Visual Tokoh:
Cakra Rayyanza
Clarissa Edlyn
Kayden Khafi
Natasya Claudia
Evan Xaquille
Fidelya Angelina
Ruri Sambara
Davira Salsabila
Davin Alfiansyah
Aislinn Rafita (ibu Clarissa Edlyn)
Kiara Octavia (ibu Cakra Rayyanza)
Demelza Gardenia (ibu Davira Salsabila)
Justin Aquilla (ayah Clarissa)
Stefan Brayden
"ʙᴀᴅ ʙᴏʏ ɪɴ ᴛʜᴇ ɢᴏᴏᴅ ʙᴏʏ" ku rasa itu sebutan yang pantas untuk geng motor "ᴡᴏʟғ sᴛʀᴏɴɢʜᴏʟᴅ" yang sering meresahkan warga sekitar. Dibalik cover yang mereka tunjukkan sebagai anak motor yang sering di cap sebagai ʙʀᴀɴᴅᴀʟᴀɴ tapi ternyata mereka jauh lebih baik dariku.
Aku Clarissa Edlyn mahasiswa fakultas hukum. Aku memiliki seorang sahabat yang bernama Davira Salsabila. Aku mengenal Cakra Rayyanza dan geng nya karena ketua geng mereka yang sangat menyebalkan bernama Cakra Rayyanza itu menabrak ku di jalan, tetapi dia tidak minta maaf padaku, malah mengajak ku berdebat dan betapa beruntungnya aku dipertemukan secara terus menerus oleh laki-laki yang sangat menyebalkan itu.
"Kenapa ya Ra? kok gw ketemu mulu sih sama cowok menyebalkan itu?" tanya Clarissa pada Davira.
"Kata orang nih ya, bukan kata gw, jika seseorang sering dipertemukan secara tidak sengaja dijalan itu bisa jadi pertanda bahwa seseorang itu adalah jodoh kita" ucap Davira.
"What? jodoh? ngaco lu Ra" ucap Clarissa kesal.
"Hati-hati, jangan terlalu membenci lawan jenis, ingat lho, benci merupakan tahap awal dari tumbuhnya cinta di hati seseorang" ucap Davira tersenyum kecil.
"Idih, apaan sih lu Ra, gak jelas banget" ucap Clarissa kesal.
"Emang kenapa sih? kok lu benci banget sama dia?" tanya Davira.
"Ya gimana gw gak benci sama dia coba, dia aja ngeselin banget begitu, setiap ketemu ngajak ribut, bikin naik darah aja" ucap Clarissa kesal.
"Jangan menilai seseorang hanya dari luarnya aja Sa, manusia itu sama seperti buku" ucap Davira.
"What? buku? kenapa buku deh Ra?" tanya Clarissa.
"Iya buku, lu tahu gak? buku itu kan ada sampul depannya tuh, iya kan?" tanya Davira.
"Iya, terus apa hubungannya sama manusia?" tanya Clarissa.
"Sampul buku kan ada yang gambarnya rame kan, ada yang biasa aja, ada yang polos, ada yang gambar depannya bagus, sesuai dengan porsinya, gak keramaian gitu kan?" tanya Davira.
"Akh muter-muter lu Ra, cepetan napa, gw tungguin juga" ucap Clarissa kesal.
"Iya sabar sayang" ucap Davira.
"Hm, gc" ucap Clarissa.
"Iya" ucap Davira.
"Kenapa manusia itu sama kayak cover buku? nih gw contohkan yang buku dulu ya, misal nih, cover depan bukunya itu polos kan, belum tentu isi bukunya itu polos juga, kan kalau buku pasti ada garis-garis lurusnya kan?" tanya Davira.
"Iya" ucap Clarissa.
"Nah itu berarti cover buku yang polos itu tidak mencerminkan isi di dalam bukunya itu polos juga, buktinya ada garis-garis hitamnya kan? sama aja kayak cowok, dia diawalnya keliatan polos gitu, baik, kayak seolah-olah tuh dia gak akan pernah nyakitin hati kita para ciwi-ciwi, eh gak tahunya, dia penipu yang handal, menjadikan wanita hanya sebagai pelampiasan nafsunya saja, itu kan berarti sama aja kayak covernya yang dia tunjukkan, tidak sesuai dengan sifat aslinya dia, contohnya lagi nih, misal, orang ngira lu itu pendiam, gak asik, eh ternyata pas udah kenal aslinya bobrok, receh, asik banget, itu juga kan sama aja, cover tidak sesuai dengan isi buku kan?" tanya Davira.
"Iya juga ya" ucap Clarissa.
"Nah, makanya, berhenti menilai seseorang hanya dari cover yang ia tunjukkan, bisa aja si Cakra yang lu benci itu, malah jauh lebih baik dari lu, apa yang terlihat jahat dimata manusia, belum tentu sama dengan apa yang Allah SWT lihat, hanya Allah SWT yang tahu, bagaimana sifat asli seseorang, hina dimata manusia, belum tentu hina dimata Sang Pencipta, jadi jangan menghakimi seseorang dengan opini lu sendiri, karena belum tentu,. opini lu itu sesuai dengan kenyataan yang ada, terkadang malah opini yang malah menjatuhkan kita sendiri, contoh lagi nih, lu beropini kalau si Cakra brandalan, pas lu udah deket sama dia terus lu tahu bagaimana dia, ternyata dia malah jauh lebih baik dari opini lu itu, apa lu gak merasa malu, sama diri lu sendiri? jangan munafik ya, semua orang pasti malu jika kenyataan tidak sesuai dengan opininya, hanya saja tidak diungkapkan dengan kata, hanya diucapkan melalui hati nurani" ucap Davira.
"Jadi intinya apa lu ngomong kayak gitu?" tanya Clarissa.
"Hm, ternyata gw ngomong panjang × lebar × jajar genjang gak di dengar, akh, keberadaan ku tak dianggap ada oleh mu" ucap Davira.
"Apa sih Ra, serius napa, gw gak paham, maksud lu ngomong kayak gitu apa?" tanya Clarissa.
"Maksud gw itu, lu kenali Cakra lebih jauh sebelum lu membencinya, kalau ternyata Cakra lebih baik dari lu terus lu membencinya, itu sama aja kan kayak lu buang berlian ke jalanan, sayang dong kalau berlian dibuang ke jalanan" ucap Davira.
"Jadi maksud lu, gw harus deketin si cowok rese itu hah?" tanya Clarissa.
"Yaps, kurang lebihnya seperti itu" ucap Davira.
"Idih ogah, emangnya gw cewek apaan hah deketin cowok duluan?, kalau lu suka sama dia, lu ambil aja sana, gw sih ogah deketin duluan, lu kan orangnya bar-bar, jadi lu bisa dong dapetin hatinya si Cakra Rayyanza itu" ucap Clarissa.
"Sesama cewek bar-bar, tidak boleh saling menghina satu sama lain, you know?" tanya Davira.
"Gw gak bar-bar, cuma kadang khilaf aja, tapi gak bar-bar pokonya" ucap Clarissa.
"Heleh!, ngeles aja lu!" ucap Davira menyeringai.
"HAHAHA!, udah akh, gak penting banget sih, bahas si cowok menyebalkan itu" ucap Clarissa.
"Yang bahas duluan kan lu Sa, bukan gw" ucap Davira.
"Hm, ngapa jadi gw dh? kan daritadi yang ceramah elu, ngapa jadi gw yang lu bawa-bawa?" tanya Clarissa kesal.
"Tadi siapa yang bilang, kenapa ya Ra? kok gw ketemu mulu sih sama cowok menyebalkan itu? hah? setan yang bilang?, oh gw tahu, berarti tadi yang bilang kayak gitu itu mbak Kunti dong, atau mbak suster ngepet, eh ngepet jadinya, ngesot maksud gw, mbak suster ngesot ya tadi yang bilang?, tapi kok mukanya mirip sama lu ya?, apa jangan-jangan tadi itu setan yang menyerupai wajah lu Clarissa Edlyn, atau jangan-jangan lu punya kembaran gaib ya?, tadi yang ngomong itu jin qorin lu ya?, ikh gw hebat banget ya ternyata, bisa ngomong sama jin qorin lu" ucap Davira menepuk tangan 2 kali dan tersenyum.
"Apa sih lu Ra, gak jelas banget deh jadi orang, iya, iya, gw akuin, tadi itu gw yang ngomong, puas lu?" tanya Clarissa kesal.
"Lagian pakai acara ngeles segala, mending les beneran sana lu biar pinteran dikit" ucap Davira.
"Hm, dahlah, gak jelas ngomong sama lu, bikin puyeng dong, bye" ucap Clarissa melambaikan tangan dan pergi meninggalkan Davira.
"Yeh ngambek nih orang, yowes sana, gak butuh gw, hm, emang lu sapa? anak raja? sampai gw harus ngejar lu" ucap Davira menyeringai dan pergi dari sana.
"Mah, Clarissa berangkat dulu ya, assalamualaikum" ucap Clarissa berlari menuju pintu depan rumah.
"Rissa, kamu gak makan dulu nak?" tanya ibunya.
"Enggak mah, nanti aja di kampus udah telat soalnya" ucap Clarissa.
"Oh gitu, ya udah, hati-hati dijalan ya nak" ucap ibunya tersenyum.
"Iya mah, assalamualaikum mah" ucap Clarissa mencium punggung tangan ibunya.
"Wa'alaikumsalam nak" ucap ibunya tersenyum.
Di perjalanan menuju kampus, ia melihat ada seorang pria yang tengah memberikan makanan kepada seorang wanita tua di jalanan.
"Masha Allah, ternyata masih ada ya cowok kayak gitu" ucap Clarissa tersenyum.
Clarissa terus memandangi pria itu sembari tersenyum, ketika pria itu menoleh ke arah Clarissa tak berkedip, Clarissa membuang muka dan langsung pergi dari sana, pria itu sepertinya tertarik akan kecantikan wajah Clarissa.
"Masha Allah, cantik banget wanita itu, astagfirullahaladzim, dia bukan mahram ku" ucap Cakra menundukkan wajahnya.
"Jika mas menyukainya, dekati ia" ucap ibu tua yang Cakra berikan makanan.
"Iya bu, saya akan mendekatinya melalui jalan yang di ridhoi oleh-Nya, yaitu ikatan suci pernikahan, tetapi saya tidak mengetahui siapa namanya, dan dimana ia tinggal, jika saya mengetahuinya, saya pasti akan langsung meminangnya" ucap Cakra tersenyum.
"Cari tahu nak siapa namanya, dan dimana ia tinggal, karena perasaan jika terus dipendam tanpa pernah diungkapkan, itu sama aja menumpuk dosa semakin banyak lagi" ucap ibu tua itu tersenyum.
"Iya bu, saya akan mencarinya, ketika saya lulus nanti, karena yang terpenting saat ini untuk saya, adalah ibu saya, karena ibu saya wanita terhebat yang pernah ada di dunia" ucap Cakra tersenyum dan berlinang air mata.
"Masha Allah nak, jarang sekali pria seperti mu di akhirat zaman ini, ibumu pasti sangat bangga, mempunyai anak seperti kamu" ucap ibu itu tersenyum berlinang air mata.
"Aamiin, terima kasih bu, tetapi saat ini, Cakra masih belum bisa membahagiakan ibu, Cakra belum bisa kasih ibu uang, yang ada Cakra malah menambah beban ibu dengan melanjutkan studi di perguruan tinggi" ucap Cakra menunduk meneteskan air matanya.
"Kamu tidak salah nak, ibumu, hanya ingin terbaik untuk kamu, kamu bukan beban untuk kamu, ya mungkin saat ini kamu masih belum bisa menafkahi ibumu, tapi ada banyak cara lain untuk membahagiakan ibumu, contohnya dengan menghormatinya dan selalu menyayanginya, ibu yakin, jika ibumu tahu sifat kamu sangat baik seperti ini kepada orang lain, ibu yakin, ibumu pasti sangat bangga mempunyai anak seperti kamu, jangan bersedih, kamu harus kuat untuk ibumu, ngomong-ngomong ayah kamu kemana nak?" tanya ibu itu.
"Ayah pergi ninggalin ibu dan lebih memilih wanita lain" ucap Cakra meneteskan air matanya.
"Astagfirullahaladzim, yang sabar ya nak" ucap ibu itu mengelus pundak Cakra.
"Iya bu, terima kasih" ucap Cakra tersenyum sembari menghapus air matanya.
"Sama-sama nak" ucap ibu itu tersenyum.
"Bu, Cakra pamit ya, assalamualaikum" ucap Cakra tersenyum.
"Iya nak, wa'alaikumsalam, hati-hati" ucap ibu itu tersenyum.
Setibanya dikampus, Clarissa melihat Davira dan mengejarnya.
"Ra Ra bareng dong" ucap Clarissa pada Davira sahabatnya.
"Eh Clar lu udah ngerjain tugas belum?" tanya Davira.
"Emang ada tugas?" tanya Clarissa.
"Ada, lu lupa?" tanya Davira.
"Astagfirullahaladzim, kok lu gak bilang sih Ra?" tanya Clarissa kesal.
"Gw kira lu udah" ucap Davira.
"Belom Ra, lu udah?" tanya Clarissa.
"Kan gw nanya sama lu pengen nyontek gitu maksudnya hehe, kan lu rajin" ucap Davira mengangkat alisnya
"Astagfirullahaladzim sama aja lo Ra" ucap Clarissa menepuk jidatnya.
"Kelas aja yuk, entar nyontek ke siapa kek gitu" ucap Davira menarik tangannya.
"Ra, Ra itu kan cowok lu si Davin' ucap Clarissa berbisik pada Davira.
"Apa sih Clar, cowok-cowok aje lo, dia bukan cowok gw!" ucap Davira kesal.
"Cocok kok, namanya aja sama-sama DAVI" ucap Clarissa mengangkat sebelah alisnya.
"Apa sih Clar" ucap Davira memukul lengannya.
"Akh sakit tau" ucap Clarissa mencubit lengannya.
"Lagian jodoh-jodohin orang aja, jodoh itu di tangan Allah SWT tahu" ucap Davira kesal.
"Iya sihh, tapi ridho sahabat juga menjadi pendukung haha, kalo gw gak ridho ya lu gak boleh deket sama tuh cowok" ucap Clarissa mengangkat sebelah alisnya.
"Dih! emang siapa lu?" tanya Davira kesal.
"Sahabat lu wleee!" ucap Clarissa menjulurkan lidahnya.
"Hai cantik, duduk samping aku aja kosong kok" ucap Davin pada Davira.
"Udah sini duduk" ucap Clarissa menarik Davira.
"Apa sih Clar, itu kan di depan kosong, ke depan aja yuk" ucap Davira menarik tangan Clarissa.
"Ogah ah, udah belom ngerjain tugas mau duduk di depan, yang ada entar kena hukuman gimana sih lu!" ucap Clarissa.
"Ya, ya, tapi jangan disini juga kali Clar" ucap Davira.
"Ya terus dimana Davira? liat tuh bangku belakang pada penuh semua ini doang yang kosong, udah sih diem aja 2 jam ini kan? bukan seharian" ucap Clarissa menahan tawanya.
"2 jam sama kayak 2 abad kalau deket sama dia" ucap Davira kesal.
"Udah deh diem aja" ucap Clarissa.
"Davin" ucap Clarissa.
"Kenapa Clar?" tanya Davin.
"Udah ngerjain tugas belum? liat dong, gw sama Davira belum nih" ucap Clarissa.
"Udah nih" ucap Davin memberikan bindernya.
"Davira ambil dong" ucap Clarissa.
"Lah kok gw dah?" tanya Davira kesal.
"Ya kan lu duduk di sampingnya si Davin" ucap Clarissa.
"Yang nyuruh gw duduk disini kan elu, ya lu ambil sendiri lah" ucap Davira kesal.
"Emang lu gak mau nyontek?" tanya Clarissa.
"Ya mau sih" ucap Davira menggaruk kepalanya.
"Ya udah makanya ambil bukunya" ucap Clarissa.
"Iya bawel" ucap Davira.
"Idih apaan sih lu pegang-pegang lagi!, belum muhrim tahu!" ucap Davira saat Davin memegang tangannya.
"Mau di muhrimin?" tanya Davin menyeringai mengangkat alisnya.
"Ogah gw nikah sama lu!" ucap Davira membuang wajahnya.
"Jangan benci-benci, ingat, benci bisa jadi cinta lho" ucap Clarissa menertawakannya.
"Gak bakalan gw cinta sama dia, amit-amit deh gw punya suami kayak dia!" ucap Davira menatap sekilas Davin.
"Gw demen lu jatuh cinta beneran sama si Davin" ucap Clarissa pada Davira.
"Iyuhh!, nauzubillahi min dzalik" ucap Davira memegang jidatnya dan memukul meja.
"HAHAHA! Davira!, Davira!" ucap Clarissa menggelengkan kepalanya.
"Ketawa lagi lu" ucap Davira.
"Lucu sih lu" ucap Clarissa tertawa menggelengkan kepala.
"Demen banget nyomblangin orang padahal dia sendiri jomblo, UPS! keceplosan!" ucap Davira menutup mulutnya.
"Hey gw itu gak jomblo, gw punya cowok kok" ucap Clarissa.
"Siapa cowok lu? kok gw gak tau ya?" tanya Davira.
"Ada, tapi masih kesasar dihati yang salah" ucap Clarissa.
"Itu mh namanya lu belum punya pacar Clarissa, Clarissa!" ucap Davira menepuk jidatnya.
"Kan tadi gw bilangnya cowok, bukan pacar gimana sih lo?, cowok sama pacar tuh beda!" ucap Clarissa.
"Iyain aja deh biar cepet" ucap Davira.
"Tokk.. tokk.. cepat buka pintunya" suara laki-laki bersuara kencang depan pintu rumah Cakra.
"Wa'alaikumsalam, ada apa ya?" tanya Cakra.
"Ada apa, ada apa, bayar utang bapak lu, ini udah jatuh tempo" ucap pria itu dengan nada tinggi.
"Utang? utang apa ya pak? ayah saya gak pernah ngutang, ayah saya juga gak pernah pulang sejak saya kecil" ucap Cakra.
"Gw gak mau tahu ya soal itu, pake sok-sokan gak tau lagi lu, bokap lu itu ada utang ke bos gw, paham!" ucap pria bernada tinggi.
"Cakra ada apa nak? siapa yang datang?" tanya ibunya keluar dari dalam kamar.
"Eh pak Subroto" ucap ibunya.
"Cepat bayar hutangnya atau rumah ini akan kami sita" ucap pria itu dengan nada tinggi.
"Iya pak tunggu sebentar, saya ambil uangnya dulu ya" ucap ibunya.
"Gitu dong daritadi, lama banget!" ucap pria itu menyeringai.
"Bu, ada apa ini sebenarnya?" tanya Cakra bingung.
"Udah Cakra, nanti ibu jelasin" ucap ibunya.
"Ini pak uangnya" ucap ibu Cakra memberikan sejumlah uang.
"Apa-apaan ini kok cuma segini? memangnya anda pikir bos saya pengemis apa dikasih uang segini, recehan pula" ucap pria itu.
"Maaf pak, saya baru ada uang segitu" ucap ibu Cakra.
"Ya sudah lah, saya pergi dulu, jangan lupa sisanya di lunasin" ucap pria itu.
"Iya pak" ucap ibu Cakra.
"Bu, emang bapak punya utang? utang bapak berapa bu?" tanya Cakra.
"200 juta nak" ucap ibu Cakra.
"Hah 200 juta? seriusan bu? uang sebanyak itu untuk apa bu?" tanya Cakra.
Ibunya terdiam sejenak, kembali mengingat masa lalu yang menyakitkan itu.
"Untuk melunasi biaya rumah sakit ibu, makanya bapak meminjam ke rentenir 100 juta, tapi karna bapak mencicilnya sedikit-sedikit, jadi bunganya bertambah nak jadi 200 juta" ucap ibunya.
"Maafkan ibu nak, ibu terpaksa membohongi mu, agar kamu tidak semakin membenci ayah mu itu, bagaimana pun juga, dia tetap ayah mu" batin ibunya.
Sebenarnya, suaminya tidak berhutang untuk biaya rumah sakitnya, namun suaminya berhutang, untuk biaya mahar melamar wanita lain.
"Jadi sebelum bapak selingkuhin ibu itu bapak punya utang sama rentenir bu?" tanya Cakra.
"Iya nak" ucap ibunya menunduk.
"Ibu kenapa gak bilang ke Cakra sih bu?" tanya Cakra.
"Ya karena ibu mau kamu fokus dengan kuliah kamu dulu" ucap ibunya.
"Ibu maafin Cakra" ucap Cakra meneteskan air mata dan memeluk ibunya.
"Bro entar malem balapan yuk di Sentul, lumayan hadiahnya gede kalo menang" notifikasi wa di hp Cakra dari Evans.
"Bayarannya berapa?" tanya Kay.
"10 juta lumayan kan?, ayok lah kapan lagi dapet duit 10 juta cuma balapan motor doang, ya emang sih harus daftar dulu 500 ribu" ucap Evan.
"Wah mantep tuh, gw mah ayok aja" ucap Kay.
"Si Cakra sama Ruri gimana mau kagak tuh anak?, kalau mau entar gw daftarin sekalian, eh tapi nama gengnya apaan nih bro yang enak? masa anak motor gak ada nama gengnya sih hambar banget" ucap Evan.
"Stronghold aja gimana?" tanya Kay.
"Hm kayak kurang srek sih gw" ucap Evan.
"Ada apa sih kawan kok rame banget?" tanya Ruri.
"Ke Sentul ayolah lumayan dapet 10 juta kalau menang, cuma bayar 500 ribu doang lagi" ucap Evan.
"Wih! mantep tuh, gw ikut dong" ucap Ruri.
"Oke, si Cakra gimana?" tanya Evan.
"Gw ragu sih kalau si Cakra ikut juga, kan tahu sendiri dia anaknya begitu" ucap Kay.
"Hm, iya juga sih" ucap Evan.
"Eh ada chat nih dari Evan" ucap Cakra saat melihat notifikasi WhatsApp di hp nya.
"Eh si Cakra ngeread tuh" ucap Kay.
"Bro gimana lu ikut juga kagak?" tanya Evan.
Dalam agama jelas melarang aksi
balapan liar sebagaimana terkait dalam al-Quran surah al-Baqarah ayat 195 yang berbunyi
وَاَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَاَحْسِنُوْا ۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
Yang berbunyi: Wa anfiqụ fī sabīlillāhi wa lā tulqụ bi`aidīkum ilat-tahlukati wa aḥsinụ, innallāha yuḥibbul-muḥsinīn.
Yang artinya: dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Itu berarti kita harus menjaga sikap dan perilaku kita agar tidak terjerumus dalam kebinasaan seperti melakukan balapan liar, yang kelakuannya dapat membahayakan orang lain tetapi tetap melakukannya, hal tersebut sama saja bahwa mereka tidak menjaga perilaku dan senantiasa menjerumuskan dirinya dalam kebinasaan.
Hm.
"Salah lu pan nanya ke si Cakra" ucap Kay.
"Hm, iya" ucap Evan.
"Jadi lu gak mau ikut nih Kra? ikut lah, ga setia kawan banget sih jadi orang" ucap Evan.
"Bukan masalah gak setia kawan atau apa, ya masa lu ngelakuin dosa ngajak-ngajak sih?" tanya Cakra.
"Hm, gw tau kok, lu lagi pusing kan?, mikirin gimana caranya ngelunasin hutang bokap lu" ucap Evan.
"Tahu darimana lu?" tanya Cakra.
"Gw tadi lewat depan rumah lu, ya mungkin lu gak liat, tapi gw liat dan denger semuanya, bokap lu punya utang kan 200 juta? gw tau kali, gw cuma mau bantu lu doang, kalau lu gak mau juga gpp sih, ya emang sih, cara gw salah, tapi lu tau sendiri kan, gw gak ada uang, kalau untuk biaya pendaftarannya sih gw ada, gimana?" tanya Evan.
"Biar gw yang bayarin deh biaya pendaftaran lu" ucap Kay pada Cakra.
"Nah, tuh mau dibayarin sama si Kay, udah si terima aja, lu gak kasian apa sama ibu lu?" tanya Ruri.
"Hm, nanti deh gw pikir-pikir dulu ya" ucap Cakra.
"Hm, oke" ucap Kay.
"Aku harus kerja apalagi? untuk membayar hutang bapak, semakin lama aku melunasinya, bunganya akan semakin banyak, ditambah Cakra juga masih kuliah, aku gak mau dia berhenti kuliah" ucap ibu Cakra menangis tersedu-sedu di dalam kamarnya.
"Kasian ibu, kalau aku ikut, lumayan bisa bantu ibu ngelunasin hutang bapak tapi akh... !" ucap Cakra kesal dan meneteskan air matanya.
"Oke gw mau" ucap Cakra pada teman-temannya.
"Hah seriusan nih? seorang Cakra Rayyanza mau ikut balapan" tanya Ruri terheran.
"Iya gw serius" ucap Cakra.
"Kenapa cepet banget berubah pikiran lu?" tanya Kay.
"Iya tadi gw mau ke dapur ngambil air, eh gw gak sengaja denger ibu gw nangis, gak tega gw dengernya" ucap Cakra.
"Oh" ucap Ruri.
"Ah oh ah oh aja lu Rur" ucap Kay.
"Bingung gw mau bales apaan wkwk" ucap Ruri.
"Cakra fix nih lu ikut?" tanya Evan.
"Iya" jawab Cakra.
"Ya udah gw daftarin ya" ucap Evan.
"Hm, oke" ucap Cakra.
"Nama geng kita apa nih? hambar banget" ucap Evan.
"Hm, gimana kalau "Wolf Stronghold" aja?" tanya Cakra.
"Hm, bagus juga" ucap Kay.
"Hm, boleh tuh, gimana Pan?" tanya Ruri.
"Oke lah jadi mulai sekarang nama geng kita "Wolf Stronghold" ya?" tanya Evan.
"Yoi" ucap Kay.
"Ketuanya "Cakra Rayyanza" kan dia yang nemuin nama geng kita" ucap Ruri.
"Iya dong pasti, udah gw daftarin ya, totalnya jadi 2 juta ya ber-empat" ucap Evans.
"Oke" ucap Ruri.
"Gw aja yang transfer, entar aja kalian bayar ke gw pas disana" ucap Kay.
"Oke" ucap Evan.
"Sekarang tanggal berapa sih?" tanya Ruri.
"Gak tau dah gw lupa, gak mikirin tanggal wkwk" ucap Kay.
"Tanggal 29 September, kenapa emang?" tanya Cakra.
"Peresmian "Wolf Stronghold" lah pake nanya lagi, biar orang-orang pada tau gitu haha" ucap Ruri.
"Wih mantep tuh!" ucap Evans.
"Eh itu pertandingannya tanggal berapa?" tanya Ruri.
"Akhir bulan ini" ucap Evan.
"Wih mantep tuh!" ucap Kay.
"Mantep-mantep aja lu, ngampus gimana?" tanya Cakra.
"Kuliah mulu pinter juga kagak gw" ucap Evan.
"Itu si Cakra pinter buktinya, emang lu nya aja yang males Pan Pan" ucap Ruri.
HEHEHE!
"Ketawa lagi lu Pan" ucap Ruri.
"Udah gw transfer ya, eh kapan kita mau ke Sentul nya guys?" tanya Kay.
"Besok kali ya?" tanya Evan.
"Elu ditanya malah balik nanya gimana sih?" tanya Kay.
"Ya udah besok aja sekalian liburan gimana?, kan seru tuh" ucap Ruri.
"Oke, tapi gw bilang ke nyokap gimana deh?" tanya Cakra.
"Bilang aja sih mau liburan gitu" ucap Ruri.
"Nah bener tuh, atau gini aja nanti kita ke rumah lo deh" ucap Kay.
"Oke" ucap Cakra.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!