Suara hingar-bingar musik disco menghentak dengan keras, bagai hendak memecahkan gendang telinga. Para pengunjung telah terbiasa dengan hal tersebut, mereka justru sangat menikmati alunan lagu-lagu yang dibawakan oleh sang DJ.
Sebagian pengunjung menikmati dengan meliuk-liukkan tubuh mereka di lantai disco dan sebagiannya lagi menikmati suasana gemerlap lampu dalam kegelapan sembari meminum minuman yang mampu menghangatkan tubuh mereka.
Berbeda dengan wanita berambut panjang hitam lebat bernama Alicia, dia tidak terbiasa dengan suasana diskotik tersebut, degup jantungnya tidak karuan di kala suara musik yang begitu keras bercampur dengan perasaan cemas hingga menimbulkan gemuruh dalam relung hatinya.
Wanita yang memiliki paras cantik dengan hidung mancung tengah membuntuti sang kekasih sedang asyik bermesraan bersama orang yang dia kenal. Ya, Alicia sangat terkejut melihat Marvel mencumbu Veronica begitu intim di depan matanya.
Sungguh terluka hati Alicia, menginjak usianya yang baru saja ulang tahun tepat hari ini ke 21, dia mendapatkan kejutan spesial dari kedua orang terdekat. Pasalnya Alicia ingin merayakan bersama sang kekasih, tetapi mengetahui Marvel pergi bersama sahabatnya membuat dia tahu tentang skandal di antara mereka.
Tangan halus nan putih itu mengepal dengan erat untuk menahan gejolak emosi yang membara di hati Alicia. Deru napasnya terasa sesak bagaikan cekikan yang menghantam lehernya, sampai air matanya pun menetes.
"Marvel," ucap Alicia memanggil nama kekasihnya begitu lirih. Namun, sayangnya suara dia kalah dengan dentuman musik DJ hingga sang kekasih tidak menyadari bila ada dirinya yang sedang menatap nanar seraya memanggil.
Sementara di posisi lantai atas diskotik tersebut, sepasang mata menatap ke arah wanita berambut pirang, wanita itu bernama Alice Delmora yang tengah merayakan hari ulang tahunnya ke 21 tahun dengan meriah bersama tunangannya Nicholas.
Suara tepukan tangan bergemuruh ketika Alice meniup lilin yang berjajar rapih di atas kue tart, serta memotong kue tersebut dan memberikannya pada pria yang usianya lebih tua dari Alice tujuh tahun.
"Happy birthday, Sayang!" ucap Nicholas, dia mencium bibir Alice di depan mata yang masih menatapnya dari kejauhan.
"Oh, so sweet!" Alice terharu saat dia mendapatkan kado dari kekasihnya.
Semua teman-teman Alice memberikan ucapan selamat ulang tahun kepadanya, mereka memberikan kado mewah pada wanita cantik yang dibesarkan dalam lingkungan orang kaya. Dia pun mengucapkan terima kasih lantas meminta izin untuk pergi ke toilet.
Pada saat itu pula dua orang yang sedari tadi memperhatikan Alice, melihat target sudah menjauh dari perkumpulan teman-teman, bergegas untuk melanjutkan rencana mereka selanjutnya.
"Bos," ucap Pria berkacamata mata.
"Jalankan!" Perintah seorang laki-laki dengan suara baritonnya, lantas bangun dari tempat duduknya dan bergegas pergi dari sana.
***
Di dalam toilet wanita, seorang wanita tengah menangis tersedu-seduh duduk di atas closed. Dia menghabiskan banyak tisu toilet untuk mengelap air mata dan cairan bening yang keluar dari dalam hidung. Tangannya terus memukuli dada yang terasa sesak guna menetralisirkan rasa sakitnya.
"Aku benci sama kalian! Tega kamu sama aku, Veronica! Aku sahabatmu, sampai di hari ulang tahunku kamu malah mengambil Marvel dariku!" Alicia terus menangis memaki sahabatnya.
"Oke, Alicia ... tenang, jangan sedih! Biarkan mereka semaunya di belakangmu! Kamu tinggal ikuti permainan mereka, kamu pasti bisa membalas perlakuan mereka!" Alicia keluar dari dalam toilet tersebut dan membasuh wajahnya dengan air yang berada di wastafel.
Alicia menatap tegar dirinya sendiri dari pantulan cermin wastafel yang besar, kemudian kembali membasuh mukanya berkali-kali dengan air. Senyuman pun terukir di raut wajah manis itu saat dia berusaha meyakinkan dirinya bila dia bisa tanpa Marvel.
Seorang laki-laki yang sepantaran dengan Alicia, mereka bertemu dan menjalani kasih saat kuliah dulu. Namun, sayangnya Alicia tidak melanjutkan kuliahnya karena harus bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga.
Pada saat pintu toilet terbuka dan seorang wanita masuk, Alicia menutup wajah dengan rambut panjang hitamnya, dia tidak mau bila orang tersebut melihat matanya yang membengkak sehabis menangis.
Alicia memilih untuk keluar dari toilet tersebut, sedangkan wanita yang baru tiba memperhatikannya dengan aneh saat mereka berpapasan. Akan tetapi, Alicia yang tidak mau mengambil pusing dengan orang lain, dia hanya berlalu pergi keluar seraya mengusap air mata yang masih tersisa.
Setelah Alicia keluar dari dalam toilet, dua orang berbadan tubuh besar mengikutinya dari belakang sampai tiba di halaman parkir wanita cantik itu masih belum sadar bila dirinya sedang menjadi target.
Alicia memberhentikan mobil taksi dengan menjulurkan tangannya, tetapi bukan taksi yang berhenti di depannya melainkan mobil mewah berwarna hitam. Mobil itu membuka pintu mobil secara otomatis pada bagian samping, membuat Alicia bingung.
Tanpa menunggu lama, kedua pria yang mengikuti Alicia dari belakang langsung mendorong tubuh ramping itu hingga masuk ke dalam mobil tersebut, gerakan mereka begitu cepat dan sangat profesional sehingga orang lain pun tidak dapat mencurigai gerak-gerik mereka.
"Aauuh ... sakit! Kalian siapa?" Alicia membenarkan posisinya, begitu menyadari situasi dalam mobil dia pun berteriak, "Penculik! Tolong! Ada Penculik!"
Kedua pria itu langsung membekap mulut Alicia dengan obat tidur, dan mengikatnya meski Alicia terus memberontak tetapi dalam hitungan beberapa detik dia pun langsung tidak sadarkan diri.
***
Dalam kamar hotel, Alicia masih belum sadarkan diri di atas tempat tidur, sedangkan seorang pria dengan suara ciri khas baratonnya tengah berbincang dengan seseorang melalui telepon genggam seraya terus memperhatikan tubuh Alicia yang mulai menggeliat di atas tempat tidur.
"Eeuunghh ... panas!" ucap Alicia yang mulai sadar meski belum sepenuhnya.
"Ok, kerjakan!" Pria itu langsung mematikan sambungan telepon lantas bangun dari duduknya dan berjalan menuju wanita yang mulai kepanasan.
"Si bodoh! Dia pakai obat perangsang segala!" umpat Pria dengan wajah tampan dan memiliki postur tubuh atletis.
"Aah ... panas ... haus!" ucap Alicia yang masih terpejam, dia pun bangun lantas membuka baju di hadapannya.
"Ah, shyitt!" Tangan Pria itu menahan agar wanita yang di hadapannya tidak membuka baju. Akan tetapi, saat tangan kekarnya menyentuh kulit Alicia, wanita itu langsung membuka mata.
Sontak saja membuat keduanya saling terdiam beberapa detik, setelah itu Alicia menarik wajah pria yang ada di hadapannya lantas mencium bibir tebal itu.
"Brengsek! Berani kamu menyentuhku!" Tangan itu langsung mencekik leher Alicia hingga wanita itu kesulitan bernapas seraya memukul tangan kekarnya. Dia pun berkata, "Dasar wanita jallang!"
Alicia membulatkan matanya sempurna dengan warna kornea yang berubah menjadi merah dan berair, dia terus memukul tangan kokoh itu saat dirinya terjerembab berbaring di atas tempat tidur.
Suara Alicia sulit dikeluarkan ketika dia ingin meminta maaf pada pria yang di hadapannya, dia memukul dengan lemas seraya terbatuk-batuk saat tangan itu belum juga mau melepaskannya.
"Mar ... vel! A–am ... pun!" ucap Alicia yang memaksakan membuka suara ketika Pria yang ada di depannya, dia menganggap sebagai kekasihnya.
"Marvel?" Pria itu menaikan satu alisnya tampak bingung.
Tentu saja Pria dengan raut wajah yang sangar itu langsung melepaskan leher Alicia, dia membiarkan wanita itu untuk bernapas lega lebih dulu. Baru setelah itu, dia pun menyeret Alicia untuk masuk ke dalam kamar mandi.
To be continued....
Suara isak tangis Alicia yang menjerit memohon ampun begitu miris dengan tubuh yang menggigil, dia merasakan sakit luar biasa saat dinginnya air masuk ke sela-sela pori dan menusuk sampai ke tulang. Akan tetapi, jeritannya tak jua membuat pria asing itu merasa iba.
Pria asing dengan tubuh atletis berjongkok di depan Alicia, tangan kekar itu mencengkeram kuat kedua pipi sang wanita sembari berkata, "Apa aku tidak salah dengar? Seorang Alice menangis meminta ampun?"
Pria itu terkekeh lalu raut wajahnya berubah kembali seram dalam hitungan beberapa detik. "Alice Delmora ... kau sungguh wanita jallang berkedok malaikat! Aku tidak tahu bagaimana ekspresinya nanti saat tunangannya ternyata memiliki laki-laki lain selain dia!"
"Aakkh! A–ampun, Tu–Tuan! Sa–sakit," rintihan Alicia begitu lirih saat merasakan kesakitan pada rahangnya dan juga merasakan gejolak aneh yang muncul di aliran tubuhnya.
"Sakit kamu bilang? Sakitan mana sama tunanganmu yang sudah membuatku hancur! Hah?" Pria itu kesal melihat wajah kekasih musuhnya—Nicholas terus merintih kesakitan,p lalu kembali berkata, "Sekarang aku ingin dia juga merasakan sakit seperti diriku saat tunangannya ini menderita di tanganku!"
"Maaf Tuan, saya tidak tahu apa yang Anda bicarakan, tapi saya tidak bisa menahannya!" ucap Alicia yang sudah tidak tahan.
Semakin pria itu menyentuhnya maka semakin pula tubuhnya bereaksi tidak karuan, dia pun akhirnya nekat menerobos tangan kekar itu untuk bisa mencium bibir seksi pria yang ada di hadapannya. Alicia pun naik ke atas pangkuan laki-laki berwajah tampan tersebut sembari terus mellumat bibir yang sudah menggodanya.
"Apa yang hmmpph ... kau berani sama akkmmph!" Pria asing itu mencoba menjauhkan tubuhnya dari tubuh wanita bertubuh sintal, tapi entah kenapa dia seakan terbawa arus yang diciptakan oleh Alicia.
"Aakkh!" pekik Alicia ketika rambutnya mendapatkan jambakkan dengan kasar hingga kepalanya mendongak ke atas. "Touch me, please!"
"Ck! Kau yang mulai duluan! Jangan salahkan aku bermain kasar denganmu malam ini!" ucap sang pria yang kini justru mengigit benda kenyal milik Alicia dengan napsu.
Alicia pun mendesaah meski dia merasakan sakit saat remasan dan gigitan itu begitu kencang, tapi obat yang sudah mengalir pada tubuhnya begitu kuat sehingga dia pun sudah terbakar oleh gelora asmara.
Mereka bercumbu di bawah pancuran shower begitu panas hingga membara sampai ke ubun-ubun, baru pertama kali ini pria itu mencium aroma tubuh alami pada wanita yang dia peluk bisa membuatnya ketagihan dan merasa nyaman.
"Sial! Kenapa aku bisa sampai senapsu ini mencumbu seorang wanita?" ucap dirinya sendiri dalam batin saat hasratnya sudah tidak bisa terkendalikan. "Apakan tunangannya Nicholas begitu secandu ini? Ck! Brengsek! Betapa beruntungnya dia, liat aku akan merebutnya darimu, setelah aku puas mencicipinya malam ini, akan kukembalikan dia padamu, Nicholas!"
"Ah!" Alicia begitu terkejut saat tubuhnya di angkat lalu di sandarkan di dinding kamar mandi, bajunya pun dilepas begitu saja dengan kasar oleh si Pria. Akan tetapi, dia justru menyebut nama pria lain.
"Brengsek, dasar pellacur murrahan! Namaku Grey, bukan anak ingusan yang kau sebut! Paham?" Grey yang merasa kesal langsung mencekik kembali wanita yang dia cumbu.
Alicia mengangguk seraya mengerti, tidak bisa dipungkiri bila tubuhnya begitu rela diperlakukan apa saja yang penting bisa mengobati rasa sakit yang dia rasakan saat ini meski harga dirinya sungguh hancur.
Grey tersenyum smirk saat wanita yang ada di hadapannya mengganggukan kepala. "Good girl!"
Grey kembali mellumat bibir seksi yang tiba-tiba sudah menjadi candunya tanpa melepaskan cengkraman di leher Alicia, hanya saja tidak terlalu kencang, bibirnya terus menelusuri leher jenjang itu tanpa tersisa.
"Aaakkkhh!" keluh Alicia saat jari tengah Grey mencoba paksa untuk masuk ke dalam intinya di bawah sana.
"Apakah sakit?" Grey bingung ketika wanita itu meringis kesakitan, dia pun tidak percaya saat matanya melihat anggukan dari Alicia. "Oh my God! Are you serious?"
Lagi-lagi Grey hanya mendapatkan anggukan dari wanita yang ada di depannya tanpa jarak sedikitpun, dia tidak habis pikir dengan apa yang baru saja dia ketahui dari seorang wanita yang menjadi tunangan–Nicholas karena yang dia tahu, pasti musuhnya itu tidak akan membiarkan wanitanya—Nicholas belum tersentuh sedikit pun.
"Aku tidak percaya sebelum aku mengeceknya sendiri!" Grey langsung membuka semua baju yang melekat pada tubuhnya dan juga pada wanita itu lantas membawanya keluar dari kamar mandi.
Dalam gendongan Grey, Alicia terus menggeliat seperti cacing kepanasan, padahal tubuhnya sudah disiram air dingin oleh Pria asing tersebut sampai dia pun harus merasakan sakit yang menusuk sampai ke pori-porinya. Namun, tetap saja obat itu masih bereaksi pada tubuhnya. Begitu kuat hingga jalan satu-satunya adalah melakukannya.
"Si al! She has a beautiful body!" Grey menatap lekat pada tubuh indah Alicia, lantas kembali mencumbunya dengan bringas bagaikan singa yang menerkam mangsanya begitu puas.
Suara rintihan manja mengisi kesunyian dalam ruangan pada kamar hotel tersebut, begitu merdu membuat sang empu yang menciptakan suara rintihan tersebut semakin menggebu-gebu.
"Aaakhh!" Alicia meringis kesakitan saat dia merasakan sesuatu di bawah sana.
"Dammn it! Dia bener-bener masih virgin, ngapain aja Nicholas menjalani kasih dengan sama nih cewek?" Grey berkata dalam hatinya sendiri dan dia pun berucap, "Tahanlah, Sayang!"
Hanya dua kali sentakan Grey berhasil membobol gawang pertahanan dan rasanya sulit untuk dia gambarkan dengan kata-kata, matanya terpejam seraya menikmati sensasi tersebut. Tangannya meremas kencang jemari Alicia dan bibirnya sedikit terbuka akibat refleks dari rasa nikmatnya.
"You... aah, this—"
Grey terdiam sejenak sebelum dia mulai beraksi bekerja di bawah sana, tidak peduli wanita itu menangis akibat ulahnya yang jelas, dia kalang kabut saat menerima semua rasa itu. Tubuhnya benar-benar dibuat melayang oleh Alicia karena ini pertama kalinya bagi Grey merasakan sekental itu.
"Nicholas! Kau benar-benar bodoh, membiarkan ini semua begitu saja berada digengamanmu! Ah ... how delicious this is! Liat lah, Nicholas ... betapa cantiknya kekasihmu saat berada bawah kungkunganku!" Grey terus merancau tidak karuan saat pinggulnya berpacu dengan cepat.
Sementara Alicia yang berada di bawah kungkungan pria asing tersebut, tidak mengerti dengan ucapan yang pria itu ucapkan, dirinya benar-benar merasakan sakit dan nikmat secara bersamaan. Akan tetapi, setidaknya bisa mengurangi rasa sakit yang meremas seluruh tubuhnya.
Alicia pun melengkungkan tubuhnya ke atas, tanganya memeluk tubuh pria itu dengan kencang ketika sesuatu di dalam dirinya menekan begitu kuat hingga meledak keluar tak tertahankan.
Mengetahui bila wanita itu sudah mencapai pelepasannya lebih dulu, membuat Grey tersenyum senang, dia membanggakan dirinya sendiri karena begitu gentle menaklukkan sang lawan di atas ranjang. Namun, senyum itu memudar dikala dia merasakan sesuatu yang hampir membuatnya tidak percaya.
Ya, Grey merasakan bila dirinya hampir sampai. Dia pun melihat ke arah jam pada ponselnya yang dia sempatkan untuk mengambil ponsel tersebut, sungguh di luar ekspektasi saat matanya melihat bahwa dia baru saja mulai permainan dan hanya membutuhkan dua puluh menit untuk sampai pada pelepasannya.
"Oh, No! Aaakkkhh ... Shyiit!" umpat Grey begitu kencang seakan masih belum bisa menerima bila dirinya begitu lemah.
Deru napas keduanya saling bersahutan ketika permainan telah game over, Grey tumbang di samping Alicia setelah memberikan kecupan manis di kening tersebut lantas memeluk tubuh ramping itu untuk masuk ke dalam mimpi bersama di bawah selimut yang sama.
***
Keesokan paginya, Grey terusik dari tidurnya ketika mendengar suara ketukan pintu kamar hotel. Dia pun menggercapkan matanya untuk mengambil ponsel dan melihat jam yang masih menunjukkan bila matahari belum terbit.
Perasaan Grey kesal lalu mengabaikan begitu saja, tetapi ponselnya berdering tertera nama asisten pribadinya yang bernama Peter. Dia menjawab panggilan tersebut dengan suara intonasi nada yang kesal meskipun suaranya dia tahan agar tidak membangunkan wanita yang ada di sampingnya.
"Bos, waktu kita tinggal satu jam, saya akan membawa Alice keluar dari kamar itu dan meninggalkannya di pinggir jalan, sesuai rencana!" ucap Peter yang mengingatkan atasannya.
"Ah, iya ... hmmmm, aku lupa kasih tahu kamu! Kita ubah rencananya, aku belum puas membuat wanita Nicholas menderita! Setelah aku puas bermain dengannya baru kita lanjutkan rencana selanjutnya," ucap Grey yang membuat Peter terheran.
"Ta–tapi, Bos—"
Suara panggilan telepon pun terputus, Peter benar-benar tidak menyangka bila atasannya tersebut mengubah rencana yang sudah dibuat. Ini pertama kalinya Grey mengubah rencananya tanpa merembukkan lebih dulu padanya.
To be continued...
Suara kicauan burung begitu merdu, menambah kesan manis pada matahari pagi yang secara perlahan mulai mengintip dari balik sela-sela jendela, mengusik tidurnya seorang wanita tengah terlelap dalam pelukan tangan kekar seseorang.
Mata indah dengan bulu lentik itu perlahan mulai membuka kelopak matanya, melihat ke arah sekitar yang terasa asing bagi dia. Tidak hanya itu, matanya pun menangkap sesosok pria bertelanjang dada tepat berada di sampingnya seraya memeluk tubuhnya yang sama-sama polos.
Alicia membuka mulutnya lebar-lebar sembari menutupnya dengan tangan, menandakan dia sangat terkejut saat tangan satunya lagi membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Kejadian semalam terlintas sekilas dibenak pikirannya, bagaimana dia bergelut panas bersama pria yang ada di sampingnya saat itu.
Buliran air mata pun jatuh mengenai pipi Alicia, dia pun bangun untuk duduk. Begitu teramat sakit yang Alicia rasakan di pangkal pahanya saat dia mencoba menggerakkan kedua kakinya untuk turun dari tempat tidur, sampai dia meremas sprei menahan rasa sakit yang dia rasakan.
Perlahan demi perlahan dia berjalan untuk bisa sampai ke dalam kamar mandi, sebelum masuk dia menyempatkan melihat pria yang masih tertidur lelap di atas tempat tidur lantas kembali masuk ke dalam kamar mandi.
"Bodohnya, kamu Alicia!" Alicia menangis di bawah pancuran air shower. Dia menggosok kasar tubuhnya dengan kesal, menyadari kesalahan fatal yang dia lakukan.
Sungguh nasibnya kurang beruntung, di hari ulang tahun Alicia harus menerima kenyataan pahit bahwa sang kekasih selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Lantas dia pun menjadi korban penculikan, bahkan tidak hanya itu, dia harus merelakan harga dirinya yang selama ini dia jaga walaupun tempat dia berasal sudah menjadi hal yang lumrah bagi seorang wanita melakukan seksss bebasss.
Akan tetapi, Alicia hanya ingin melakukannya dengan orang yang dia cintai yaitu bersama Marvel. Dia berencana di usianya yang ke dua puluh satu tahun akan memberikan kepada Marvel tapi nyatanya, Marvel lebih tertarik dengan Veronica—sahabatnya.
"Aaaaakkk!" teriak Alicia yang menjambak rambutnya sendiri sembari menangis. "Akan aku balas kamu, Marvel!"
Beberapa menit kemudian, Alicia bergegas keluar dari kamar mandi dan mengendap-endap agar sang empuk tidak terbangun dari tidurnya karena dia berniat ingin melarikan diri dan melupakan semua kejadian yang dia alami kemarin.
Akan tetapi, pria itu justru terbangun dan melihat Alicia yang hanya memakai bath robes. Dia pun gemetar ketakutan dan jantungnya berdetak lebih cepat saat pria berwajah tampan tersebut menghampiri dirinya.
Sontak saja Alicia dengan refleks menutup bagian dadanya dengan kedua tangannya, bersiap berjaga-jaga memasang kewaspadaannya terhadap laki-laki asing, dia pun mengalihkan pandangan saat Grey membungkukkan sedikit kepala agar melihat wajahnya.
"Kau sudah bangun?" tanya Grey, dia mengendus aroma tubuh Alicia dalam-dalam. "Kenapa tidak bangunkan aku? Jadi kita bisa mandi bersama!"
Grey mengusap pipi Alicia dengan lembut, lantas kembali menghirup aroma tubuh itu dalam-dalam mungkin sudah menjadi candunya. Aroma pada tubuh Alicia selalu berhasil membuat hasratnya kembali memuncak saat beriringan dengan ingatan tentang kejadian semalam.
"Aku menginginkannya kembali, Alice!" Grey mencoba untuk mencium wanita yang masih dia kira adalah Alice. Akan tetapi, wanita itu terus menghindarinya membuat dirinya marah.
Grey yang semakin bergairah ketika Alicia memberontak langsung memeluk wanita itu dengan erat, hingga wanita itu tidak bisa berkutik. Dia pun menggendongnya sampai ke tempat tidur meski punggung yang terluka akibat cakaran semalam true dipukuli dengan kencang.
"Lepasin, dasar baji ngan!" maki Alicia yang terus memberontak di atas bahu Grey, lalu dia merasakan sakit saat tubuhnya di banting begitu saja di atas tempat tidur. "Aaakhh!"
"Ck, menarik! Aku suka dengan wanita sepertimu yang pura-pura menolak tetapi kau begitu mendessah saat kugagahi!" ujar Grey yang tersenyum smirk.
"Jangan, aku mohon! Ampuni aku, Tuan! Biarkan aku pergi!" pinta Alicia yang mundur secara perlahan ketika Grey merangkak di atas kakinya.
"Biarkan kamu pergi?" Grey terkekeh lalu berkata, "Jelas, Honey ... aku akan mengizinkan kamu pergi setelah aku puas denganmu! Karena itu, puaskanlah aku!"
Grey menarik kaki jenjang putih tersebut hingga membuat wanita itu terjerembab terjatuh merebahkan tubuhnya, dia pun merangkak naik hingga berada tepat di atas Alicia.
"Kau tahu, Alice? Kau harus membayar penderitaanku selama ini yang sudah dihancurkan oleh tunanganmu!" Grey menggenggam kedua pipi Alicia dengan satu tangannya.
"Aku tidak mengerti maksudmu, Tuan! Aku dan dia sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi!" ucap Alicia dengan jujur saat dia menangkap ucapan Grey yang dimaksud adalah Marvel.
"Ck! Kau sungguh wanita licik yang pintar bersandiwara Alice!" ucap Grey.
"Tuan, saya buk—”
Bibir Alicia langsung terbungkam oleh ciuman Grey, begitu memaksa dan penuh penekanan pada setiap hisapan dan lummatan. Kedua tangannya dicekram erat di atas kepala oleh Grey, dia berusaha memberontak tetapi justru membuat pria itu semakin terbakar oleh birahinya.
Bath robes yang dipakai oleh Alicia dibuka kasar oleh Grey, hingga terpampang jelas tanda merah memenuhi bagian dada wanita itu. Tanpa menunggu lama lagi Grey kembali melayangkan aksinya dengan memasukkan aset paling berharganya ke dalam sangkar milik Alicia.
"Aarrggh!" Grey terpejam ketika merasakan kembali nikmat yang semalam dia rasakan, begitu nikmat tanpa bisa dikata-kata. Dia mencoba menggerak secara perlahan seraya mengecup bibir manis itu yang mengeluarkan suara isakan tangis.
"Berhentilah menangis, Sayang! Nikmatilah, coba kau rasakan apa yang aku rasakan, aaah ... nikmat bukan?" Grey berusaha memberikan gerakan senyaman mungkin agar wanita itu juga merasakan nikmat yang luar biasa yang dia ciptakan.
"Breng sek! Aku benci sama—”
Lagi-lagi bibir Alicia dibongkam ciuman Grey, dia terus memberontak sampai akhirnya tenaga yang dia miliki begitu lemah dan membiarkan pria asing itu bermain sesuka hatinya.
"Apakah dia tidak pernah menyentuhmu? Apa dia seorang laki-laki? Hhmmp?" tanya Grey saat dia masih terus memberikan gerakan dengan ritme sedang.
Alicia tidak menjawab sama sekali, dia memilih untuk diam dan mematung. Membiarkan tubuhnya dikuasai oleh lelaki yang tidak dia ketahui asal usulnya.
Grey yang masih asyik dengan permainannya dan baru melakukan dua gaya baru, kini dia merasakan tiba di penghujungnya. Lagi-lagi dia melihat jam pada ponsel yang berada di atas nakas. Dirinya merasakan kesal ketika permainan baru di mulai sejak 22 menit lalu.
"Aakkh, gila! Aku mau keluar Alice! Come on, sebut namaku, Grey!" perintah Grey, tapi wanita itu hanya membungkam mulutnya sendiri ketika sudah dia lepas sedari tadi. Dia yang hampir mencapai pada titik puncaknya hanya bisa berteriak, "Alice! Aaaarggh ... Fvckk yyou!"
Grey menekan dalam-dalam saat semuanya keluar begitu saja di dalam rahim Alicia, dia segera bangun dari tubuh wanita itu usai merasakan pelepasan yang singkat. Tangannya terulur untuk melempar black card di atas tubuh Alicia yang masih mematung.
"Ini untukmu! Dengar Alice, mulai sekarang kau menjadi wanitaku!" Grey menjambak rambut Alicia hingga wanita itu menatap dengan sinis ke arah dia, tetapi Grey justru mengecup bibirnya ketika mendapatkan sorot mata yang berani dari Alicia.
"Hallo! Kirim kan baju sekarang dan sarapan, sekarang!" perintah Grey saat dia menjauh dari Alicia dan menelpon seseorang dari seberang telepon, lantas pergi ke arah kamar mandi usai memutuskan sambungan telepon.
Alicia mengambil black card yang ada di atas tubuhnya lalu melihat nama tertera yang ada di kartu tersebut. "Wiliam Grey?"
To be continued...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!