Pak Edo hanyalah seorang buruh tani di ladang Pak Damar sang pemilik lahan, selain bekerja sebagai buruh tani, Pak Edo juga kerja serabutan demi menambah pemasukan sehari hari, Pak Edo juga harus mengurus istrinya yaitu Bu Siti yang sudah lama sakit sakitan, yang sudah tidak mampu lagi untuk membantu Pak Edo bekerja.
Bu Siti ini dulunya juga bekerja di ladang Pak Damar, namun semenjak Bu Siti sakit Pak Edo melarang Bu Siti untuk bekerja, dan menyuruhnya untuk istirahat di rumah.
Pak Edo juga mempunyai anak gadis yang masih duduk di Kelas 2 SMA, namanya Erna.
Erna ini tidak pernak malu dengan keadaannya dan kedua orang tuanya, Erna juga membantu kedua orang tuanya dengan berjualan macam macam jajanan pasar yang ia ambil dari orang lain untuk membantu menjualkannya dan mendapat upah dari menjualkan jajanan tersebut.
Erna ini selalu menjadi bahan bulian di kelasnya, meski begitu Erna tidak pernah mengambil hati omongan teman temannya, ia justru masih mau membantu mereka.
Jam istirahat telah tiba, kini saatnya Erna berjualan di kantin, ia segera lari untuk mengambil dagangannya di loker, dan berharap hari ini dagangannya bisa laku keras.
" Erna ini berapa? " Tanya salah satu murid yang mau membeli dagangan Erna.
" Ini harganya dua ribuan semua. " Jawab Erna.
" Aku ambil 5 ya Er, ini uangnya. "
" Iya, terimakasih. "
Erna sangat senang meski dagangannya masih laku sedikit, ia tidak pernah putus asa, ia yakin bahwa dagangannya akan laris.
Setelah beberapa orang yang membeli dagangan Erna datanglah salah satu teman sekelas Erna beserta para komplotannya yang tiba tiba mengambil dagangan Erna tanpa membayarnya.
" Sinta, bayar dulu dong. " Teriak Erna.
" Apa? kamu suruh aku bayar? kalau aku tidak mau bagaimana? " Jawab Sinta yang terlihat sangat santai menikmati dagangan Erna.
" Tapi kan itu dagangan aku Sin, ini punya orang lain, kalau kamu memakannya tanpa membayarnya lalu siapa yang mau bayar? "
" Ya kamu lah masa aku hahaha. " Jawab Sinta dengan tawa mengejek.
" Tapi Sin aku tidak punya uang untuk membayarnya, tolong jangan lakukan hal ini padaku, uang ini aku gunakan untuk membayar SPP sekolah. " Ujar Erna yang masih sabar.
" Terus apa aku harus peduli? enggak tuh hahaha. " Suara tawa Sinta dan para temannya.
Erna pun pasrah, dan ia harus terpaksa mengganti uang dagangan yang dimakan oleh Sinta, para murid yang lain pun tidak begitu menghiraukan perlakuan Sinta kepada Erna, karena hal ini sudah biasa mereka lihat, dan karena Sinta ini adalah anak dari Kepala Sekolah mereka jadi tidak ada yang berani kepada Sinta.
Singkat cerita jam pulang sekolah telah tiba, Erna harus cepat cepat mengembalikan hasil sisa dagangan.
Setelah mengembalikan sisa dagangan Erna pun segera pulang ke rumah untuk mengurus ibunya, karena Pak Edo jam segini belum pulang bekerja, dan Bu Siti dirumah sendirian.
" Tokk tokk tokk. " Suara ketukan pintu Erna.
" Buk, aku pulang. "
Namun Bu Siti tak kunjung menjawab suara Erna, Erna pun langsung masuk ke dalam rumah, dan menemukan Ibunya yang pingsan di ruang tamu, Erna panik melihat ibunya.
" Ibuuuuukkkk. " Teriak Erna.
" Bukk, ibuk kenapa Buk? " Ujar Erna sambil memangku kepala Bu Siti.
Erna yang kebingungan melihat ibunya yang tak kunjung sadar, Erna pun lari keluar rumah untuk mencari pertolongan.
" Toloong, toloonggg. " Suara Erna meminta tolong.
Tetangga Erna yang mendengar teriakan Erna minta tolong pun segera keluar melihat Erna.
" Erna kamu kenapa. " Tanya Tetangga Erna.
" Pak, Pak Ali, tolong itu Ibu saya pingsan. " Ujar Erna sambil menangis.
" Hah? pingsan? sekarang dimana ibu kamu? " Tanya Pak Ali.
" Di dalam Pak. "
Mereka pun segera ke dalam untuk mengecek keadaan Bu Siti.
" Bapakmu kemana? Tanya Pak Ali.
" Bapak masih di ladang Pak, belum pulang. " Jawab Erna.
Pak Ali pun membantu Erna untuk memindahkan Bu Siti ke atas kasur, Pak Ali menyuruh Erna agar sambil mengoleskan minyak kayu putih ke seluruh tubuh Bu Siti.
" Erna, kamu tunggu ibu kamu disini dulu ya, saya akan memberitahu Bapak kamu di ladang. " Ujar Pak Edo.
" Baik Pak. " Jawab Erna.
Pak Ali pun segera ke ladang untuk memberitahu Pak Edo bahwa Istrinya pingsan.
Pak Ali yang juga panik pun tak menemukan Pak Edo, Pak Ali kemudian menanyakan Salah satu orang yang bekerja di ladang itu.
" Pak permisi, Pak Edo dimana ya? " Tanya Pak Ali.
" Oh Pak Edo, itu ada di ujung sana Pak. " Jawab orang itu sambil menunjukkan keberadaan Pak Edo.
" Oh itu, baik Pak terimakasih. "
Pak Ali pun segera menuju ke lokasi Pak Edo.
" Pak, Pak Edo. " Suara Pak Ali.
" Lohh, Pak Ali ada apa sampai mencari saya kesini? " Tanya Pak Edo yang kebingungan.
" Itu, istrimu pingsan di rumah, cepetan pulang kasian istrimu. "
" Apa istri saya pingsan Pak? lalu bagaimana keadaannya? " Tanya Pak Edo yang khawatir.
" Dia masih pingsan, tadi Erna yang teriak minta tolong, ya sudah ayo buruan. "
Pak Edo langsung meninggalkan pekerjaannya dan berpamitan kepada para pekerja yang lain kalau istrinya pingsan jadi ia harus segera pulang.
Pak Edo yang khawatir pun pulang berlarian.
Sesampainya di rumah Pak Edo langsung masuk ke dalam rumah dan melihat Istrinya yang dalam keadaan lemah tak berdaya.
" Ibu mu kenapa Nak? " Tanya Pak Edo kepada Erna.
" Tidak tahu Pak, tadi Erna pulang sekolah tau tau ibu sudah pingsan Pak. " Jawab Erna.
" Sudah sudah, mending langsung dibawa ke rumah sakit saja. " Ujar Pak Ali.
" Tapi Pak... " Pak Edo yang nampak bingung.
" Kenapa tapi tapi? yang penting sekarang kesehatan istrimu. " Jawab Pak Ali.
Mereka pun membawa Bu Siti ke rumah sakit dengan mobil Pak Ali.
Pak Edo yang nampak kebingungan bagaimana ia akan membayarnya biaya rumah sakit nanti, sedangkan saat ini Pak Edo hanya punya uang untuk biaya makan hari ini.
Setelah sampai di rumah sakit Bu Siti langsung dibawa Ke ruang UGD, tak lama Bu Siti masuk ke dalam ruangan, keluarlah salah satu suster yang berada di dalam.
" Keluarga Ibu Siti? " Tanya Perawat.
" Iya Mbak saya suaminya. " Jawab Pak Edo.
" Maaf Bapak, silahkan urus biaya administrasi di kasir terlebih dahulu untuk penanganan lebih lanjut ya Pak. " Ujar Perawat.
" Emm, Baik Mbak. " Jawab Pak Edo yang terlihat berat.
Pak Ali yang memperhatikan Pak Edo yang mondar mandir tak karuan dan malah tidak segera ke kasir pun bingung.
" Pak, kenapa malah mondar mandir seperti itu? " Tanya Pak Ali.
" Saya bingung Pak harus bayar pakai apa, karena jujur uang saya tidak cukup untuk membayar biaya Rumah sakit ini. " Jawab Pak Edo.
" Ini saya ada uang sedikit mungkin bisa membantu membayar biaya administrasi untuk sementara, kamu pakai saja dulu. " Ujar Pak Ali sambil mengulurkan uang kepada Pak Edo.
" Tapi Pak, itu uang Bapak. " Jawab Pak Ali yang merasa tidak enak hati menerimanya.
" Sudah kamu pakai saja dulu, kamu lebih membutuhkan. "
" Tapi Pak, tidak apa apa? saya takut merepotkan. "
" Tidak, tidak apa apa, yang penting istri kamu mendapatkan pertolongan dulu. "
" Terimakasih Pak, terimakasih sekali, kalau tidak ada Bapak saya tidak tahu bagaimana saya akan membayar semua ini. " Ujar Pak Edo yang mengucapkan terimakasih karena telah di tolong oleh Pak Ali.
" Iya sama sama. "
Pak Edo pun langsung menuju kasir untuk membayar biaya administrasi rumah sakit.
Erna menangis, khawatir dengan keadaan ibunya di dalam.
" Erna, kamu sabar ya, kamu bantuin doa agar ibu kamu segera diangkat penyakitnya. " Ujar Pak Ali yang mencoba menenangkan Erna.
" Iya Pak. " Jawab Erna.
" Kamu yakin saja kalau ibu kamu pasti akan sembuh, kamu yang kuat ya, ibu kamu sedang berjuang di dalam. "
" Iya Pak, terimakasih ya. "
" Sama sama Nak. "
Tak lama kemudian Dokter keluar dari ruangan UGD.
" Dok bagaimana keadaan ibu saya? " Tanya Erna.
" Dek ibu kamu sangat lemah sekali, sepertinya ibu kamu harus mendapatkan perawatan intensif disini. " Jawab Dokter.
Pak Edo yang baru selesai dari kasir langsung menanyakan Keadaan istrinya.
" Dok, bagaimana keadaan istri saya? " Tanya Pak Edo.
" Pak keadaan istri Bapak sangat lemah, dan harus mendapatkan perawatan intensif di sini Pak, karena kalau tidak di khawatirkan nanti kondisi Ibu akan semakin memburuk. " Jawab Dokter.
" Tapi Dok, berapa biayanya? "
" Untuk itu sebaiknya Bapak tanyakan pihak kasir ya Pak, lalu bagaimana apakah bapak setuju kalau istri Bapak perawatan intensif di sini? " Tanya Dokter.
" Baik Dok saya setuju. " Tak pikir panjang Pak Edo pun langsung menyetujui perkataan Dokter.
" Baiklah kalau begitu saya permisi dulu. " Pamit Dokter.
" Baik Dok, terimakasih. "
Setelah Pak Dokter pergi mereka pun langsung masuk ke dalam untuk melihat keadaan Bu Siti.
Erna langsung lari dan memeluk tubuh ibunya yang lemah dan menangis, sedih melihat ibunya harus merasakan sakit seperti ini.
Beberapa saat kemudian Pak Ali pun berpamitan untuk pulang karena ada acara.
" Pak saya pamit dulu ya, saya ada acara sore ini. " Pamit Pak Ali.
" Oh iya Pak, terimakasih sekali atas semua bantuan Bapak, semoga tuhan menggantikannya dengan yang lebih. " Jawab Pak Edo.
" Iya Pak sama sama, Erna, Pak Edo kalian yang sabar ya merawat Bu Siti, semoga Bu Siti segera sembuh. " Ujar Pak Ali.
" Baik Pak sekali lagi terimakasih. "
Setelah berpamitan Pak Ali pun pulang, dan hanya tinggal Pak Edo dan Erna yang menemani Bu Siti.
Erna yang melihat Bapaknya kebingungan memikirkan biaya rumah sakit ibunya pun semakin tak tega, namun Erna bingung apa yang bisa ia bantu untuk meringankan beban biaya rumah sakit.
Setelah beberapa hari di rumah sakit, ternyata biaya yang di perlukan itu sangat besar, karena Bu Siti harus bolak balik cuci darah setiap tiga hari sekali, Pak Edo pun sudah merasa di puncak kebingungannya, Pak Edo pun kepikiran kalau ia akan meminjam uang kepada Pak Damar, ia mendengar bahwa Pak Damar meminjamkan uang berbunga, Pak Edo pun tak memikirkan seberapa besar bunga itu, yang penting saat itu ia bisa mendapatkan uang untuk membayar pengobatan istrinya.
Singkat cerita siang ini Pak Edo ke ladang untuk menemui Pak Damar untuk meminjam uang.
" Selamat siang Pak. " Sapa Pak Edo.
" Ya, ada perlu apa kamu kesini? " Tanya Pak Damar.
" Sebelumnya saya minta maaf Pak, saya mau bertanya apakah benar Bapak bisa meminjamkan uang? "
" Iya memang benar, memangnya kenapa kamu mau minjam? " Tanya Pak Damar yang ketus.
" Iya Pak, saya mau minjam untuk biaya pengobatan istri saya Pak. " Jawab Pak Edo.
" Tapi apakah kamu bersedia dengan bunga yang saya berikan? " Tanya Pak Damar.
" Saya bersedia Pak. "
" Kamu bersedia dengan tempo yang saya berikan? "
" Saya bersedia Pak. "
" Baiklah, berapa uang yang kamu butuhkan? "
" 50juta Pak. "
" Baik saya akan memberikan uang itu kepada kamu, tapi ingat kamu harus membayar itu beserta bunganya! dan ingat! kalau kamu tidak bisa mengembalikan semua itu kamu akan tau sendiri akibatnya! " Ancam Pak Damar.
" Baik Pak. "
Setelah menerima uang itu Pak Edo segera kembali ke rumah sakit untuk membayar biaya pengobatan istrinya.
Erna pun bingung dari mana Bapaknya bisa melunasi biaya rumah sakit ini.
" Bapak dapat uang dari mana bisa melunasi semua ini? " Tanya Erna.
" Adalah, yang penting Bapak tidak mencuri dan tidak mengambil hak orang lain, kamu tenang saja yang penting ibu kamu cepat sembuh. " Jawab Pak Edo.
Erna yang mendengar penjelasan Bapaknya itu pun tak berani bertanya yang lain, ia takut kalau itu akan menyinggung perasaan Bapaknya.
Beberapa hari kemudian Bu Siti pun sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit, Bu Siti pun bingung bagaimana suaminya bisa membayar pengobatan rumah sakit sebesar ini, padahal ia tahu kalau biaya rumah sakit ini sangatlah besar.
" Pak, Bapak dapat uang dari mana bisa ngobatin ibu di rumah sakit ini? " Tanya Bu Siti.
" Bapak masih punya tabungan buk. " Jawab Pak Edo yang berbohong.
" Kok Bapak tidak pernah bilang kalau Bapak punya tabungan sebanyak ini? "
" Ya Bapak hanya jaga jaga saja buk kalau terjadi seperti ini. "
" Benarkah itu Pak? "
" Benar Buk. "
Pak Edo yang tidak mau menambah beban pikiran istrinya pun terpaksa berbohong, walau sebenarnya Pak Edo juga bingung sampai kapan ia bisa melunasi uang tersebut.
Beberapa bulan kemudian tibalah saatnya Pak Edo untuk membayar hutangnya kepada Pak Damar, saat bertemu di ladang pun Pak Damar sudah mengingat kan kalau Pak Edo sudah jatuh tempo, tapi Pak Edo selalu minta waktu untuk bisa melunasi uang tersebut.
Beberapa hari kemudian sudah lewat masa jatuh tempo Pak Edo, Pak Damar pun sudah sekian kali mengingtkan hal itu kepada Pak Edo namun lagi lagi jawabannya selalu meminta waktu.
" Pak Edo, bagaimana ini? kapan kamu akan mengembalikan uang saya? " Tanya Pak Damar.
" Maaf Pak saat ini saya belum ada uang untuk membayarnya. " Jawab Pak Edo.
" Selalu itu itu itu dan itu alasanmu, sampai kapan kamu akan meminta waktu kepada saya! "
" Tapi Pak, saat ini saya memang benar benar belum ada uang untuk membayarnya Pak. "
" Baiklah saya akan memberikan waktu lagi untuk kamu! tapi ingat kalau dalam waktu ini kamu tidak bisa melunasinya kamu tau apa yang akan saya lakukan kepada kamu! " Ancam Pak Damar.
" Baik Pak, terimakasih. "
Tanpa menjawab Pak Edo, Pak Damar langsung pergi meninggalkan Pak Edo.
Singkat cerita beberapa waktu kemudian tiba lah saatnya Pak Edo melunasi hutangnya dengan waktu yang ia minta, namun sampai hari ini pun belum ada tanda tanda Pak Edo untuk memblpayar hutangnya, Pak Damar yang sudah kesal dengan Pak Edo karena tak kunjung membayar hutangnya pun berniat untuk menagih ke rumahnya.
Sepulang sekolah Erna dikagetkan dengan beberapa pria berbadan kekar yang sedang ribut dengan orang tuanya, beberapa orang tersebut terlihat sedang memaki maki orang tuanya, Erna pun segera lari mengampiri orang tuanya.
" Ada apa ini kenapa kalian memaki orang tua saya?" tanya Erna kebingungan.
" Pak Edo dan Bu Siti orang tua elu ini punya utang sama bos gue! " jawab salah satu seorang pria dengan nada tinggi.
" Bapak ini ada apa? apa bener yang dikatakan sama bapak ini?. " tanya Erna yang sesegukan.
" Iya nak benar memang Bapak punya hutang sama Pak Damar. " saut Bapak Erna dengan sedih.
" Ibu, kenapa ibu nggak pernah cerita sama Erna buk?. " ujar Erna kepada Ibunya
Mereka bertiga pun sedih dan bingung karena belum ada uang untuk melunasi hutang hutang mereka.
Erna yang tak tega melihat orang tuanya seperti itu ia pun meminta waktu kepada Pak Damar untuk melunasi hutang hutang orang tuanya.
" Pak saya mohon tolong beri bapak saya waktu lagi untuk mencari uang agar bisa melunasi uang Bapak. " pinta Erna dengan lirih.
" Tidak tidak tidak bisa, bapak elu udah terlalu banyak meminta waktu! tidak ada waktu lagi!. " jawab salah satu Pria kekar itu.
" Sudah sudah biarkan saja, baiklah saya akan memberikan waktu untuk kalian 1Minggu, kalau dalam waktu satu minggu kalian tidak bisa melunasinya maka anak kalian yang akan bekerja dirumah saya tanpa dibayar!. " Jawab pak damar dengan tegas.
" Baik Pak terimakasih atas kelonggaran waktunya. " ujar Erna.
Mereka pun bergegas pergi dari rumah Pak Edo dan Bu Siti, Erna dan orang tuanya pun segera masuk ke dalam rumah.
Erna segera mengambilkan air putih untuk orang tuanya.
" Pak Buk minum dulu supaya lebih tenang. " ujar Erna.
Mereka segera meminumnya, setelah sedikit tenang Erna mencoba bertanya apa yang terjadi kepada mereka hingga bisa berhutang kepada rentenir tersebut, karena Pak Damar itu terkenal dengan bunga yang cukup besar.
" Pak kenapa sih kok sampai berhutang kepada Pak Damar? Bapak kan tau sendiri Pak Damar itu orangnya seperti apa! . " Tanya Erna.
" Ya mau bagaimana lagi nak Bapak sudah bingung sudah tidak ada biaya untuk berobat ibu mu waktu sakit sakitan dulu. " Jawab Bapak Erna dengan raut wajah yang begitu sedih.
" Uhuk, uhuk, uhuk!!. " Ibu Erna batuk sambil memegangi dadanya.
" Buk sudah ibuk istirahat saja dulu nggak usah banyak pikiran. " ujar Erna.
Erna pun menuntun Ibunya ke kamar untuk istirahat, setelah ibu Erna istirahat Erna segera keluar untuk kembali menenangkan Bapaknya.
Bapak Erna terlihat sangat bingung bagaimana caranya agar bisa melunasi hutangnya kepada Pak Damar.
" Bapak bagaimana kita akan mengembalikan uangnya Pak Damar?. " tanya Erna kepada Bapaknya.
" Bapak belum tau nak, buat makan saja kita sudah susah. "
Mereka pun sedih dan termenung memikirkan bagaimana mereka akan mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu seminggu.
Hari sudah berganti malam tapi Erna tak kunjung tidur juga karena memikirkan bagaimana ia bisa membantu kedua orang tuanya.
Pagi hari ketika Erna mau siap siap sekolah Ibunya tiba tiba batuk batuk keras
" Uhukkk uhukkk uhukk. "
Erna yang sedang dikamar langsung lari menghampiri kamar orang tuanya yang ternyata Ibunya sudah pingsan.
" Buk bangun buk, ibuk kenapa buk?" tanya Erna sambil sesegukan.
" Sudah kamu jangan banyak tanya kamu cari bantuan dulu ya untuk bawa Ibu kamu kerumah sakit!" Ujar Bapak Erna.
Erna langsung ke rumah Pak Ali tetangga Erna, untuk minta bantuan mengantarkan ibunya kerumah sakit.
" Pak, Pak ali, Pak buka pak. " Suara Erna yang begitu terlihat gugup.
Pak ali pun segera membuka pintu rumahnya.
" Erna ada apa ini, kenapa kamu menangis seperti ini?" tanya Pak Ali.
" Itu pak, ibu saya pingsan, tolong antarkan ibu saya kerumah sakit." Jawab Erna.
" Astaga, ya sudah kamu tunggu dirumah ya saya akan segera kesana. " ujar Pak Ali.
Setelah Pak Ali datang, Erna dan Bapaknya segera membawa ibunya kerumah sakit.
sesampainya dirumah sakit Erna dan Pak Edonlangsung membawa Bu Siti menuju ruang UGD.
Erna dan Bapaknya hanya bisa menunggu dari luar dikarenakan tidak diperbolehkan masuk oleh petugas medis.
Beberapa waktu kemudian dokter keluar dari ruang UGD, Bapak Erna pun langsung menanyakan bagaimana kondisi Istrinya.
" Dok, bagaimana kondisi istri saya?"
" Sepertinya istri Bapak harus mendapatkan perawatan yang lebih lanjut pak, karena kondisi Ibu sangat lemah, sebaiknya Ibu harus dirawat inap disini dulu pak, sampai kondisinya stabil." Ujar Pak Dokter.
" Baiklah Dok, lakukan mana yang terbaik untuk Istri saya." jawab pak Edo.
" Baiklah kalo begitu saya permisi dulu ya pak." sambung Pak Dokter.
" Baik Dok terimakasih." ucap Pak Edo.
Erna dan Pak Edo segara masuk ke ruangan untuk menjenguk Bu Siti, Bu Siti terlihat terbaring lemah, Erna yang tak tega melihat keadaan ibunya, ia menghampiri dan memeluk tubuh Ibunya yang lemah itu, Erna hanya bisa menangis melihat keadaan ibunya.
" Sudah nak Ibumu pasti akan baik baik saja, doakan saja ibumu segera kembali pulih." Ucap Pak Edo sambil mengusap pundak Erna.
" Tapi kasian Ibu Pak." Jawab Erna yang sesegukan.
" Iya Bapak tau, bantuin doa ya nak semoga tidak terjadi apa apa sama ibu kamu." Ujar Pak Edo untuk menenangkan Erna.
Tak lama kemudian Bu Siti sadar, ia membuka matanya dengan pelan, Erna dan Pak Edo sangat senang melihat Bu Siti bangun dari pingsannya.
" Buk, ibuk sudah sadar buk? apa yang dirasakan buk? mana yang sakit?" Tanya Pak Edo kepada istrinya.
" Pak ini ibuk ada dimana pak?" Tanya Bu Siti.
" Ibuk ada dirumah sakit buk, tadi ibuk pingsan dirumah."
" Tapi pak pasti biayanya mahal, Bapak dapat uang dari mana untuk membayar biaya rumah sakit ini pak?"
" Sudah buk, ibuk nggak usah mikirin itu, yang penting sekarang ibuk sehat dulu!"
" Buk, ibuk tidak apa apa kan?" Tanya Erna kepada ibunya.
" Hemm, nggak nak, ibuk baik baik saja kok." Jawab Bu Siti.
" Kok kamu nggak sekolah nak?" sambung Bu Siti.
" Tidak buk, Erna mau merawat ibu." Jawab Erna sambil memijiti kaki ibunya.
" Erna, kamu sebaiknya pulang dulu ya, makan dulu nanti kamu kesini lagi sambil bawain baju ganti buat ibu." Ujar Pak Edo.
" Tapi pak, Erna masih mau disini mau nemenin ibuk."
" Kan ada Bapak disini, kamu pulang dulu ya, kamu kan belum makan dari tadi pagi, nanti kalo kamu sakit ibu sakit, yang mau nemenin ibuk siapa?" Jawab Bapaknya agar Erna segera pulang.
" Ya sudah pak, Erna pulang dulu kalo gitu."
" Buk, Erna pulang dulu ya buk, nanti Erna kesini lagi nemenin ibuk, ibuk cepet sehat ya buk." Pamitnya kepada ibunya.
" Iya nak. " Jawab ibu Erna.
Erna pun bergegas pulang, sepanjang jalan pulang Erna masih kepikiran dengan keadaan ibunya yang berada dirumah sakit.
Dijalan Erna bertemu dengan, Bu Tatik yaitu bibinya Erna.
" Erna, bagaimana keadaan ibu kamu? tadi kata Pak Ali ibu kamu pingsan?" tanya Bu Tatik.
" Iya buk, tapi sekarang ibu saya udah sadar kok bu. " Jawabnya
" Oh ya sudah semoga ibu kamu baik baik saja ya." ujar Bu Tatik.
" Baik bu terimakasih, saya duluan ya buk." jawab Erna sambil berjalan meninggalkan Bu Tatik.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!