NovelToon NovelToon

Sistem Kurir Mendadak Kaya

Perkenalan Tokoh SKMK

Visual para tokoh.

Boy Kutzhel, 28 tahun. Mantan karyawan sebuah bank swasta di bagian arsip. Sifatnya pendiam tak banyak bicara. Selalu disiplin dan semangat dalam bekerja. Dengan wajah yang lumayan tampan, Boy berhasil menikahi Lilian. SPG Supermarket yang bersebelahan dengan bank tempatnya bekerja.

Setelah di PHK, karena bank tempatnya bekerja mengalami kebangkrutan. Boy, bertemu dengan David dan ikut melamar menjadi salah satu kurir berbasis aplikasi jasa salah satu OJol yang terkenal di kotanya.

Penasaran, gimana cara Boy menemukan Sistem yang akan mengubah takdirnya dari pecundang menjadi pria keren yang kaya dan selalu di kejar para wanita.

Akankah Boy bisa move on dari Lilian dan menemukan cinta sejatinya?

Scroll terus guys!

Ini para visual yang akan mewarnai kisah Boy.

Lilian Judies, 26 tahun. Tak pernah puas dengan penghasilan Boy, kemudian berselingkuh dengan Jack, manager di supermarket tempatnya bekerja. Bahkan Lilian, diam-diam menggadaikan rumah peninggalan orang tua, suaminya. Setelah Boy di PHK dan menjadi kurir OJol pendapatannya tak mampu mengimbangi jiwa sosialita Lilian.

Jack Potter, 31 tahun. Memiliki dendam terpendam pada Boy sejak mereka satu kampus dulu. Kekasihnya meninggalkan Jack demi mengejar Boy. Kini ia berniat merebut istri Boy agar rumah tangga keduanya hancur.

David Zerenk, 27 tahun. Anak broken home. Kawan Boy, sesama driver OJol. Sifatnya slengean tapi baik. Memberi tumpangan pada Boy sejak rumahnya di sita oleh rentenir.

Susan Kymberley, 25 tahun. Artis Pop Korea yang menjadi brand ambassador dari salah satu perusahaan aplikasi jasa ojek online.

Salah satu artis yang di idolakan oleh Boy.

Oke Guys, ini ada beberapa hareem yang bakal ngejar-ngejar Boy setelah dia semakin tampan dan keren.

Lulu Tebing, 27 tahun. Owner Rumah Skincare Dijamin Kinclong.

Najwa Kheebab, 26 tahun. Jurnalis sekaligus reporter. Salah satu stasiun televisi swasta.

Paula Fanhoutten, 29 tahun. Owner, penginapan Mampir Boss.

Oke Guys, sekian sedikit cuplikan dan gambaran karakter dari pemain novel ini.

Ikuti kisah Boy yang bakal mengulik sisi unik dan berbeda dari Sistem yang akan mengubah kurir biasa-biasa ini, menjadi super super kaya.

TEEETT ... TEEETT ... TEEETT!

Bang ada orderan masuk tuh!

Cekidot guys!

Salam satu aspal!

SKMK. Bab 1. Aplikasi Misterius.

BRAKK!

"Woy! Apa-apaan nih! Seorang pria yang mengenakan jaket dengan logo khas ojek online, tiba-tiba di berhentikan paksa oleh seorang pengendara motor yang sepertinya memang membuntuti sejak tadi. Untung saja, paket orderannya sudah di turunkan di perumahan yang tak jauh dari tempatnya berhenti sekarang.

"Turun Lo! Serahin kunci motor Lo!" Pria yang mengenakan masker dengan gambar tengkorak untuk menutupi wajahnya itu, turun dari boncengan kawannya. Seketika ia menodongkan senjata tajam, yang mana langsung membuat nyali Boy Kutzhel, pria berusia 28 tahun itu menciut. Tapi, untuk menyerahkan harta satu-satunya itu juga Boy tidak rela. Apalagi, baru beberapa jam yang lalu ia kehilangan rumah peninggalan orang tuanya.

Tanpa sepengetahuan dirinya, Lilian Judies sang istri telah menggadaikan rumah peninggalan orang tuanya itu dua bulan yang lalu. Pantas saja istrinya bisa jalan-jalan ke Thailand dan Singapura. Lalu pulang dengan membawa barang-barang branded dan juga terlihat lebih glowing. Bodohnya, Boy percaya saja saat Lilian mengatakan jika semua adalah atas biaya dari sahabatnya.

" Enak aja lo, maen minta kunci motor gua! Jangan lu pikir gua berani, eh takut! Buang tu senjata Lo! Hadapin gua dengan tangan kosong!" tantang Boy, yang sebenarnya adalah sebuah rencana untuk meminimalisir bahaya.

Sementara dirinya tidaklah memiliki ilmu bela diri, kecuali hanya dasarnya saja. Penjahat di depannya memasang seringai dari balik masker mereka, lalu saling memberi kode dengan lirikan mata. Dan ...

BUGH ! BUGH!

DAGH!

"Arrggh!" erangan keluar dari bibir Boy yang telah mengucurkan darah, begitupun dari hidungnya. Ketika tinju besar dan keras dari para penjahat itu mengenai perutnya.

"Jangan ambil motor gua!" Boy yang sudah tersungkur mencoba menghentikan penjahat yang ingin melarikan motornya. Ia memaksa diri untuk bangun, namun ...

SREET! SREET!

"Akh!" Beberapa sabetan dari benda tajam tersebut berhasil mengenai bahu dan juga lengannya. Darah mengucur di beberapa bagian tubuh Boy.

"Mati aja lu sekalian!" Tangan penjahat itu terangkat dengan mata pisau yang terhunus.

JEGGEERR!

Tiba-tiba kilat menyambar di dekat mereka.

"Udahlah, kita tinggal aja dia. Pingsan juga. Ngeri kesamber petir gua." Penjahat satunya lagi turun dari motor seketika untuk menarik kawannya itu. Ia sejak tadi yang bertugas sebagai driver dan mengawasi keadaan sekitar.

"Oke lah, cabut! Palingan juga benar lagi mati dia. Hahaha!" Setelah menertawakan korbannya, penjahat tersebut membawa motor Boy melaju dengan cepat. Meninggalkan tempat kejadian perkara.

"Woii! Gua lupa ambil hape-nya!" teriaknya dari atas motor sambil memperlambat laju kendaraannya.

"Elaah, biarin aja! Banyak geledek!" larang kawannya. Keduanya pun melaju kencang.

Begitulah, para penjahat atau yang biasa disebut begal motor itu pergi meninggalkan Boy terkapar lemah dengan tubuh penuh luka di pinggir jalan yang sepi.

Beberapa jam kemudian, Boy pun terbangun.

"Eugh ... " Ia terlihat menggeliatkan. Boy, merasakan sakit hampir di seluruh tubuhnya . Bahkan, terlihat darah yang sudah mengering di bawah hidung, sudut bibir dan juga pelipisnya.

Perutnya juga ngilu bukan main. Untuk sekedar duduk saja ia terlihat meringis. Jangan lupakan luka sabetan di lengan dan juga bahunya. Jaket berlogo YoJek tempat ia mencari rejeki selama setahun ini, telah di buat compang-camping campur darah oleh para begal tadi.

"Sial banget sih, gua." Boy, beringsut kemudian bersandar pada batang pohon besar. Lalu kepalanya mendongak menatap langit yang gelap. Ia mengingat kejadian yang bertubi-tubi menghajar kesabarannya.

"Kenapa gua gak dimatiin aja sekalian. Percuma juga gua idup. Udah gak punya apa-apa. Udah gak ada siapa-siapa juga yang bakal nangis kalo gua mati." Gumamnya, dengan nada putus asa yang begitu ketara dari cara bicara dan juga sorot matanya yang tanpa gairah. Boy menggelontorkan kakinya, lalu kedua matanya terpejam. Tiba-tiba ...

"TEEETTT! TEEETT! TEEETT!

Nada dering dari aplikasi ojek online tempatnya bekerja begitu nyaring terdengar. Boy pun mengeluarkan ponselnya, yang untung saja tidak diambil oleh begal tadi.

"Apaan nih! Kok bukan dari aplikasi YoJek?"

Boy membaca pesan dari aplikasi yang baru pertama kali ia lihat di ponselnya. Bahkan, fiturnya terlihat berbeda dan lebih canggih dari aplikasi OJol miliknya.

[ SISTEM KURIR AKTIF! Misi Anda adalah mengantarkan paket ini dalam waktu tiga puluh menit, jarak tempuh 5 kilometer. Ambil, maka saldo 5 juta akan masuk ke dalam akun anda! ]

"Li–lima juta!" Boy menganga melihat harga orderan dari paket yang di sebut misi tersebut.

Boy, sebenarnya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, ia butuh uang. Akan tetapi dirinya bingung karena tidak ada kendaraan. Motor satu-satunya sudah raib di begal.

TLINIING!

Boy kembali dikagetkan dengan kekuatan yang tiba-tiba mengalirkan sensasi hangat di sekujur badannya.

[ Luka anda sembuh dan kekuatan anda pulih 100%. ]

Sebuah notif pesan masuk lagi ke ponsel android milik Boy.

"Hah! Apa iya!" Boy yang kaget pun reflek memeriksa sekujur luka di tubuhnya.

Benar saja, seluruh luka di tubuhnya menghilang tanpa bekas. Satu hal lagi yang membuatnya heran adalah jaket dari perusahaan tempatnya bekerja tetaplah sobek di sana-sini. Akan tetapi semua luka di lengannya sirna tak tersisa segores pun. Bahkan Boy tidak pernah merasa tubuhnya sebugar ini. Boy merasa seakan terlahir kembali.

"Wihh, gua beneran udah sehat ini!" Saking senengnya Boy pun melompat-lompat di tempatnya berdiri. Ia merasa tubuhnya seringan kapas.

"Eh, gimana cara gua ngambil dan nganter barangnya nih! Kendaraan aja gak ada." Boy yang bingung kembali mengutak-atik aplikasi tersebut.

[ Waktu anda tinggal 25 menit lagi. Ingat! Customer adalah Raja. Kurir hanyalah pesuruh. ]

"Aduh, gua udah buang waktu sepuluh menit. Ini masalahnya alamatnya lumayan jauh. Masa sih gua jalan kaki. Kapan sampe nya?" tanya Boy bingung seorang diri.

Boy, pun berjalan kaki menyusuri jalan sambil berpikir. Bagaimana cara agar ia cepat sampai. Mungkinkah ia harus berlari. Maka, Boy pun berlari dengan menyusuri jalan pintas. Baru setengah jalan, napasnya sudah ngos-ngosan.

"Masih lima belas menit lagi, sial! Mana apoteknya masih jauh." Boy kembali berlari sambil mencari cara. Hingga pada akhirnya ia menemukan salah satu rekannya lewat.

"Woy! Peak! Ngapain lu lari-larian tengah malem buta? Mana motor lu?" David Zerenk, usia 27 tahun. Dia adalah kawan satu aspal Boy. David terkekeh di atas motornya karena melihat kawannya itu masih memakai atribut lengkap dengan helm tapi tanpa kendaraan.

"Anterin gua, ke apotik Merapi! Gak usah banyak tanya, cepet!" Boy yang sudah berada di boncengan belakang memerintahkan kawannya itu untuk melaju.

Setelah mengambil obat, Boy kembali memerintahkan kawannya itu mengantar ke lokasi penerima." Gila, njirr! ini kan rumahnya deket kuburan cina!"

" Bodo amat! Cepetan!" Mereka pun melaju. Ketika sampai di depan rumah tua yang terkesan angker itu. Seketika bulu kuduk keduanya merinding.

"Demi bayaran lima juta. Elu harus bisa, Boy!" gumamnya meyakinkan hati.

Boy menatap rumah yang minim penerangan itu. Bahkan pintu yang terbuat dari kayu sudah terlihat sangat usang. Ketika tangannya terulur hendak mengetuk, pintu tersebut sudah terbuka dengan sendirinya.

KRIEET ...

"Ada apa ya, Nak?" tegur seorang pria tua bertubuh kurus dengan lengan nya yang panjang terjulur ke depan. Sontak, Boy reflek memundurkan langkahnya.

"A–apa benar, Kakek yang memesan obat ini. Dengan nama akunnya ... Fengki Buloong?" tanya Boy memberanikan diri. Bahkan, ia sengaja menengok aplikasi lagi takut-takut salah titik.

"Iya ... nama kakek memang Fengki. Jadi, Anak ini, membawa obat?" Sang Kakek tua itu mengakui dengan mata berbinar. Setidaknya Boy bisa bernapas lega jika dirinya tidak salah alamat.

"Iya, i–ini pesanannya," jawab Boy terbata. Ia pun segera menyerahkan plastik berisi beberapa botol obat. Dengan cepat dan sigap, tangan tua si

Kakek meraihnya.

"Neeekkk! Cucu mu dapat obat!" teriak sang Kakek. Lalu, ia berjalan tergopoh-gopoh masuk semakin dalam ke rumahnya yang mana pencahayaannya remang-remang.

Tanpa ba bi bu lagi, Boy langsung berlari keluar. Menghampiri motor kawannya yang ternyata tidak ada di tempat.

"Monyong tu anak! Sial, gua malah ditinggal!" Maki Boy, seraya membuka ponselnya dan mengklik tanda selesai pada aplikasi misterius tersebut.

TLINIING!

[ Anda telah berhasil menyelesaikan misi, mengurai kecemasan sepasang kakek dan nenek terhadap cucunya yang sakit. Maka bayaran senilai 5 juta rupiah, telah di transfer ke akun Anda! ]

Setelah mendapat notif, buru-buru Boy memeriksa aplikasi mobile banking. Seketika kedua matanya mendelik tak percaya.

"Gilak! Ini gaji gua sebulan waktu masih jadi staf di bank."

Bersambung

SKMK Bab 2. Paket Yang Mengungkap Penghianatan.

"Ternyata aplikasi yang menamakan dirinya sistem kurir itu tidak bohong. Saldo dalam ATM ku benar-benar bertambah. Perut, udah diisi. Sekarang, gua harus cari tempat untuk istirahat. Tapi dimana?" Boy bergumam sendirian sambil menyeruput minuman jahe. Kini ia sedang berada di warung kopi yang memang buka 24 jam.

Setelah menikmati mie rebus dengan dua telur, Boy mulai merasa mengantuk. Sengaja ia mengambil uang sekedarnya di ATM tadi. Hanya cukup untuk makan dan membeli rokok sebungkus. Boy akan memikirkan tempat tinggalnya besok saja. Ingin menghubungi David tapi kuotanya habis. Sementara, sudah tidak ada counter yang buka tengah malam buta seperti ini.

Tanpa di sangka ponselnya berbunyi.

"Heh, kampret!" maki Boy ketika ia mendengar kekehan dari sang penelepon.

"Gua ada di warung kopi. Cepetan!" titah Boy pada David.

Tak lama kemudian sahabatnya itu sampai. Sangat menyebalkan, karena David kembali memasang senyum senang. Di saat, Boy bingung setengah mati tadi.

" Sorry, Bro! Lu jangan ngambek gitu dong! Yang penting kan gua udah balik lagi jemput elu!" bujuk David yang mana melihat wajah di tekuk Boy macam anak perawan yang di larang ketemuan sama pacarnya.

"Cemen banget lu jadi lakik. Rumah angker aja lu takut!" sindir Boy. Sementara, David hanya bisa membalasnya dengan cengengesan.

"Seenggaknya, gua cepet sadar Bro. Gua, buru-buru isi pulsa buat nelpon elu. Gua tau pasti lu lagi bingung," jelas David berharap kawannya ini tidak marah lagi.

"Punya duit lu buat beli pulsa?" tanya Boy meremehkan. Biasanya, untuk mencari orderan saja kawannya itu hotspot dengannya. Atau menumpang WiFi di kafetaria.

"Ngutang, pake YoPay. Nanti, lu ganti ya duitnya," jawab David dengan senyum tanpa dosa.

"Sial! Kenapa jadi gua yang ganti?" meskipun kesal tetap saja Boy menyodorkan rokoknya, agar kawannya itu ikut merilekskan diri seperti dirinya.

"Beh, bikinin ni bocah curut kopi liong satu. Jangan di aduk!" pesan Boy pada penjual kopi yang sudah berumur. Sebab itu ia dan pelanggan lainnya memanggil dengan sebutan babeh.

"Buset. se-cinta itu elu ama gua. Sampe di pesenin sebelum gua minta!" ujar David dengan raut wajah sangat senang. " Sekalian mie gorengnya yak!" pinta David dengan senyum lebar yang nampak sangat menyebalkan bagi Boy.

"Anjirr! Di kasi ati malah minta jantung lu!" Boy melempar tatapan tajamnya ke arah David. Walaupun begitu, David tetap saja terus tertawa. Ia tau kalau Boy selalu baik dan menuruti keinginannya. Selama setahun keduanya bersahabat, Boy lah satu-satunya kawan yang selalu membantunya dalam segi keuangan. Sebab, David anak broken home. Ia memilih hidup sendiri, dengan tidak mengikuti salah satu dari orang tuanya.

Sejak kedua orang tuanya menikah kembali dan memiliki keluarga masing-masing serta anak. David merasa tersisihkan dari keduanya. Untung saja, David mendapat warisan sepetak rumah kontrakan pemberian dari mendiang kakek.

"Bikinin sekalian, Beh. Mie gorengnya. Kalo ada, campuran racun tikus sekalian gapapa!" ujar Boy berkelakar yang ampuh untuk sekedar membuat senyum di wajah David berubah menjadi cebikan.

"Susah lu nyari temen lagi kayak gua nanti," ucapnya menanggapi candaan Boy yang cukup Badas barusan.

"Ceileh baper!" Kini giliran Boy yang tertawa terpingkal-pingkal. Tatkala ia melihat wajah David menjadi seimut marmut lantaran tengah berpura-pura sedih. Hanya David lah yang mampu membaut Boy sejenak melupakan masalahnya. Lagi enak tertawa, pertanyaan David sontak mengembalikannya ke alam nyata. Dimana penuh kesusahan dan juga kesedihan.

"Kemana motor lu? Jelasin ke gua sekarang!" titah David sambil menyeruput kopinya. Tak lama kemudian mi goreng pesanannya datang. Bingung lah mana yang mau ia nikmati lebih dulu.

"Makan aja dulu, abis itu baru ngopi!" saran Boy. David pun menurut, ia menjauhkan gelas kopi nya dan menarik mangkuk berisi makan malamnya yang sangat telat itu. Tatapan matanya tetap fokus menanti jawaban dari Boy.

"Gua di begal, pas baru aja kelar nganterin orderan. Kebetulan emang jalanan sepi. Perumahannya juga gak punya sistem keamanan. Gak ada pos scurity juga, jadi yah ..." Boy menjelaskan seraya menyesap dalam batang rokok yang terselip diantara kedua bibir sensualnya. Hanya saja, tampilannya yang dekil membuat sisi ketampanan pria itu tertutup.

"Pppfftt!"

"WTF! Demi apa lu kena begal. Anying banget tu penjahat!" kesal David yang tanpa sengaja menyemburkan suapan keduanya lantaran kaget.

"Terus? Kenapa lu nyangsang di mari. Bukannya pulang?" cecar David lagi, ia mencurigai ada hal yang lebih besar dari kasus pembegalan yang menimpa sahabatnya ini.

"Rumah gua, tadi pagi di sita sama bank. Ternyata, sebelum Lilian ninggalin gua sama cowok tajir itu. Dia udah lebih dulu gadein rumah peninggalan bokap-nyokap gua, Renk." Boy menjawab dengan pandangan menerawang. Masih tak habis pikir kenapa gadis pilihan hatinya bisa sekejam itu.

"Pantesan, tumben banget lu masih ngambil orderan sampe malem. Lu tinggal bareng gua aja gak usah bingung." David menepuk bahu Boy demi memberi dukungan pada sahabatnya itu. Tiba-tiba ...

TEEETT!

TEEETT!

TEEETT!

Nada dering pertanda notif orderan masuk berbunyi dengan nyaring. Boy, dengan sigap mengambil ponsel yang ia letakkan di atas meja. Sebelum David si kepo yang lebih dulu menengok apa isinya.

[ Sistem Kurir kembali memberikan anda sebuah misi. Hantarkan sebuah paket ke alamat ini, dalam waktu tiga puluh menit. Lalu dapatkan motor impian! ]

"Gila!" kaget Boy kelepasan bicara. Ia pun menjauh demi menghindari tatapan penuh selidik dari David.

"Apa iya, ada orderan kayak gini. Cuma nganter sebuah paket dari apotik. Maka sebuah motor bakal jadi milikku. Apa ini sekedar tipuan atau hadiah undian ya maksudnya?" gumam Boy lagi pelan sambil menggaruk kepalanya yang mendadak gatal.

"Bodo lah ambil aja. Siapa tau, gua bisa ikut undiannya." Boy pun mengambil jaket compang camping miliknya yang tersampir di sandaran kursi.

"Sini kunci motor lu!" Boy handak meminjam motor milik David. Pesan aja apa yang lu mau, gua yang bayar!" ujar Boy sebelum ia melaju kencang.

Sementara itu di sebuah ruang tamu, sepasang pria dan wanita dewasa tengah di mabuk gelora napsu dan gejolak birahi setan. Pasalnya, sang wanita cantik yang bertubuh sintal itu masih berstatus istri orang. Bahkan, pria bertubuh tinggi gagah itu pun juga telah memiliki seorang istri.

"Akh, sayang. Nanti dulu dong. Katanya kan kamu gak mau pake pengaman," lirih Lilian yang kini berada di bawah Kungkungan Jack Potter. Sementara itu pria di atas tubuhnya semakin beringas, menyesap bagian atas Lilian. Sebelah tangannya juga sambil menjelajah bagian pribadinya yang sudah tanpa penutup.

"Aku gak mau, karena kurang nikmat Lili sayang. Sebaiknya, kau saja yang mengkonsumsi pil penunda kehamilan," saran dari Jack yang mana pandangan nya telah berkabut dan suaranya pun telah serak.

"Sebab itu, Jack sayang. Kebetulan pil kontrasepsi ku habis. Tapi, jangan khawatir. Aku telah memesannya lewat aplikasi!" Lilian melengking dan melenguh kala Jack berhasil mengobrak-abrik pabriknya hanya dengan lidahnya yang lihai.

"Apakah masih lama, aku sudah tidak tahan. Sementara, diri mu pun sudah siap," Jack menyambar bibir Lilian karena napsu-nya sudah di ubun-ubun saat ini.

Hingga keduanya tak mendengar ada yang mengetuk pintu.

"Permisi! Paket!" seru Boy meneriakkan kalimat yang biasa ia ucapkan setiap mengantar barang.

"Rumah bagus kayak gini kagak ada bel-nya apa yak?" Boy yang sudah lelah berteriak memanggil mengedarkan pandangannya mencari bel pintu. Namun, ternyata pintunya tidaklah di kunci.

"Lah, kagak di kunci? Ceroboh banget ni orang kaya. Untung gua bukan maling," gumam Boy. Ia pun berinisiatif memanggil sekali lagi sambil melongokkan kepalanya sedikit ke dalam. Saat itulah telinganya mendengar suara yang familiar.

"Jack, ah ...! Aku harus minum pil KB dulu. Aku gak mau hamil ...ahh!" teriak Lilian di sela-sela gempuran serangan dari Jack. Bahkan, pria itu telah mengeluarkan senjatanya.

Mendengar suara seksi yang ia kenal, Boy seketika terbakar emosi. Ia yakin jika itu adalah suara dari istrinya. Boy menengok pada benda kecil tipis yang berada di kantung yang ia genggam erat ini. Ia teringat kata-kata dari sang penjaga apotik bahwa yang memesan sudah lima tahun mengkonsumsi barang yang sama.

"Lilian!"

"Kau keterlaluan!" Boy melempar barang hingga mendarat tepat di bawah sofa. Dimana kedua manusia laknat itu mematung karena kaget bukan kepalang.

"Boy!" Buru-buru, Lilian merapihkan pakaiannya. Begitu juga Jack yang segera menaikkan kembali resleting celananya.

"Awssh. Sial!"

...Bersambung ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!