NovelToon NovelToon

World For You

Bab 1

...***...

"Aku mau putus," Ucap seorang gadis dengan percaya diri di hadapan lelaki yang sedari tadi fokus dengan handphonenya.

Mendengar perkataan itu, sang lelaki menghentikan kegiatannya dan menatap beberapa detik wajah gadis itu, tapi segera semburan tawa terdengar.

"Hahaha.. Ta kamu kalo mau bercanda nanti lagi, aku lagi main game sekarang, gak ada waktu," Ucap lelaki itu sembari terkekeh geli.

Fietta memejamkan mata mencoba bersabar, walau sebenarnya kesabarannya selama 3 tahun ini sudah habis bersih karena cowok brengsek di hadapannya kini.

"Aku serius, mulai sekarang kita gak ada hubungan apa-apa lagi, kamu bebas pergi sama siapa aja tanpa larangan aku lagi," Ucapan itu terasa pahit di lidah, sosok yang dia cintai selama beberapa tahun harus ia lepas.

Barga terdiam sekejab, dan memandang Fietta, mencari kebohongan di wajah gadis itu.

"Oke, tapi untuk kali ini gue gak akan semudah itu untuk ngasih lo kesempatan buat balikan," Barga yakin kalau Fietta selalu balik lagi dengannya, begitupun dengan tahun-tahun yang lalu saat Fietta memutuskannya dan keesokan harinya menangis meminta balikan hanya karena Barga bersama cewek lain.

Tanpa menunggu lama Barga bangun dari duduknya dan meninggalkan Fietta di taman belakang sendiri tanpa menolehkan kepala ke belakang.

"Mah.. Siapa yang sayang adek selain mamah, lelaki yang selama ini Fietta cintai engga pernah bales perasaan Fietta, bahkan papah juga gak pernah peduli sama Fietta," Fietta menggeladah ke atas, berharap mamahnya di atas sana dapat mendengar curhatannya.

Drtt... Drtt..

Bunyi ponsel di tas nya menyadarkannya dari kesedihan dan melihat alarm yang menandakan kelas akan segera di mulai.

Ia berjalan menuju kelas Sastra, kuliah yang ia pilih ketika lulus SMA. Ia juga tidak pernah dekat dengan seorang teman hanya karena ia anak donatur sekolah. Fietta juga tidak terlalu memperdulikan, baginya selama tidak ada yang mengusik hidupnya itu akan baik-baik saja.

Fietta duduk di baris kedua yang tidak terlalu jauh dari meja dosen, di sampingnya terdapat gadis cantik dengan lesung pipi menambah kemanisan di wajahnya.

"Hei.. Boleh gue pinjem ponsel lo?"

Fietta mengerjab lantaran gadis yang ia lihat tadi kini mengajaknya berbicara.

"Eh.. Boleh," Fietta memberikan ponselnya dan kembali membaca bukunya.

Beberapa detik terlewat dan akhirnya gadis di sampingnya itu mengembalikan ponselnya dan berterima kasih.

"Btw gue Carla," gadis bernama Carla itu menjulurkan tangan kearah Fietta membuat Fietta terkejut, pasalnya banyak rumor tentangnya yang mengatakan dirinya arogan dan jahat hanya karena pacarnya mempunyai teman cewek lain.

"Fietta," Fietta tidak terbiasa berinteraksi dengan orang-orang lagi semenjak ia berpacaran dengan Barga.

"Oh jadi lo yang namanya Fietta itu," Carla mengangguk-anggukan kepalanya membuat Fietta canggung apakah ia akan di jauhkan.

"Lo cantik, harusnya cari pacar yang lebih baik lagi," Perkataan itu membuatnya bingung, biasanya ia akan di beri kritikan karena terus mengekang mantan pacarnya itu, ya karena beberapa saat yang lalu mereka putus membuat Fietta harus menegaskan kalau saat ini mereka mantan.

"Kamu salah, aku udah putus dari Barga,"

"Oh, bagus kalau gitu, gue paling benci sama cowok yang gak ngerhagain pacarnya,"

Fietta diam saja, bingung ingin menjawab apa. Gadis di sampingnya ini sangan blak-blakan ketika bicara dan Fietta bukan orang ramah yang bisa menyesuaikan pembicaraan.

"Gue punya satu rahasia, lo mau tau?" Bisik Carla pada Fietta.

Fietta memilih mengangguk,"Boleh."

"Gue sebenarnya sepupu Barga,"

Hari ini entah sudah berapa kali ia di buat terkejut oleh Carla, cewek ini terlalu jujur untuk seseorang yang baru kenal. Tapi perkataan Carla membuat Fietta berfikir keras. Selama ini demi menyenangkan keluarga Barga, Fietta sering membawa berbagai barang ke rumahnya dan bahkan mati-matian belajar memasak hanya karena ibu Barga suka menantu yang pintar memasak.

"Aku gak pernah tau kalo kamu salah satu dari sepupu Barga yang lain,"

Sayangnya ekspresi Carla kebingungan, "Barga punya sepupu cewek cuma 2, itu gue dan satu lagi tapi masih SMP."

Hah? Jadi selama ini siapa cewek yang di perkenalkan Barga padanya, bahkan saat Fietta datang ke apartemennya ia melihat Barga bersama cewek itu sedang asik mengobrol bahkan beberapa kali menginap di sana.

Selama kelas Fietta merasa linglung, tidak ada materi yang masuk ke dalam otaknya. Ia baru sadar kalau ternyata ia tidak pernah mengenal Barga dan tetap bertingkah bodoh.

Namun sekarang Fietta tidak akan lagi bersikap bodoh ataupun lemah, ia akan menunjukkan bahwa setelah meninggalkan cowok itu ia lebih bahagia.

Setelah kelas ia kembali ke rumah, rumah besar yang sayangnya hanya terisi oleh dirinya sendiri dan beberapa pembantu yang dari kecil mengurusnya.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam non, gimana kuliahnya?" Sambutan saat pulang memang agak berbeda dengan kebanyakan orang, jika biasanya seorang ibu yang akan menyambut Fietta terbiasa dengan bibi asuhnya yang selalu menyambut.

"Engga ada spesial bi, abis kelas langsung pulang,"

Bi Inah hanya tersenyum, anak asuhannya harus merasakan kesepian di rumah besar ini bahkan tanpa di temani sang ayah yang selalu sibuk di kantor tanpa menyempatkan bertemu anaknya.

Fietta pergi menuju kamarnya, ruangan itu bisa terbilang luas bahkan sangking luasnya Fietta merasa hanya dia sendiri di dunia ini.

Menjelang malam setelah Fietta sibuk dengan tugas kuliahnya, ia mendongak dan melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 7 malam, ini mendekati makan malam.

Setelah membersihkan diri Fietta menuju bawah karena kamarnya berada di lantai dua, ia melihat banyak makanan tertata rapi di meja makan.

"Bi, papa pulang?" Tanyanya hati-hati, sudah hampir seminggu ia tidak melihat papanya, walaupun mereka jarang mengobrol.

" Iya non, tuan sekarang lagi di kamar, katanya akan makan di rumah,"

Fietta senang, papanya masih memikirkannya. Walau papanya tidak pernah menunjukkan kasih sayang tapi Fietta tau kalau sebenarnya papa selalu melindunginya.

Mendengar langkah mendekat, Fietta mendongak dan menatap pria yang walaupun sudah berumur diatas 40 tahun tapi masih berwibawa dan tetap tampan.

Dani menolehkan kepalanya pada anak satu-satunya tanpa ekspresi kemudian mengambil tempat duduk paling ujung dan memulai makan tanpa berbasa-basi atau memberikan senyum lembut pada putrinya, hal itu membuat Fietta tersenyum kecut.

Beberapa menit di habiskan dengan suara sesekali sendok yang berdenging dengan piring atau suara jam dinding yang terus berbunyi, dua manusia di ruangan itu bagai kutub yang di selimuti awan dingin.

Lidah Fietta kelu untuk memulai obrolan bahkan kepalanya tetap tertunduk tidak berani mengangkat ke depan sampai tidak menyadari jika sedari tadi ada mata yang terus memperhatikannya.

"Pa Fietta selesai," Suara itu mengecil, jika saja tidak sehening itu mungkin tidak akan ada yang bisa mendengar tetapi Dani jelas bisa mendengar itu semua, namun sebelum ia bisa membalas atau mengangguk Fietta telah beranjak dari kursi dan segera berjalan cepat menaiki tangga menuju lantai atas di mana ruang lingkup gadis itu berada.

Lantai atas merupakan lantai pribadi milik Fietta, bahkan disana di sediakan ruangan seperti perpustakaan dan tempat gym untuk Fietta berolahraga.

Hampir semua tersedia bahkan tempat panahan yang ada di halaman belakang rumah karena itu merupakan hobinya, mungkin menurut banyak orang Fietta beruntung bisa mendapatkan apa yang diinginkan padahal ia hanya ingin cinta dari orang-orang di sekitarnya.

Bab 2

...***...

Fietta kini berada di sebuah ruangan dengan tumpukan buku di atas meja dan lengkap dengan kacamata dan tidak lupa rambut yang di kuncir tinggi sedang sibuk membolak-balik buku.

"arghh.. Pusing banget nyari refrensi di buku," gumam gadis itu, kini perpustakaan tempat ia duduk sepi tanpa orang lain membuat Fietta nyaman untuk melakukan apa saja.

Sudah 1 jam terlewat tetapi apa yang ia cari tidak bisa di temukan, sedangkan tugas kuliah untuk minggu depan harus segera di kumpulkan.

Gadis itu menjatuhkan kepalanya di meja, sudah terlewat tiga hari semenjak papanya pulang ke rumah walau hanya sekedar makan malam dan kini kembali sibuk bahkan ia mendengar dari asisten Dani bahwa mereka akan pergi ke luar kota besok.

Fietta berencana pergi ke kantor Dani untuk membawakan makan siang sang papa walaupun ia tidak bisa mengharapkan reaksi Dani saat ia datang tiba-tiba.

Setelah melewati jam kuliah kini Fietta sedang menunggu sang supir yang berperangkap sebagai pengawalnya yang terus siap siaga.

Setelah mobil supirnya berhenti Fietta segera menaiki dan tidak lupa memberitahukan orang rumah untuk menyediakan bekal untuk di bawa ke kantor.

Sampai di rumah Fietta segera menuju ke arah dapur tanpa meletakkan tas dan juga buku yang sedari tadi di bawanya.

"Udah siap bi?" Tanyanya saat melihat bibi asuhnya sibuk di dapur.

Bi ani selaku pengasuh Fietta dari kecil tersenyum lembut, "Sudah non, siap-siap aja dulu,"

Fietta mengangguk kemudian melangkah menaiki tangga untuk berganti pakaian, ini sudah hampir waktunya makan siang jadi Fietta harus cepat.

Selang beberapa menit ia sudah siap dan segera berangkat dengan supir menuju kantor Dani.

Kini Fietta berdiri di sebuah bangunan tinggi, ini memang bukan pertama kalinya ia kesini, bahkan beberapa pekerja disini mengenalnya dengan baik.

Saat memasuki lobi beberapa orang melempar senyum ke arahnya terbanding terbalik saat ia berada di sekitar kampus, perbedaan ini membuatnya canggung.

"Mba, mau ketemu pak Dani ya?" Sapa seorang wanita muda dengan senyum anggun di meja resepsionis.

Fietta membalas senyum dan mengangguk saja tanpa menjawab.

"Pak Dani saat ini masih di ruangannya, mari saya antar," Saat wanita itu ingin melangkah Fietta buru-buru menolak.

"Gak papa, aku sendiri aja," Tolaknya membuat wanita itu mundur dan mempersilahkan, Fietta lebih suka sendiri di banding harus merasa canggung dengan seseorang.

Fietta berjalan menuju lift, karena sekarang sudah jamnya makan siang banyak orang yang hilir mudik di sekitarnya. Fietta mempercepat langkahnya saat pintu lift akan tertutup.

"Eh? Itu, tolong bent--"

Ucapannya terpotong saat sebuah tangan menyangkah pintu dari dalam lift sampai terbuka kembali, dan Fietta diam seketika saat matanya bertubrukan dengan mata tajam yang sayangnya tampan, ia sampai hampir mundur karena mata itu menatapnya intens.

"Ah maaf, silahkan," mengerti ketakutan wanita di hadapannya pria itu tersenyum dan bergeser untuk memberi tempat.

Mau tidak mau Fietta masuk dan berdiri di samping pria itu yang ternyata terdapat pria lain yang berada di belakang pria bermata tajam tadi.

"Maaf, lantai berapa?" Fietta segera menoleh dan menatap mata pria tadi, di lihat lebih dekat Fietta bisa melihat warna hitam pekat mata pria itu, wah calon memperbaiki keturunan.

Ia segera sadar dan reflek memukul keningnya membuat pria itu sedikit bingung, Fietta mencoba menahan malunya dan segera memencet tombol menuju lantai paling atas.

Melihat gerakan wanita di sampingnya pria itu terdiam dan mengamati dengan jeli wanita itu tak lama seringai muncul di wajah tampannya.

Butuh waktu lama menurut Fietta untuk sampai di lantai Dani, mungkin karena ia merasa gugup, ia berharap pria di samping ini tidak merasakan kegugupannya.

Oh ayolah, Fietta yang naif dulu pertama kali terpesona dengan Barga karena wajahnya yang tampan, tetapi pria ini lebih dari sekedar tampan walau wajahnya terlihat dingin dengan rahang tegas namun Fietta gemas ingin menepuk-nepuk rahang itu.

"pikiran bodoh," cicitnya kecil hampir ingin membenturkan kepalanya ke dinding namun sebelum itu sebuah tangan menyangga kepalanya.

Fietta membeku, ia merasakan tangan besar menyentuh keningnya. Bahkan tangan satunya lagi memegang erat bahu Fietta dan itu terjadi selama beberapa detik sebelum deheman pria di belakangnya yang sedari tadi diam memperhatikan.

"Maaf tapi pintu liftnya sudah terbuka," ucapnya pelan membuat Fietta segera berjalan cepat keluar dan setelah pintu lift tertutup barulah ia bernafas lega.

Saat akan mengetuk pintu ruangan Dani, Fietta menghentikan langkahnya.

'kok mereka gak keluar ya tadi' pikir Fietta merasa heran.

Tidak ingin terlalu lama berfikir akhirnya ia mengetuk ruangan itu, setelah mendengar balasan dari dalam baru lah Fietta masuk, walau Dani merupakan orang tuanya tetapi Fietta merasa harus mengikuti aturan di perusahaan.

"Pah,"

Fietta melihat Dani yang masih sibuk di balik meja kebesarannya, bahkan jasnya sudah tergeletak di sofa dan hanya memakai kemeja saja dengan dua kancing atas yang di biarkan terbuka.

Dani yang masih sibuk menyelesaikan pekerjaannya hanya melirik sekilas ke arah Fietta dan terus mengutak-atik laptop.

Di umur yang kini sudah bukan remaja lagi Fietta masih merasa sedih dengan pengabaian sosok ayah yang kata orang merupakan cinta pertama dari anak perempuan.

"Maaf ganggu waktu papah, Fi cuma mau ngasih ini, lain waktu Fi bakal masakin makanan buat papah,"

satu detik, dua detik, ruangan itu sunyi tanpa ada suara. Fietta memaksakan tersenyum, begitu tidak inginnya kah Dani berbicara dengan Fietta.

Karena tidak bisa lagi menahan air mata ia segera berlari keluar dan menumpahkan air matanya di balik pintu, Fietta bisa melihat tatapan sendu dari Indah, sekertaris Dani, yang memang sudah mengetahui bagaimana hubungan ayah dan anak sang atasannya.

Fietta pulang dengan keadaan linglung, bahkan ia tidak sadar jika sini sudah berhenti di halaman megah yang sedari kecil ia tinggali. ia lama menatap sekitar dan tatapannya terhenti di sebuah ayunan, itu adalah ayunan yang di buat oleh Dani untuk Fietta saat ia berumur 7 tahun. Fietta merasa kehidupannya berhenti saat umur 10 tahun karena setelahnya ia menjalani hari dengan hampa dan rasa bersalah dengan kematian ibunya dan itu semakin parah saat Dani juga ikut menjauh seakan tidak ada yang menginginkannya, ia hanya butuh kasih sayang dan pelukan hangat, ia hanya ingin di perhatikan sedikit saja, tidak apa-apa jika tidak ada yang mencintainya tapi setidaknya tolong jangan meninggalkannya sendirian.

"Mah, maaf, aku lemah gak bisa ngelewatin ini semua, aku gak bisa nunjukin senyum ceria yang seperti mamah bilang, maaf juga karena aku mamah gak ada, aku udah gak nakal lagi mah, aku janji gak akan ninggalin atau kecewain papah," Fietta makin terisak dan terduduk di dekat ayunan itu.

BAB 3

...***...

Semalaman menangis membuat mata Fietta sembab dan beruntungnya hari ini tidak ada kelas pagi jadi ia tidak akan bertingkah konyol dengan memakai kacamata hitam di kampus.

Seperti biasa Fietta turun untuk sarapan, ia tidak akan takut memperlihatkan penampilan kacaunya pagi ini kepada bi Ani, walaupun bi Ani seperti keluarga untuknya tetapi bi Ani tidak pernah bertanya apapun jika bukan dari Fietta yang bercerita sendiri, itu membuat Fietta merasa tenang mengungkapkan segala keluh kesahnya karena bi Ani merupakan

pendengar yang baik.

"Sarapannya non," Ujar bi Ani mulai mengisi piring Prisilla dengan nasi goreng.

"Iya, makasih bi," Sebisa mungkin Prisilla mempertahankan senyumnya, untuk membuktikan jika ia baik-baik saja.

Pagi ini Fietta mencoba merilekskan diri dengan melukis, dari lantai atas ia bisa melihat pepohonan dan bangunan-bangunan tinggi, hobi melukis adalah hobi Arsyita, ibu Fietta. Karena selalu mengikuti ibunya akhirnya bakat Arsyita tersalurkan pada anak perempuan satu-satunya.

Itulah mengapa jika ia teringat kenangan masa kecil, ia akan melukis karena itu akan membuat hatinya damai seakan sosok ibu yang sudah tiada kini berada di sampingnya seraya tersenyum hangat.

...***...

Sedangkan di tempat yang berbeda, seorang pria dengan setelan jas yang pas di tubuhnya dan potongan rambut rapi dan sangat cocok di wajah tampannya kini melangkahkan kaki menuju ruangannya setelah melakukan meeting dengan klien.

Sebelum masuk ruangan langkah kaki pria itu terhenti dan berbalik membuat sekretarisnya yang ingin duduk segera menegapkan badan.

"Tugas dari saya kemarin mana?"

Randi, sang sekretaris menepuk kepalanya karena lupa memberikan tugasnya, segera ia mencari sesuatu di mejanya.

"Ini pak," Randi segera memberikan beberapa lembar kertas yang sudah di jilid kepada pria itu yang merupakan bosnya di tempat kerja.

Setelah melihat nama di atas bertulisan 'Fietta Andraini Kusuma' pria itu menganggukkan kepala.

"bagus,"

"maaf sebelumnya, apa pak Bian berencana mendekati gadis ini?" pria dengan nama lengkap Arbian Yunandra Maherra itu hanya tersenyum dikit bahkan jika tidak di perhatikan secara jelas mungkin tak akan ada yang bisa melihatnya.

"Bisa kamu ubah bahasa kamu? saya muak dengernya,"

Randi yang sedari tadi terus menegakkan badan kini mulai santai dan bahkan kini tangannya berkacak pinggang.

"Gak bisa bener lu ini serius, gue itu lagi belajar prefesional dalam pekerjaan,"

Tanpa menanggapi Bian segera memasuki ruangan meninggalkan Randi yang ingin berbicara lagi namun lawan bicaranya pergi begitu saja.

"Dasar sepupu jahanam," kesalnya meninju pintu yang tertutup.

Di ruangannya Bian tampak membaca beberapa lembar kertas itu, sesekali ia mengernyitkan dahi saat membacanya.

apa yang tertera di kertas itu adalah biodata dan identitas Fietta dari orang kepercayaannya. Dan inti dari itu semua adalah hubungan Dani dengan anaknya yang ternyata tidak seperti apa yang di bayangkannya.

Jelas-jelas di ponsel Dani terdapat Foto Fietta saat kelulusan, mungkin saat SMA. Itu yang terlihat oleh Bian saat beberapa kali melakukan meeting dengan Dani

Dan satu lagi, Fietta berpacaran dengan seorang lelaki selama 3 tahun yang padahal lelaki itu juga mempunyai pacar lain dan sudah terjalin selama 1 tahun.

"hah.. wanita bodoh," gumamnya yang belum mengetahui kalau Fietta sudah memutuskan hubungan dengan pacarnya.

Bian mulai penasaran dengan Fietta saat Dani menelpon pengawalnya untuk terus menjaga Fietta dan menegaskan untuk tidak membuat anaknya terluka.

Dan juga Bian mulai mengagumi sosok Dani saat ia masih duduk di bangku SMA, saat itu Bian mengikuti ibunya menghadiri ulang tahun perusahaan Dani dan melihat caranya berbicara dengan tegas dan berwibawa membuat Bian ingin seperti Dani suatu saat.

Dan akhirnya apa yang di inginkannya berhasil ia lakukan dengan perjuangan di tengah masalah pada keluarganya dan beberapa tahun kemudian perusahaannya mampu menyaingi perusahaan lain. Tetapi ia memilih menyembunyikan identitasnya bahkan orang tuanya tidak pernah tau, karena itu banyak desas desus yang membuat namanya jelek, Bian tau berita-berita miring itu adalah ulah beberapa saingan kerjanya.

Selama ini Bian mengelola 2 perusahaan dan kini ia menjadi direktur di perusahaan keluarga Maherra, di mana itu merupakan perusahaan yang di dirikan oleh Julian Maherra, daddynya.

Sesekali ia datang untuk mengecek perkembangan perusahaannya, dan itu di bantu oleh Jeri, Pamannya atau lebih tepatnya ayah Randi. Paman Jeri merupakan penanggung jawab perusahaan miliknya dan merupakan orang tua kedua baginya.

......***......

Fietta telah rapi dengan kemeja dan celana jeans, dan hari ini ia membiarkan rambutnya terurai untuk pergi ke kampus.

Sesampainya di kampus Fietta memilih bersantai di taman karena masih ada beberapa waktu lagi sampai kelas mulai, dan itu merupakan tempat di mana ia dulu menyatakan cinta dan juga yang terakhir meminta putus kepada Barga.

"Fietta,"

Mendengar namanya di panggil Fietta segera mendongak dan melihat Carla menghampiri.

"Sendirian?"

Fietta mengangguk, bahkan anak fakultas lain juga tau ia tidak punya teman dekat. Lalu tanpa kata Carla duduk di sampingnya dan mulai memainkan ponsel.

"Gue numpang di sini ya, gerah banget soalnya," ujarnya yang sudah fokus pada game yang di mainkannya, sesekali gadis itu berseru karena lawan mainnya membuat kesal.

Fietta mencoba mengabaikan dan kembali fokus pada buku yang di baca, ia bukan anak kutu buku walau kepribadiannya tertutup hanya sesekali membuka novel saat ia merasa jenuh.

Setelah seharian berada di kampus Fietta memilih bersantai di sebuah kafe tidak jauh dari kampus, setelah memesan ia memilih duduk dekat jendela dengan pemandangan jalan yang masih padat, mungkin karena sore ini para pekerja mulai pulang.

Namun matanya terhenti di satu titik, pria yang bersamanya di dalam lift kemarin berdiri di seberang jalan dan berjalan memasuki kafe tempatnya kini berada.

Memilih lanjut membaca buku Fietta mencoba memfokuskan diri dan tidak sadar seseorang memperhatikannya.

drtt... drttt...

Suara getaran di meja membuat fokus Fietta hilang dan melihat layar menunjukkan nama bi Ani.

"Halo bi?"

"Non, ada tante Lia di rumah,"

Fietta tidak dapat menyembunyikan ekspresi bahagia saat mendengar itu.

"Tunggu bi, Fietta bentar lagi sampai,"

Karena terburu-buru saat berbalik ia tidak sengaja bertuburan dengan seorang pria, walau keningnya sakit karena benturan itu Fietta mengucap maaf dengan menunduk tidak berani melihat ke depan.

"Sepertinya kamu memang selalu ceroboh,"

Mendengar itu Fietta segera mendongak, dan ya, nata hitam pekat itu lagi yang berada di hadapannya.

"Maaf mas, saya beneran tidak sengaja," sesalnya.

"hm, lain kali hati-hati," ujar Bian lalu berjalan melewati Fietta untuk melanjutkan langkahnya yang ternyata menuju toilet.

Tanpa waktu lama Fietta segera pergi dari sana dan bergegas pulang. Dan ternyata benar, saat sampai mobil yang sangat di kenalnya terparkir rapi di depan rumah.

"TANTE LIA.."

Mendengar teriakkan seseorang, wanita dengan pakaian rapi dan modis itu menoleh dan melihat gadis yang dulu di rawatnya kini mendekat dengan senyum lebar.

"Duh.. Kesayangan tante satu ini, gimana kabar kamu?"

Fietta tidak bisa menjawab, pelukan ini sangat ia rindukan dan Fietta tidak ingin melepaskannya.

Melihat itu Tante Lia tidak bisa menahan tawa membuat Fietta menatapnya.

"Tante ketawa?" tuduhnya membuat tawa Tante Lia terhenti.

"Maaf sayang, abis kamu seperti anak beruang, lucu banget," ucapnya mencubit gemas pipi Fietta.

"Tan, aku udah 21 tahun, bukan anak kecil lagi,"

"Iya iya tante paham, sekarang kita makan bareng," Tante Lia segera menggiring Fietta menuju meja makan, setelah kurang lebih 5 tahun tidak melihat Fietta, ia sangat menyayangi anak dari abangnya ini, ya, Lia merupakan adik kandung Dani. Jika bukan karena bisnis yang di kelolanya mungkin Lia bisa terus berada di sampingnya menggantikan peran arsyita, kakak iparnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!