Hari ini Leo akan meninjau lokasi baru proyek yang akan berjalan. Leo mengendarai mobilnya dengan agak cepat. Pas sampai di pertigaan jalan tiba tiba saja ia menyerempet seorang gadis. Seketika itu juga Leo langsung memberhentikan mobilnya.
Ia segera keluar, ia mendekati gadis yang sedang duduk sambil memegang lutut. ia pun mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu bediri, namun gadis itu tak dapat berdiri sempurna. Sepertinya kakinya terkilir.
"aww.. sakit Tuan"
"iya ayo berdiri aku bantuin"
"gak bisa berdiri.. kakiku sepertinya kesleo deh! Tuan harus tanggunug jawab kalau tidak aku bakalan laporin Tuan ke polisi. Disini deket kantor polisi loh"
"siapa juga yang mau melarikan diri! ya udah ayo cepetan aku tak banyak waktu!"
Leo segera membopong tubuh gadis itu dan memasukkan ke kursi samping kemudi.
Gadis itu terpukau dengan ketampanan Leo. Sampai sampai ia tak menyadari jika saat ini mulutnya terbuka lebar dan tangannya malah melingkar di leher Leo.
"aku tau aku memang tampan.. tapi kau tak perlu membuka mulut lebar lebar, nanti air liurmu yang sebenar lagi banjir itu kena bajuku lagi"
Sontak gadis itu langsung menutup mulut dengan kedua tangannya lalu segera mengelap mulutnya.
"ihh.. mana? gak ada air liur?" batinnya
Leo yang menyaksikan aksi kocak dari gadis itu hanya menyunggingkan senyum tipis diwajahnya.
gadis unik
"Tuan.. kita mau kemana?"
"ke bengkel"
"Tuan.. kenapa kita malah ke bengkel?"
"kamu pikir mau kemana lagi kalau bukan ke rumah sakit? kamu mau aku bawa ke bengkel terus kaki kamu di pakaiin mur dan baut biar gak bengkok lagi, mau ?"
"tidaklah Tuan.. oh ya, namaku Bintang, nama Tuan siapa?
"paijo"
"hah!!?? orang setampan ini namanya paijo?"
"memangnya kenapa? orang tampan gak boleh punya nama paijo?"
"gak ada yang ngelarang sih tuan, tapi lucu aja gitu.. ah mas PAIJO!" Bintang terkekeh geli
Akhirnya mobil yang mereka kendarai telah sampai di rumah sakit. Leo segera memapah Bintang menuju ruang UGD. Setelah dirawat, Bintang dan Leo masuk kedalam mobil kembali.
"aku akan mengantarkanmu pulang, dimana alamatmu?"
"aku.. aku.. aku ikut Tuan ya? aku baru saja diusir sama kakakku.. dan aku gak punya tempat tinggal Tuan"
"apa? kamu pikir aku ini tempat penampungan? gak gak gak!"
"Tuan.. aku mohon! apa Tuan tidak kasihan pada saya? gadis imut cantik nan manis ini terlontang lantung dijalan? nanti kalau ada penjahat bagaimana?"
"saya tidak peduli! itu urusan kamu bukan urusan saya! dan ini saya kasih uang untuk kamu, cepat pergi dari sini!"
Leo mengeluarkan segepok uang dan membukakan pintu samping Bintang. Saat melewati depan wajah Bintang, Leo kaget setengah mati saat tiba tiba Bintang malah mencium pipinya.
"apa yang kamu lakukan?"
"tidak ada, aku hanya mencium Tuan. dan sekarang Tuan harus bertanggung jawab karena itu adalah ciuman pertamaku pada seorang laki laki"
"kamu yang cium aku kenapa kamu yang minta tanggung jawab?"
Leo geram.. itu adalah ciuman pertamanya dari seorang wanita, namun ia gengsi jika harus mengatakan kalau sampai sebesar ini ia belum pernah beciuman. Bisa bisa di ejek habis habisan sama Bintang nanti.
"itung itung buat ganti rugi karena Tuan sudah menabrakku tadi"
"aku hanya menyerempet"
"ya terserahlah apa itu, pokoknya aku mau ikut Tuan mas Paijo"
Leo menyeringai
"oke"
Leo segera melajukan mobilnya. Karena lama perjalanan membuat Bintang sampai tertidur pulas.
Akhirnya mobil yang dikendarai Leo sampai di kota S. Dan saat ini mobil telah terparkir di halaman hotel.
"hey.. bangun" Leo mengguncang pelan bahu Bintang
Bintang hanya melenguh dan merentangkan kedua tangannya sampai mengenai kepala Leo.
Leo segera menepis kasar tangan Bintang hingga membuatnya kaget dan langsung terbangun.
"Tuan .. bisa pelan pelan kan kalau bangunin orang"
"enak banget kamu.."
"maksud Tuan?"
"sialnya aku hari ini.. jadi supir dadakan gadis aneh" Gerutu Leo sambil berjalan melewati Bintang begitu saja dan ia memilih segera masuk ke kamar hotel yang sudah ia pesan kemarin, namun gerutuan dari Leo masih terdengar jelas di teling Bintang.
"Tuan tunggu..." Bintang terpogoh berlari sampai terseok seok lantaran kakinya yang sedikit pincang karena kejadian tadi.
Namun saat sampai di loby hotel Bintang kembali keluar kala ia melihat sosok wanita yang sepertinya ia mengenali wanita itu.
Ya.. ia melihat seorang wanita sedang menggendong keranjang besar dipunggungnya serta karung yang ditenteng di tangan kirinya dan tangan kanannya sedang menggandeng seorang anak laki laki.
Bintang terseok keluar sampai jalan raya depan hotel. Namun sayangnya ia tak berhasil mengejar orang itu. Bintang berhenti dan duduk dibawah pohon guna menghilangkan capek dengan aksi mengejarnya barusan.
"itu seperti kak Vania, tapi mana mungkin kak Vania jadi pemulung? kak Vania kan pintar, sarjana pula. Pasti bisa dapat pekerjaan yang bagus. Tapii.... tadi mirip banget sama kak Vania" gumam Bintang lirih
Leo yang baru menyadari ketidakberadaan Bintang seketika memilih keluar mencari Gadis yang ia anggap sebagai gadis pembawa sial itu.
"ngapain kamu disini?"
"aaa!!!!" Bintang sangat kaget dengan suara bariton yang tiba tiba ada di belakangnya
"Tuan Paijo... kau mengagetkanku saja"
"terus kamu ngapain duduk dibawah pohon kayak kunti?"
"panas Tuan.."
"siang ya panas lah.. kalo malam baru adem! dasar gadis aneh!"
"aku kesini karena sepertinya aku melihat orang yang aku kenal tadi lewat sini"
"mana mungkin kamu mengenal orang di kota yang baru saja kamu datangi?"
"maksud Tuan?"
Leo tak mejawab kebingungan Bintang. Ia hanya menunjuk sebuah papan reklame disamping ia berdiri sambil tersenyum dan berjalan melewati Bintang begitu saja.
Bintang pun menoleh kearah yang di tunjukkan Leo, matanya melebar kala ia baru mengetahui bahwa saat ini ia telah berada diluar kota tepatnya di kota S.
"PAIJOO!!!"
.
.
.
.
Leo segera membuka kamar hotel dan membaringkan tubuhnya yang terasa lelah akibat perjalanan dari kota J ke kota S yang memakan waktu kurang lebih 3jam.
Bintang pun mengikuti Leo dan masuk kedalam kamar hotel yang sama.
"Tuan paijo.. Tuan hanya pesan satu kamar?"
Baru saja Leo memejamkan matanya, mata itu harus terbuka kembali kala mendengar suara cempreng dari seorang yang berdiri di samping ranjang.
Ah sial! kenapa aku lupa jika aku membawa wanita aneh ini.
"memang kau pikir aku mau pesan berapa kamar?"
"dua"
"kau pikir aku akan memesankan satu kamar untukmu? percaya diri sekali kamu? saudara bukan, adik bukan, kakak bukan, pacar juga bukan.. "
"kalau begitu jadikan aku pacarmu tuan"
Leo mendudukkan dirinya dan menonyor pelan kepala Bintang "aku ini masih waras"
"hey..! apa tuan sedang berfikir hanya orang yang tidak waras yang mau menjadi pacarku?"
"aku tak bicara seperti itu! bukankah kau sendiri yang baru saja mengatakannya?"
"ihh... tuan Paijo, kau itu menyebalkan sekali!"
Leo lantas berjalan menuju masuk kamar mandi dan meninggalkan Bintang yang terus menggerutu.
"jangan menggerutu tentangku kalau kau tak mau aku tendang dari sini!"
ditendang? oh tidak tidak, aku baru saja kerampokan, aku tak punya baju, tak punya uang, aku juga tak punya tempat tinggal. Aku tak boleh bersikap kasar. Aku harus bersikap manis pada tuan Paijo. ya, untuk saat ini, hanya tuan paijo yang bisa aku mintai bantuan. Aku harus bertahan sampai aku punya tempat tinggal dan punya pekerjaan untuk menyambung hidupku disini
Lima belas menit kemudian Leo keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang hanya ia lilitkan sebatas pinggang.
"aaaa" teriak Bintang sembari menutup matanya. Demi apapun juga, ini adalah hal pertama yang ia alami. Melihat tubuh kekar lelaki tanpa baju dan celana.
"kau itu kenapa sih? berisik sekali! tidakkah kau tau bahwa suara cemprengmu itu sangat menyakiti telingaku"
"hey Tuan paijo, berani sekali kau mengatai suaraku cempreng! awas ." Bintang tak meneruskan ucapannya kala ia teringat harus bersikap baik pada tuannya itu.
"awas apa? kenapa gak diteruskan?"
"itu.. mm.. anu tuan.. itu.." aha! tiba tiba sebuah ide terlintas di benak Bintang "awas handuknya lepas Tuan" Bintang menarik pelan namun dengan derakan cepat lalu berlari ke atas ranjang dan masuk ke dalam selimut, hingga membuat Leo melongo tak percaya. Untungnya leo sudah meakai boxer pendeknya, jika tidak, mungkin burungnya akan terbang mencari sarang.
kenapa ada gadis seberani itu? apa dia sama sekali tidak takut denganku? benar benar gadis yang sangat aneh!
Leo tak memakai handuknya kembali. Ia malah mendekati ranjang tempat persembunyian gadis aneh itu. Perlahan Leo merangkak naik mendekati Bintang.
"nah loh.. kenapa sepertinya ada mendekatiku? duhh! kenapa tuan paijo malah naik kesini? aku takut kalau dia marah dan memperkosaku! oh tidak, bagaimana ini?"
Leo memeluk bintang dari balik selimut. Tak ada satupun suara yang keluar dari mulut Bintang. Ia hanya menggerakkan badannya kesana kemari ingin melepaskan diri.
"Tuan.. tolong lepaskan aku" akhirnya Bintang buka suara
"kenapa harus di lepas? bukankah kau yang memulainya?"
"Tuan.. maafkan aku yang telah lancang. Ampun tuan. Tolong jangan nodai aku"
Leo mengurai pelukan itu hingga Bintang dapat bernafas lega dan mengeluarkan kepalanya dari balik selimut secara pelan pelan.
"Tuan.. maafkan aku"
"makanya lain kali jangan menyalakan api jika tak ingin terbakar"
"Tuan, apa aku boleh numpang mandi?"
"pergilah! aku tak ingin ada kuman dan bakteti di kamar ini!"
"terimakasih Tuan"
Bintang lantas berlari cepat dengan sedikit terseok menuju kamar mandi dan masuk ke dalam bathup, merendam tubuhnya dengan air hangat guna merelaksasi tubuhnya yang terasa sangat capek.
Setelah selesai berendam, Bintang mengangkat dirinya dari air yang sudah mendingin itu.
"oh god, aku lupa tidak memakai handuk! gimana ini?"
Hampir satu jam Bintang berada di kamar mandi. Leo yang sedang memainkan ponselnya melirik ke arah kamar mandi.
"Gadis aneh! kau itu sedang mandi atau sedang tidur? kenapa lama sekali?" Akhirnya Leo memutuskan mendekati pintu kamar mandi.
Bintang yang sejak tadi mondar mandir langsung berhenti kala mendengar suara dari balik pintu.
"Tuan.. aku lupa tidak membawa handuk. Bajuku sudah aku cuci dan masih basah. Tuan, apa aku boleh minta tolong ambilkan handuk?"
"kau itu benar benar menyusahkan"
Leo lantas membawa handuk ditangannya dan kembali ke depan pintu kamar mandi. "buka pintunya"
"aku buka pintunya tapi tuan menghadap kesana ya. Tuan tidak boleh melihat kesini. Tuan juga jangan masuk melewati pintu ini kecuali tagan yang memegang handuk itu"
"kau itu berisik sekali. Aku tak akan selera dengan tubuh kerempengmu itu! Cepat buka atau aku tinggalkan kamu disini tanpa handuk ini."
"jangan tuan" Teriak Bintang langsung membuka pintu dan meraih handuk dari tangan Leo dengan cepat lalu menutup pintu kembali.
Sedangkan Leo masih diam mematung didepan pintu kamar mandi. Ia masih tak percaya dengan apa yang ia lihat tadi. Ia melihat tubuh polos seorang wanita nyata didepannya, meskipun hanya sekilas, tapi mampu mengobrak-abrik pikirannya.
Apalagi saat ini sang pejantan malah hidup dan bediri tegak. Akhirnya Leo memutuskan untuk kembali ke ranjang dan menenangkan sang kobra.
Baru saja kobra pejantan tertidur kembali berdiri kala melihat Bintang keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang sangat mini yang hanya bisa menutupi bagian sensitifnya saja.
Bintang berjalan pelan dan menunduk, satu tangannya ia gunakan menutupi dada dan satu lagi ia gunakan untuk menutupi daerah intinya agar handuk yang super pendek itu tak terbuka belahannya.
"Tuan.. aku tidak punya pakaian. apa aku boleh pinjam pakaian tuan?"
"hhuuhhfftt" Leo menghela nafas kasar
"kau itu benar benar wanita yang sangat menyusahkan"
Leo segera mengambil Kaos dan celana boxer pendek untuk dipakai Bintang. Karena jika ia membiarkan Bintang dengan keadaan seperti itu, maka ia tak janji akan kuat menahan godaan.
Petang berganti dengan cahaya terang yang masih berembun. Disebuah kamar hotel terdapat dua anak manusia yang masih terlelap dalam balutan selimut dan saling memeluk.
Ya, mereka adalah Leo dan Bintang.
Bintang yang sudah mengerjapkan matanya mulai terbangun dari tidurnya. Ia merasa ada sesuatu yang berat sedang menimpa perutnya. Sebuah tangan? ya, sebuah tangan kekar milik Leo telah melingkar sempurna di perut Bintang.
"aaaaaaaa"
Bintang menjerit sambil melempar tangan itu, membuat sang empu langsung tersadar dan meninggalkan alam mimpinya.
"hey! wanita aneh! kau itu bisa gak sih gak usah teriak tetiak? suara cemprengmu itu ngagetin orang tau!" Ucap Leo sambil mengusap kedua telinganya.
"Tuan itu kenapa malah peluk peluk aku?"
"ya mana aku tau, aku kan lagi tidur. Yang namanya orang tidur itu gak sadar. Mungkin karena aku kira kau itu guling kali makanya aku peluk. Kalau saja aku tau yang aku peluk adalah kamu, sudah aku depak dari tadi. Lagi pula kau itu punya otak buatlah berfikir. "
Siapa yang nyamperin duluan?
Bintang terdiam dan mencoba mengingat kejadian semalam.
Ya, semalam, setelah ia mengganti pakaiannya ia tidur disofa. Udara semakin malam semakin dingin. Apalagi AC diruangan itu menyala sedikit besar. Bintang berinisiatif ingin mengecilkan atau mematikan AC tersebut, namun ia tak menemukan remotenya.
Saat ia mencoba tidur lagi pun masih tetap tak bisa. Udaranya terlalu dingin lantaran Bintang tak memakai selimut.
Bintang melirik sekilas kearah ranjang. Terlihat Leo sedang tertidur nyaman dibalik selimut. Karena ia melihat Leo tertidur diujung ranjang, ia pikir tak apa jika ia tidur di ujung ranjang yang satunya.
Lama berkutat dengan pikirannya, akhirnya Bintang memutuskan unyuk naik ke ranjang.
Bintang masuk kedalam selimut tebal itu dan mjlai masuk ke alam mimipnya. Entah siapa yang memulainya, pas ia bangun, ia mendapati dirinya telah berpelukan dengan tuan Paijonya itu. Ah memalukan! Pikirnya.
"hehehe.. maaf tuan, semalam aku kedinginan. Jadi numpang yidur disini deh!" Ucap Bintang sambil cengengesan.
"kau sengaja mau menggodaku ya?" Leo memicingkan ujung matanya dan tubuhnya sengaja di condongkan kedepan, membuat Bintang ketakutan.
Leo semakin dekat dan lebih dekat lagi hingga matanya menangkap satu pemandangan yang indah. Mata Leo berhenti tepat di kedua dada Bintang. Meskipun memakai kaos kebesaran miliknya, namun karena Bintang tak menggunakan bra disitu hingga membuat dua butir kacang almon yang menyembul dari balik kaos tersebut terlihat jelas di depan matanya.
Kacang itu? dilihat dari ukurannya, ah! sepertinya pas kalau di makan. duh mikir apa sih aku ini?
Saat Bintang menyadari kemana arah tatapan mata tuannya, Bintang reflek menutupi kedua dadanya dengan tangan yang disilangkan di depan.
"tidak Tuan, jangan salah paham" Bintang terus memundurkan tubuhnya hingga ujung ranjang dan
BRUK
"awww" Bintang meringis kesakitan.
Leo merangkak menuju ujung ranjang tempat Bintang terjatuh itu, namun matanya kembali membulat sempurna kala ia lagi lagi harus melihat dan dihadapkan dengan pemandangan yang menurutnya bisa membuat ia menjadi FIKTOR.
Bagaimana tidak, Bintang terjatuh dengan posisi terlentang, namun kakinya masih berada diatas ranjang hingga membuat kaos yang kelonggaran itu sedikit menyibak keatas di bagian kiri dan menampakkan satu gunung himalaya dengan bukit coklat bulat diatasnya.
Ah benar benar menguji keimanan.
Ya, belum genap satu hari bersama Bintang sudah membuat Leo memiliki Fikiran Kotor. Maklum saja, selama ini Leo selalu sibuk bekerja dan tak mempedulilan soal asmaranya hingga membuat ia jarang sekali berdekatan dengan yang namanya wanita.
Leo bergegas turun dari ranjang menuju kamar mandi, meninggalkan Bintang begitu saja tanpa berniat membantunya sedikitpun.
"tuan.. hey.." teriak Bintang
"tega sekali dia membiarkanku seperti ini. apa dia pikir jatuh itu tidak sakit? ah dasa tuan paijo semprul. pantas saja masih jomblo, siapa juga yang mau sama dia. laki laki dingin yang tak berperikemanusiaan!" Umpat Bintang dengan berusaha untuk berdiri.
Namun menyadari posisinya saat ini, Bintang langsung menghentikan umpatannya tersebut.
"oh my god! pantas saja Tuan paijo tak mau menolongku. Ah malunya aku.... apa dia melihat jelas bentuk dadaku ya? ah bagaimana kalau tadi dia melihatnya? mau ditaruh dimana mukaku?"
Dua puluh menit kemudian Leo sudah rapi dengan setelan jasnya.
"hey gadis aneh! sampai kapan kau akan bersembunyi dibalik selimut itu?"
Tak ada sahutan dari Bintang. Ia masih asik bersembunyi dalam selimut. Hingga Leo menarik paksa selimut itu.
Bintang tersenyum kaku memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"kenapa senyum senyum?"
"aku malu tuan"
"helleh... aku sudah melihatnya dan aku tak berselera dengan ukuran yang terlalu kecil seperti punyamu itu"
"bicara tuan itu terlalu vulgar"
"ah sudahlah! aku mau ke kantor"
"tuan mau kerja? mmmm... tuan.. bolehkah aku minta tolong?"
"apa?
"belikan aku baju"
"apa? kau menyuruhku membeli baju perempuan? ogah!"
"aku mohon tuan??" mengedipkan kedua matanya cepat
"ck" Leo berdecih lalu menghela nafas kasar.
Leo segara melangkah menuju pintu. Namun saat diambang pintu, ia menghentikan langkahnya kala Bintang memegang lengannya. Dengan perlahan Bintang menariknya agak turun kebawah dan menempelkan bibirnya lalu mambisikkan sesuatu di telinga Leo.
"tuan, jangan lupa belikan baju ********** juga ya?"
Bintang mengecup pipi Leo lalu berlari kedalam meninggalkan Leo yang masih mematung ditempatnya.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!