depan gedung regis high school dari kejauhan sophia dapat melihat sang sopir menunggunya.
Sophia berjalan menghampiri sang sopir yang dengan sigap dan menunduk memberi hormat kepadanya. "Nona sophia, silahkan" sang sopir membuka pintu mobil dan mempersilahkan.
"Terimakasih" jawab sophia menanggapi.
...*****...
Mobil dalam perjalanan pulang, suasana hening di dalam mobil menambah rasa bosan sophia yang sejak tadi hanya melihat pepohonan yang di lalui dari balik kaca mobil yang berjalan.
"Apa yang harus aku lakukan untuk bisa dekat denganmu?" sophia membatin mengingat davide dan insiden lapangan basket.
Jari sophia bergerak membentuk pola abstrak pada kaca mobil seperti mewakili pikiran dan juga suasana hatinya saat ini yang rumit tentang davide.
"Bahkan setelah tiga bulan berada di satu tempat yang sama tidak juga membuat kita saling mengenal" sophia terus membatin.
Waktu perjalanan pulang di habiskan sophia dengan memikirkan davide hingga dia tidak menyadari dua puluh menit perjalanan telah berlalu dan mobil yang membawanya telah tiba di area mansion keluarganya.
Seperti biasa, mobil akan berhenti tepat di depan pintu utama mansion dan akan ada bodyguard yang juga sigap membukakan pintu mobil yang berhenti di sana.
"Selamat datang nona sophia" ucap pelayan menyambut kepulangan sophia.
"Sophia" suara sang ibu terdengar.
"Mom" saut sophia menanggapi dengan tersenyum lalu berjalan menghampiri sang ibu.
"Bagaimana sekolahmu hari ini?" pertanyaan yang sama selalu di lontarkan oleh sang ibu kepada sophia saat menyambutnya pulang.
"Sangat baik, seperti biasa" jawab sophia.
"Itu sangat bagus" ucap sang ibu dengan penuh kehangatan.
"Sophia kau terluka?" ucap sang ibu khawatir melihat siku sophia yang terbalut perban
"Ini hanya luka kecil karena kecerobohanku sendiri" jawab alessa santai berbohong tentang luka di sikunya.
"Baiklah, cepat ganti pakaianmu"
"Mommy sudah memasak menu kesukaanmu, kita akan makan bersama" ucap sang ibu membuat sophia senang.
"Benarkah, tunggu aku akan segera kembali dan melahap semua masakan mommy" sophia sangat antusias lalu sedikit berlari menuju kamarnya.
...*****...
Ruang makan,
Sophia tiba di ruang makan dan melihat sang ibu yang sedang menata berbagai menu di atas meja, semua hidangan tertata begitu rapih membuat sophia sangat berselera untuk segera melahap semua makanan itu.
"Sophia kemarilah"
"Semua menu hari ini adalah kesukaanmu" sang ibu menunjukkan hasil masakannya kepada sophia.
"Mom, ada apa?" sophia melihat dengan heran.
"Kau menjadi sangat baik hari ini?" sophia kembali bertanya dengan mata menyipit penuh selidik.
"Ayolah sophia, apakah mommy hanya baik hari ini saja?" balas sang ibu protes mendengar pernyataan sophia.
"Tidak, kau selalu baik dan kau adalah ibu terbaik di dunia" ucap Sophia membanggakan sang ibu.
"Duduklah, segera makan makananmu" sophia menarik kursi dan bersiap untuk melahap hidangan itu.
Sophia duduk berhadapan dengan sang ibu, mereka hanya makan berdua di meja makan besar yang sudah tersedia berbagai menu kesukaan sophia.
"Mom, dimana daddy?" sophia bertanya setelah tidak melihat keberadaan sang ayah.
Sambil melihat sekeliling dan menyantap makanannya sophia kembali bertanya "Apakah daddy langsung berangkat ke kantor hari ini?"
"Tidak, daddymu memiliki pekerjaan lain yang sangat penting dia sudah berangkat ke italia dua jam yang lalu" sang ibu menjelaskan.
"Italia?" sophia terkejut.
"Pekerjaan apa yang begitu penting?"
"Bukankah daddy baru saja kembali kemarin malam?" sophia kembali melanjutkan ucapannya.
"Mommy juga tidak mengetahui benar sophia"
"Daddymu hanya mengatakan pergi untuk pekerjaan penting, sepertinya daddymu juga akan melihat keadaan putranya disana" jelas sang ibu memberitahu.
"Tentu saja tuan jason smith sangat sibuk" jawab sophia.
"Seharusnya mommy pergi bersama daddy kalian bisa melihat keadaan Aaron bersama-sama" sophia memberikan saran kepada sang ibu.
"Sebenarnya mommy sangat ingin ikut dengan daddymu tetapi mommy juga memiliki anak gadis yang sangat manja di sini"
Dengan sedikit mendorong tubuhnya kedepan dan berbisik sang ibu menjawab sophia "Dia tidak bisa di tinggalkan seorang diri" ucapan itu cukup mengejek sophia dan membuatnya jengkel.
"Mom-" sophia merajuk mendengar ucapan sang ibu.
"Ya baiklah, ayo habiskan makananmu" ucap sang ibu sambil tertawa.
Sophia melahap habis makananan dan membuatnya begitu kenyang.
"Mom aku sudah selesai, aku akan kembali ke kamarku ada beberapa tugas sekolah yang harus segera ku selesaikan" ucap sophia memberitahu sang ibu.
"Baiklah, pergilah selesaikan tugasmu" balas sang ibu menjawab dengan tersenyum.
Sophia meninggalkan ruang makan setelah mendapat izin untuk kembali ke kamarnya.
_____
Tiba di kamar sophia langsung berjalan ke arah sofa dekat jendela besar yang mengarah langsung ke taman belakang.
Sophia meraih smartphone miliknya yang berada di atas meja jari jemarinya bergerak membuka galeri untuk melihat potret seseorang yang sangat ingin dia lihat. Potret itu adalah potret davide yang sophia ambil secara diam-diam satu bulan lalu.
"Davide" gumam sophia menatap potret davide.
"Apa yang sedang kau lakukan sekarang?"
"Apakah kau tau, kau terlihat begitu manis ketika tersenyum seperti ini"
"Tapi mengapa kau jarang sekali tersenyum ?" sophia bertanya seakan sedang berbicara langsung dengan davide.
Sophia berhenti bergumam ketika mengingat tugas yang belum dia selesaikan "Oh ya tuhan, tugasku!" sophia bergegas menuju meja belajar untuk segera mengerjakan tugasnya.
____
"uughh ya tuhan banyak sekali tugasnya" sophia meregangkan ototnya yang terasa pegal setelah berjam-jam mengerjakan tugas.
"Jam berapa sekarang" ucapnya menengok melihat jam yang sudah menunjuk di angka 20.00 pm. Setelah melihat waktu sophia merapihkan buku-buku dan mengirim tugasnya tersebut melalui email.
"Selesai" sophia tersenyum lalu bergegas menuju ranjang untuk beristirahat.
...----------------...
.
.
.
.
.
to be continue
07.00 am,
Sophia terbangun, tubuhnya terasa sedikit pegal pagi ini. Dengan lesu dia mencoba duduk menyender pada kepala ranjang untuk sedikit mengumpulkan semangat.
"Ayo sophia" ucap Sophia menyemangati dirinya sendiri lalu bergegas menuju bathroom untuk membersihan diri.
...----------------...
Tiga puluh menit waktu berlalu untuk shopia membersihkan diri dan juga bersiap.
Setelah bersiap, sophia meninggalkan kamar dengan menenteng tas sekolah di tangan. Sophia menuju ruang makan untuk breakfast sebelum berangkat ke sekolah.
Dari kejauhan aroma masakan sudah dapat sophia cium, wangi lezat dari arah kitchen menambah rasa laparnya pagi ini.
Memasuki ruang makan sophia melihat para pelayan yang sibuk menyiapkan dan menata rapih berbagai menu di atas meja, terdapat juga sang ibu nyonya allessandra camorra smith yang mengatur setiap pekerjaan dari para pelayan di sana.
"Selamat pagi mom" Sapa sophia.
"Selamat pagi sayang" balas Allesandra.
"Ayo, sarapanmu sudah menunggu" Allesandra mengajak sophia untuk segera menempati kursinya.
Sophia berjalan mendekat ke arah meja makan lalu menduduki kursi yang di siapkan untuknya.
"Sophia" paggil Allesandra bergabung duduk di dekat sophia.
"Ya, mom" sahut sophia menjawab lalu menoleh ke arah sang ibu.
"Sophia-" Alessandra ragu untuk melanjutkan kata yang ingin dia sampaikan kepada sophia.
"Sepertinya mommy harus menyusul daddymu ke italia" ucap Allesandra akhirnya.
"Ada apa?"
"Semua baik-baik saja?" tanya sophia setelah melihat raut wajah sang ibu yang berubah.
"Begini sophia, daddy mu menelfon semalam dan mengatakan Aaron sedang sakit dan-" jelas Allesandra kembali menjeda.
"Dan?" sementara sophia menunggu sang ibu melanjutkan ucapannya.
"Dan dia membutuhkan mommy" Lanjut Allesandra dengan wajah cemas.
"Kalau begitu segeralah bersiap, tentu saja adikku juga membutuhkan mommy nya" balas sophia mengerti.
"Mommy akan berangkat dalam dua jam ke depan" Allesandra memberitahu dan juga merasa cemas karena akan meninggalkan Sophia.
"Baiklah" balas sophia.
"Semua pelayan dan bodyguard akan menemanimu" ucap Allesandra kembali.
"Aku mengerti" jawab sophia.
"Pergilah jangan khawatir, aku akan baik-baik saja disini" sophia berusaha meyakinkan sang ibu untuk tidak khawatir kepadanya.
"Baiklah" Allesandra mengelus tangan sophia dengan lembut.
"Mom, kabari aku saat kau sudah tiba" sophia meminta Allesandra untuk memberi kabar.
"Tentu saja sayang" allesandra memberikan senyum lembut menatap sang putri yang sudah mulai tumbuh menjadi gadis yang pengertian.
"Ayo, habiskan makananmu"
"Mom, bagaimana kabar pamanku?" sophia melihat sang ibu.
"Tentu saja dia baik" jawab Alessandra dengan senyum paksa, namun sophia tidak menyadari perubahan raut wajah Allesandra karena sudah lebih dulu mengalihkan wajah.
"Aku sangat merindukan paman, berkuda bersama paman adalah yang paling aku rindukan" lanjut sophia bercerita dengan antusias.
"Ya sophia" Allesandra memaksakan kembali dirinya untuk tersenyum.
"Baiklah, aku sudah selesai"
"Aku berangkat sekarang" sophia meninggal kursi Allesandra sebelum beranjak pergi.
"Bye mom, sampaikan salamku untuk daddy, Aaron dan juga paman" ucap sophia lalu pergi meninggalkan ruang makan.
"Ya" balas Allesandra lirih.
Mobil yang membawa sophia meninggalkan area mansion saat jam menunjukan pukul 08.02 am masih sangat cukup untuk tiba lebih awal mengingat jarak tempuh hanya memakan waktu dua puluh menit.
...****************...
Tiba di kelas sophia di sambut oleh adriana dan juga michalina yang ternyata sudah datang lebih dulu hingga membuatnya heran.
"Hai sophia" michalina menyapa.
"Ha-i" balas sophia terheran.
"Kalian datang lebih pagi hari ini, ada apa?" ucap sophia penuh heran.
"Mengapa kau sangat heran, seperti biasa tuan putri kita membutuh bantuan" jawab adriana memberi kode.
"Oh, tugas yang harus tersalin rapih" sophia tertawa ringan mengerti maksud ucapan adriana.
Sementara michalina hanya tersenyum mendengar sophia dan adriana yang membicarakan dirinya.
Kelas yang semula sepi mulai terisi oleh murid-murid lain yang mulai berdatangan, waktu tersisa 5 menit lagi sebelum bel berbunyi untuk memulai kelas hari ini.
**suara bel berbunyi,
Seorang guru memasuki kelas dan itu artinya kelas akan segera di mulai, kelas yang semula ramai menjadi hening tidak lagi terdengar suara dari para murid yang mengobrol ataupun sibuk dengan kegiatan mereka.
"Selamat pagi" guru menyapa semua murid dengan ramah.
Kelas di mulai, kegiatan belajar berjalan sama seperti hari-hari sebelumnya semua murid serius mendengarkan materi yang sedang di sampaikan, kelas juga menjadi hidup ketika interaksi antara para murid yang saling melempar pendapat saat berdiskusi atas materi yang sudah di sampaikan oleh sang guru.
Kegiatan belajar berjalan cukup baik daya tangkap murid mampu menghidupkan suasana belajar dengan pertanyaan-pertanyaan kritis yang menjadi bahan diskusi kelas hari ini.
**suara bel berbunyi
Suara bel berbunyi menjadi penanda waktu belajar telah berakhir.
Hari ini sophia hanya memiliki satu kelas dan tidak memiliki kelas lain begitupun dengan adriana dan juga michalina yang juga hanya memiliki satu kelas hari ini.
"Sophia, kau akan langsung pulang?" michalina bertanya.
"Ya, aku tidak memiliki jadwal berlatih golf hari ini" balas sophia.
"Hm, baiklah" michalina menanggapi.
"Adriana, kau berlatih judo hari ini?" tanya michalina beralih pada adriana.
"Ya michalina, ada apa?" jawab adriana.
"Tidak, aku hanya ingin mengajak kalian untuk makan siang bersama tetapi kalian sangat sibuk" ucap michalina dengan wajah murung.
"kita akan makan siang bersama di lain waktu" sophia mencoba membuat michalina mengerti.
"Baiklah" jawab michalina mengerti.
...****************...
Sophia dalam perjalanan pulang, sejak tadi Sophia tidak memiliki kegiatan lain selain melihat pemandangan dari luar. Saat melewati jalan kota mata sophia melihat sosok yang sangat dia rindukan hingga tanpa sadar dia bergumam menyebut namanya.
"Davide" gumam sophia lirih melihat kearah davide yang sedang memasuki sebuah kedai kopi.
"Apa yang sedang Dave lakukan disana?"
"Biarkan saja sophia, itu bukan urusanmu berhenti lah untuk selalu ingin tau urusan davide" Sophia takut kebiasaannya itu akan semakin menumbuhkan rasa kepada davide dan hal itu akan semakin mempersulit dirinya.
Namun tetap saja sophia tidak bisa berdiam diri dengan tidak mencari tau setiap kegiatan yang davide lakukan. Dari dalam mobil yang berjalan sophia masih menatap kedai tempat dimana davide berada saat ini.
Sophia kecewa ketika mobil semakin menjauh meninggalkan kedai hingga membuatnya kembali berbalik untuk duduk dengan benar. Sophia tidak mengerti entah mengapa dia tidak pernah bosan untuk melihat davide, apapun yang di lakukan oleh davide adalah hal yang sangat menarik untuknya.
("Davide, bagaimana cara untuk bisa bersama denganmu?") sophia membatin.
("Suatu hari nanti kita akan bersama, ku pastikan itu akan terjadi!") ucap sophia masih membatin dengan sedikit keras kepala.
Rasa yang berlebih membuat sophia lupa bahwa tidak semua hal dapat di miliki. Terbiasa mendapat sesuatu dengan mudah membuat sophia juga berfikir seseorang bisa dia dapat hanya karena dia menginginkannya.
...----------------...
.
.
.
.
.
.
to be continue
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!