NovelToon NovelToon

Diary Fatma

1. Fatma dan Harun

Dear diary

Perkenalkan dulu, aku Fatma, aku bekerja di Rumah Sakit Ibu dan Anak sebagai seorang Bidan.

Kan kuisi tiap lembarmu dengan cerita-cerita ku, temani aku dan jadilah teman tempatku mencurahkan isi hati.

Pukul 8.00 sepulang dari shift malah kurebahkan tubuhku di kasur kamar kosku, malam tadi begitu melelahkan karna baru ada seorang ibu muda yang melahirkan anak pertamanya, bayi yang begitu cantik dan lucu.

Seperti biasa, sambil menikmati kantuk dan menunggu terlelap aku menengok sebentar akun stagramku, aku biasa menstalking seseorang yang selalu kunantikan kabar baiknya untukku. Seketika lahir batin ini lesu setelah melihat sebuah postingan story dadi seseorang dengan akun salma_shine.

Sebuah foto sepasang kekasih yang sedang dinner di sebuah kafe dengan caption "thank you"

"Huft"

Kukibaskan ponselku kasur lalu memeluk guling, memejamkan mata hingga segera bisa berpindah ke alam mimpi.

Mataku terpejam tapi fikiran ini bertamasya entah kemana, sedih, kecewa dan lelah. Ketiga perasaan itu bercampur aduk dalam hatiku. Hatiku hancur dan aku hanya bisa memendamnya sendiri.

Terbayang kembali 10 tahun yang lalu, saat aku masih menjadi siswa SMA. Makan di kantin bersama seseorang yang fotonya baru saja aku lihat. Dia Harun, teman yang selalu satu kelas denganku sejak awal masuk SMA. Kami berdua bersahabat, selalu bersama hanya saja tempat duduk kami terpisah. aku duduk sebelah dengan Oki dan Harun sebelahan dengan Yusuf.

Hingga kami terpisahkan oleh takdir, Harus diterima kuliah di Universitas Negeri di Yogyakarta dan aku memilih kuliah di Semarang. Tidak ada ungkapan perasaan atau komitmen apapun saat itu, hanya sepasang mata yang saling menatap penuh arti.

Sebenarnya aku ingin sekali bisa satu kota dengan Harun, tapi semua sudah terlanjur. Hanya satu keyakinan ku hingga saat ini, yaitu jodoh pasti bertemu. Semoga saja.

Hari terakhir kami menjadi siswa SMA, Harum menghampiriku,

"Fatma"

"Iya Run"

"Kamu kapan berangkat ke Semarang?"

"Hari Sabtu, mulai masuk hari senin jadi aku nggak mau terlalu mepet berangkatnya"

"aku antar ya" kata Harun penuh harap

"Beneran" hati Fatma nggak karuan rasanya, berbunga-bunga, pengen lompat lompat kalo bisa.

"Beneran dong"

"oke, nanti bareng bareng ya, aku diantar bapak sama ibu"

"oke siap"

Harun yang semakin ganteng dengan senyum sumringah nya membuatku semakin berada di atas angin. Harun memang sudah dekat dengan keluargaku, kami sering main bareng, Harun sering ke rumahku, akupun juga sering ke rumahnya. Lebih tepatnya kami berempat, bersama Oki dan Yusuf.

Sedangkan Oki dan Yusuf diterima di Fakultas kedokteran satu Universitas dengan Harun. Hanya aku saja yang terpisah. Dan sedikit bocoran kalau Oki dan Yusuf ini sepasang kekasih jadi mereka berangkat ke Jogjanya berdua saja.

"Kamu kapan berangkat ke Jogja?"

"Aku berangkat Minggu sore, aku naik motor jadi nggak usah nganter. Hahaha"

canda Harun.

"Hahahaha iya lah nggak mungkin juga aku nganter, kalo aku nganter kami nanti kamu nganter aku ke Semarang lagi gitu?"

Begitulah percakapan kami sebelum berpisah dan siapa sangka candaan tadi itu menjadi seperti alarm yang selalu mengingatkan ku pada Harun. Seperti ada yang mengharuskan untuk aku mencari tahu kabar dia, sedangkan setelah kami masuk kuliah, kami sibuk dengan dunia kami masing-masing.

Sebenarnya ingin sekali menghubunginya lebih dulu tapi aku malu, diapun seperti nya sudah sibuk dengan dunianya sendiri. kutanyakan kabarnya pada oki, katanya dia sibuk sekali karena dia kuliah nyambi kerja di sebuah kafe di Jogja. memang begitulah Harun, tidak bisa diam dan selalu punya kegiatan.

Aku masih belum bisa tidur, masih memikirkan foto yang baru saja di posting oleh Salma, Harun tidak pernah ber sosial media, benar kata Oki kalau dia sangat sibuk, dan aku hanya bisa melihat fotonya saat perempuan bernama salma tadi memposting story dan ada taq aku Harun_fa. Akun itu dulu aku yang membuatkan untuk Harun, makanya namanya Harun_fa. Akun yang sejak awal belum pernah ada postingan di feednya.

Harun tidak salah, kami tidak punya ikatan apapun. yang jadi masalah hanyalah aku dengan diriku sendiri, kenapa masih berharap? sesuatu yang sepertinya tidak mungkin dan aku masih terus berharap. hingga di usiaku saat ini yang seharusnya sudah punya hubungan serius dengan seseorang atau bahkan sudah menikah. Dan ini tidak mudah.

Aku beranjak dari kasurku, tak tahan dengan fikiranku sendiri, aku berdiri di belakang jendela melihat orang orang yang berlalu lalang, lewat depan rumah, fikiranku semakin tidak tenang. kurang kerjaan sekali diriku ini, memikirkan orang yang jelas jelas tidak memikirkan aku. Aku lelah ingin sekali istirahat, sulit sekali mata ini terpejam.

"oh iya, Dila" gumamku, satu nama yang selalu ku sebut saat aku resah seperti sekarang ini.

Dila adalah teman kuliahku, dia bekerja di RSUP sebagai Bidan ASN. dulu dia mengajakku untuk mendaftar bersama tapi aku menolak dengan alasan aku masih yakin akan bersama seseorang yang akan membawaku keluar kota ini, jadi aku tidak mau terikat dulu di sini.

Dan memang aku sangat berharap pada Harun itu. Harun lagi, lagi lagi Harun, lelah sekali aki menghadapi perasaan yang menurut ku 'aneh'

Ingin sekali ku telfon Dila, ingin sekedar ketemu ngobrol ngalor ngidul menceritakan kerusuhan di hari ini. Hanya dia yang mengerti dan hanya dia yang sabar meladeni kerewelanku.

'tuuuut... tuuuut... tuuuttt' nada tunggu dari seberang sana.

Pasti sekarang ada yang melahirkan. sama-sama bidan jadi sudah hafal apa yang dilakukan Dila saat tidak mengangkat telfon.

Sesak sekali rasanya dada ini, kenapa aku hanya diam? kenapa tidak kutanyakan saja pada Oki.

Ternyata ponsel Oki tidak aktif, ponsel Yusuf juga tidak aktif. kenapa mereka? apa janjian ganti nomor semua? ada apa ini? bukankah Oki dan Yusuf sudah menikah? iya benar dia sudah menikah, 3 tahun lalu mereka menikah, aku tidak bisa hadir di pernikahannya karna dulu aku tidak bisa pulang. karna saat itu Dila sakit dan dia sendirian di kos, tidak mungkin aku meninggalkan dia sendirian di kamar kost. Aku hanya mengirim kado dan menghadiri akad nikahnya secara virtual. dan saat itu juga tidak kulihat Harun hadir

Semakin menjadi jadi kerusuhan di hatiku ini. Haruskah kutelfon Harun? kenapa Harun sama sekali tidak pernah menghubungi aku selama sepuluh tahun ini? aku punya salah apa? setidaknya jika memang dia sudah punya yang lain, kabarilah aku agar aku tidak terus menerus berharap?

ada pesan dari Dila

"iya Fatma.... gimana beb, maaf barusan ada 2 orang melahirkan"

"iya gakpapa, kalo udah ada waktu keluar bareng yuk"

"oke siap, segera kukabari nanti"

" oke makasih ya beb"

2. Curhat dengan Dila

Pesan dari Dila tadi sedikit membuat hatiku lega, memang Dila yang terbaik

"Hallo beb, pulang shift aq langsung ke angkringan Doni ya, aku ajak Kevin ya, Mas Pandu lagi ada acara di luar kota"

"oke oke .... siap langsung meluncur aq"

Cepat cepat aku menuju ke angkringan Doni yang jaraknya hanya 10 m dari kamar kost ku.

"Mbak Fatma, tadi ada yang mau sewa parkir"

"Iya don, masih ada tempat kosong kan?"

"masih mbak, masih ada 2 yang kosong"

"oke, kamu yang urus ya don, minggu ini kayake aku padat jadwalnya, gak ada libur, ada teman yang cuti"

"siap mbak"

Angkringan ini terletak di area sewa parkir milikku. Memang tidak biasa bisnis yang aku pilih ini. Di perumahan dekat kos kosan memang kurang lahan parkirnya, banyak penghuni yang memarkir mobilnya di bahu jalan, otomatis membuat jalan jadi sempit, mengganggu lalu lintas penghuni perumahan. Saat aku tahu ada lahan kosong terbengkalai dijual, Aku langsung menghubungi bapak dan tentu saja bapak setuju karena selama ini aku belum pernah meminta apapun. Untuk biaya hidup sehari hari selama masih kuliah aku rajin jualan online sebagai reseller produk hijab dan make up. Dan sekarang bisnis ini dirasa paling cocok untuk aku yang sudah kerja di Rumah Sakit.

Dan Doni itu anaknya Bu Anik, ibu-ibu yang juga orang dari rantau setiap paginya jualan macam macam menu sarapan seperti nasi pecel, nasi mie dan nasi urap. Awalnya Bu Anik jualannya keliling di perumahan dan sekitarnya termasuk depan kos ku. Setelah tanah parkiran selesai di bangun, Bu Anik aku minta untuk jualan di parkiran saja sekalian tinggal di parkiran, ada 2 unit parkiran ukuran masing masing 4x5 yang aku minta di los kan agar bisa di tempati Bu Anik dan Doni.

Lima menit kemudian Dila sampai, Dila datang bersama kevin, anak umur 4 tahun yang sangat ganteng, kulitnya putih matanya sipit.

"Don, aku mau nasi biasa ya"

"siap mbak, nasi sambel teri 1 nasi putih 1, iya kan"

"Hahaha Iya Doni... makasih ya"

Dila memang sudah biasa pesan nasi sambel teri dan nasi putihnya untuk kevin, nanti kevin bisa puas puas milih lauk sendiri. Ada sate usus, sate ati, sate pedes, sate keong, sate telur puyuh, ayam goreng, rica rica ayam, rica rica kelinci, aneka gorengan, lengkap pokoknya. Dan kali ini kevin milih sate ati dan sate telur.

"jahe anget dan susu anget ya mbak"

"iya bener Doni.. " kata Dila sambil mengacungkan jempol.

Aku cuma bisa diam saja menatap ibu dan anak yang sepertinya kelaparan itu.

"Udah makannya? " tanyaku setelah tegukan terakhir jahe anget favorit Dila

"oh iya sudah sudah ... maaf beb.... perjalanan kami jauh tadi nggak ada rest area di jalan"

"heeehhhh...." aku cuma bisa meng-heh-kan sahabatnya itu, karna jarak parkiran dan rumah Dila hanya 3 km.

"Ayo ke Gazebo aja " ajak Dila

Aku ngikut tanpa suara, hanya aq yang ikut karena kevin memilih bersama Doni. Kevin memang sudah akrab dengan Doni karena selai sering diajak main ke sini juga Doni sangat baik, sering di ajak main yang aneh aneh, dari mainan karet, diajari origami dari kertas seadanya di angkringan atau kadang kevin sengaja bawa mainan dari rumah.

Sampai di gazebo pojok depan parkiran,

"kamu kenapa beb? kok mukanya di tekuk gitu? Harun lagi?"

"iya" jawabku lesu

" kenapa lagi?"

kusodorkan ponselku.

" oh... ini?

"iya"

"eh. coba perhatikan deh, kayaknya tempat dinnernya di sini terus ya? "

"masak sih Dil? kok aku nggak ngeh ya?" kataku penasaran

" bener kan beb di kafe ini terus kayaknya"

'Memang kenapa kalo di kafe itu terus? emang penting ya bahas tempat?' batinku

"trus gimana beb?" tanya Dila

"gimana apanya?" tanyaku balik

"trus gimana?, selanjutnya kita mau gimana?" tanyanya lagi

"ya nggak gimana gimana Dil, cuma pengen cerita aja aku. aku gak kuat kalo lihat ini sendirian"

"maksud aku, kamu yakin bakalan kayak gini trus?"

"aku nggak tahu Dil, sulit Dil?"

"Kamu nggak pengen telfon dia gitu?"

"masak cewek telfon duluan" aku kembali menciut

" memangnya kenapa? dulu saat terakhir ketemu status kalian apa?"

"temen"

"cuma temen kan, jadi nggak ada masalah siapa yang kontak duluan"

"iya kan" tambah Dila

Iya juga sih, memang kita cuma teman waktu itu, jadi kenapa aku malu, cuma ada satu cara buat tahu kepastian status Harun sekarang, lewat Oki dan Yusuf sudah tidak bisa, lewat Salma mana mungkin?

"gimana? " tanya Dila membuyarkan pikiran ku

"tetep aja nggak berani Dil, aku takut"

" kamu gak mau coba move on?" tawaran Dila ini sepertinya bisa jadi satu solusi.

" move on sama siapa?"

" nanti tak kenali temene Mas Pandu, Banyak kok yang masih single"

Dila menggunakan kata Single untuk bisa menghargai orang yang mungkin akan dikenalkan ke aku karna kebanyakan teman Mas Pandu itu Dosen. Karan memang Mas Pandu itu Dosen. Lebih tepatnya Dosan kami dulu. Mas Pandu ini dokter sekaligus Dosen di kampus ku dulu, awalnya aku manggil Pak Pandu, tapi setelah beliau menikah dengan Dila, Beliau nggak mau dipanggil Pak Pandu, minta di panggil Mas Pandu karena nggak mau terlihat tua.

"serius kamu dil?" tanyaku ragu pada Dila

"seriuslah, kemaren ada dosen muda yang main ke rumah, mananya Mas Reno, ganteng dan masih single. Dokter di Rumah Sakit kami juga kayaknya".

"masak sih?"

" Dokter kandungan?" tanyaku lagi.

"iya kayaknya" jawab Dila santai.

" tapi aku ragu Dila sayang ....."

" ragu kenapa?"

"ragu kalo riba tiba Harun datang dan aku terlanjur sama Dokter Reno"

Dila menghela nafas panjang, wajahnya yang selalu teduh meskipun pembawaannya ramai dan renyah.

"iya kan Dil? aku nggak mau Dokter Reno cuma jadi pelarian aku. aku nggak mau jadi orang jahat Dil" tambahku lagi.

"iya juga sih" Dila mencoba mengerti.

suasana mendadak sunyi. kita diam dengab pikiran kita masing masing.

" kamu yakin mau nungguin Harun, " tanya Dila, wajahnya khawatir

"aku belum tau Dil" jawabanku kembali ambyar.

" sampai kapan? kamu hampir kepala tiga,"

Benar saja, sekarang umurku 28 dan aku masih menunggu yang belum pasti

" sampai 30 mungkin Dil, setelah umurku 30 dan belum ketemu Harun secara alami, Insya Allah aku siap buka hati untuk yang lain " kataku lirih.

seperti melayang entah kemana rasaku ini. benarkah aku akan menunggu hingga umurku mentok di 30 tahun? sungguh ini penantian yang luar biasa

" oke, kalau itu memang sudah menjadi keputusan kamu, aku dukung kamu sepenuhnya beb, asal kamu bahagia," kata Dila. manis sekali mama kevin ini wajahnya cantik rambutnya hitam lurus panjang kayak Titi Kamal.

" makasih ya Dila sayang" lega sekali bisa ketemu dan ngobrol sama Dila.

"aku pulang dulu ya beb, besok Kevin sekolah"

"oke siap"

3. Segelas Kopi Dingin

Dear Diary,

Hari ini aku libur kerja, sengaja kumanjakan diriku untuk sekedar jalan-jalan ke mall. jarang sekali aku jalan-jalan. Rencana pertamaku akan melihat-lihat tas, sepatu dan baju, mungkin saja ada yang cocok di hati. Bahagia sekali bisa berpuas puas berkeliling melihat dan mencoba tas, sepatu dan macam-macam baju. sampai pilihan jatuh pada sepasang flatshoes warna dusty dan satu buah tas warna senada.

Masih ada waktu satu jam, tadi pagi memang janjian pergi bareng Dila, sambil menunggu Dila sampai, aku ke coffee shop. Cuma pengen ngopi saja. Meskipun di coffee shop mungkin saja nanti teringat dengan Harun, tapi sungguh aku ingin sekali nyerutup segelas kopi. Bukan kopi aneh aneh, cuma goodday freeze aja. Semoga saja di coffee shop ini ada good day freeze nya, karna cuma good day freeze dingin yang cocok di lidahku.

"mas mau good day freeze ya, yang dingin es nya banyak" kataku pada seorang mas mas penjaga coffee shop.

" maaf mbak, di sini nggak ada good day freeze" sudah kuduga disini tidak ada.

"kalo minta dibuatkan ini bisa mas?" kataku sambil menyodorkan satu sachet kopi instan bertuliskan good day freeze.

mas-mas nya terlihat ragu.

"nanti aku bayarnya sama kayak kopi yang biasa ada di sini"

" oh iya mbak" kata mas nya mengangguk.

" maaf ya mas, lagi pengen banget sama kopi ini"

"iya mbak nggak papa kok" katanya lali berlalu.

Lagi-lagi aku membuka akun stagramku. Entah kenapa aku ini, sudah pasti akhirnya akan sedih hati tapi tetap saja aku penasaran. Kubuka akun salma_shine. Dia cantik, rambutnya sebahu, sepertinya dia seorang pegawai bank BUMN. Wah.... yo ndak mampu aku Run bersaing dengan salma. Aku tak se glowing dia. kata orang-orang aku cantik, tapi mungkin cantik standar aja sebagai wanita dari desa. Tidak ada postingan baru hari ini. Agak sedikit lega hatiku.

"Fatma ..." suara seorang pria seperti memanggil namaku

" Dokter Reno?" jawabku kaget.

" Boleh ikut duduk di sini?"

" oh iya Dok, monggo" aku sedikit terkejut dengan kedatangan Dokter Reno yang tiba-tiba, penampilannya pun berbeda, kali ini dia lebih santai dan segar dengan memakai kaos dan celana jeans.

" kamu sendirian?" tanyanya

" iya Dok, saya janjian sama Dila, mungkin satu jam lagi Dila sampai sini, Dokter sendiri?"

" saya juga sendirian"

"hmmmm"

Suasana menjadi hening, Dokter Reno seperti sedang mengamati seseorang, tapi siapa? ku tengok ke arah Dokter Reno menyelidik, ada seorang perempuan, siapa dia? sepertinya aku kenal. Rambut panjang di kuncir ekor kuda, penampilannya santai nggak lebay.

" Maaf dok, dokter lagi ngelihatin siapa?" kucoba membuka pembicaraan.

" Bukan.... bukan siapa-siapa kok"

" Maaf lagi ya dok, dokter ke sini mau cari apa atau siapa? barangkali ada yang bisa saya bantu ?" tawarku pada Dokter Reno.

" Nggak kok, pengen jalan-jalan aja"

" Hari ini Dokter nggak ada jadwal?"

" Ada nanti sore "

Sungguh garing sekali siang ini. Aneh sekali Dokter Reno,sangat berbeda tidak seperti saat di Rumah Sakit.

" Saya serius ini Dok, ada yang bisa saya bantu?" tanyaku lagi, karena sepertinya Dokter Reno memang sedang tidak bisa mencapai tujuannya sendiri.

Dokter Reno seperti sedang berfikir.

" Dokter Reno, ada perlu sama Dea? " kataku mencoba menebak.

" Dea? " Dokter Reno kelihatan kaget aku menyebut nama Dea.

" Iya, saya perhatikan Dokter Reno merhatiin belakang saya terus. Di belakang saya itu ada Dea kan?"

" Kok tau kamu Fatma?"

Aku dan Dokter Reno memang tidak akrab. Hanya saling tahu saja, sebatas hubungan Dokter kandungan dan Bidan. Benar ada yang aneh kan kalau tiba-tiba saja dia seperti sok akrab duduk satu meja tapi ternyata ada yang lain yang sedang diperhatikan.

" Iya tahu lah Dok, mungkin ada yang perlu disampaikan pada Dea, atau dokter perlu yang lain?"

" Tidak Fatma, saya hanya ingin melihatnya saja" kata Dokter Reno ragu.

" Baiklah dok". kataku sambil menyedot good day freeze yang sejak tadi menggodaku.

Biarlah Doker Reno mengamati Dea, sepertinya sedang jatuh cinta. Untung tawaran Dila tidak aku terima, kalo terlanjur aku terima dan Dila melanjutkan aksinya bisa beda lagi ceritanya.

Dan aku sendiri lebih suka menikmati segelas Good day freeze dinginku ini, hanya kopi instan tapi belum ada yang bisa menggantikannya dari posisi kopi ter favorit. Kopi ini kopi andalah saat masih SMA dulu, tentu saja banyak cerita aku dan Harun bersama kopi ini.

Harun, lagi-lagi ada kamu yang selalu sliweran di hari-hari ku, dan hari ini Good day freeze yang muncul.

Tak lama kemudian Dila datang.

" e .. ada Mas Reno, kalian janjian?" tanya Dila

" Bukan, kita nggak sengaja ketemu di sini, tadi aku nungguin kamu sekalian ngopi"

" ooooo" bibir Dila membuat.

Dila masih penasaran dan Dokter Reno hanya diam, wajahnya seperti meminta aku menjelaskan sesuatu pada Dila.

" oke kita langsung sekarang?" ajakku, mungkin sebaiknya aku segera mengajak Dila pergi dari sini sebelum dia banyak nanya dan suaranya terdengar sampai ke telinga Dea.

" Oke, duluan ya mas" kata Dila

" iya silakan" kata Dokter Reno.

Tujuan kita adalah ke salon, hanya ingin sekedar Hair mask saja. Di Mall ini ada salon langganan khusus cewek jadi cocok sekali untuk aku yang berhijab dan butuh penyegaran kepala dan isinya.

" Tadi ketemuan sama Mas Reno?" selidik Dila.

" Nggak, tadi aku kan udah bilang, aku capek habis muter-muter lalu istirahat sekedar pengen nyedot dinginnya good day freeze"

" serius?" Dila masih belum percaya.

" iya serius dong sayangku....."

"tiba-tiba aja Dokter Reno datang,, nyapa aku, dan ternyata, dia mendadak aneh karena sedang nguntitin Dea. " jelasku

"Dea siapa? " Tanya Dila

" Dila perawat baru di rumah sakit. Dia cantik banget dan muda,. imut -imut' jelasku"

"Maaf ya Beb, untung aku nggak jadi nyomblangin kamu sama Mas Reno, untungnya juga aku belum bilang apa-apa sama Mas Pandu.

" Hahahah.... ngapain juga minta maaf? aku nggak papa kok, aku baik-baik saja Dila sayang..."

wajah Dila kelihatan lesu.

" udah... ayo masuk, ini sudah sampai. nyalon dulu biar cantik dan fresh, Mas Pandu besok pulang kan. Dan semoga aku bisa ketemu Harun. hahaha"

Agak sedikit kupaksakan tawaku ini agar Dila benar-benar percaya kalau aku baik-baik saja. Dan aslinya memang baik-baik saja. Dan seperti biasa selalu berharap bisa berjodoh dengan Harun.

Tidak sabar sekali aku ingin kepalaku ini dipijat-pijat. Sudah hampir sebulan kulewatkan ritual ini karena jadwal ku dan jadwal Dila yang selalu tidak bareng.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!