Pada tahun 1430, setelah terjadi peperangan memperebutkan kerajaan Ochtosk di Jepang, para penduduk Asahigawa menyebutnya pedang sang jenderal, dia di kenal sebagai jenderal perang yang menaklukkan berbagai kerajaan, konon ia memiliki pengetahuan yang luas, baik dalam perang, politik dan kedokteran. Selama 20 tahun sang jenderal tak henti-hentinya berperang memperluas wilayah di berbagai kerajaan -kerajaan. Tahun 1450, jenderal memperluas ekspansi diluar dari negaranya yaitu di Hanyang. Negeri seribu bunga.
Pergolakan peperangan tidak dapat dielakkan, banyak nyawa melayang pada saat itu, tapi sang jenderal tak berhenti mengasah pedangnya dengan darah. Jenderal memiliki ribuan prajurit yang setia padanya dan mereka terkenal dengan sebutan Akai. Perang terus berlanjut siang dan malam. Ketika separuh kerajaan Hanyang telah direbut sang jendral, tibalah pasukan Ochtosk di desa Gem.
"Jendral, kita telah tiba di desa Gem, apakah anda ingin beristirahat?" kata salah satu pasukan Akai. Dia menerawang melihat pemandangan desa yang sudah hancur lebur, api yang membakar menghanguskan rumah-rumah penduduk.
"Desa yang indah." katanya sambil memandang langit sebentar, senyum kejam mengembang di wajahnya.
"sayang, penduduknya tidak ramah." Sambil memandang di sekitar jalanan yang di lewatinya.
"Tak perlu berhenti, lanjutkan perjalanan."
"Baik jenderal."
Desa Gem berada di dekat provinsi Hanyang, desa ini sangat indah beraneka ragam bunga yang bermekaran. Gem berarti suara angin yang menerpa bunga-bunga menimbulkan suara nyanyian, tapi semua itu hilang seketika digantikan dengan derap kaki kuda menginjak tanah dan kerikil. Bau kayu yang terbakar dan darah memenuhi desa itu, ratusan jejak kuda terlihat memenuhi desa itu, ekspansi besar-besaran membuat rakyatnya di desa Gem menderita. Banyak nyawa melayang. Tanpa belas kasihan mereka di hilangkan dari desa mereka sendiri.
Tiba-tiba ada seorang lelaki paruh baya berlari di hadapan pasukan Ochtosk, lalu menghunuskan pedangnya dan menyerang membabi buta, ia berteriak-teriak agar mereka mengembalikan keluarganya, Salah satu dari prajurit Akai turun dari kudanya dengan sekali tebasan lelaki itupun tewas.
Tatapan jenderal yang dingin dibalik topeng hitamnya memandang orang itu yang sudah tak bernyawa.
"Hatachi." Jenderal menyebut salah satu dari lima Akai yang sangat setia padanya.
"Ya Jenderal."
"Carilah sebuah sungai, nama sungai itu disebut kyusu."
"Baik jenderal."
Tiba-tiba sang jenderal turun dari kudanya, lalu memandang pada kelima Akai.
"Lanjutkan perjalanan."
Diapun pergi meninggalkan pasukannya mencari sesuatu, yang sudah lama dinantinya.
"Berangkat," teriak Rui Akai. Rui memandang Otaru Akai penuh arti.
"Ada apa denganmu otaru?"
Otaru memandangi mayat-mayat di sekitar desa.
"Tidak, tidak apa-apa, kemana jenderal pergi?" tanyanya.
"Aku juga tak tahu kemana tujuan jenderal," Ia mengangkat tangannya lalu teriak.
"Lanjutkan perjalanan!"
Merekapun berangkat, tak terlihat satupun penduduk desa, hanya bendera kerajaan Ochtosk dan seribu pasukannya.
"Otaru, ingat janji kita pada jenderal, tak ada belas kasihan." Dia berbalik memandang Rui.
"Aku tahu itu Rui." Dalam diam mereka melanjutkan perjalanan.
Nyanyian pilu mewakili hati yang sedang berkabung, derap kaki kuda membuat penduduk bersembunyi dengan gemetar mencari perlindungan, seorang anak lelaki sedang meminta kepada orang tuanya, menceritakan kisah menyedihkan itu, kisah itu adalah legenda di masa lalu bahkan menjadi pelajaran bagi mereka yang tidak berbakti, apakah yang sedang dicari oleh sang jendral? hal itu merupakan misteri bagi siapapun yang tidak mengetahui kisahnya...
Sementara itu disalah satu rumah dekat sebuah sungai, tinggallah keluarga bernama Lee min Kyung. Keluarga itu tinggal tidak jauh dari sungai Kyusu.
"Ayah bolehkah aku bermain di tepi sungai?" sambil memandang ayahnya dengan ragu.
"Kakak Kang mau mengajariku membuat layang-layang."
Dengan memandang ayahnya sembunyi-sembunyi sambil tertunduk. Keluarga itu memiliki seorang anak lelaki berusia 7 tahun.
"Gem. Apakah kau lupa kisah seorang raja yang pergi ke sungai kyusu? Tidakkah kau mendengar kisahnya?" ucap sang Ayah yang masih mengerjakan sepatu-sepatu jeraminya .
Dengan cemberut anak itu memandangi sepatunya, lalu menarik napas dan gem pun bercerita.
"Mm, kisah seorang raja yang durhaka kepada rakyatnya, lalu suatu hari sang raja haus, lalu raja itupun meminum air dari sungai Kyusu, karena air itu keramat, maka sang raja yang kejam itupun berubah menjadi buih dan hanyut bersama deras air sungai Kyusu."
Ayah Gem menatap putranya yang masih cemberut.
"jadi, Lee gem Ling apakah kau akan tetap kesana?"
Sambil menatap ayahnya ragu, Gem memainkan jerami di tangannya dan berkata.
"Aku akan berkata kepada kakak Kang agar mengajariku di halaman saja," ucapnya dengan wajah kecewa.
"Bagus anak pintar, dengarkan selalu ayahmu," sambung sang ibu. Gem Ling berjalan menyusuri hutan untuk menemui kakak Kangnya.
"Huh, itu semua kan hanya dongeng saja, kenapa mereka percaya saja, ayah dan ibu juga." Gem lalu menatap langit.
"Sepertinya hujan akan turun. Aku harus bergegas." Maka Gem pun berlari dengan kencang, tiba-tiba dia jatuh terpental ke tanah.
"Aduh sakit."
Gem bangkit dan membersihkan bajunya yang kotor, tanpa memandang orang yang di tabraknya, Gem mulai memandang kaki yang terbuat dari besi perak, lalu mulai memandang pelan-pelan sosok yang berdiri di hadapannya.
Gem Ling ternganga, perlahan-lahan ia mundur, wajah asing di depannya tertutup topeng terbuat dari besi perak, matanya terpaku menatap sosok itu.
Terdengar suara teriakan di kejauhan.
"GEM LING LARI, LARI KATAKU." Gem masih terkesima sekaligus rasa ngeri memandang sosok yang berdiri di hadapannya, sehingga kakinya belum beranjak juga.
"Kakak Kang?" kata Gem berbisik, kemudian dia mulai mundur perlahan, Gem kemudian berlari sekencang-kencangnya.
Gem Ling mendapati sosok Kang yang menunggunya dibalik pohon, kemudian mereka berdua berlari bersama sekencang-kencangnya.
"Jangan berbalik," teriaknya. Keringat memenuhi Gem Ling dan kakaknya, mereka terus berlari hingga sosok itu tak terlihat lagi,
akhirnya mereka berdua berhenti berlari.
"Kita sembunyi dulu di sini Gem, kalau orang itu menemukan kita, maka berakhirlah sudah hidup kita berdua." Geem pun menghapus keringatnya dan menahan napasnya yang tersengal-sengal.
"Siapa orang berbaju besi tadi kakak Kang? Dia tampak mengerikan."
Kang berbalik dan melihat sekeliling hutan sebentar, mereka sembunyi di balik pohon besar dalam hutan, dengan menghela napasnya kakak Kang berkata dengan sedih.
"Gem, sudahkah kau melihat keadaan desa?"
Gem menatapnya lalu menggelengkan kepalanya.
"Desa kita sudah hancur lebur Gem, banyak penduduk desa yang meninggal, dan yang melakukan semua itu adalah orang yang kau tabrak tadi, orang itu kejam mereka berasal dari kerajaan Ochtosk. Mereka membunuh, membantai dengan kejam untuk merebut kerajaan Hanyang."
Gem menelan ludahnya, melotot memandang kakak Kang, dan yang kau tabrak tadi mungkin saja sang jenderal." Gem merasa seluruh tubuhnya menggigil dan tidak percaya akan apa yang didengarnya.
Kini dia sampai di tepi sungai Kyushu , sejak tadi dia memandang sungai itu, kemudian mundur sedikit dari tempat pijakannya.
"Inikah sungai yang dimaksud?" bisiknya.
"Hm kelihatannya biasa saja. Raja yang kejam katanya telah menjadi buih setelah meminum air sungai ini, mungkinkah?"
Matahari tenggelam memancarkan sinar menembus pepohonan, bukit-bukit di dalam hutan terpancar indah, suara binatang malam kini telah berbunyi, tapi tepat di dalam hutan dua sosok tak kelihatan masih bersembunyi .
“Kakak Kang, apakah sudah aman jika kita keluar? Ayah dan ibuku pasti khawatir, mungkin sekarang mereka sedang mencariku."
Kang yang waspada melihat disekelilingnya , hanya terdengar suara hewan dan desiran angin menembus pepohonan.
"Ikuti aku Gem."
Mereka berdua menyusuri hutan dalam gelap dan akhirnya sampailah keduanya di rumah mereka, benar saja perkataan Gem, ayahnya sedang berteriak-teriak di dekat hutan mencarinya.
Akhirnya mereka bertemu, dengan wajah yang marah Lee ming kyung memegang kayu panjang dengan mata yang melotot memandang anaknya dan Kang, dengan gugup Kang berusaha menjelaskan.
"Paman Lee, jangan marah dulu, dengarkan kami."
"Apa penjelasanmu Kang? Kau tahu siapa yang datang di desa Geem? Tak tahukah kamu bahayanya jika Gem berkeliaran di malam hari?" Suara ayah Lee keras kepada mereka.
"Baiklah paman, kau boleh memukul Gem, tapi dengarkan dulu ceritaku." Gem berbalik menatap Kang.
"Kenapa aku yang dipukul?" tanya Gem pada keduanya.
Kang lalu menjelaskan kepada ayah Gem apa yang mereka alami.
"Kami bersembunyi di dalam hutan, tadi Gem tanpa sengaja menabrak seseorang yang berasal dari kerajaan Ochtosk." jelas Kang dengan suara gemetar.
Ayah Gem tiba-tiba terpaku, lalu berteriak-teriak memanggil isterinya.
"K-KITA HARUS PERGI ...."
"Ada apa?" tanya nyonya Lee kebingungan.
"Kita harus pergi, tak usah membawa barang-barang, kita harus segera pergi dari sini, cepat!" Ayah Gem menarik tangan anak dan isterinya.
"Kita harus bersembunyi, sebelum...."
Lee Ming kyung terdiam, mereka semua berbalik menatap sosok yang berdiri di belakang mereka. Saat berbalik mereka sangat terkejut, membeku dihalaman rumahnya sendiri.
Suara binatang malam mulai terdengar, desiran angin membuat pohon-pohon di sekitar hutan berbunyi membuat suasana yang seharusnya nyaman dan aman berubah mencekam.
Suara langkah kaki yang terbuat dari besi itu berderak di atas tanah, beberapa ranting yang patah diinjaknya berbunyi dengan keras. Sosok hitam berpakaian besi berdiri tepat dihadapan mereka. Bau amis darah dari tubuhnya menguar jelas darinya oleh hembusan angin.
Bunyi pedang yang dipegang oleh sang jendral membuat mereka tersadar dari kebekuannya. Ayah Gem terpaku, tapi tiba-tiba dia berlari dan berlutut di hadapannya.
"Kumohon. Kumohon jangan bunuh kami!" Ayah Gem mengangkat tangannya, memohon kepadanya. Sosok itu masih terdiam memandang Lee Ming kyung yang terus memohon-mohon dihadapannya.
"Atau ... atau bunuh saja aku. Biarkan istri dan anakku pergi."
Gem menatap ayahnya, mereka semua gemeta ketakutan, air mata bercucuran di wajah mereka. Melihat ayah dan ibunya berlutut memohon padanya.
Sang jenderal menatap mereka, dia maju selangkah, gerakan sang jenderal membuat Gem maju dihadapan ayah dan ibunya, memohon.
"Jangan bunuh kami, jangan bunuh orang tuaku, kumohon." Gem berteriak sambil menangis dihadapannya.
Tiba-tiba terdengar suara dari balik topeng itu.
"Betulkah? Betulkah legenda itu?" Suara dari sang jenderal membuat mereka semua terkejut.
"Ceritakan kembali legenda itu," pinta sang jenderal dari balik topengnya.
"Legenda?" Bisik ayah Gem dengan suara bergetar.
"Apakah yang anda maksud legenda sungai Kyusu?" sambil menatap takut-takut ke arah sang jenderal.
"Ceritakan kembali kepadaku." Titah sang jenderal.
Sambil tetap berlutut Lee Ming kyung mencoba mengingat kembali kisah sungai Kyusu, dia pun mulai bercerita, suaranya tercekat dan gemetar.
"Konon legenda itu terjadi ribuan tahun yang lalu, tetapi ada juga yang bilang ratusan tahun yang lalu...tetapi kabar lain mengatakan kisah itu terjadi juga puluhan tahun yang lalu. Kisah seorang raja yang kejam yang menjadi buih ketika meminum air dari sungai Kyusu."
Sang jenderal mulai tidak percaya, dia maju selangkah dan menghadapkan pedangnya ke leher Lee Ming kyung. Keempatnya terpekik kaget.
"Tolong ... tolong jangan bunuh kami," ucapnya dengan suara bergetar.
"Buktikan!" kata sang jenderal.
"Buktikan jika legenda yang kau katakan betul-betul ada."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!