NovelToon NovelToon

Seperti Rapuh Yang Mencoba Tetap Utuh

1

Hallo semua.

Terimakasih untuk pihak Mangatoon yang sudah memberikan kerja sama kontrak.

Disini akan ada perubahan nama dan beberapa karakter baru yang akan membuat cerita semakin seru. Tidak merubah inti dari cerita ini hanya ada perubahan dalam alur cerita dengan beragam konflik, genre yang sangat menarik.

Jangan lupa berikan komentar, karna itu akan sangat membantu. Terimakasih.

____________________________:)

Diberi doa dan nama yang punya harapan dan arti didalamnya. Dari mereka yang memberikan dan untuk mereka yang akan tinggal.

Tentang yang akan tinggal, adalah mereka yang terlahirkan. 25 Juni 2001 hari pertama dan kali pertama untuk Aera,

"Aera Anindira" .

Sesuatu yang seharus nya menjadi hal yang berkesan ternyata menjadi sesuatu yang menyakitkan untuk mama. Yaitu kelahiran Aera putri pertama dan anak pertama dari rahim nya. Mama adalah perempuan cantik kelahiran 1979 yang memiliki nama "Nayara"

Masa sulit,kenangan pahit, dan harapan menjadi sampul hidup Aera selama 18 tahun ini.

Hari dimana semua tertera jelas di mata Aera adalah hari dimana ia memulai masa sulit dalam hidup nya.Bukan sekedar sulit tapi juga sangat melukai.

Cinta laki laki pertama dalam hidup Aera tidak pernah ada.

Cinta perempuan pertama dalam hidup Aera ada sangat dekat,namun tidak pernah ada dalam peluk nya. Memang dekat namun untuk Aera sulit untuk menggenggamnya, layaknya terdapat garis yang menghalangi dua sisi.

Seperti kehilangan, namun belum pernah di genggam. Seperti ingin memiliki namun tidak tau seberapa berartinya. Gambaran dari perasaan Aera untuk Ayah.

Ada, berada, dekat dan terlihat sangat jelas. Namun berada di antara kasih dan sayang yang belum Aera rasakan. Layaknya dua orang asing yang hidup berdampingan. Dia Mama, seseorang yang telah membuat Aera untuk tinggal dibumi,namun diasingkan pula oleh nya.

○ ○ ○

Gelap yang berdekap sampai membuat sesak. Mata yang berkaca menerka entah untuk apa dan dimana tatapan nya berada. Hanya kosong yang dipenuhi air mata, kesedihan ketakutan yang seolah ikut membuntuti.

Berada di satu tempat,hamparan ruang kosong yang begitu gelap. Gelap yang terus membuat Aera berputar menerka menatap kesana kesini entah apa yang dicari.

Berhenti pada satu titik sampai akhirnya Aera meneteskan kacaan air mata yang sudah menggenang penuh dimata. Dadanya sesak, hatinya sakit,pipinya yang terus dibanjiri air mata namun tersenyum seolah senang sampai pada akhirnya kaki nya terpaku kaku hilang kendali dan membuat Aera terjatuh hilang kesadaran.

Aera terbangun membuka pejaman mata memandang dinding langit kamar.

"Huuhhhhh" helaian nafas sesak yang dengan sengaja Aera hembuskan.

Aera menoleh menatap meja di sebelah ranjang tempat tidur, dan segera bangun untuk meraih segelas air putih yang berada di atas meja. Meminum habis meletakkan kembali di atas meja.

Aera kembali menghelai nafas, matanya ikut di pejamkan dan menunduk dengan dua telapak tangan yang menutup penuh wajahnya. Aera menangis begitu deras, dadanya yang semula sesak kali ini semakin terasa sesak dan begitu sakit. Lelah yang seolah tiada berujung, mimpi nya barusan mimpi mimpi dalam tidur nya selalu menarik untuk ingat akan sedih dan takut.

Semelelahkan ini kah menjadi dewasa? menjadi seseorang yang sadar dengan apa yang ditatap dan dirasakan. Keluhan yang sering kali Aera pertanyaan.

Malam dan sendiri menjadi tempat dan waktu dimana sedih, lelah dan takut bersinggah. Setelah nya Aera harus kembali keraga yang dikenal banyak orang sebagai seseorang yang ramah dan ceria.

Terkurung di pribadi yang bukan milik Aera sepenuhnya seperti layaknya berada di tempat asing, melelahkan dan seringkali menakutkan juga menyedihkan.

Aera membuka telapak tangan yang menutupi wajah mengangkat dari tundukan. Aera memilih untuk menyadarkan diri untuk tidak terlalu lama terpaku dengan sedih. Jari tangan yang kemudian mengusap sisa air mata di pipi. Aera menghelai nafas jauh lebih singkat dari sebelumnya.

Dengan helaian nafas dan tangisan

setidaknya rasa yang perlu diluapkan terlepas perlahan sehingga berkurang untuk membebani.

Aera bangun bergegas untuk membasuh wajah yang masih begitu murung dan mata yang sedikit terlihat sembab.

Air yang mengenai wajah mengalir, setidaknya mengikut sertakan sedikit penat dalam sesak dada.

Melihat dan menatap dari gambaran cermin dihadapan nya. Tergambar cantik sosok nya di pantulan cermin yang di tatap. Rambut yang terurai panjang, bibir yang selalu terlihat merah dengan lipstik atau sekedar pelembab bibir yang selalu digunakan. Tapi dengan apa yang dimiliki Aera hanya menarik banyak orang untuk kagum akan kesempurnaan yang dimiliki bukan ketulusan.

Aera menatap kosong dirinya, sisa sisa sesak di dada kembali melarutkan dalam kesedihan. Aera mencengkram erat kepalan tangan, menahan tangis dan mengendalikan diri dari segala rasa kacau yang sedang mengacak dirinya.

Dan akhirnya tangisan kembali terluap dengan lebih deras.

Aera keluar dengan mata sembab, kepala nya dirasa menjadi sakit karna terbangun tengah malam dengan mimpi buruk, mimpi buruk yang bukan hanya sekali dua kali menghampiri, terlebih dengan tangis yang tidak lama akan mengikuti. Aera kembali merebahkan tubuhnya memejamkan mata sesaat.

Yang kemudian tidak lama kembali bangun sekedar untuk menyalakan lagu kesukaan nya "A strange day, ma eun jin (play back)". Menikmati lagu yang di stel dengan menatap langit langit kamar. Pikiran dan perasaan nya meluas sangat jauh dengan segala hal yang mengisi dan berlalu lalang di dalam nya. Perlahan jika sudah lelah sendiri Aera akan kembali tertidur. Terus seperti itu kebanyakan malam yang Aera lalui.

Gadis remaja cantik dengan rapuh hati dan perasaan nya tetapi seolah dituntut dunia untuk tetap tersenyum bahkan tertawa. Beberapa karakter pun turut melekat seperti sosok nya yang penyayang, begitu peduli namun terkadang sisi tempramen sering kali tidak terkendali.

2

Pagi datang dengan cerah kali ini matahari bersinar.

  "Srrrrttttt"  hordeng di buka di tarik dengan sebuah tangan milik seorang perempuan.

Cahaya menerobos masuk melalui kaca dan fentilasi jendela setelah hampir semua korden dibuka. Perempuan itu menatap Aera dengan senyum yang begitu hangat. Menatap Aera yang mulai merasa tidak nyaman dalam lelap setelah matahari mengenai penuh wajahnya. Beberapa cahaya malah menerobos masuk di antara celah pejaman mata, benar benar menyilaukan.   Bukan nya berbalik membelakangi cahaya atau setidaknya menutupi wajah dengan slimut Aera malah kembali tenang seperti sebelumnya. Menikmati, membirkan cahaya memeluk bahkan sampai menerobos masuk di antara pejaman,Aera kembali melanjutkan tidur.

Perempuan itu tersenyum dengan memperlihatkan deretan giginya, menghampiri Aera dengan beberapa kali menggelengkan kepala. Terheran dengan hal kecil yang sesekali atau bahkan sering kali Aera lakukan dengan sengaja atau tidak di sengaja.

Seperti hal nya saat ini, sudah merasa silau bukan nya bangun atau merubah posisi, Aera malah kembali tenang melanjutkan tidurnya.

Berdiri tepat menghalangi cahaya yang mengenai wajah Aera.

Aera tidak lagi merasakan silau di antara pejaman mata. Karna penasaran Aera memaksa untuk  perlahan membuka mata.

Tersenyum dengan mata yang masih dirasa berat untuk dibuka, senyum yang begitu cantik dengan hangat. Menatap perempuan yang tersenyum berdiri menatap nya, menatap dengan tatapan seperti sesosok Kaka yang sedang tersorot menatap adiknya.

Aera memanggil nya "Mbaaa Ana"...

"Uaahhhhhhh" Dilanjuti Aera  menguap dengan cukup lebar tanpa berniat menutupi nya.

Mba Ana kembali tersenyum memperlihatkan deretan giginya

Aera merubah posisi tidur membelakangi mba Ana telapak tangan kanan nya diarahkan Aera untuk menyangga pipi di atas bantal, kembali memejamkan matanya.

"Uhhhhhh..." mba Ana menghelai nafas yang kemudian menyubit perut Aera.

"Aaa.. " Aera kembali membuka mata memegang perut nya yang sakit setelah dicubit.

"Sakit mba.." Gretu Aera berbalik kesal.

"Mau lagi?" Tegas mba Ana.

Aera terdiam menatap mba Ana dengan jengkel.

"Dicubit gitu aja marah, udah mandi sana. Nanti kesiangan aja" Mba Ana memperhatikan Aera yang masih menatap nya.

Aera bangun dengan merengut kesal, berjalan dengan lesu untuk ke kamar mandi.

Mba Ana tersenyum melihat Aera. Selalu ada hal kecil yang membuat perasaan nya menjadi senang. Dan kebanyakan hal kecil itu tercipta oleh majikan muda yang sudah seperti adik dan keluarga untuk nya.

Untuk mba Ana biar lah kebahagiaan datang dengan sesederhana mungkin dan dengan sedikit mungkin, dengan begitu tidak akan cepat habis tidak akan cepat berlalu, terlebih lagi tidak perlu buru buru berganti dengan sedih atau perasaan terluka.

Begitu pula dengan perasaan yang tidak menyenangkan, datang lah seperlahan dan sesedikit mungkin dengan begitu mba Ana tidak perlu terlalu rapuh untuk segalanya.

Dengan melebar kan senyum, mba Ana membungkukan posisi nya merapihkan tempat tidur Aera.

Aera keluar dari kamar mandi mengendap pelan dan balik membalas menyubit mba Ana.

"Satu sama". Aera tertawa begitu senang dengan apa yang baru dilakukan nya.

Mba Ana tertawa sebelum berbalik menatap Aera menahan tawa dengan memasang wajah kesal,menatap Aera.

Aera yang tertawa diam seketika melihat ekspresi mba Ana.

"Mmm, Aera mandi sekarang"

Dengan cepat berbalik kembali ke kamar mandi.

Mba Ana kembali tertawa. Dijelaskan akan terkesan sederhana, Aera dengan banyak hal yang selalu dapat merekah tawa. Tetapi terkadang akan ada banyak hal rumit dan bahkan akan begitu sulit untuk di jelaskan untuk setiap tawa yang ada. Untuk mereka yang memberi atau untuk mereka yang merasakan.

Kembali melanjutkan untuk merapihkan tempat tidur,mba Ana melipat selimut yang berantakan.

Aera menoleh memperlihatkan hanya bagian kepala dari pintu kamar mandi yang sedikit dibuka.

"Mba?" Teriak Aera.

Mba Ana berbalik kembali menatap  Aera.

"Mau nasi goreng" Singkat Aera tersenyum.

Mba Ana mengangguki dengan ikut tersenyum.

"Mandi buruan udah siang"

"Iya ini mandi. Nasi goreng nya yang pedes ya, bungkus dua buat temen temen"

"Iyaaa. Udah sana"

Setelah merapihkan tempat tidur mba Ana menyiapkan seragam sekolah yang akan Aera pakai. Meletakan sepasang seragam di atas tempat tidur Aera,sebelum beranjak pergi mba Ana mengusap seragam Aera yang begitu halus dan rapih.

Ada selalu harapan dan doa untuk Aera yang selalu mba Ana panjatkan. Tinggal dengan Aera selama 5 tahun untuk menjadi pengasuh nya membuat mba Ana menjadi terbiasa dengan Aera. Satu hari kenyataan tentang mba Ana yang bukan siapa siapa untuk Aera menjadikan perpisahan selalu dekat dengan nya. Sudah begitu menyayangi sampai mba Ana takut akan nanti di paksa melepaskan atau bahkan Aera sendiri yang meminta lepas dari nya.

Seperti itu lah kenyataan akan sebuah pertemuan, tidak pernah ada yang tau bagaimana semua akan berlanjut.

Akan selalu ada banyak kejutan yang menyertai. Dari yang menyenangkan sampai sesuatu yang tidak terduga sedih dan luka nya, mengalir seperti layaknya sebuah takdir, ketentuan Tuhan.

Hari yang kelam karna perpisahan jangan terjadi di sela hati dan rasa yang masih sepi. Akan teriris begitu sakit jika yang sudah tinggal begitu lama beranjak pergi, tidak siap, terlebih untuk Aera yang rapuh seorang diri.

Jangan biarkan hari hari patah yang sudah sudah kembali melukai. Hal menakutkan juga menyedihkan yang sesekali mematahkan dua ikatan. Jangan biarkan Aera kembali merasakan arti sebuah kehilangan, merasakan sesak nya menahan tangis dan luka.

3

Aera berdiri di hadapan cermin besar yang memperlihatkan dari ujung kaki sampai kepala. Sudah rapih dan tampak cantik dengan seragam putih abu abu dan makeup serta rambut panjang nya yang tergerai, benar benar terlihat sempurna.

Aera menuruni tangga menyaksikan dari beberapa langkah Mba Ana yang sedang sibuk menata sarapan dan dengan seseorang yang tengah duduk di tempat makan sibuk memainkan kan handphon.

Aera menghampiri perempuan yang tengah duduk di tempat makan, terlihat begitu sibuk dengan keseriusan nya. Perempuan yang bukan lain mama nya sendiri "Naya" sorang pengusaha yang sukses, tidak heran jika banyak waktu yang dimiliki hanya keseriusan untuk kesibukan nya.

"Pagi mah" Sapa Aera dengan tersenyum lebar.

Tanpa menjawab entah sengaja atau bagaimana mama masih tertunduk sibuk dengan handphon nya.

"Mah" sekali lagi Aera memanggil dengan senyum yang sudah luntur, di perhatikan oleh mba Ana.

"Mmmm" Singkat Mama yang masih tertunduk.

"Pagi" lanjut mama yang kemudian menatap Aera tersenyum singkat dan kembali tertunduk pada handphon nya.

Aera yang kemudian duduk masih dengan memperhatikan Mama.

Mba Ana baru mendekat kan diri setelah memperhatikan nya dari beberapa jarak.

"Sarapan dulu ya" mba Ana dengan mengisi piring Aera dengan nasi goreng yang sudah dibuat nya.

Aera yang kemudian mengalihkan tatapannya,menatap mba Ana dan kembali tersenyum.

"Makasih mba"

Mama bergegas bangun dengan mba Ana yang akan mengisi kan piring mama dengan nasi goreng.

"Ngga usah" Singkat mama kepada mba Ana.

Mba Ana mengangguk, melekatkan kembali piring di atas meja.

Baru akan memakan sarapan nya,Aera menahan untuk menyaksikan mama.

"Mama ngga sarapan dulu?"

"Nanti aja di kantor" Singkat dan lantas pergi begitu saja.

Aera meletakan sendok yang semula sudah di pegang.

Terdiam seolah beberapa hal merasuk dalam pikiran dan lamunan nya.

Terabaikan mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan dengan singkat dengan begitu jelas. Bagaimana Aera diperlakukan oleh perempuan yang telah melahirkan nya. Bukan kali pertama tetapi rasa nya masih terlalu sakit meski terbiasa. Kenapa perasaan seperti ini malah yang harus menjadi awal untuk pagi Aera.

Mba Ana menatap Aera setelah tatapan nya menatap pergi majikan nya.

"Jangan terlalu dipikirin,ibu kan emang sibuk, jadi Aera ngertiin aja,ya?"

Aera menoleh menatap mba Ana masih dengan tatapan hampa.

Mba Ana menarik kursi untuk duduk dekat dengan Aera.

"Mm dimakan, nanti keburu dijemput"

Aera yang kemudian mengangguk tersenyum lebar.

Memakan sarapan nya dengan lahap. Belum habis sarapan nya di makan suara klakson motor sudah berbunyi di depan rumah.

"Tinn.tin.."

Aera yang kemudian menyudahi sarapan nya, bergegas akan keluar.

"Minum dulu Aera"

Mba Ana yang mengingatkan Aera untuk minum lebih dulu.

"Nih bekel buat temen temen"

Dengan menyodorkan dua kotak nasi.

Aera meraih dan berpamitan kepada mba Ana.

"Aera berangkat ya mba.dah.."

Aera yang kemudian berlari keluar.

Seseorang yang membunyikan klakson motor dan tengah menunggu Aera adalah teman satu sekolah nya Indirasia yang biasa di panggil Sia. Seseorang yang sudah cukup lama antar jemput Aera. sejak awal masuk SMK Aera sudah dekat dengan Sia dan berteman bahkan menjadi sahabat.

Aera sangat nyaman bersahabat dengan Sia, dia apa adanya, to the poin dalam segala hal, meski sesekali Aera harus bawa perasaan dengan ucapan Sia yang terlalu to the poin. Sia cukup cantik meski dengan wajah natural dan rambut yang selalu di ikat. Kepribadian nya memang sedikit tomboy tapi Sia jauh lebih sabar dari pada Aera yang cukup tempramen.

"Pagi Indirasia"

Sapa Aera dengan menghampiri Sia yang sudah cukup dekat.

"Pagi Ra,bawa apa tuh?" Sia yang melihat Aera menenteng kantong.

"Tada.." Aera yang memperlihatkan lebih dekat kantong yang di bawa nya.

"Sarapan buat lo"

"Nah gitu dong, inget sama temen"

Cetus candaan Sia yang terdengar Serius, dengan memberikan helem kepada Aera.

"Yah mulai deh"

Aera yang memasang wajah yang mulai bette sambil menggunakan helem.

"Lah bener kan?"

Sia yang membalas, menyalakan motor.

"Ah males gua mah Ama lo, masih pagi udah di bikin bete"

Gretu kesal Aera yang sudah naik di atas motor.

Siap melaju,tetapi Sia lebih dulu menoleh menatap Aera,tersenyum.

"Gua becanda Ra, baperan banget sih"

"Iya udah buruan jalan udah siang juga" Aera masih dengan ekspresi kesal di wajah nya.

"Yaudah senyum dulu tapi"

"Ah ngga jelas lo mah" dengan tersenyum tidak tahan melihat Sia yang menyebalkan, tapi selalu saja dapat kembali membuat Aera tersenyum dengan mudah.

Sia tertawa melihat Aera, yang mudah marah tapi mudah pula untuk kembali membuat nya tersenyum bahkan tertawa.

Menyenangkan memiliki sahabat seperti Aera, meski sering kali kesabaran nya di uji karna sifat egois nya. Tetapi kedua nya sama sama membutuhkan dan saling tulus sampai detik ini.

Merekah senang untuk hari hari bahagia, mengabaikan atau lupa dengan sedih dan masalah perkara yang ada, berusaha dengan sudah sangat keras akan menjadi tertekan jika tidak di imbangi dengan hal hal manis yang menyenangkan.

Cuaca pagi ini benar benar menyenangkan, hangat dan begitu sejuk. Sepanjang jalan berboncengan tidak ada habisnya untuk keduanya berbincang, bercanda atau bahkan saling memaki. Dengan Sia yang bebas dan ceria Aera menjadi memiliki warna yang berbeda untuk hidupnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!