Nova Claudia sedang duduk disebuah ruang keluarga. Di sana ada dua pria yang melamarnya.
~Nova segera teringat jika dahulu di kehidupan sebelumnya dua pria ini juga melamarnya.
Yang semampai, dia adalah teman dekat sekaligus sahabatnya. Dan yang kedua badanya kekar dan tampan, dia adalah atasannya.
Di kehidupan pertama, dia memilih Pria bernama Russel sebagai suaminya. Dan itu adalah kesalahan terbesarnya hingga mengantarkan dirinya pada kematian.
Dan sekarang dikehidupan kedua, dia memilih sahabatnya sebagai suaminya, tidak kaya, pekerjaan staf biasa, dan semoga kali ini dia tidak membuat kesalahan seperti kehidupan sebelumnya~
Nova tersenyum pada kedua orang tuanya. Dia menatap pria semampai itu dengan teduh dan penuh keyakinan.
"Aku memilih Abishe," jawab Nova dan membuat seluruh yang ada diruangan itu menatapnya.
"Coba ulangi, ibu tidak dengar," kata ibu tirinya.
"Aku memilih Abishe, sahabatku," kaya Nova menatap pada ibunya.
Ibunya menatap suaminya, dan tidak percaya dengan pilihan anak gadisnya.
"Berpikirlah dulu, besok baru kau putuskan. Kau sangat lelah hari ini," kata ibunya yang ingin agar Nova mengubah keputusannya.
"Kalian bisa pulang. Besok kami akan mengabari jika Nova sudah membuat keputusan," kata ibunya pada dua tamunya yang pamit.
Ibunya duduk disamping Nova setelah mereka berdua pergi.
"Biar ibu katakan padamu. Tuan muda Russel adalah orang terkaya dikota ini. Dan Abishe, siapa dia, dia hanya pemuda biasa dan bekerja sebagai staf dikantor. Tidak bisa dibandingkan dengan Tuan Muda Russel," Ibu tirinya menatap Nova.
Nova tersenyum tenang.
"Tidak ibu, pilihan ini sudah tepat. Sudah Nova pikirkan masak-masak. Menikah dengan teman yang sudah kenal lama akan membuat pernikahan lebih bahagia. Sedangkan menikah dengan orang yang baru dikenal, meskipun dia kaya raya, belum tentu membuatku bahagia,"
"Dengar, setelah kau menikah kau baru akan menyesali keputusanmu," kata ibu tirinya kesal.
"Tidak. Aku tidak akan menyesalinya," kata Nova lalu masuk kekamar.
Didalam kamar, dia termenung. Memikirkan jika dulu dia memutuskan memilih Tuan muda Russel dan membuat sahabatnya patah hati.
Dan yang terakhir dia ingat adalah. Sahabatnya berusaha menyelamatkan dirinya dari sebuah kecelakaan. Namun terlambat. Dia mati karena tipu daya ibu tirinya dan juga sepupunya.
Dia sekarang hidup kembali dikehidupan kedua. Dia bisa mengingat semuanya, dan setiap kesalahan dimasa lalu, kali ini tidak akan terulang kembali.
Dikehidupan kali ini, dia berjanji untuk menikah dengan pria biasa yang akan mencintainya sepenuh hati. Bukan dengan pemuda tampan dan kaya raya yang menganggapnya seperti boneka.
Setelah mereka berdua pulang, ibu tirinya keluar sebentar. Nova melihat dari jendela. Nova segera melompat dari jendela dan bersembunyi dibagasi mobil ibu tirinya.
Nova ingin tahu kemana ibunya pergi. Ternyata ibunya pergi menemui Tuan muda Russel di sebuah restoran.
Nova segera turun. Dia mengikuti ibu tirinya dan ingin tahu apa yang akan dia bicarakan.
"Tante, silakan duduk,"
"Terimakasih," kata Ibu tirinya lalu duduk didepan Russel. Matanya melihat ke sekeliling. Setelah merasa aman dia baru berbicara.
"Aku pasti menyerahkan putriku hanya padamu. Bagaimanapun caranya," kata ibu tirinya.
"Saya sangat mencintainya. Pertama kali melihatnya langsung jatuh cinta," aku Russel.
"Putriku masih sangat polos. Sudah dipengaruhi oleh pemuda itu. Maka kau tenang saja, dia pasti akan sampai dirumahmu dihari pernikahan kalian," kata Ibu tirinya.
"Saya percaya pada Tante. Kalau begitu, saya tidak usah cemas lagi. Tante pasti akan membawa Nova kerumah saya," kata Russel.
"Saya pasti melakukanya, kalau begitu saya permisi. Saya datang hanya meyakinkan Tuan Muda Russel tidak kecewa karena kepolosan putri kami," kata Ibu tirinya.
Setelah pamit, Ibu tirinya kembali ke mobil. Nova yang hanya bisa melihat dari jarak jauh, juga masuk bagasi lebih dahulu.
Sayangnya dia tidak mendengar apa yang dikatakan ibu tirinya dan Russel.
~Apa yang mereka bicarakan? Aku tidak bisa mendengarnya. Aku hanya melihat mereka berdua tersenyum saat ibu pamit~
Batin Nova didalam hati. Mereka sampai disebuah rumah sederhana. Ada seorang ibu sedang menyapu halaman. Nova melihat dari bagasi yang dia buka sedikit.
"Ini kan rumah Abishe. Untuk apa ibu kemari?" Bisik Nova lirih.
Ibu tirinya disambut hangat oleh ibu Abishe.
"Silakan masuk," kata ibu Abishe. Mereka lalu masuk kedalam.
"Saya langsung pada pokok pembicaraan. Abishe telah melamar putri saya dan mempengaruhinya. Karena dirinya, putri saya menolak Tuan Muda Russel. Dan membuatnya marah. Anda juga tahu siapa Tuan muda Russel. Dia orang terkaya dikota ini. Membuatnya marah artinya bosan hidup. Anda mengerti maksud saya?"
"Apa? Baiklah jika begitu. Saya akan menahan Abishe tidak mendekati putri anda," kata ibu Abishe.
"Baiklah saya permisi," ibu tirinya lalu masuk mobil dan pulang ketumah.
Sampai dirumah, Nova segera melompat keluar begitu mobil itu berhenti dan ibu tirinya belum turun.
Nova berdiri didekat pot besar. Ibu tirinya turun dari mobil. Kaget melihat putrinya ada disana.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya ibu tirinya.
"Tidak ada. Hanya melihat-lihat. Ibu darimana?" tanya Nova pada ibunya.
"Ohh, ibu dari menemui teman. Kami ada janji untuk bertemu, sudah ya, ibu mau istirahat," kata ibunya lalu masuk.
~Nova baru sadar jika ibu tirinya tidak tulus mencintainya. Dulu dikehidupan sebelumnya. Nova sangat percaya seratus persen dan menurut padanya. Mengira semua nasehatnya demi kebaikannya.
Tidak tahunya dia telah dimanfaatkan oleh ibu tirinya dan menjadi mesin uang. Sekarang tidak lagi. Aku tidak akan tertipu lagi dan percaya pada siapapun. Aku harus tahu, siapa saja yang sudah menghancurkan hidupku sebelumnya.
Aku akan membalas mereka semua dikehidupan ini. Aku telah hidup kembali dan mengulang semua dari awal. Dan aku akan lebih hati-hati kali ini.
Keesokan harinya, Nova diajak oleh ibu tirinya untuk pergi berjalan-jalan. Ayahnya pergi untuk urusan bisnis keluar kota.
"Ikut ibu," kata Nova.
"Tapi, bukankah harusnya kita menunggu Abishe dan Russel datang? Aku akan memberikan pilihanku," kata Nova
"Sekarang kau tidak bisa memilih lagi. Abishe dan ibunya sudah pergi dari kota ini. Kau tidak bisa bertemu lagi dengan mereka. Kau akan pergi kerumah Tuan Muda Russel. Dan akan melangsungkan pernikahan disana. Ayahmu akan datang kesana setelah urusannya selesai,"
"Apa?! Bagaimana mungkin. Abishe tidak mungkin pergi,"
"Dia sudah pergi. Ibunya tidak ingin melawan Tuan Muda Russel. Setelah tahu kau dicintai olehnya. Lalu mengajak Abishe meninggalkan kota dan hidup dikota lain," kata Ibu tirinya.
"Apa?" Nova terperanjat.
~Mungkin ini yang dulu terjadi di kehidupan sebelumnya. Abishe meninggalkan kota pasti karena sebuah ancaman. Dan tidak bisa diketemukan~
"Telepon dia, agar kau percaya," kata ibunya pada Nova.
"Baiklah," Nova lalu menelpon Abishe berulang kali, dan tidak ada jawaban.
"Tidak bisa di hubungi," kata Nova dengan sedih.
"Ya, sekarang kau tidak perlu memikirkanya lagi. Dia sudah meninggalkanmu. Pria seperti itu tidak pantas jadi suamimu. Kau harus menikah dengan pria yang kuat yang bisa kau andalkan," kata ibu tirinya.
Ibu tirinya dan Nova berada dikamar. Mereka sedang berkemas. Nova tidak bisa menolak pernikahan ini karena tidak bisa memilih lagi. Abishe telah mengundurkan diri. Dia harus datang dan tinggal dirumah Tuan Muda Russel.
~Apakah dulu juga seperti ini? Ini awal kejadian hingga aku mati~
Pikir Nova setelah selesai memasukkan barang dikopernya. Dia lalu membawa koper itu keluar.
"Jangan bersikap keras kepala setelah pindah kesana," kata ibunya.
"Tidak akan," sahut Nova yang ingin tahu apa yang sudah terjadi di kehidupan sebelumnya. Dan satu-satunya cara adalah mengulang semuanya dari awal. Pindah kerumah Tuan Muda Russel. Karena semua berawal dari sana.
Satu persatu akan terlihat. Siapa yang sudah menusuknya dari belakang dan pura-pura manis didepannya. Hingga dia tiada dan mati sebagai pecundang. Karena percaya jika semua orang baik dan tidak akan mencelakainya.
Anak buah dan orang kepercayaan Tuan Muda Russel sudah diruang tamu menunggunya.
"Sudah siap nona? Jika begitu mari ikut kami," kata Hans, dia adalah pengawal sekaligus orang kepercayaan Tuan Muda Russel.
Saat dimobil, Hans berbicara padanya tentang bosnya itu.
"Ayahnya baru saja meninggal. Dan dia baru dinobatkan sebagai pewaris yang paling berkuasa. Jangan mengecewakan dirinya," kata Hans.
"Tuan Muda punya dua adik tiri, namanya Nick dan Ruth. Mereka adalah anak dari istri kedua ayahnya. Hubungan mereka agak retak setelah kepergian ayahnya. Aku harap kau bisa menghibur Tuan Muda Russel setelah kehilangan ayahnya," kata Hans sambil masuk kehalaman rumah bak istana putih itu.
"Baiklah," kata Nova menginjak kan kaki dihalaman rumah sambil menarik kopernya dan melangkah masuk.
"Satu lagi nona, jangan mengkhianati Tuan muda. Tuan muda tidak akan mengampuni pengkhianat dan pembohong," kata Hans lalu mengajaknya masuk.
Tuan Muda sudah berdiri dipintu. Melihat Hans datang dengan Nova, membuatnya tersenyum senang.
Akhirnya Hans berhasil membawa pujaan hatinya datang dan akan tinggal dirumahnya.
"Kau boleh pergi Hans,"
"Saya permisi," kata Hans berjalan mundur dan keluar rumah.
Membuatkan Nova dan Russel saling berbicara. Hanya berdua saja.
"Terimakasih kau mau datang," kata Russel dan akan menyentuh lengan Nova untuk mengajaknya berjalan ke kamarnya.
"Jangan sentuh," kata Nova tiba-tiba membuat Russel menarik tangannya dengan kaget.
~ Dikehidupan sebelumnya, aku adalah gadis polos yang menganggap semua orang baik. Jika mereka tersenyum maka tidak ada kejahatan didalam hatinya. Tapi aku aku mati karena mempercayai semua orang yang baru aku kenal~
Pikir Nova melihat Tuan Muda Russel dengan lebih waspada.
"Kita baru kenal. Biarkan aku beradaptasi dulu," kata Nova berusaha tenang. Ini adalah awal, jangan sampai dia kehilangan kesempatan untuk mencari pelaku yang sudah mencelakainya.
Mereka pasti salah satu dari anggota keluarga disini.
Ajudan? Hans? Tidak mungkin. Tuan Muda Russel? Yang tiba-tiba berpindah ke mobil yang lain sebelum kecelakaan itu terjadi? Apakah dia pelakunya?
Akan aku cari kalian yang sudah mencelakaiku. Yang berpura-pura baik dan memanfaatkan kepolosanku dimasa lalu.
Russel mengangguk dan berjalan disisinya.
"Baiklah, ayo aku tunjukkan kamarmu," kata Russel.
Mereka berjalan dan Russel menjelaskan tentang dirinya dan keluarganya yang saat ini tidak terjalin dengan baik.
Mereka salah paham pada pesan ayahnya. Dan mulai menjaga jarak dengan Russel. Russel yang kesepian lalu jatuh cinta pada Nova saat melihatnya pertama kali.
Saat itu, mereka berpapasan dengan Ruth. Ruth baru saja berenang dan melihat Russel dengan seorang gadis, membuatnya ingin tahu siapa gadis itu.
"Kenalkan, dia adalah Ruth, adikku," kata Russel.
"Ruth, adik tiri kakakku," kata Ruth dengan pedas. Membuat Russel menatapnya dengan sedih. Tidak pernah sebelumnya dia menyebut jika mereka adalah saudara tiri.
Tapi sejak ayahnya meninggal, Ruth terus mengatakan jika dia adalah adik tiri, dan membuat jarak dengannya.
"Nova,"
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Ruth bingung.
"Dia adalah calon istriku," jawab Russel membuat Ruth kaget dan langsung mengubah sikapnya.
Tadinya dia begitu manis dan ramah pada Nova. Tapi setelah itu, dia menjadi dingin dan acuh.
"Kau pasti akan senang tinggal disini. Kau mendapatkan kemewahan dan kenyamanan secara gratis," kata Ruth lalu berlalu.
"Ruth," Russel kaget dengan sikapnya dan perkataanya.
"Maafkan dia, hubungan kami sedang tidak bagus sejak beberapa hari lalu," kata Russel pada Nova.
"Tidak masalah. Aku bisa memahaminya," kata Nova melihat Ruth dan memikirkan seberapa jauh keretakan hubungan itu.
~Mungkinkah gadis itu? Dia langsung merubah sikapnya setelah tahu aku adalah calon kakak iparnya. Dia terlihat tidak menyukaiku. Mungkinkah dia yang mencelakaiku?~
Nova memikirkan apa yang dia alami dikehidupan sebelumnya.
"Jangan pikirkan sikapnya. Sebenarnya dia adalah adik yang manis dan baik hati. Kami menghabiskan waktu saat kecil bersama dan sangat bahagia kala itu," kenang Russel menjelaskan jika hubungan mereka sangat indah sebelum saat ini.
"Ya, aku bisa melihatnya. Kau adalah kakak yang sedang merindukan pelukan dan senyuman dari adiknya,"
"Terimakasih, kau mulai memahami ku dan hubungan kami," kata Russel senang melihat Nova cepat beradaptasi dan belajar mengenal dirinya lebih dalam bahkan dipertemuan pertama.
Tiba-tiba seseorang mendekati Nova. Dia adalah Nick. Adik kedua Russel. Kakak kandung Ruth.
"Hai, aku dengar kau akan menikah? Dengan dia?" tanya Nick acuh menatap kakaknya dan melirik pada Nova.
"Kenalkan, Nova, calon kakak iparmu,"
"Aku sudah tahu, apa kabar? Selamat datang dirumah kami, semoga kau betah tinggal disini. Rumah ini seperti rumah hantu saat ini, terlalu sepi seperti kuburan," kata Nick lalu berlalu.
"Ya, " Nova mengangguk.
"Dia memang seperti itu. Dia cuek dan keras kepala. Sekarang diapun menjauhiku. Yang dia katakan benar, rumah ini seperti kuburan sejak kedua orang tua kami tiada. Rasa sepi membuat hubungan kami juga menjadi seperti orang asing. Kami hanyut dalam pikiran dan kenangan masing-masing," kata Russel pada Nova.
"Kau adalah kakak yang baik. Terlihat jelas, kau sangat menyayangi kedua adikmu. Mereka hanya belum memahaminya saja," kata Nova berusaha memahami seluruh penghuni rumah itu.
"Kau istirahat lah. Aku akan memanggilmu saat makan malam nanti," kata Russel.
"Ya," Nova lalu masuk kedalam kamar. Duduk dan merenung.
Tiga saudara. Ruth terlihat tidak suka padaku setelah tahu aku adalah calon kakak iparnya. Lalu Nick, juga terlihat sama meskipun tidak terlalu nampak diwajahnya.
Hubungan mereka seperti orang asing dalam satu rumah. Siapakah yang sudah mengelabuhiku dan memanfaatkan keadaan ini. Aku celaka karena sesuatu yang disengaja. Itu terlihat jelas dari mobil yang aku gunakan.
Russel tiba-tiba pindah ke mobil lain sebelum kecelakaan itu terjadi.
Mobil itu awalnya digunakan oleh Ruth sebelum akhirnya membawaku ke ke alam baka.
Dan aku berpapasan dengan Nick saat akan masuk mobil. Nick terlihat tersenyum sinis saat itu, dikehidupan sebelumnya. Hanya itu yang aku ingat. Aku tidak ingat kejadian sebelum itu.
Hanya mereka bertiga yang aku ingat samar-samar dalam ingatanku.
Aku tidak bisa ingat semuanya. Hanya akhirnya saja yang bisa aku ingat. Awal dan bagaimana aku hidup dengan Russel aku tidak mengingatnya. Apakah hubungan kami manis atau tidak saat tinggal bersama?
Russel berbicara dengan Hans didalam kamarnya. Hans berdiri didepannya dan menatap penuh hormat pada bosnya.
"Aku jatuh cinta saat pertama kali melihatnya. Dan kau harus terus menjaganya untukku. Jangan sampai dia terluka sedikitpun," kata Russel pada Hans.
"Saya akan terus menjaganya untuk anda. Hari ini, nona Nova akan menemui ibunya. Dan kita akan membawa uang untuknya," kata Hans.
"Jangan sampai Nova tahu hal ini. Dia akan tersinggung jika tahu semua ini. Aku sudah mendapatkan sedikit perhatian darinya. Aku tidak mau rusak saat dia melihat kau memberikan uang pada ibunya," kata Russel.
"Saya akan melakukanya dengan sangat hati-hati," kata Hans.
"Jika nona Nova tahu, dia pasti akan sedih dan kecewa," kata Hans menatap Tuan Muda Russel.
"Karena itulah. Jangan sampai dia tahu hal ini. Aku tidak mau melihat dia sedih dan kecewa. Aku hanya ingin melihat dia tersenyum setiap saat," kata Russel pada Hans, asisten pribadinya.
"Jika saja dia mau aku temani, tapi sayangnya dia ingin pergi sendiri," kata Russel menatap keluar jendela.
Tiba-tiba, pintu diketuk dari luar.
"Pak Hans, Nona Nova sudah siap,"
"Baiklah, terimakasih," Hans lalu melihat sekali kearah Russel. Russel mengangguk pelan dan tegas.
Hans berjalan keluar, di ruang tamu, Nova sudah menunggunya. Dia sangat merindukan ibunya dan ayahnya. Setelah beberapa hari tinggal di rumah calon suaminya, dia merindukan rumahnya.
Hans membukakan pintu untuk Nova. Begitu turun, Nova langsung berlari kearah ayahnya yang berdiri dipintu. Memeluknya erat, dan berharap hari ini waktu berjalan dengan lambat.
"Ayah, aku sangat merindukanmu,"
"Ayah juga, kau begitu cepat dewasa. Sepertinya baru kemarin ayah menggendongmu," sahut ayahnya.
"Setelah dewasa kenapa harus tinggal jauh darimu," kata Nova.
"Karena semua perempuan yang menikah akan tinggal dengan suaminya," kata ayahnya.
"Aku ingin tinggal denganmu saja. Tidak menikah, disana tidak enak. Seperti rumah hantu," kata Nova berbisik agar tidak terdengar oleh Hans.
"Kau akan terbiasa setelah beberapa bulan tinggal disana. Saat pergi ke tempat baru, hal biasa jika kau merasa tidak betah," sambung ayahnya.
Ibunya nampak masuk lebih dulu membawa koper dari Hans.
"Dimana ibumu? Tadi disini," kata ayahnya.
"Aku akan menemui ibu," kata Nova lalu masuk kedalam rumah. Ayahnya berbicara dengan Hans.
Sampai didepan pintu yang tidak tertutup rapat. Nova menghentikan langkahnya. Penasaran dengan apa yang sedang dilihat oleh ibunya.
Sayangnya, ibunya duduk memunggunginya. Nova tidak melihat apa yang dia lakukan.
Tok, tok tok....
"Ibu," Nova memanggil ibunya.
Ibunya kaget dan segera menutup koper itu mendengar suara Nova diluar.
Dengan cepat bangun dan menyimpannya dibawah selimut. Nova sudah masuk dan berdiri didalam.
"Ayo kita keluar, kita berbicara diluar saja," kata ibunya mengajak Nova keluar.
Nova penasaran dengan apa yang disembunyikan ibunya dibawah selimut.
"Baiklah," Tapi Nova tetap pergi keluar dan mengikuti ibunya.
Sampai diruang tamu. Nova berpikir bagaimana dia bisa masuk kedalam kamar dan melihat hal yang mencurigakan.
Dikehidupan sebelumnya, dia sangat mencintai dan mempercayai ibu tirinya. Dan setelah semua yang dia alami, dia mencurigai semua orang kecuali ayahnya.
"Bu, bisa buatkan Nova kue seperti yang sering ibu buat, Nova akan membawanya kerumah Tuan Muda Russel," kata Nova beralasan agar ibunya sibuk dan dia bisa pergi ke kamarnya.
"Baiklah," kata ibunya yang tidak ingin Nova curiga dengan apa yang sudah dilakukannya.
Hans berjalan mendekati Nova. Dan berbicara padanya.
"Dua jam lagi kita akan kembali nona," kata Hans mengingatkan.
"Tentu, baiklah,"
Setelah ibunya kedapur, Nova segera naik keatas dan masuk perlahan ke kamar ibunya. Dia berjalan keranjang perlahan-lahan.
Menoleh kanan kiri dan setelah merasa aman, dia lalu menarik selimut itu. Dan benar saja, koper yang dibawa Hans ada disana.
Dan saat akan membuka isinya tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekat. Nova segera masuk ke kolong tempat tidur.
Ibunya masuk lalu menutup pintu rapat. Melihat keranjang, dan selimut itu sudah terbuka separo. Kopernya sedikit terlihat.
"Untunglah aku segera ingat jika belum menyimpannya dengan baik," kata ibunya lalu menyimpan koper itu ke dalam lemari dan menguncinya.
Nova masih mengintip dari dalam kolong tempat tidur.
Tap tap tap.
Ibunya pergi keluar kamar dan akan menyelesaikan dalam membuat kue. Nova keluar dan mendekati lemari.
Tapi lemari itu dikunci dan kuncinya dibawa oleh ibunya.
"Apa isinya? Aku sangat penasaran. Tapi aku tidak bisa membukanya. Kuncinya dibawa oleh ibu," Nova lalu keluar dari kamar setelah tidak berhasil melihat isinya.
Kembali duduk dan melihat jam ditanganya. Memikirkan apa yang dibawa Hans untuk ibunya.
"Apakah itu berusia uang? Apakah ibu menerima suap dari pernikahan ini? Atau ibu memaksa Tuan Muda Russel memberikan sejumlah uang?"
"Sayangnya aku belum melihat isinya," kata Nova dalam hati.
"Nona, sekarang sebaiknya kita pulang, Tuan Muda Russel sudah menunggumu," kata Hans mendekat.
Ibu juga baru saja keluar dari dapur.
"Ini kuenya. Nanti berikan sedikit pada Tuan Muda, dia pasti suka," kata ibu tirinya.
"Baik Nyonya, kami permisi," kata Hans membawa kue itu dan mengajak Nova kembali kerumah.
*
*
Sampai dirumah, Nova melihat ekspresi Russel. Dia terlihat biasa saja dan tidak terlihat mencurigakan.
"Aku membawa kue untukmu, ini ibu yang membuatnya," kata Nova lalu mereka duduk.
Hans lalu pamit dan keluar sebentar. Nick dan Ruth keluar untuk melihat kakak dan calon iparnya.
Mereka berdua menurunkan ujung bibirnya meremehkan dan tidak suka melihat mereka berdua.
"Kemarilah, ibu membuat kue dan ini rasanya sangat enak. Aku akan memotongnya untuk kalian," kata Nova.
"Tidak! Kami tidak ingin makan apapun dari keluargamu. Kami tidak ingin terpengaruh juga oleh sihir yang dilakukan keluargamu," kata Ruth pedas.
"Sihir? Apa maksud kalian?" Nova mendadak kaget dan bingung.
"Tidak usah berpura-pura. Kami tahu tujuanmu datang kemari. Apalagi kalau bukan demi harta kami," kata Ruth dan membuat Russel meradang.
"Jangan berbicara seperti itu pada calon kakak iparmu. Bersikaplah dan berbicaralah yang sopan," kata Russel geram.
"Sopan? Kesopanan hanya dimiliki oleh keluarga konglomerat. Dan keluarga biasa tidak akan paham," kata Ruth sambil berlalu.
"Ruth, jaga bicaramu," kata Russel dan Nova menahan Russel yang akan berdiri dengan marah.
"Jangan mengejarnya. Dia hanya butuh waktu untuk mengenalku. Kau bilang hubungan kalian tidak sedekat dulu. Dia hanya melampiaskan rasa kecewanya pada hubungan dirumah ini," Akhirnya Russel duduk kembali.
"Lihatlah, jika sang putri sudah berbicara, maka kakak tiri ku langsung menurut padanya, apa lagi jika bukan sihir," kata Nick lalu berlalu juga.
"Nick! Aku tidak bisa membiarkan kalian terus menghina calon istriku," kata Russel berdiri.
"Ohh, jadi kakak tiriku sekarang akan melawan keluarganya demi orang asing ini? Bagus. Sihirnya mulai bekerja," Nick segera berlalu.
Russel akan mengejarnya tapi Nova menahan lengannya.
"Jangan, kau hanya akan membuat suasana menjadi lebih buruk jika melayaninya, aku tidak papa," kata Nova yang mulai yakin jika kedua adik tirinya pasti punya hubungan dengan kecelakaan yang menimpanya dimasa lalu.
Dia semakin yakin setelah melihat kebencian dari sikap yang mereka tunjukkan.
"Baiklah, karena kau aku mengampuni mereka. Mereka sudah keterlaluan!" Russel menjadi kesal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!