NovelToon NovelToon

Jangan Pergi Antariksa

Bab 1. Pertemuan tak terduga

Terlihat sempurna bukan berarti tidak ada kekurangan, tetapi bisa jadi kesempurnaan itu hanya menutupi kekurangan yang begitu besar.

#Antariksa Rahardian

Suasana lapangan basket SMA Karya Bangsa hari itu begitu ramai oleh teriakan para pendukung yang masing-masing meneriaki idola mereka yang ada di lapangan itu.

Pertandingan persahabatan antara SMA Karya Bangsa dan SMA Bina Nusantara membuat lapangan basket pada hari itu dipenuhi oleh pendukung kedua sekolah itu.

Terlihat seorang siswa sedang mendribble bola menuju ke arah ring, hal itu sontak membuat para gadis berteriak histeris, tapi semua itu tidak membuyarkan fokus dari pria itu, tak lama kemudian bola berhasil dimasukan kedalam ring, membuat semua bersorak dan itu pertanda juga kemenangan untuk SMA Bina Nusantara.

Pertandingan pun berakhir dengan SMA Bina Nusantara sebagai pemenangnya, seketika lapangan basket SMA Karya Bangsa di penuhi oleh para pendukung dari pemenang pertandingan.

Seorang pria tampak sedang dikerumuni oleh para siswi, tapi pria itu tampak tak acuh dengan para gadis itu, sampai akhirnya seorang gadis cantik yang memakai pakaian cheers leader datang mendekat dan membubarkan siswi-siswi yang mengerumuni pria itu.

"Apaan sih kalian ini? udah tau Antariksa gak mau diganggu, masih aja kalian disini, pergi sana bubar," ucap gadis itu.

Kedatangan gadis itu sontak membuat semua siswa-siswi itu bubar, tapi hal itu tak membuat pria bernama Antariksa itu senang, malahan pria itu beranjak pergi meninggalkan lapangan basket.

"An ... mau kemana? Disamperin kok malah pergi, sih?!" teriak gadis berpakaian cheers leader itu yang di ketahui bernama Veena.

Tapi teriakan Veena tak lantas membuat Antariksa berhenti, hal itu membuat Veena merasa kesal.

Antariksa Rahardian siapa yang tak mengenal pria itu, seorang bintang lapangan yang selalu menjadi pujaan setiap gadis, baik itu yang berada disekolah yang sama dengannya, atau yang berasal dari sekolah lainnya.

Siapapun tak bisa menolak pesona seorang Antariksa, satu kata untuk menggambarkan seorang Antariksa yaitu sempurna, kulitnya yang putih, hidungnya yang mancung, dan tubuhnya yang tinggi membuat daya tarik tersendiri untuk Antariksa.

Tapi dari semua yang dimiliki Antariksa, sesempurna apapun dia, sampai saat ini tak seorang gadis pun yang berhasil menjadi kekasihnya, bukan berarti dia tak laku tapi sifat dingin dan acuh tak acuh Antariksa membuat dirinya sulit didekati.

Bahkan untuk gadis most wanted seperti Veena pun tak bisa meluluhkan hati Antariksa.

"Woy ... kasihan tuh Veena, cewek secantik itu kok malah dicuekin, An." Genta yang melihat Antariksa akan pergi segera mengejar pria itu.

"Bodoh ..." seakan tak perduli dengan yang Genta katakan, Antariksa terus melangkahkan kakinya menuju ke parkiran SMA Karya Bangsa.

Sementara itu di ruang guru SMA Karya Bangsa, seorang gadis cantik sedang mendapatkan omelan dari seorang wanita paruh baya, kemungkinan itu adalah ibunya.

"Apalagi yang harus Mama lakukan sayang, kalau udah kayak gini mau gimana lagi, sekolah udah ngeluarin kamu, mau pindah ke sekolah mana lagi?" wanita itu terlihat menahan emosi kepada putrinya itu.

"Terserah Mama mau pindahin kemanapun, mau di berhentikan juga oke aja," ucap gadis itu, dan setelah itu dia pergi begitu saja meninggalkan ibunya yang masih bingung dengan kelakuan putrinya itu.

"Bintang ... kamu mau kemana?"

Bukannya berhenti, gadis bernama Bintang itu malah memasangkan headset ke telinganya dan terus berjalan.

Bintang Nazania Hazel nama gadis itu, cantik!! yah begitulah para siswa SMA Karya Bangsa menggambarkan seorang Bintang, tapi tidak seperti gadis-gadis lainnya, Bintang sering dijuluki sebagai trouble maker, meskipun dia seorang wanita.

Jauh dari kata feminim, Bintang adalah gadis tomboi, bahkan dia juga sering berkelahi, sehingga dia sering di skors dan saat ini dia malah dikeluarkan dari sekolahnya.

Walaupun seperti itu, Bintang tetap menjadi idola dari para siswa laki-laki di setiap sekolah.

"Aduh ... mata lo dimana sih? gak liat apa kalau ada orang, main tabrak aja." Bintang yang saat ini sudah terjatuh, karena tadi saat dia berjalan tak sengaja dia bertabrakan dengan seseorang.

Bukannya membantu, pria yang menabrak Bintang justru berlalu begitu saja, membuat Bintang semakin kesal dengan orang itu.

"Sialan ... sombong banget sih,"

"Maafkan teman gue, dia orangnya memang seperti itu, sini biar gue bantuin," Genta yang sedari tadi mengekor dibelakang Antariksa pun menawarkan untuk membantu Bintang berdiri.

Tapi Bintang yang sudah terlanjur kesal justru mengabaikan Genta dan langsung pergi begitu saja.

"Gila ... cantik banget tuh cewek," Genta mengagumi Bintang yang sudah berjalan menjauh dari dirinya.

"Gen ... lo mau ikut gue pulang atau mau diam melamun ditempat ini?" Panggilan Antariksa membuyarkan lamunan Genta yang sedang mengagumi Bintang.

"Ikut gue, An." Genta pun berlari menyusul Antariksa dan langsung masuk ke dalam mobil pria itu.

Keduanya pun meninggalkan sekolah SMA Karya Bangsa, sementara itu Bintang juga sudah sampai di tempat dimana mobilnya diparkiran, saat dia hendak masuk kedalam mobil, ibunya sudah ada disamping Bintang.

"Kamu itu kalau orangtua lagi ngomong didengerin, Bintang." Sarah menjewer telinga Bintang dan masih mengomeli Bintang.

"Ma ... sakit, lepasin dong," Bintang meringis kesakitan dan meminta mamanya untuk melepaskan telinganya yang sedang dijewer.

"Mama gak mau lepasin, kalau perlu sampe rumah mama akan terus menjewer telinga kamu," ucap Sarah mamanya Bintang.

"Maunya Mama apa sih?! sakit nih telinga Bintang, mana dilihatin lagi sama orang-orang, lepas dulu napa sih, Ma."

Merasa tidak tega terhadap putrinya itu akhirnya Sarah melepaskan tangannya dari telinga Bintang.

"Ayo ... cepat pulang kerumah, Mama mau bicara sama kamu dirumah." Sarah pun memasuki mobil Bintang, mau tak mau Bintang pun terpaksa menuruti keinginan ibunya.

Setiba dirumahnya Sarah langsung meminta Bintang duduk di sofa yang berada diruang keluarga dan tak lama kemudian datang papanya Bintang.

"Bintang ... apalagi yang kamu lakukan, sampai kamu harus dikeluarkan dari sekolah," papanya yang baru tiba langsung mengomeli putrinya itu.

"Mama sudah capek dengan kelakuan anak Papa ini, tak tau lagi kemana kita akan menyekolahkan dia, dan bagaimana agar dia sadar dan berhenti mengacau disekolah." Sarah mengusap wajahnya frustasi.

Sementara itu Bintang seakan-akan tak melakukan kesalahan apapun, dia hanya duduk diam dan memandangi kedua orangtuanya yang sedang pusing memikirkan dirinya.

"Tinggal ada satu sekolah terakhir yang belum Bintang datangi," ucap papanya Bintang.

"Maksud Papa, Bintang akan bersekolah di SMA Bina Nusantara? kalau dia berbuat kekacauan disekolah itu, gimana dong, Pa?" Sarah tampak khawatir.

"Lalu kita harus gimana lagi, Ma? itu satu-satunya, dan suka atau tidak, Bintang harus bersekolah disana."

"Lagipula aku selaku pemberi donasi terbesar disekolah itu, jadi tak mungkin mereka akan menghukum Bintang, kalau mereka tau Bintang adalah putriku," sambung papanya Bintang.

"Terserah Papa deh, Mama sudah capek ngurusin anak Papa ini." Sarah pun pergi meninggalkan suami dan anaknya.

Dan keputusan akhirnya Bintang akan pindah disekolah SMA Bina Nusantara, sekolah yang menjadi unggulan di kota Yogyakarta.

Bab 2. Siswa baru

*Terlihat baik-baik saja tak berarti kalau semua juga baik, tapi terkadang apa yang terlihat dengan mata kepala, tak seperti dengan apa yang tak terlihat.

#Antariksa Rahardian

Kelas* 11 IPA1 yang tadinya ribut, kini sudah terlihat tenang tak ada suara sedikitpun, sejak kedatangan wali kelas dengan membawa seorang siswa perempuan yang cantik.

Bisik-bisik pun terdengar dari siswa kelas 11 IPA1, sampai pada akhirnya rasa penasaran mereka terjawab saat Bu Jessy memperkenalkan siswa baru itu.

"Anak-anak semua, kelas kita hari ini kedatangan seorang siswa baru, pindahan dari SMA Karya Bangsa," ucap Bu Jessy

"Silahkan kamu memperkenalkan dirimu, Nak." Bu Jessy melihat kearah Bintang.

"Nama saya Bintang Nazania Hazel, panggil aja Bintang," ucapnya memperkenalkan diri.

"Ya udah, kalau begitu kamu bisa duduk Bintang, semoga kamu betah disekolah ini." Setelah mengatakan itu, Bu Jessy pun pergi meninggalkan ruang kelas, sementara itu Bintang di ajak Moza untuk duduk bersamanya.

"Bintang sini, duduk disamping gue aja," Moza melambaikan tangannya memanggil Bintang.

Tak menolak Bintang pun langsung menuju ke kursi disamping Moza.

"Kenalin, nama ku Moza, semoga kita bisa jadi sahabat yah." Moza mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Bintang, dan di balas dengan senyum tulus dari seorang Bintang.

Bisa dibilang ini pertama kalinya gadis itu mau berteman dengan seorang wanita, karena selama ini Bintang begitu malas untuk berteman dengan wanita, yang menurutnya sangat membosankan karena hobi wanita yang selalu gibah.

Tapi menurut Bintang, Moza berbeda, gadis itu terlihat tulus, dan juga tidak terlihat seperti gadis-gadis lainnya.

"Senang berkenalan dengan kamu Moza," ucap Bintang sambil tersenyum kepada Moza.

Keduanya pun memutuskan untuk menjadi sahabat, dan Bintang pun terlihat nyaman bersahabat dengan Moza.

Bel istirahat berbunyi, Moza mengajak Bintang pergi ke kantin, dan hal itu tidak ditolak oleh Bintang.

"Ya ampun, kantinnya udah penuh aja." Moza terlihat mengerucutkan bibirnya karena melihat kantin yang sudah sangat ramai.

"Masuk aja dulu, kali aja didalam masih ada kursi kosongnya." Bintang menarik tangan Moza masuk kedalam kantin.

Saat mata Bintang sedang mencari kursi kosong, tak sengaja pandangannya terhenti pada seorang pria yang sedang duduk bersama dua orang temannya, pria itu tampak sedang membahas sesuatu bersama kedua temannya itu.

Bintang pun berjalan mendekati pria itu, pria yang sudah membuat Bintang kesal beberapa hari yang lalu, melihat Bintang yang sudah berjalan masuk ke kantin Moza pun mengikuti Bintang.

"Ternyata lo anak sekolahan ini," ucap Bintang dihadapan Antariksa, yang sukses menarik perhatian dari pria itu dan kedua sahabatnya.

"Lo ngomong sama gue?" Antariksa menunjuk dirinya dan bertanya pada Bintang.

"Iya lah, sama lo, masa sama setan," jawab Bintang acuh tak acuh.

Sementara itu Genta coba mengingat kapan dia pernah bertemu Bintang.

"Lo anak baru yah di sekolah ini?" Arsen pun bertanya kepada Bintang.

"Kalo iya kenapa?!" jawab Bintang dengan ketus.

"Biasa aja dong jawabnya, gue nanya baik-baik juga."

Bintang memutar bola matanya, dia merasa tidak penting meladeni Arsen, karena tujuannya ada untuk meminta Antariksa meminta maaf pada dirinya karena sudah membuatnya terjatuh waktu itu.

"Lo kesini ada urusan apa? Jangan bilang lo sama kayak cewek-cewek itu mau ngomong suka ke gue?" tanya Antariksa dengan pe-de nya.

Pertanyaan Antariksa itu membuat mulut Bintang menganga dan matanya membola.

"What? gak salah dengar gue? gue suka sama lo? ih, amit-amit." Bintang tak menyangka kalau rasa percaya diri Antariksa setinggi itu.

"Trus ... lo mau apa?" Antariksa kembali fokus dengan nasi goreng dihadapannya.

"Gue kesini mau lo minta maaf ke gue, karena lo udah nabrak gue dan membuat gue jatuh," Bintang menarik kursi kosong di hadapan Antariksa dan langsung mendudukkan tubuhnya ke kursi itu, dia melirik Moza yang masih terdiam dengan penuh kebingungan, dan meminta Moza untuk duduk di kursi lainnya disampingnya, dan Moza pun tak bisa menolak.

"Maksud Lo?" Antariksa terlihat bingung, dia mengangkat alis sebelahnya.

Ditengah kebingungan Antariksa dan kekesalan Bintang, Gentah malah berteriak senang karena dia berhasil memecahkan pemikirannya yang sempat bertanya-tanya dimana dia pernah melihat Bintang.

"Ah, gue ingat, lo yang waktu itu di SMA Karya Bangsa kan, yang jatuh saat bertabrakan dengan Antariksa." Gentar begitu antusias bertanya kepada Bintang.

Bintang yang mendengar hal itu, hanya memutar bola matanya malas.

"Oh ... jadi itu masalahnya, waktu itu salah lo, makanya kalau jalan yang kalem, perempuan juga tapi jalannya kayak lagi maraton," ucap Antariksa

"Enak aja, jelas-jelas lo jalannya gak pake mata, malah seenaknya nyalahin gue," Bintang semakin kesal.

"Bin, pergi yuk! kita sekarang lagi jadi pusat perhatian loh, gak enak banget." Moza menarik lengan Bintang mengajaknya pergi.

"Bentar, Za." Bintang melepaskan tangan Moza, dan kembali menatap Antariksa.

"Masalah kita belum selesai, gue tunggu permintaan maaf Lo." Bintang pun berdiri meninggalkan meja tempat Antariksa dan kedua sahabatnya duduk.

Antariksa hanya memandang kepergian Bintang, dia merasa aneh kenapa Bintang bisa marah-marah kepadanya, padahal saat itu Bintang yang salah.

"Gila ... ini untuk pertama kalinya, ada cewek datang-datang bukan buat mengagumi Antariksa, tapi buat mengomeli Antariksa, cewek yang unik," ucap Arsen yang mendapat anggukan dari Genta.

"Mana ceweknya cantik lagi, Veena aja kala cantik dari dia," Genta menambahkan dan kali ini Arsen yang mengangguk.

Di saat kedua sahabatnya sedang mengagumi Bintang, beda lagi dengan Antariksa yang terlihat cuek dan tak perduli sama sekali.

Sementara itu, sepanjang perjalanan kembali ke kelas, Bintang masih terlihat kesal, sedangkan Moza melihat Bintang dengan tatapan tak percaya.

"Gila Lo Bin, tadi itu Antariksa, kakak kelas yang selalu jadi idola para siswa perempuan di sekolah ini loh, dan lo malah ngomel-ngomel gitu di depan Antariksa." Moza menggeleng tak percaya dengan apa yang baru saja dia saksikan.

"Emangnya kenapa?" Bintang merasa heran dengan Moza.

"Lo, cewek pertama yang gak tertarik sama Antariksa, padahal gue aja gak pernah kepikiran bakal duduk semeja gitu sama Antariksa." Moza menatap Bintang dengan kagum.

"Menurut gue tuh cowok biasa aja, gak ada yang special dari dia," Bintang meneruskan langkahnya menuju kelas, sementara itu Moza terdiam mematung mendengar Bintang yang mengatakan kalau Antariksa biasa saja.

Menyadari kalau Bintang sudah tidak ada disampingnya, Moza langsung berlari menyusul Bintang.

Saat Bintang sudah masuk kedalam kelasnya, justru dikantin Antariksa sedang berusaha untuk menyembunyikan hidungnya yang saat ini sedang mengeluarkan darah, dia pamit pada kedua sahabatnya itu untuk pergi ke toilet sebentar, dan keduanya tak menyadari kalau hidung Antariksa berdarah.

"Tampaknya sepulang sekolah aku harus pergi memeriksakan diri ke rumah sakit, aku harus tau perkembangan penyakit yang ada di tubuhku," Antariksa berbicara pada dirinya sendiri.

Bab 3. Pertemuan tak terduga

Manusia hanya bisa berharap tapi Tuhan yang memutuskan.

Sepulang sekolah Antariksa melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit Bintang Harapan untuk menemui seorang Dokter, yang saat ini menjadi Dokter yang menangani tentang penyakit yang ada pada dirinya.

Mobil Antariksa kini sudah tiba di rumah sakit tujuannya, bersamaan dengan itu sebuah mobil sport warna pink juga masuk ke area parkir rumah sakit itu.

Setelah memarkirkan mobilnya Antariksa pun berjalan memasuki rumah sakit itu, Bintang yang baru saja keluar dari mobilnya melihat Antariksa yang masuk kedalam rumah sakit.

"Ngapain tuh cowo datang kesini, mungkin aja mau jenguk keluarganya yang lagi sakit," Bintang berbicara dalam hati, dan dia juga langsung masuk kedalam rumah sakit itu, untuk menemui ibunya yang ternyata salah satu dokter di rumah sakit itu.

Saat Bintang hampir sampai di ruangan ibunya, mata Bintang tak sengaja kembali melihat sosok Antariksa yang saat ini pergi ke tujuan yang sama dengan dirinya.

"Ngapain dia pergi menemui mama? apa dia lagi sakit?" Alis Bintang berkerut merasa heran dengan apa yang dilihatnya, tapi dia segera menepis pemikirannya itu.

"Lagian kenapa juga gue perduli dengan dia." Bintang menggelengkan kepalanya dan duduk di kursi tunggu dekat dengan ruangan ibunya, dia pun mengambil ponselnya dan sibuk mengotak-atik ponselnya.

Sementara itu didalam ruangan Dokter, Antariksa sedang berkonsultasi dengan Dokter Sarah ibunya Bintang.

"Jadi Dok, apa penyakit saya sudah semakin parah?" Antariksa bertanya penuh harap.

"Antariksa, saya sarankan kamu terus terang kepada orangtuamu, karena itu bukan penyakit sembarangan, Leukemia penyakit yang berbahaya, orangtuamu wajib tau tentang ini, lagipula kalau mereka tau nanti, mereka bisa membantu dirimu untuk mencari pendonor sum-sum tulang belakang, Nak." Dokter Sarah membujuk Antariksa, karena selama ini Antariksa merahasiakan tentang penyakit yang dia rasakan dari kedua orangtuanya.

Sarah tak pernah berpikir seberapa kuat Antariksa mampu menjalani semua ini sendiri, apalagi disaat penyakitnya kambuh dan itu pasti sangat menyakitkan.

"Bila waktunya tiba pasti mereka akan tau, Dok." Antariksa tetap terlihat tenang.

Sarah hanya bisa menarik nafas pasrah, dia tak bisa memaksakan Antariksa, dia hanya bisa memberikan pendapat, dan semua keputusan ada ditangan Antariksa.

Setelah selesai berkonsultasi dengan dokter, Antariksa pun pergi meninggalkan ruangan dokter itu, tapi dirinya dikejutkan dengan sebuah pemandangan saat dirinya keluar.

Seorang gadis yang sedang tertidur di kursi tunggu, wajah gadis itu yang terlihat tenang, tak seperti dirinya yang saat dikantin sekolah tadi.

Hal itu membuat Antariksa mendekati gadis itu, saat tangganya hendak menyentuh pipi gadis itu, tiba-tiba gadis itu terbangun.

"Kamu mau apa?" Bintang menatap sinis kepada Antariksa.

"Cuma mau bangunin kamu, soalnya tadi kamu tertidur sambil ileran, jadi aku mau bangunin kamu, karena gak enak dilihat, gadis cantik tidur sambil ileran," ucap Antariksa dengan cuek.

Mendengar apa yang dikatakan Antariksa, Bintang seketika langsung panik, dia sibuk mencari tisu untuk mengelap pipinya, yang kata Antariksa tadi dia tidur sambil ileran.

Melihat kepanikan Bintang, membuat Antariksa tersenyum tipis, senyum yang tak pernah terlihat diwajah tampannya, tapi kali ini berhasil muncul hanya karena dia merasa kalau kepanikan Bintang itu terlihat sangat lucu.

Tapi Bintang tak menyadari itu, dia sibuk membersihkan wajahnya, dan setelah itu dia kembali melihat kepada Antariksa.

"Lo, ngerjain gue yah?" Bintang menatap Antariksa penuh emosi.

"Ngapain juga gue ngelakuin itu, buang-buang waktu aja," Sementara itu Antariksa seakan tak bersalah, di menjawab Bintang dengan santai.

Hal itu membuat Bintang kesal dan memukuli Antariksa, sehingga mau tak mau Antariksa terpaksa berlari untuk menghindari pukulan Bintang.

Keduanya saat ini sedang berlarian didalam rumah sakit, dan tingkah keduanya mengundang perhatian dari para pengunjung, sampai-sampai ada yang berpendapat kalau keduanya terlihat sebagai pasangan yang serasi.

Mendengar perkataan itu, Bintang menghentikan langkahnya yang mengejar Antariksa, hal yang sama pun dilakukan Antariksa.

"Siapa juga yang mau jadi pacar es batu kayak gitu, dalam mimpi pun gue gak Sudi," Bintang berbicara sambil melihat Antariksa.

"Trus Lo pikir gue mau gitu jadi pacar, Lo?" Antariksa pun membalas perkataan Bintang.

"Neng, sama Masnya jangan ngomong gitu, biasanya dari benci bisa jadi cinta loh," ucap salah satu pengunjung kepada keduanya.

Hal itu membuat Bintang bergidik, "Ih ... Amit-amit deh." Dia pun berbalik dan pergi meninggalkan Antariksa, Bintang memutuskan untuk kembali pada tujuan awalnya menemui ibunya.

Sementara itu Antariksa menatap kepergian Bintang dengan tatapan penuh arti, tanpa sadar tangan Antariksa terangkat memegang dadanya.

"Benar-benar berbeda," hanya itu yang diucapkan Antariksa, dan setelah itu dia berbalik pergi sambil tersenyum.

Bintang sudah berhasil membuat jantung Antariksa bedebar kencang, pria yang selama ini tak pernah tersentuh oleh wanita manapun tapi kali ini luluh oleh seorang Bintang, kehadiran Bintang dalam hidupnya seakan membawa semangat baru dalam hidup Antariksa.

Saat Antariksa sudah pergi meninggalkan rumah sakit, Bintang kini sudah berada didalam ruangan ibunya.

"Mama," Bintang memanggil ibunya.

"Bintang? tumben kamu kesini." Sarah tampak bingung melihat putrinya yang tak biasa datang menemuinya.

"Anaknya datang bukannya senang, malah heran." Bintang mengerucutkan bibirnya.

Hal itu membuat Sarah merasa Bintang sangat menggemaskan.

"Ya udah, emangnya anak Mama ada apa datang kemari?" Sarah bertanya kepada Bintang dengan lembut.

"Cuma lagi pengen aja." Bintang pun duduk di sofa yang ada di tempat itu.

"Tapi Ma, Mama kenal Antariksa? tadi Bintang lihat dia datang ke ruangannya Mama?" Bintang bertanya dengan serius.

"Oh Antariksa, tadi dia cuma nanyain hasil pemeriksaan saudaranya yang dia antarkan kemarin," Sarah mencoba untuk merahasiakan penyakit Antariksa sesuai dengan apa yang pria itu minta.

Bintang hanya mengangguk menanggapi perkataan ibunya.

"Kenapa juga kamu nanya soal Antariksa? kamu suka yah sama dia," Sarah menggoda Bintang, hal itu membuat Bintang jadi kesal.

"Amit-amit Bintang suka sama dia, lagian Mama juga, ngomongnya ngasal." Wajah Bintang terlihat sangat kesal, tapi itu malah terlihat lucu oleh Sarah.

"Jangan ngomong gitu, bisa nyesal loh nanti," Sarah masih saja menggoda Bintang walaupun putrinya itu sudah terlihat sangat kesal.

Didalam mobilnya, Antariksa terus kepikiran dengan jantungnya yang bisa berdetak kencang saat dia berada di samping Bintang, perasaan yang tak pernah dia rasakan dengan wanita manapun.

Bahkan dia bisa tersenyum saat melihat Bintang dengan tingkat anehnya, padahal tidak biasanya dia akan melakukan hal itu, sampai dia harus bertingkah seperti anak-anak yang kejar-kejaran di rumah sakit bersama Bintang.

"Apa aku mulai suka sama gadis itu?" kata-kata itu yang lolos begitu saja dari mulut Antariksa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!