NovelToon NovelToon

AKU BERTRANSMIGRASI?

01| Carissa itu Nala

"Apa-apaan novel ini!" Seorang gadis yang mengenakan pakaian taekwondo melempar sebuah novel.

    "Kenapa tokoh utamanya harus bunuh diri karena diselingkuhi? Memangnya nggak ada laki-laki lain di dunia ini?" umpatnya sembari menginjak-injak novel tersebut dengan rasa kesalnya.

   "Nala, jangan di injak novelnya!" Gadis dengan kacamata bulatnya memukul betis Nala dan merebut novel tersebut.

   "Bener sih, gue juga benci sama jalan ceritanya. Gimana bisa dia dikhianati setelah berjuang buat tetap setia."

Nala pun memilih untuk kembali berlatih, sia-sia saja dia memaki setiap tokoh dalam novel tersebut.

   "Amira, gue latihan bentar. Lo kalau mau pulang, duluan aja."

Gadis bernama Amira hanya menggeleng dan memilih untuk duduk menunggu Nala.

   "gue tunggu lah, lo udah janji mau beliin gue es krim!"

   "okelah."

Setelah selesai berlatih, mereka pamit pada pelatih dan berjalan keluar dari tempat latihan. Diketahui bahwa Nala dan Amira adalah seorang siswi yang duduk di bangku kelas tiga SMA.

Mereka akhirnya mampir pada toserba dan membeli es krim untuk dinikmati saat jalan pulang.

   "Semuanya dua puluh lima ribu!" ucap si penjaga kasir, Nala pun mengeluarkan selembar uang berwarna biru.

Nala adalah seorang anak pengusaha, di mana ayahnya sendiri pemilik perusahaan terbesar di Jakarta. Akhirnya mereka tiba di pertigaan, Nala melambaikan tangan pada Amira dan berpisah.

Setibanya di rumah, Nala langsung disambut oleh ibunya yang super aktif. Pelukan kejutan itu membuat gadis dengan perawakan tomboy itu terkejut bukan main.

   "Ibuu, lain kali jangan ngagetin Nala gitu!" ucapnya kesal sekaligus pasrah saat wanita itu memeluknya erat.

   "Habisnya, kamu pulang sekolah langsung ke tempat latihan. Ibu sudah susah payah memasak untukmu."

   "Nala bakalan makan abis mandi."

   "Baiklah, ibu akan menyiapkan makannnya di atas meja."

Setelahnya Nala bergegas melangkah menuju kamar, setelah mandi ia memilih untuk mengisi perutnya yang telah mengamuk. Mencium aroma masakan ibunya, cacing-cacing itu seperti tengah kesurupan.

Nala memegang perutnya dan mengelus lembut.

   "Sabar, ya cing. Ini Nala juga mau makan, kok!"

Malam harinya, Nala telah terlelap dengan ponsel yang menyala dan menunjukan chattannya dengan Amira.

Burung berkicau dengan begitu riang,  tirai jendela dibuka membiarkan cahaya matahari menusuk kulit seorang gadis yang tidur tanpa tahu hari telah menjelang siang.

   "Nona, sampai kapan anda akan tertidur? Ini sudah jam setengah sepuluh, anda melewatkan sekolah lagi!"

Seakan tuli, dia menarik selimut agar menutupi keseluruhan tubuhnya.

   "Nona Carissa, tuan besar bisa marah kalau anda terus-terusan membolos sekolah!"

Tak dapat tertidur, gadis cantik dengan rambut sepunggung itu bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi melewati cermin rias. Begitu akan tiba pada pintu, ia membulatkan mata dan berjalan mundur lantas bercermin.

Gadis itu memegang wajahnya sendiri dengan ekspresi yang benar-benar terkejut.

   "Wajah siapa ini!" teriaknya.

 

                                ***

    "Ahahaha, gye gak mungkin masuk ke dalam novel sialan itu?" batinnya kebingungan sembari mengunyah roti yang telah dioleskan cokelat.

Tanpa sadar, ia menggebrak meja membuat orang-orang yang berada di sana terkejut bukan main.

   "Carissa, kamu ini kenapa? Tadi pagi kamu berteriak dan sekarang menggebrak meja seperti itu. Apa kepalamu terbentur tembok?" tanya seorang pria yang dari perawakannya adalah kakak Carissa.

Maid yang tadi membangunkan Carissa hanya berbohong terkait hari sudah siang, nyatanya masih setengah tujuh pagi, sedangkan sekolahnya masuk pada jam setengah delapan.

   "Ahahaha, maaf. Sepertinya aku terlalu bersemangat hari ini sampai-sampai kelebihan stamina!" bohongnya sembari melahap semua roti yang berada di tangannya.

   "Carissa, kamu hari ini kelihatan aneh. Nggak biasanya kamu aktif dan banyak ngomong, biasanya kamu hanya duduk dan menikmati sarapan tanpa sepatah-katapun!"

Tamat sudah. Dia lupa kalau karakter Carissa adalah seseorang yang pendiam dan lumayan tertutup. Biarpun begitu, dia memiliki dua teman yang selalu berada di sisinya.

   "Kalau begitu mari kita lupakan soal Carissa yang introvert dan beri sambutan pada Carissa yang baru!"

Setelah meneguk habis susunya, Carissa menyambar tas dan berjalan lebih dulu ke arah mobil.

   "Kakak, cepat. Gue nggak mau terlambat ke sekolah!" teriaknya membuat pria itu hanya mendesah pasrah.

   "Papa, aku berangkat dulu!"

   "Abian, tolong perhatikan adikmu. Papa tidak tahu apa yang sudah membuatnya begitu!"

   "Tenang saja, aku akan mengawasi dia."

Setelahnya dia beranjak dari sana dan bergegas menyusul sang adik. Di perjalanan, Carissa mulai memikirkan bab pertama pada novel yang berjudul 'Kemalangan Carissa'.

   "Kalau nggak salah di bab pertamanya, Carissa bakalan bertemu sama Cakra di kantin tepat saat dia mau jatuh, Cakra langsung dengan cekatan nangkap tubuhnya."

Selama perjalanan, Carissa terus membatin memikirkan rencana-rencana konyol terkait dengan kejadian yang sudah dia tahu.

Mereka telah tiba di sekolah, diketahui bahwa Carissa kelas dua SMA sedangkan Abian kelas tiga. Pada dasarnya dia tidak tahu letak kelas Carissa, langsung saja meminta pada Abian untuk mengantar.

   "Kak, antarin Carissa ke kelas, ya?" mohonnya dengan mencoba menunjukan puppy eye, membuat Abian terkejut. Tidak biasa adiknya akan meminta untuk diantar, yah inilah salah satu impian Abian.

Dia selalu ingin jika Carissa meminta tolong padanya untuk diantar ke kelas, tetapi tak pernah tersampaikan. Katakan saja kalau Abian adalah tipekal orang yang tsunedere pada adiknya sendiri.

   "Baiklah."

Senyuman mengembang di bibir Carissa, ia langsung saja menyambar lengan sang kakak dan memeluknya. Di koridor, keduanya menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak? Abian yang dikenal sebagai manusia kulkas seribu pintu sedang berjalan berdua dengan Carissa di pemalu.

Satu hal yang tidak penghuni sekolah ketahui, bahwa keduanya adalah saudara kandung jadi timbulah rumor-rumor tentang mereka yang berpacaran.

Setibanya di kelas, Carissa langsung berterima kasih pada sang kakak. Sebelum benar-benar masuk, dua temannya menghampiri dia.

   "Selamat pagi Carissa!" ucap keduanya kompak.

   "Oh, ada kak Abian."

Ah, jangan lupa. Kedua teman Carissa pengecualian, mereka sudah tahu kalau Abian adalah kakak Carissa, karena sering datang bermain.

   "Kakak titip Carissa seperti biasa, ya?" pinta Abian sebelum pergi ke kelasnya.

   "Siap kak!"

Mereka langsung menggandeng Carissa dan membawanya masuk. Bel keluar main pertama berbunyi, Carissa langsung berdiri dan mengajak dua temannya untuk pergi ke kantin.

   "Karena udah bel istirahat, maka ayo kita ke kantin!" ucapnya penuh semangat.

Mendengar itu, kedua temannya tertegun. Pasalnya tak biasa Carissa akan bersemangat seperti ini. Namun, mereka juga senang akhirnya Carissa tak pendiam lagi.

Di kantin, ketiganya menjadi pusat perhatian, tentu saja Carissa aka Nala tak memusingkan hal tersebut. Dirinya sudah biasa menjadi pusat perhatian saat berada di tubuh aslinya.

    "Kalian udah denger rumornya?"

   "Udah, katanya dia berpacaran dengan kak Abian."

   "Iya, gue juga denger rumornya."

   "Gila, gue pikir gadis pendiam kek dia gak akan berpacaran apalagi dengan kakak kelas yang populer."

   "Bener, gimana kalau rumor ini sampai di telinga dia."

   "Dia? Ah, maksudmu kak Fay?"

   "Iya, gue dengar kak Fay suka sama kak Abian."

   "Tamatlah sudah riwayat Carissa."

Carissa tak tuli, dia mendengar jelas ocehan-ocehan para siswa di sana. Hanya saja dia terlalu malas menghadapi manusia yang tahunya cuma bergosip tanpa mencari tahu kebenarannya.

Saat dia akan maju untuk memilih menu, seseorang menarik paksa rambut indahnya hingga tersungkur ke lantai. Saat itu juga mereka menjadi pusat perhatian dan tidak sedikit yang terkejut.

   "Hei, jadi ini wajah orang yang digosipkan berpacaran dengan Abian?" tanya seorang gadis sembari berkacak pinggang sombong.

Carissa yang jiwanya sudah diisi oleh Nala pun berdiri sembari menatap tajam ke arah gadis di depannya. Pertama dia menatapnya dari ujung rambut sampai ujung kaki, dilanjutkan dengan menujuk tepat di wajah perempuan tersebut.

   "Heh, gue sama sekali nggak pernah cari masalah dengan lo dan tolong tau sopan santun!"

Ucapan Carissa membuat seisi kantin terkejut termasuk si penjaga kantin.

   "lo bilang nggak pernah cari masalah? Berjalan dengan Abian sama aja lo cari masalah sama gue!"

Carissa langsung teringat sesuatu, dia lupa kalau seisi sekolah belum tahu bahwa Carissa dan Abian adalah saudara kandung. Ide licik terbesit dalam pikirannya, seringaian kecil pun dia tunjukan.

   "Ah, kak Abian, ya? Jadi lo suka sama kak Abian?" tebaknya yang sebenarnya memang sudah tahu.

Salah satu alasan Carissa bunuh diri adalah gadis di depannya ini. Selain diselungkuhin, Carissa juga mendapatkan fitnah dari perempuan tersebut sampai-sampai membuat namanya benar-benar buruk di mata publik.

   "Denger, ya nona sombong. Kak Abian bahkan nggak sudi buat sekedar ngelihat ke lo, mengingat lo sendiri sering buat ulah dan cari gara-gara dengan teman-teman perempuannya terutama kak Bella!" ucapnya membuat gadis itu menggeram kesal. Sebelumnya tidak ada yang tahu tentang fakta ini sebelum akhirnya Carissa membocorkannya.

   "Lo ... "

Saat ia akan menjambak rambut Carissa, seseorang lebih dulu mencekal tangannya.

   "Kak Fay, tolong jangan membuat keributan di kantin. Kakak tahu sendiri, akan ada pengurangan poin jika kakak melakukan hal itu."

Mari kita tebak, status sebagai ketua osis dengan kain merah yang diikat di lengan kanannya, pasti dia adalah Cakra.

   "Cih, membuang waktu saja meladeni orang seperti dia."

Carissa pun berbalik dan langsung memesan makanan, begitu juga dengan dua temannya. Suasana kantin kembali ke keadaan normal, hanya saja rasa kesal karena telah dipermalukan membuat Fay ingin membalas dendam.

   "Perempuan sialan!" makinya dalam hati.

Bersambung...

02| Deal!

Di kelas, terlihat kedua temannya memandangi Carissa dengan wajah keheranan. Sebenarnya bukan hanya mereka, melainkan teman-teman kelasnya juga.

Carissa yang merasa terus diperhatikan pun membuka suara.

   "Jangan liatin gue kaya gitu, emangnya ada yang aneh sama muka gue?" tanyanya sembari menatap mereka secara bergantian.

Salah satu dari keduanya pun menggeleng.

   "Kita cuma heran, gimana bisa lo seberani itu sama kak Fay!"

Carissa lantas mengendikan bahunya acuh. Tak penting bagi mereka untuk tahu bahwa yang berada di dalam tubuh Carissa sekarang adalah seorang Nala, gadis dengan sifat yang sulit ditebak.

Karena tak ingin menimbulkan kecurigaan, akhirnya dia memilih jalur berbohong dan meminta maaf di dalam hati.

    "Gue itu lelah berpura-pura menjadi pendiam."

   "Jadi selama ini lo cuma berakting?" tebak gadis dengan rambut yang di kuncir dua.

   "Begitulah. Jadi sekarang kalian nggak boleh terkejut kalau gue ngelakuin hal-hal yang gak terduga kedepannya. Coba untuk bersikap biasa saja."

Keduanya hanya mengangguk paham, tak ingin bertanya lebih lanjut, mereka pun mengalihkan pembicaraan. Bel istirahat kedua terdengar, Carissa memilih untuk pergi ke rooftop saja daripada ke kantin lagi.

Di sinilah dia sekarang, menikmati semilir angin sembari menutup kedua matanya.

   "Ah, seru juga berada di tubuh Carissa. Ngelihat gimana mereka terkejut sama tingkah laku gue adalah kesenangan tersendiri buat gue. Yah, pokoknya nggak boleh ada yang tau tentang gue, Nala Greyson berada di tubuh seorang Carissa Brawijaya."

   "Tau apa?"

Carissa yang mendengar itu langsung terkejut dan menoleh ke samping. Terlihat seorang pria seumuran dengannya bangun dari tidur dan langsung menatap datar ke arahnya.

   "Mati gue, apa dia denger yang gue omongin tadi? Kebiasaan, kenapa mulut gue selalu aja ceroboh."

   "Ahaha, bukan apa-apa."

Dia menggaruk belakang kepalanya yang sama sekali tidak gatal, semata-mata hanya ingin menghilangan kecanggungan diantara mereka.

   "Lo punya dua tubuh kayak di komik Look**m?" tebaknya membuat Carissa langsung mengubah ekspresi wajahnya.

   "Maksudnya? Gak mungkin manusia punya dua tubuh?"

   "Terus apa yang lo omongin tadi? Nala Greyson? Siapa dia?"

Terlalu banyak pertanyaan membuat Carissa sendiri ingin pergi dari sana.

   "Ssstt, ini rahasia. Tolong jangan bilang apapun yang lo denger tadi. Anggap saja gue cuma membual!" mohonnya berharap pria di depannya itu mengerti.

   "Kalau gue gak mau, gimana?" tolaknya sembari beranjak dari sana.

   "Aaah, tunggu ... Gue bakalan melakukan apapun yang lo suruh selama seminggu, tetapi lo harus berjanji buat tutup mulut!"

   "Sebulan."

   "Deal!"

Sore ini Carissa nampak tengah bersantai di taman belakang, ibu jarinya terus menggeser layar ke atas sembari sesekali dia tertawa terbahak-bahak.

Abian sejak tadi hanya memperhatikan adiknya lewat balkon kamar yang berada di belakang. Seharian ini adiknya selalu bertingkah ceria, tidak ada lagi Carissa yang pendiam. Yah, hal itu juga membuat kekhawatiran pada dirinya berangsur menghilang.

Raut wajah Carissa yang tadinya bahagia berubah menjadi kesal. Bagaimana tidak? Dia mendapatkan pesan dari seseorang dan memintanya untuk bertemu di taman dekat toserba.

Carissa langsung menyambar jaket abu-abunya dan berlari. Dia tahu toserba yang dimaksud oleh orang itu. Setibanya di sana, Carissa langsung merampas minuman pria itu dan meneguknya sampai habis.

   "Ah, lelahnya!"

Pria itu mengernyitkan dahinya, menatap kesal pada botol yang telah kosong.

   "Lima menit aja, biarin gue beristirahat!"

Posisi Carissa sekarang bersandar di bahunya, dengan cekatan ia langsung berdiri membuat gadis tersebut terjatuh.

    "Keenan, biarin gue bersandar sebentar!" rengeknya sembari menarik kaos pria bernama Keenan itu.

    "Gue nyuruh lo ke sini bukan buat bersandar ke gue, sekarang cepet beliin gue roti isi selai pisang!" titahnya membuat Carissa bangkit sembari mendengus.

   "Oh, jangan lupa sama minumannya."

   "Berisik!"

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Carissa kembali dengan membawa dua kresek sedang roti serta minuman. Dia langsung saja menyerahkannya pada Keenan.

   "Kenapa beli banyak sekali?" tanyanya sembari mengambil roti dan minuman tersebut.

   "Nggak tau, kalau lo gak habis ya kasih aja ke anak-anak itu!" ucap Carissa dengan menunjuk ke arah beberapa anak-anak yang bermain bersama.

   "Ide yang bagus."

Keenan langsung menarik tangan Carissa dan membawanya ke anak-anak itu, sementara yang di tarik hanya pasrah.

    "Halo!" sapa Keenan membuat anak-anak itu langsung menoleh seketika.

   "Kalian kemarilah sebentar!"

Mereka memandang satu sama lain dan langsung berjalan ke arah Keenan dan Carissa.

   "Kalian mau roti? Tenang saja, kak Carissa baru aja beli dan kebanyakan."

Ada sekitar enam anak kecil, mereka mengangguk bersemangat.

   "Ambil satu-satu, ya?"

Keenan pun menyerahkan kresek minuman pada Carissa dan mengisyaratkan pada gadis itu untuk membagikannya.

Malam itu Carissa tertidur dengan sangat nyenyak tanpa tahu bahwa dirinya telah menjadi bahan gosipan yang hangat, bahkan banyak sekali pesan dan telepon tak terjawab dari dua temannya.

Keesokan harinya, Carissa terbangun dengan pemandangan Abian telah berdiri tepat di depan kasurnya.

   "Hoam ... Selamat pagi kak!"

Carissa seperti orang yang tak peduli dan beranjak dari sana menuju kamar mandi, sebelum mencapai gagang pintu Abian lebih dulu menariknya.

   "Carissa!" teriaknya hingga membuat gadis itu tersadar seratus persen.

   "Ada apa? Kebakaran, kah?"

Abian mengusap wajahnya kasar, tak paham dengan sifat sang adik.

   "Apa yang sudah kamu lakukan sampai menjadi pembicaraan anak-anak?"

Carissa yang memang tidak tahu apa-apa, pun menatap heran ke arah Abian.

   "Gue ngelakuin apa?" tanyanya membalik.

   "Cobalah serius sedikit, kamu menjadi topik hangat nomor satu di sekolah kita. Entah gimana jadinya kalau papa tahu."

Carissa bergegas mengambil ponselnya dan melihat banyak sekali pesan masuk serta panggilan tak terjawab. Dia membuka grup kelas dan melihat sebuah foto di mana dirinya digosipkan telah berselingkuh dengan Keenan, salah satu siswa yang kepintarannya membuat semua orang angkat tangan.

    "Apa!"

Saat ini di sekolah, Carissa nampak seperti orang yang jika diganggu, maka wajahnya akan dicakar habis-habisan.

Dina dan Lala selaku temannya pun perlahan mendekat dan mulai bertanya sebenarnya ada apa ini? Mengapa sampai-sampai dia dituduh sebagai orang yang berselingkuh.

   "Carissa, sebenarnya ada masalah apa yang sampai-sampai lo dituduh berselingkuh?" tanya Lala dengan wajah cemasnya.

    "Aagh, mereka semua salah paham."

Carissa lantas berdiri di atas kursi dan menaikan satu kaki di atas meja.

   "Gue bakalan cari pelaku yang udah nyebarin rumor palsu. Lihat aja, gue bakalan buat dia bertekuk lutut meminta maaf ke gue, hahahaha!"

Carissa tertawa sampai tak tahu kalau Cakra selaku ketua osis memperhatikannya dari ambang pintu. Dia tak habis pikir dengan tingkah laku gadis itu yang dulunya sangat pendiam.

Cakra lantas mengetuk pintu kelas membuat Carissa yang terkejut pun terjatuh, untunglah dia berhasil menyeimbangkan diri dan mendarat dengan sempurna. Semua yang berada di kelas pun dibuat tercengang.

    "Hebat! Sejak kapan lo bisa ngelakukan atraksi seperti itu?" ucap Dina penuh rada takjub.

   "Hehe, inilah salah satu keahlian seorang Na- maksud gue Carissa."

Cakra pun mengambil alih perhatian dan berdiri tepat di depan papan tulis.

   "Maaf, mengganggu waktunya. Di sini saya sebagai ketua osis ingin mengumumkan terkait ulang tahun sekolah yang ke tiga belas. Sekolah akan mengadakan lomba drama antar kelas juga lomba bermain basket putra dan putri. Dipastikan untuk setiap kelas berpartisipasi karena pastinya akan ada hadiah. Untuk informasi lebih lanjut, kalian bisa melihat di mading sekolah. Saya permisi!"

Setelah Cakra keluar, semangat Carissa semakin menjadi. Dia berniat untuk mengikuti lomba basket karena di sekolahnya dulu Carissa pernah memenangkan lomba basket bersama teman-teman kelasnya.

   "Yosh, ketua kelas ... " Carissa berlari dan berdiri tepat di depan papan tulis.

   "Masukin gue ke dalam tim basket putri, dengan begitu kelas kita bakalan mencetak sejarah."

Semuanya hanya tersenyum kikuk melihat tingkah aktif Carissa yang tak biasa. Sepertinya mereka akan mulai beradaptasi dengan dirinya yang baru.

Nama-nama yang akan masuk dalan daftar peserta telah diserahkan pada anggota osis. Carissa sendiri akan berperan penting dalam drama nantinya.

    "Pertama kalinya Carissa mau ikut lomba, biasanya dia cuma berdiam diri saja!" ucap salah satu anggota osis ketika mengetahui adanya nama Carissa.

   "Tingkah lakunya juga sangat berbeda dari biasanya. Yah, mungkin sudah saatnya buat dia menunjukan sifat aslinya!" ucap Cakra yang langsung melongos pergi entah ke mana.

Saat ini Carissa tengah berada di kantin, menatap mangkuk yang tersisa kuah baksonya saja. Pikirannya menerawang jauh siapa pelaku yang menyebarkan rumor tentangnya berselingkuh.

Tolong ya, pada akhirnya yang berselingkuh nanti adalah Cakra bukan dirinya. Ah, Carissa lupa kalau dia sekarang berada dalam tubuh seorang gadis yang menjadi tokoh utama sebuah novel.

   "Sebelum memikirkan rumor itu, kenapa gue sampai masuk ke tubuh Carissa?"

   "Nggak mungkin karena gue ngebanting novel itu, kan? Sangat nggak masuk di akal!" dia membatin sembari raut wajah yang sedikit kebingungan sekaligus kesal.

Dina dan Lala menatap khawatir pada Carissa, mereka berpikir bahwa gadis itu tengah stress sekarang memikirkan rumor itu.

   "Carissa, kayaknya lo harus meluruskan kesalahpahaman ini. Bilang aja ke publik kalau lo sama kak Abian itu saudara kandung!" ucap Lala khawatir.

   "Nggak bisa!" bentaknya membuat seisi kantin terkejut.

Seketika Carissa tersadar dan meminta maaf. Dia kembali duduk dan meneguk habis kuah bakso itu.

   "Ck, lagian rumor murahan kayak gitu nggak akan ngebuat nama baik gue memburuk. Faktanya adalah gue  dan Keenan hanya teman baik, haha!"

Tiba-tiba seseorang memukul kasar kepala Carissa, membuat gadis itu menggeram kesal.

   "Siapa yang mukul kepala gue?" bentaknya sembari menoleh ke arah belakang dan menemukan Abian yang menatapnya tajam.

   "Ehehe, kak Abian ... Kabur!"

   "Carissaaaa!"

Bersambung...

03| Masa muda itu PENTING!

Saat ini Carissa tengah duduk di taman belakang sekolah, matanya menangkap awan yang bergerak bebas di langit.

   "Hah, kenapa gue harus bertransmigrasi ke tubuh orang ini!" ucapnya frustasi sebelum akhirnya mengacak rambutnya.

   "Tuhan, kembaliin aja gue ke tubuh asli huhu ... Gue gakk mau berada di tubuh Carissa, gue mau pulang huaaa!" rengeknya sembari berpura-pura menangis.

   "Oh ayolah, Tuhan. Gue janji nggak akan ngehina novel buatan orang lain lagi dan bakalan bersikap baik. Juga beliin Amira dengan banyak es krim!" ocehnya tanpa sadar Keenan tengah berdiri dibalik tembok sembari mendengarkan segala bacotannya.

   "Seenggaknya kasih tau tujuannya ke gue kenapa gue harus ada di tubuh gadis bodoh dan tolol ini!" umpatnya dengan memukul ke arah batang pohon hingga menyisahkan bekas di sana.

Keenan terkejut melihat bagaimana Carissa yang dia tahu adalah gadis lemah lembut berubah menjadi kuat. Ah, dia lupa kalau tubuh gadis itu sekarang ditempati oleh orang lain yang dia tahu bernama Nala.

    "Aagh, Carissa. Kalau aja di ending novel lo nggak mati bunuh diri akibat diselingkuhi, mungkin gue gak akan mengumpati novel itu dan berada di sini!" geramnya lagi, oke sudah berapa kali dia mengamuk.

   "Sial, kalau gue gak dikasih tau tujuannya maka biarin gue yang menentukannya sendiri."

Carissa berdiri di atas kursi panjang, menatap ke arah langit dan menunjuk.

    "Gue bakalan buat ending yang bagus buat Carissa dengan dia menikahi pria yang bakalan bucin banget ke dia, menyingkirkan siapapun yang akan melukainya dan setelah itu ..."

Ia mengumpulkan tenaganya sebelum akhirnya berteriak heboh.

   "Kami-sama, biarkan gue kembali!"

*kami-sama \= Tuhan (dalam bahasa jepang)

Keenan mengusap wajahnya, bingung dengan tingkah laku gadis itu. Dia terlihat benar-benar konyol sekarang.

.

.

.

Carissa saat ini sedang menikmati cemilan di tangannya, ah dia lupa tentang rumor yang semakin merajalela itu. Kedua temannya sendiri meminta dia untuk segera meluruskan semuanya sebelum terlambat.

   "Ck, rumor yang mendokusai."

*mendokusai\=Merepotkan

   "Kenapa pula gue jadi pake bahasa Jepang. Sebaiknya kita selesaikan saja rumor palsu itu!"

Carissa mengambil ponsel dan mengirim pesan pada seseorang juga dengan foto keluarganya. Setengah jam kemudian, ponselnya berbunyi tak henti-henti. Dia sudah menduga bahwa dirinya menjadi topik hangat dan Fay tersangka utama menurut Carissa, pasti menahan mati-matian rasa malunya karena sudah mempermalukan dirinya waktu di kantin.

   "Yah, kenapa juga Carissa dulu gak kasih tau ke publik kalau dia anak bungsu dari keluarga Brawijaya, dengan begitu masalah bakalan terselesaikan."

Dia kembali menikmati cemilannya, sebelum sebuah suara mobil mengacaukan kosentrasi dalam menikmati keripik kentang. Carissa yang saat itu sedang menggunakan celana pendek dengan tanktop, langsung tertegun melihat siapa yang datang.

Itu adalah Keenan dan mungkin kedua orang tuanya. Saat netra mereka saling bertemu, dia buru-buru berlari menuju kamarnya membuat pria itu mengernyitkan dahinya bingung.

   "Haduh, mana gue pake baju seksi. Bodoh lo Nala, tolong hilangin kebiasaan buruk lop menggunakan pakaian minim saat di rumah!"

Sebuah ketukan di pintu kamar mengejutkan dirinya, Carissa yang saat itu berada di belakang pintu pun membukanya dengan perlahan. Terlihat sang maid berada di sana.

   "Nona, keluarga Mahesa menunggu anda di bawah. Sepertinya ada hal penting yang ingin mereka bicarakan."

Mendengar itu, Carissa hanya mengernyit. Dia lantas mengambil rok dan menyambar sweeter hijau army lalu berjalan turun bersama sang maid.

Keenan yang melihat kehadiran Carissa pun hanya bisa menatapnya datar. Entah bagaimana reaksi gadis itu kalau tahu maksud kedatangan keluarganya.

   "Carissa, duduk di sebelah papa!" Carissa hanya mengangguk dan bergegas duduk di sebelah papanya.

   "Jadi dia anak yang kau bicarakan, cantik!"

Carissa yang tidak tahu menahu hanya menatap mereka dengan perasaan aneh dan bingung.

    "Ahaha, maksudnya bagaimana?" tanyanya sembari mendelik ke arah Keenan.

Dia yakin pasti Keenan telah bercerita yang tidak-tidak kedua orang tuanya.

   "Jadi begini nak Carissa ... Kedatangan kami ke sini ingin melamar nak Carissa untuk menjadi menantu keluarga Mahesa!"

   "Ahahah melamar, ya?"

Sedetik kemudian ekspresi wajahnya berubah menjadi keterkejutan hingga berteriak heboh.

   "Carissa, tolong jaga sikapmu!" tegur sang papa.

   "Habisnya ... Bagaimana bisa kalian melamarku yang masih berusia enam belas tahun juga aku ini tidak mau menikah muda. Masih ada banyak hal yang ingin aku lakukan contohnya adalah pergi berkeliling dunia!" ucapnya membuat papanya menggeleng heran, sementara Keenan memalingkan wajahnya. Sungguh, Carissa ini orang yang sulit di tebak.

   "Hanya bertunangan Carissa, mengikat agar kalian lebih mudah menikah saat lulus nantinya!" jelas sang papa membuat Carissa semakin kesal.

   "Huh, hanya? Papa pikir aku akan menerimanya dengan senang hati?"

Carissa berdiri dan menatap mereka satu persatu.

   "Aku tidak mau hidupku dikekang oleh satu orang dan masa depanku masih panjang. Aku menolak lamaran ini, maafkan aku tante dan om. Hanya saja, aku masih ingin menikmati masa muda yang orang lain bilang adalah masa percobaan."

   "Anak-anak harus mencari jati diri mereka terlebih dahulu, memuaskan diri mereka dengan hal-hal yang tidak akan mereka sesali dikemudian hari. Menikah muda hanya akan menambah angka perceraian. Tidak masalah jika aku harus menikah di umur tiga puluh tahun, asalkan aku bisa merasa puas dengan hal yang sudah aku lakukan!" ucapnya mutlak. Dia adalah gadis yang tetap pada pendiriannya, jika di paksa nantinya maka akan nekat untuk melarikan diri.

Dulu, saat dia duduk dibangku kelas satu SMA. Nala pernah nekat melarikan diri dari rumah karena mendengar bahwa dirinya akan dipertemukan oleh pria yang kelak menjadi suaminya.

Lahir dikeluarga yang kaya tak menjamin seseorang itu bahagia. Biasanya mereka akan dituntut pada perjodohan karena kerja sama, Nala benci hal itu.

    "Jika kalian masih memaksaku untuk menerima lamaran ini, maka jangan salahkan aku jika besok kalian tidak menemukanku di manapun!" ancamnya yang kemudian pergi dari sana.

Papanya mendesah pasrah, entah dari mana sifat keras kepalanya itu berasal. Padahal sebelumnya Carissa adalah anak yang penurut, tidak pernah sekalipun mendengar kalimat yang menolak permintaan papanya.

Sesungguhnya dia cukup lega dengan sifat Carissa yang ini, berani mengambil tindakan tanpa bantuan orang lain.

Keenan tersenyum penuh arti, sepertinya memang tidak mudah menaklukan gadis itu.

   "Ucapan Carissa ada benarnya. Kami masih terlalu muda untuk menikah, aku juga masih harus melakukan pendekatan terlebih dahulu."

Akhirnya keluarga Mahesa pamit pulang dan menyisahkan pria paruh baya yang menatap ke arah pintu.

    "Laras, aku rasa putri kita telah tumbuh dewasa. Dia jadi lebih banyak berbicara dan memberikan pendapat. Aku senang dengan pribadinya yang seperti itu, membuat suasana rumah sama seperti saat kau masih hidup!"

Terjawab sudah mengapa selama ini sosok ibu Carissa tak pernah terlihat, karena telah meninggal.

Di sisi lain, Carissa tengah duduk termenung menatap pintu balkon yang terbuka hingga semilir angin malam menerpa wajahnya.

   "Inimah sudah keluar dari jalur novel yang ada. Lagipula kenapa tiba-tiba orang tua Keenan melamarku? Tidak mungkin ini permintaan dari laki-laki gila itu. Agh, bagaimana pun aku tidak mau menikah muda. Masih banyak pria tampan diluaran sana yang belum aku lihat!"

Carissa adalah anak yang bebas dalam artian dia tidak suka dirinya dikekang dengan alasan sudah memiliki suami jadi harus menurut. Itu sungguh merepotkan dirinya, mengingat dia juga bisa melakukan apapun sendirian.

Dia sudah diajarkan kemandirian sejak umur lima tahun, jadilah Carissa tak ingin merepotkan orang lain.

Ingat dulu saat kerja kelompok di rumah dan air galon habis, Nala memesan galon. Begitu tiba teman laki-lakinya hendak mengangkatnya, tetapi dia meminta pria itu untuk duduk saja. Jadilah dirinya yang mengangkat galon tersebut seperti tidak ada beban.

Mendekatinya juga tidak semudah yang mereka bayangkan. Dia tidak terlalu tertarik pada laki-laki yang menurutnya bukan tipenya.

Keesokan harinya, Carissa tiba di sekolah saat keadaan sudah ramai. Banyak siswa dikoridor yang menyapanya dan tidak menbicarakannya lagi. Carissa hanya diam tanpa mau membalasnya, anggaplah dia masih kesal karena terfitnah.

Saat akan memasuki kelas, dia terkejut melihat ada seorang pria tak dikenal tiba-tiba duduk di tempatnya. Di sana ada Dina dan Lala, mereka hendak menyuruhnya pindah, tetapi Carissa lebih dulu menendang kaki meja.

   "Hei!"

Pria itu tak terkejut dan berbalik menatap Carissa datar.

   "Minggir, itu tempat gue!" kesalnya dengan melotot ke arahnya.

   "Nggak ada nama lo di sini!" balasnya membuat gadis di depannya benar-benar jengah.

   "Minggir atau lo gue lempar keluar lewat jendela?" ancamnya yang tentu saja tidak akan dipedulikan.

   "Minggiiiir!" teriaknya tepat ditelinga pria itu, hingga mau tak mau dia harus menyingkir.

   "Ck, telinga gue bisa tuli!" omelnya, tetapi Carissa hanya tersenyum bangga.

Kedua temannya lantas mendekati Carissa dan memberitahukan padanya, siapa sebenarnya pria itu.

   "Hei, Carissa. Lo nggak kenal pria itu?" tanya Lala was-was.

   "Buat apa gue tau?" ketusnya dengan menatap ke luar jendela.

   "Dia itu anak donatur di sekolah kita, selama ini dia belajar di rumah karena suatu alasan dan namanya Leon."

Carissa tak peduli, dia hanya mengangguk bosan.

   "Ah, reaksi lo kurang seru!" ungkap Dina dengan menepuk pelan bahu Carissa.

   "Terus, lo mau gue terkejut terus pingsan? Atau berteriak heboh?"

   "Udahlah, lupain aja. Ngomong-ngomong, rumor tentang lo berselingkuh dengan Keenan udah nggak ada lagi sejak pihak sekolah mengumumkan kalau lo anak bungsu dari keluarga Brawijaya."

   "Tentu saja, biarin si nenek lampir itu malu, karena udah mempermalukan diriku yang syantik ini. Untung aja gue nggak ngasih tau masalah ini ke kak Abian, bisa-bisa dia ngamuk!"

Di sisi lain, bagian jendela paling terakhir, terlihat Cakra tengah menatap Carissa dengan tatapan yang sulit di artikan, di bagian tangga juga ada Keenan. Sungguh, posisi sekarang seperti penguntit yang dikuntit, eh?

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!