🌸🌸🌸🌸
Sudah tujuh tahun semenjak kejadian itu,rasanya begitu sulit untuk mengungkapkan bahwa aku masih terus mengingatnya hingga saat ini.Terlebih lagi semenjak hari itu aku selalu sendiri,"Entah sampai kapan aku akan seperti ini,tidak ada yang tulus dan semuanya menjauh."Batinku.
Hari ini aku hanya duduk sendiri di sebuah taman di kampus,memandangi sekitar dengan memegang satu botol minuman untuk sekaligus menghilangkan rasa haus ku di bawah panas terik matahari.
Aku memandangi mereka yang begitu modis dan pede pada penampilannya sementara aku hanyalah gadis kampung yang datang ke kota untuk kuliah menjadi mahasiswa tanpa ada satu pun teman karena aku begitu minder berkumpul bersama mereka yang memiliki penampilan menarik yang di dukung oleh keluarga dari latar belakang ternama.
Sebenarnya ada juga salah satu temanku yang masuk karena beasiswa tapi kembali lagi dia pintar dan modis jadi bisa menyesuaikan,sementara aku tidak memiliki itu,masuk kuliah pun itu karena biaya dari saudara ibu yang ada di kota yang berbaik hati untuk membiayai sekaligus mengijinkan aku tinggal di rumahnya.
Lama aku memandangi sekitar,aku jadi teringat kejadian tujuh tahun lalu yang sampai saat ini aku tak bisa melupakannya.
FLASHBACK...
Saat itu aku masih duduk di bangku kelas 9 SMP di kampung ,aku memiliki seorang sahabat laki-laki namanya Reza Permana Pratama.Awalnya kami tak saling kenal meski satu sekolah tapi suatu hari ibu Reza( tante Renata) dan saudaranya (tante siska) datang ke rumah karena ternyata tante siska itu sahabat mama(mama Rita).
Mama masih ngumpul dengan sahabatnya,aku langsung masuk menghampiri mama.
“Assalamualaikum ma”.mencium tangan mama.
“Eh anak manis baru pulang,Siapa namanya?”Sapa tante siska.
“Namaku Aszahra tante.”Jawabku tersenyum.
“Kamu sekolah dimana?" Tanya tante siska.
"Di SMP PANCASILA tante.” Jawabku lagi.
“Berarti satu sekolah dengan keponakan tante dong?” Ucap tante siska lagi.
“Kamu kenal Reza Permana?”sambung tante Renata.
“Tidak kenal tante,aku permisi ke kamar dulu tante mau ganti baju.”Melangkah ke kamar.
🌸🌸🌸🌸
DI SEKOLAH
Aku mencari tau siapa itu Reza Pramana Pratama,ternyata dia berada di kelas sebelah tapi hanya memandang dari jauh,tidak berani untuk mendekat karena memang hanya sebatas ingin tau.
Jam pulang sekolah dian dan citra menghampiriku,dian dan citra ini teman-temanku saat di sekolah.Mereka cantik dan pintar juga dari keluarga yang ekonominya terjamin sementara aku sebaliknya dari mereka, makanya aku selalu minder ketika bersama mereka tapi aku selalu jalan setiap kali mereka ajak karena tidak ada teman yang lain yang mau berteman dengan aku yang tak punya apa-apa.
“Ra,jalan lagi yuk???”Ajak dian.
“Mau kemana???” Tanyaku menatap ke arahnya.
“Mau temani citra.”Jawab dian sambil tersenyum memandang citra yang terlihat malu-malu.
“Maksudnya?" Aku yang belum mengerti apa-apa masih bingung maksud Dian.
“Hmmm sebenarnya citra itu mau ketemu dengan pacar barunya untuk pertama kalinya tapi dia malu jadi ngajakin kita.”Jelas Dian.
“oooo pacar baru,tapi kok baru bilang sama aku?” Ucapku.
“Baru juga satu minggu jadian Ra.”Balas Citra tersenyum malu.
“Ya sudah aku temani tapi nggak jauh kan tempatnya soalnya aku nggak berani pergi jauh.” Ucapku.
“Nggak kok ra,di dekat sekolah aja.”Jawab citra.
“Ya sudah,ayooo.”A jak ku sambil melangkah keluar kelas.
🌸🌸🌸🌸
Citra melambaikan tangan pada seseorang yang terlihat senyum membalas lambaian Citra dan di sampingnya di temani dengan sepupunya yang tidak lain adalah Reza.
“Hai Cit.”Sapa irwan pacar citra seperti masih malu-malu.
“Hai juga.”Balas Citra sambil senyum-senyum.
“Oh ya perkenalkan ini sepupu aku Reza.”Memperkenalkannya pada citra.
“Hai Reza,perkenalkan juga teman-temanku Dian dan Ara".Menunjuk ke arah kami.
Aku dan Dian hanya melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah Reza lalu di balas sama dengan Reza.
“Hmmm mau minum apa ?” tanya Irwan pada kami semua.
“Biar aku yang pergi beli minum,kalian di sini aja.”Jelas dian menawarkan diri.
“Biar aku temani Dian.”Memanggil Dian.
“Ngga perlu Ra,kamu temani Reza aja kasian nggak ada teman ngobrol.” Ucap Dian lalu pergi.
“Iya Ra temani sepupuku aja masa dia sendiri.”Ucap irwan.
“Kan ada kalian berdua masa sendiri.” Ucapku.
“Kami mau ngobrol dulu berdua jadi kamu aja yang temani Reza.” Ucap Irwan.
“Ya sudah.”Dengan terpaksa aku menemani Reza.
“Kenapa kayak cemberut begitu,nggak ikhlas yaah menemani aku di sini.” Lirik Reza.
“Bukannya nggak ikhlas tapi aku nggak biasa ngobrol sama cowok apa lagi baru aku kenal seperti ini.” Ucapku sedikit jutek pada Reza.
“Berarti nggak pernah pacaran dong,pantas aja."Melirikku sekilas lalu tersenyum.
“Maksudnya bilang begitu apa?”Sedikit emosi dengan pernyataan Reza.
“Nggak ada maksud apa-apa,kalau benar juga nggak apa-apa itu berarti kita sama.”tersenyum lagi.
“Iya memang benar,lagian dengan penampilan aku yang seperti ini mana ada yang mau.”Jelas ku.
“Penampilan kamu biasa aja,nggak ada yang salah.”Jelas Reza.
“Coba perhatikan baik-baik,bandingkan dengan Dian dan Citra,jelas sangat jauh.” Ucapku.
“Benar nggak ada yang salah,penampilan kamu itu sederhana dan sopan sementara Dian dan Citra terlihat dewasa.” Reza menatap ke arahku.
“Bilang aja kalau penampilan aku jadul kan?” Ku paling kan pandanganku menghindari kontak mata dengan Reza.
“Iya jadul sama seperti aku.” Ucap Reza.
“Menurut aku penampilan kamu juga biasa aja,nggak kurang dan lebih”.Sambil ketawa.
“Biarin yang penting aku pede nggak kayak kamu.” Ucap Rese sedikit kesal dengan ucapan ku.
Seperti itulah pertemuan kami sampai seterusnya kami sering bertemu dan nyambung saat ngobrol, tanpa peduli dengan penampilan kami yang tak di lirik oleh orang lain dan kami senang saat bersama.
Karena itu Reza merasa nyaman dan nyambung dengan aku,maka timbullah perasaan Reza kepadaku tanpa memandang aku ini siapa karena kami memang sama,karena itulah kami selalu nyambung.Begitupun dengan aku yang merasa aneh ketika dekat dengan Reza tapi aku tidak menyadari bahwa ternyata aku pun suka dengan Reza.
Dua bulan kemudian,Reza berencana mengungkapkan perasaannya dengan meminta bantuan Citra,Dian dan Irwan untuk mempertemukan kami agar dia bisa mengungkapkan perasaannya.
DI TAMAN
Reza dan Irwan sudah menunggu dan mempersiapkan segalanya.
“Sekarang sudah ada orangnya,jadi kamu bisa bilang langsung.”Saran irwan.
“Maksudnya apa sih?’ Bingung.
“Ini reza katanya mau bilang sesuatu sama kamu.”jelas Citra.
“Bilang apa? Makin bingung menatap ke arah Reza.
“Ok,tapi kalian diam yaaa.Ra,aku mau bilang sesuatu sama kamu tapi kamu jangan marah”Ucap Reza.
"iya...tapi apa dulu.” Ucapku penasaran.
“Se...se...sebenarnya aku suka sama kamu Ra.kamu mau nggak jadi pacar aku??” Ucap Reza melirik lalu menunduk.
“Hhhhaaa...suka sama aku,kamu nggak salah Reza bilang seperti itu.” Merasa tidak yakin dengan ucapan Reza.
“Nggak kok Ra,aku bener suka sama kamu dan aku nyambung sama kamu selama ini.” Ucap Reza yang mulai berani menatapku.
“Tapi kan kamu tau aku ini biasa saja .” Memperingatkan Reza tentang penampilanku yang biasa.
“Aku nggak peduli sama semua itu,yang jelas aku suka dan nyaman.” Ucap Reza.
Diam sejenak“hmm sebelumnya aku minta maaf Reza,bukannya aku nggak mau sama kamu tapi aku ini jauh dari cewek-cewek yang lain,jadi lebih baik kita berteman saja.” Ucapku pelan agar tidak menyakiti perasaan Reza.
“Kalau memang itu keputusan kamu,aku hargai Ra dan aku juga nggak akan memaksa kamu.” Wajah Reza terlihat murung tapi berusaha untuk menerima semua keputusanku.
“Aku pulang duluan yaa.” Ucapku yang tidak ingin berlama-lama melihat wajah Reza.
“Biar aku antar Ra.” Ucap Reza menawarkan diri.
“Nggak perlu Za,biar aku sendiri.”Melangkah pergi tanpa menengok kebelakang lagi.
“Aku pikir Ara juga suka sama kamu Za tapi nggak tau kenapa dia tiba-tiba bilang tidak.” Ucap Citra.
“Mungkin dia hanya menganggap aku sebagai teman seperti yang dia bilang tadi.”Memasang muka sedih.
“Sudahlah,jangan galau begitu.Masih banyak cewek lain yang lebih baik dan cantik.Lagian kamu juga sih punya penampilan culun begitu,mana mau cewek sama kamu.Ara juga milih-milih lagi kalau mau terima cowok,yaa meskipun kalian sama-sama sih penampilannya.”Ucap Dian tanpa memikirkan perasaan Reza yang masih sedih.
“Jadi maksud kamu Ara menolak aku karena aku jelek dan kampungan???” Reza mulai emosi.
“Apa lagi coba alasannya kalau bukan itu.”Tambah Dian lagi yang membuat Reza makin marah.
“Udah dong Dian kok kamu malah bilang begitu tentang Ara.”Ucap citra.
“Memang kenapa???.” Balas Dian.
Citra menarik Dian ke tempat yang lain”Kok kamu malah menjelekkan Ara sih Dian,bukannya Ara selama ini baik sama kita.” Bisik Citra agar tidak kedengaran oleh Reza.
“Iya baik tapi cupu,udah gitu ada lagi yang suka. Sementara aku yang cantik begini nggak ada yang lirik.Makanya sekalian aku buat salah paham aja mereka berdua.” Dian tersenyum senang.
“Jadi kamu sudah menghasut Ara supaya menolak Reza.”Tanya citra yang mulai kesal pada Dian.
“Nggak juga sih,Cuma bilang kalau Reza itu nggak mungkin beneran suka sama dia.Itu kembali lagi ke Ara dong mau percaya atau tidak.” Ucap Dian santai,merasa berhasil telah mempengaruhi Ara sebelumnya.
“Parah kamu Dian sama teman sendiri.” Citra makin marah pada Dian.
“Bukan salah aku lah kan mereka yang tau perasaan masing-masing,aku Cuma bilang apa adanya selebihnya dari mereka dong.”Jelas Dian yang membela diri tanpa rasa bersalah.
“Udahlah kita ke sana lagi tapi kamu jangan bicara apa-apa lagi,liat Reza itu murung dari tadi di tambah lagi ucapan kamu jadi dia makin sedih.”melirik ke arah Reza.
Citra dan Dian kembali menghampiri Reza dan Irwan.
“Aku pulang aja yaa,udah nggak mood.” Ucap Reza.
“Iya kamu pulang duluan,ntar akau nyusul.”Jawab irwan yang sudah mengerti perasaan sepupunya itu.
Sampai di kamar aku langsung duduk termenung memikirkan kejadian yang tadi,ada perasaan aneh di dalam hatiku yang membuat aku merasa tidak tenang,tapi aku mencoba untuk menghilangkannya.
🌸🌸🌸🌸
Hari berikutnya di sekolah, aku dan Reza masih tetap saling menyapa seperti biasa,melupakan kejadian yang kemarin dan kami masih sering bersama ketika menemani Citra bertemu Irwan tapi kebersamaan itu hanya berlangsung satu minggu karena setelah hari itu Reza mulai menjauh,perubahannya itu membuat aku merasa ada yang aneh dan tidak tenang.Aku merasa gelisah dan ada perasaan yang tidak menentu saat jauh dari dia.
Aku menceritakan itu pada Citra.
”Sepertinya kamu benar-benar ada perasaan dengan sama Reza." Ucap Citra.
“Jujur cit,aku memang suka sama Reza dan aku baru menyadari itu belakangan ini karena awalnya aku pikir itu hanya sesaat tapi makin ke sini aku semakin tersiksa dengan perasaan ini.” Aku mulai terbuka dengan Citra tentang perasaanku pada Reza.
“Itu karena kamu tidak jujur Ra tentang perasaan kamu.” Ucap Citra.
"Tapi semuanya sudah terlanjur cit lagian Reza juga udah menjauh.” Ucapku.
Satu minggu kemudian aku berpapasan dengan Reza tapi dia tidak melihatku sama sekali justru malah memalingkan wajahnya,penampilannya juga mulai berubah.Terlihat semakin keren,banyak cewek-cewek yang suka dengan penampilannya yang sekarang.Sementara aku masih sama dengan penampilan yang lama.
Aku mendengar dari Citra,kalau Reza udah punya pacar baru,awalnya merasa sedih tapi semua sudah terjadi.Mungkin dia ingin mencari kebahagiaannya dengan pacar barunya itu.
Tidak lama aku mendengar lagi kalau Reza ganti pacar baru padahal pacarnya itu baru 2 minggu lalu di putuskan,begitulah kelakuan Reza semenjak berubah jadi cowok keren,hanya mempermainkan perasaan cewek-cewek lain sampai aku sendiri merasa marah dengan sikapnya tapi tidak ingin menegurnya karena dia juga berubah dengan aku.
Sementara Reza yang sibuk dengan pacar-pacarnya aku berusaha menyibukkan diri dengan belajar,Citra sudah sibuk dengan irwan dan Dian tiba-tiba berubah menjauhiku.
Di kelas kedatangan murid baru perempuan dan berhijab sementara aku belum menggunakan hijab.Lagi-lagi cantik dan pintar jadi aku minder.Tapi dia baik,langsung menyapaku duluan dan ku sambut baik.
Saat aku duduk sendiri di depan kelas,Reza tiba-tiba menghampiri aku.”Kenapa duduk sendiri? Yang lain mana?” Tanya Reza lalu duduk di sampingku.
“Lagi sibuk sama yang lain mungkin.” Jawabku santai tanpa meliriknya,hanya memandang ke depan.
“Kok jutek begitu ? santai dong kan aku Cuma nanya.” Ucap Reza tersenyum melirik ke arahku.
“Ini santai kok,kamu sendiri tumben ke sini,ada apa?”Sindir ku yang hanya fokus menatap ke depan.
“Memang salah kalau aku menyapa kamu?” Reza menatap ke arahku.
“ohhh masih ingat sama aku,kirain udah lupa kan kamu udah punya banyak teman plus banyak cewek.” Ku tatap ke arah Reza yang ternyata sedang menatapku dari tadi.
“Biasa aja,kamu sendiri apa kabar?” Reza salah tingkah saat tidak sengaja bertatapan langsung.
“Aku baik seperti yang kamu liat sekarang.” Ucapku masih jutek.
“Baguslah kalau kamu selalu baik,aku perhatikan kamu sering menyendiri di sini?” Ucap Reza yang ternyata dima-diam masih perhatian.
“Iya,aku suka di sini menyendiri.” Ucapku dengan nada yang sudah mulai tenang.
“Jangan sering sendiri,nggak baik.” Saran Reza.
“Udah biasa...” Ucapku singkat.
“Kamu tuh kalau di bilangin ngeyel.” Reza menatapku.
“Aku memang seperti ini.” Hanya menunduk.
“Oh ya teman kamu itu cantik juga,bisa kenalin nggak?” Ucap Reza.
“Teman yang mana maksud kamu, kan aku nggak punya teman.”Aku masih berpikir tentang orang yang Reza maksud.
“Itu loh yang pernah sama kamu di kantin yang pakai hijab” Terang Reza.
“Oh... jadi karena itu kamu ke sini,ada maunya.” Merasa kesal l,aku beranjak dari tempat duduk dan ingin pergi.
Baru ingin melangkah,Reza menarik tanganku lalu berdiri. “Memang kenapa kalau aku suka sama dia,ada masalah?.” Tanya Reza.
Aku berbalik menatap matanya,”Nggak ada masalah sama sekali,mau kamu sama siapa pun itu terserah kamu.” Setelah mengatakan itu aku lalu pergi.
Di kejauhan Reza hanya berdiri dan seperti memikirkan sesuatu tapi tidak tahu apa yang dia pikirkan.
🌸🌸🌸🌸
Di kelas Safira menghampiriku memberi kabar bahwa dia sedang di dekati dengan Reza cowok keren di sekolah ini,tapi dia bingung karena orang tuanya tidak setuju jika dia pacaran.
“Ra aku dengar kamu kenal Reza?” Tanya safira.
“Iya,kenapa?” Jawabku singkat.
“Dia mendekati aku belakangan ini,menurut kamu gimana?” Tanyanya lagi.
“Semua itu dari kamu aja fira,aku nggak tau.”Sibuk merapikan buku.
“Tapi dia playboy,banyak pacarnya.” Ucap Safira ragu pada Reza.
“Siapa tau berubah kalau sama kamu.” Ucapku asal.
“Nggak tau lah Ra,masalahnya orang tuaku juga melarang aku pacaran.” Curhatnya.
“Semua kembali lagi sama kamu fir.”Mencoba tenang meskipun perasaan sudah sakit mendengar semuanya.
“Menurut kamu dia bagaimana?” Tanya Safira lagi.
“Selama aku kenal sih dia baik selama ini.”Masih mencoba tenang menjawab pertanyaan Safira.
“Aku pikir-pikir dulu deh.” Ucap Safira yang tidak sadar jika aku merasa tidak nyaman saat dia terus membahas Reza.
“Aku duluan yaah fir.” Keluar dari ruangan.
Aku berusaha menahan rasa sesak di dada mendengar Reza yang mendekati cewek lain tapi tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah melihat dia dengan orang lain,ada rasa yang tak menentu.Berpikir seandainya dulu aku menerima dia mungkin tidak akan sesakit ini,meski begitu aku tetap berusaha kuat.
Untuk menenangkan diri, aku memutuskan untuk menyendiri di tempat biasa.
“Masih sendiri aja Ra?” Sambil duduk di sampingku.
“Biasanya kan memang selalu sendiri” Ucapku yang selalu ketus saat bicara dengan Reza.
“Citra mana?” Tanya Reza.
“Mungkin sibuk dengan pacarnya”. Jawabku yang hanya menunduk.
“Kamu sendiri ??? Memang Tidak mau pacaran?” Tanya Reza penasaran.
“Tidak...sakit nantinya.” Ucapku datar.
“Hahaha...jangan sampai sakit lah Ra.” Reza mencoba mencairkan suasana melihat aku yang dari tadi hanya menunduk.
“Nggak pacaran aja udah sakit duluan.” Ucapku asal,tidak peduli Reza akan tau maksud ucapan ku.
“Kok bisa???" Heran sekaligus bingung dengan ucapan ku.
“Tidak...Cuma asal ngomong tadi.” Kembali menunduk.
“Kamu kenapa Ra?,kayak sedih begitu?” Melirik ke arahku yang mukanya sedih.
“Tidak apa-apa,lagi mikirin orang tua aja.” Aku mengalihkan pembicaraan.
“Jangan bohong Ra,aku tau kamu memikirkan sesuatu dan itu yang membuat kamu sedih.” Ucap Reza yang memang paling tau aku.
“Tidak usah di bahas Za,lagi malas membahas itu.”Makin menunduk menahan agar bulir bening itu tidak menetes di pipih ku meski sebenarnya aku ingin jujur tentang yang aku rasakan saat ini tapi kembali lagi itu hanya akan sia-sia kerena Reza sudah tidak memiliki perasaan yang sama jadi lebih baik aku pendam.
“Ok,aku tidak bahas tapi aku boleh liat isi dompet yang kamu pegang dari tadi itu.” Melihat ke arah tanganku yang memang sejak tadi memegang dompet.
“Ini.....untuk apa?” Ku perlihatkan dompet yang ku pegang.
“Liat aja sebentar.” Reza meminta dengan tangannya.
“hmmm.... ya udah nih..” Dengan terpaksa aku berikan dompet itu.
Reza memeriksa satu persatu isinya sampai Reza melihat foto aku di dalam dompet,”Kayaknya boleh nih?” Dengan cepat Reza mengambil foto yang di dalam dompet tanpa meminta persetujuanku.
Aku yang tidak memperhatikan Reza mengambil foto itu,masih bingung,"Boleh apa?” Tanyaku.
“Boleh kan aku ambil?” Reza memperlihatkan Foto yang sudah ada di tangannya dari tadi.
“Untuk apa???,kan kamu punya pacar,ngapain foto aku yang mau kamu simpan???.” Ucapku bingung.
“Yaah nggak apa-apa,Cuma mau di jadikan kenangan untuk mengingatkan kalau aku pernah punya teman seperti kamu.” Meledek.
“Kayaknya nggak perlu Za,nggak ada gunanya juga.” Ucapku yang membuat Reza tiba-tiba terdiam.
Terdiam sejenak,”hmmm Ra,jujur kamu memang bukan pacar aku tapi buat aku kamu adalah orang yang paling mengerti aku di saat orang lain tidak bisa mengerti aku,meski kita sudah tidak seperti awal bertemu tapi kamu masih selalu ada di saat aku butuh kamu,buatku kamu adalah sahabat terbaikku Ra dan aku ingin ada sedikit kenangan setidaknya saat kita benar-benar tidak saling bertemu seperti ini kamu atau aku masih bisa saling mengingat lewat foto ini.”
“Terserah kamu saja Za,aku ikut kamu.” Tidak ingin berdebat lagi,takutnya jika aku banyak bicara nanti keceplosan tentang perasaanku sebenarnya yang sejak tadi sudah berusaha aku tutupi agar tidak ketahuan.
“Kalau begitu aku simpan yaah dan ini aku kembalikan dompetmu.” Dengan tersenyum Reza menyimpan fotoku di tasnya.
Ku ambil dompet dan ku buka kembali,kaget ternyata ada fotonya juga,”Kok,ada foto kamu sih ?”
“Hehe...sebagai pengganti foto kamu biar sekalian bisa kamu liat saat lagi galau seperti ini.” Ucap Reza sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Bukannya senyum nanti aku malah sedih kalau liat muka kamu terus.”hahaha,aku sudah mulai luluh dan mulai bercanda dengan Reza.
“Biar deh di ejek yang penting kamu udah senyum,nggak murung terus.” Senyum Reza,merasa senang telah berhasil membuat aku tertawa.
“Iya,kamu memang tau cara menghibur aku.Hmmm bagaimana sama fira ?” Karena suasana hatiku perlahan membaik jadi ku beranikan membahas Fira.
“Masih biasa aja tapi makin ke sini dia baik ternyata.” Ucap Reza santai.
“Memang di baik Za,jadi kalau bisa kamu jangan permainkan dia seperti yang lain.” Saranku sebagai sahabat sekaligus teman fira.
“Kita liat aja nanti.” Ucap Reza yang seakan tidak serius dengan Fira.
Tidak lama terdengar suara bel jam pulang sekolah.
“Ra,ayo pulang.” Panggil Citra.
“Ok tunggu Cit.” Aku melirik ke arah Citra,tapi sebelum pergi ku panggil Reza yang masih stay di tempat duduknya.“Kamu masih mau duduk di sini,udah jam pulang za?” Tanyaku.
“Kamu duluan aja,aku masih mau di sini sebentar.” Ucap Reza yang seperti memikirkan sesuatu.
“Kalau begitu aku pulang duluan yaah,jangan terlalu lama di sini,nggak baik sendiri lama-lama.”Beranjak pergi menuju ke arah citra."
Ada perasaan tidak menentu setelah aku bertemu dengan Reza,rasanya ingin aku mengatakan bahwa aku memiliki perasaan yang sama seperti dia dulu tapi tidak mungkin untuk mengatakan itu lagi karena dia sudah terlihat melupakan semua itu dan tidak ingin mengingatnya lagi.
Meski begitu pertemanan kami kini berubah menjadi persahabatan dimana kami selalu menghibur satu sama lain,dalam benak aku hanya bisa berkata “Biarkanlah kami menjadi sebatas sahabat asalkan dia selalu bahagia dan aku masih bisa bersama dia ketika dia membutuhkan aku.”
Semakin hari Reza dan Fira semakin dekat,setiap saat fira selalu bercerita tentang Reza.Aku hanya mendengarkannya dan berusaha tenang setiap kali aku mendengar tentang mereka.
Aku sendiri tidak tahu sampai kapan memendam perasaan ini,ingin jujur tapi aku sadar bahwa aku ini hanyalah perempuan culun yang nggak menarik sama sekali,tidak mungkin Reza yang sudah keren seperti itu akan suka dengan aku yang masih seperti ini.
Untuk menenangkan diri,lagi-lagi ku menyendiri di sudut kelas.duduk bersandar sambil merenung.tidak lama datang Reza menghampiriku.
“Hmmm menyendiri lagi?” Tanya Reza.
“Iya...”jawabku singkat.
“Kamu kenapa Ra?” Tanya Reza melirikku yang hanya menunduk.
“Tidak ...bagaimana hubunganmu dengan Fira sepertinya semakin dekat?” Ucapku.
“Hehehe...semakin ke sini sih semakin baik dan semoga bisa cepat jadian.” Ucap Reza tersenyum,tidak menyadari perasaanku yang sedih dari tadi.
“Semoga saja yaah.”Dengan ekspresi datar memandang ke depan,menahan bulir air mata itu agar tidak jatuh.
“Semoga kamu juga akan bahagia dengan pilihanmu nanti.” Ucap Reza seakan memang sudah tidak ada harapan antara kami untuk bersama.
“Iya pasti donk.” Tersenyum tipis dan berusaha terlihat kuat.
“Coba kemarin kamu terima aku pasti kita masih pacaran.” Ucap Reza tertawa seakan itu hanya bercandaan untuknya.
“Tidak perlu di bahas yang dulu,udah berlalu juga. Toh kamu sekarang sudah berubah,suka mempermainkan hati perempuan.” Melirik sejenak ke arah Reza lalu menunduk.
“Itu semua karena kamu Ra.” Menatap balik .
“Kamu yang berubah malah aku yang di salahkan.” Masih menunduk.
“Karena itu alasan kamu menolak aku kan,makanya aku ingin membuktikan sama kamu kalau aku bisa lebih keren dari yang lain.” Nada meninggi,mengeluarkan amarah yang sudah terpendam lama.
“Aku tidak pernah bilang,aku menolak kamu karena penampilan kamu yang culun.Tidak pernah sama sekali karena semua itu murni dari aku sendiri yang tidak yakin dengan diriku sendiri.” Ku tatap wajah Reza dengan penuh amarah,tidak terima dia menyalahkan aku.
“Sudahlah Ra,kamu memang tidak akan mengaku.” Reza tetap kekeh dengan pernyataannya yang jelas-jelas tidak benar.
“Terserah kamu Za mau percaya atau tidak,lagian sekarang kamu sudah sama fira dan aku tidak ingin mengganggu kalian.”Bangkit dari tempat duduk.
Reza menahan tanganku,”Tunggu Ra.”
“Ada apa lagi.”Memandang ke arahnya.
“Mungkin memang sekarang kita tidak bisa bersama tapi aku yakin suatu saat kamu akan bersama aku dan kamu adalah jodoh aku.” Reza menatapku serius.
“Ok...kita liat saja keyakinan kamu itu.” Aku membalas menatap Reza.
“Ok,sekarang kamu boleh bersama yang lain tapi nanti kamu hanya untuk aku.” Ucap Reza.
“Bukan aku tapi kamu,lebih baik kamu mikirin anak orang yang kamu dekati saat ini,nggak usah mikirin yang lain.aku pergi.” Tanpa berbalik aku pergi menjauh dari Reza.
Setelah kejadian itu,Reza tidak lagi menghampiriku dan terlihat menjauh.Ternyata dia dan fira sudah jadian,aku mendengar itu langsung dari fira yang selalu menceritakan hubungan mereka.
Meski terasa sesak setiap kali mendengar cerita mereka,tapi fira juga temanku jadi aku selalu membantu mereka.Saat mereka ingin bertemu,fira selalu mengajak aku agar di izinkan keluar oleh orang tuanya.
Reza yang melihat aku,terlihat semakin sengaja memperlihatkan kemesraan mereka di depanku.Dia merasa berhasil membuat aku cemburu dengan berhasil mendekati teman aku sendiri sementara fira tidak mengetahui bahwa Reza pernah ada perasaan dengan aku dan aku sendiri masih memiliki perasaan kepada Reza tapi aku pendam.
Niat awal Reza untuk sekedar menjadikan fira sebagai pelarian kemarahannya,kini berubah dan dia benar-benar memiliki perasaan kepada fira,tapi fira malah menemukan tulisanku di atas meja yang lupa aku simpan di tas saat jam istirahat.
“Ra,benar yang kamu tulis ini.”Memperlihatkan tulisanku.
“Tulisan yang mana.”Mengambil kertas.
“Oh... ini Cuma tulisan biasa fir,udah lama juga.” Mencoba mengalihkan.
“Ini nggak lama Ra,ini baru kamu tulis tadi.” Ucap Fira.
“Ok aku jujur,itu memang tulisan aku tadi tapi itu tidak penting lagi fir lagian dia juga udah sama yang lain.” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan agar Fira tidak sadar itu Reza yang sama tapi ternyata Fira sudah tau semuanya.
“Kalau memang kamu sama dia masih sama-sama saling suka biar aku yang mundur Ra.” Ucap Fira sedih.
“Tidak perlu Fir,percuma kamu mundur lagian kami juga tidak akan sama-sama.” Ucapku menenangkan Fira.
“Kenapa??? Bukannya kalian saling suka.” Tanya Fira penasaran.
“Itu dulu,sekarang kan ada kamu dan aku juga udah merelakan itu.” Ucapku menjelaskan pada Fira.
“Iya..tapi kenapa kamu nggak jujur Ra tentang semua ini dari awal??" Ucap Fira kecewa.
“Untuk apa aku jujur kalau semua itu udah tidak ada gunanya,lebih baik kalian tetap sama-sama dan aku tidak akan mengganggu kalian.” Ucapku.
“Kamu serius Ra ???” Tanya Fira.
“Iya,aku serius jadi kamu tenang saja.” Aku masih meyakinkan Fira agar tetap bersama Reza.
“Baiklah,aku akan mencoba mempertahankan ini dan Reza pun juga bilang kalau dia sudah nggak ada perasaan sama kamu.” Ucap Fira.
“Memang udah nggak ada dari sejak dia mendekati kamu jadi kamu tenang aja.” Ucapku meyakinkan Fira meski aku sendiri sakit mendengar itu.
“Ok lah...aku masuk kelas duluan.” Fira sudah mendapatkan jawabannya dan itu membuatnya tenang sehingga tidak ada alasan untuk meninggalkan Reza.
Setelah hari itu,aku benar-benar menjauh dari fira dan Reza,ingin fokus pada ujian yang sebentar lagi.Pada saat ujian aku hanya berjalan sendiri dan usaha sendiri,tidak ada yang menyapaku untuk menyemangati seakan semua menyalahkan aku atas kejadian antara fira dan Reza padahal aku tidak pernah sedikitpun ingin merusak hubungan mereka,lagi pula mereka masih pacaran.
Dua bulan kemudian pengumuman hasil ujian keluar dan semua murid di SMP. Pancasila lulus,tapi tidak ada yang memberi selamat.Semua sibuk,tidak melirikku sedikitpun.
Selesai pengumuman aku hanya berjalan sendiri,menunduk keluar dari gerbang sekolah menuju rumah.
Merasa benar-benar tidak di pedulikan tapi aku tidak memperlihatkan itu di depan orang tuaku,sesampai di rumah aku langsung tersenyum dan mengatakan aku lulus,terlihat mereka sangat bahagia mendengar itu.
Rehat dari urusan sekolah,aku memutuskan untuk berlibur sekaligus melupakan kejadian kemarin antara aku,Fira dan Reza.Sebenarnya sih bukan liburan jalan-jalan hanya saja berpindah tempat,kebetulan tante aku saudaranya Mama itu punya toko sembako yang pelanggannya udah banyak jadi untuk menambah uang jajan aku pergi ke rumahnya.
Ternyata tanteku ini kenal dengan mamanya Reza tapi tidak tau kalau aku dan Reza itu saling kenal.Aku taunya saat datang melayat ke rumah Reza bersama tanteku,ternyata yang meninggal ibunya Reza dan aku tidak tau itu.
Selesai pemakaman aku menghampiri Reza memberikan semangat agar dia lebih sabar dan ikhlas.
“Aku turut berduka cita Za,kamu yang sabar yaah.Maaf baru datang soalnya baru tau tadi.” Ucapku yang ikut sedih melihat Reza.
“Iya,terima kasih Ra,sudah datang.” Ucap Reza.
“Oh ya,aku tidak melihat fira dari tadi.” Memandang sekeliling mencari Fira.
“Dia nggak datang,tidak di izinkan oleh orang tuanya,mereka sudah tau hubungan kami dan orang tuanya menentang.” Ucap Reza.
“Jadi kalian pacaran sembunyi-sembunyi,semoga kalian bisa melewatinya.Maaf ya Za aku nggak ada di saat kamu butuh teman tapi aku yakin kamu kuat.”Mengelus pundaknya.
“Aku nggak tau Ra,aku benar-benar terpuruk sekarang tapi terima kasih masih mau menghibur aku di saat seperti ini.” Tiba-tiba Reza menyandarkan kepalanya di pundak ku,terisak mengingat Mamanya.
“Sebagai sahabat kamu,memang ini yang harus aku lakukan Za.” Ucapku pelan.
“Hanya kamu yang benar-benar bisa mengerti aku Ra.”Tiba-tiba memeluk sambil menangis.
“Yang sabar Za,kamu kuat kok.”Mencoba menenangkan dengan mengelus pundak.
“Aku juga minta maaf atas sikapku selama ini Ra yang tidak peduli dengan kamu lagi.” Ucap Reza.
“Sudahlah Za,tidak perlu memikirkan hal yang sudah berlalu.Lebih baik fokus untuk kedepannya.Hmmm aku udah di panggil pulang,aku pulang dulu yaah.Kamu yang kuat.”Beranjak dari tempat duduk.
“Ara tunggu...”Panggil reza.
“Iya,ada apa?”Berhenti melangkah lalu berbalik.
“Besok bisa ketemu nggak,aku mau bicara sesuatu yang penting.” Ucap Reza.
“MMM kalau besok kayaknya aku nggak bisa soalnya ini mau terus ke rumah tante aku,kalau lusa gimana?” Saranku.
“Ya udah,nanti aku kabari kapan dan dimana nya yaah.” Ucap Reza
“Ok...dah.” Melangkah pergi.
Tiba waktu pertemuan aku dan Reza, membuat aku penasaran apa yang ingin dia sampaikan dan ternyata pertemuan kami adalah akhir dari kisah kami.
“Sebenarnya ada apa,kamu ingin ketemu di sini.” Tanyaku penasaran.
“Aku ingin pamit Ra.” Reza terlihat masih sedih.
“Ha...pamit,kamu mau kemana?” Tanyaku.
“Papa mau pindah keluar kota membawa aku dan adik-adik agar kami tidak teringat terus dengan mama.” Ucap Reza.
“Tapi kok mendadak.” Tanyaku yang masih kaget.
“Tidak mendadak Ra,memang sudah di rencanakan sebelumnya hanya saja aku baru bilang.” Ucap Reza lagi.
“Terus fira sudah tau?” Tanyaku lagi.
“Sudah dan kami akan LDR,kamu sendiri nggak sedih aku mau pergi ???” Tanya Reza balik.
“Aku harus bagaimana Za,sebagai sahabat aku pasti sedih tapi aku juga tidak ada hak untuk melarang.” Ucapku bingung.
“Sebelum aku pergi,aku Cuma mau bilang Ra kalau aku sayang sama kamu dan kamu adalah sahabat yang paling mengerti aku.” Reza makin terlihat sedih.
Kaget,terdiam sejenak,”Hmmm sebagai sahabat wajar kalau kamu sayang sama aku.heheehe.” Aku mencoba mencairkan suasana.
“Aku serius Ra,ini nggak bercanda tapi aku juga tidak ingin menyakiti fira yang selama ini baik sama aku dan mau memperjuangkan aku.” Ucap Reza serius.
“Lebih baik kamu tetap mempertahankan hubunganmu dengan fira,pelan-pelan kamu juga akan melupakan aku.Pesan aku terakhir untuk kamu jangan mengecewakan orang-orang yang sudah menyayangimu selama ini,aku baik-baik saja asalkan kamu selalu bahagia.” Wajahku sudah mulai berubah,tidak bisa berbohong bahwa aku pun sebenarnya tidak ingin dia pergi.
“Terima kasih Ara sudah pernah hadir di hidup aku,semoga kelak kamu akan mendapatkan yang lebih baik karena kamu orang baik.Tolong simpan foto aku sebagai kenangan di antara kita.” Reza tersenyum.
“Akan aku simpan,biar jadi pengantar tidur aku di setiap malam.hahhaha.”Mencoba mencairkan suasana.
“Kamu nih..masih sempatnya bercanda.aku pasti akan merindukan kamu Ra.”Tiba-tiba memeluk lalu pergi dengan wajah yang sedih tanpa berbalik.
🌸🌸🌸🌸
Masih dalam lamunan,tiba-tiba ada yang memanggil.Ternyata dia sudah memanggilku dari tadi tapi tidak aku dengar.
“Ra....Ara....ara...”Menepuk pundak ku
.
“Eh...iya ada apa?” Ucapku yang baru sadar ada yang panggil dari tadi.
“Ayo ke ruangan dosen,hari ini kan ada pengumuman jadwal magang.Memang kamu nggak tau.”Ucap teman sekelas ku Tiwi,salah satu teman di kampus yang sering mencari ku ketika ada urusan kuliah tapi melupakan aku saat tidak ada urusan dan selalu membicarakan aku di semua orang kalau aku itu penampilannya norak dan tidak stylis.
“Oh ayo.”ajak ku.
“Kamu magang di perusahaan mana Ra.” Tanya Tiwi sambil mencari namanya di papan pengumuman
“Sementara di cari wi,semoga di tempat yang bagus dan bosnya nggak galak.hehehe.” Ucapku uang masih serius mencari namaku.
“Hmmmm maunya.” Ucap Tiwi tersenyum.
“Iya donk.”Hahaha
“Nah ini ketemu Ra.” Ucap Tiwi.
“Dimana...dimana?” Tanyaku penasaran.
“Kita nggak sama Ra,tapi kita sama-sama di luar kota hanya beda tempat.” Ucap Tiwi cemberut.
“PT.MEGA PUTRA GROUP,itu dimana?” Tanyaku yang tidak tau apa-apa.
“Memang kamu nggak tau Ra,perusahaan itu termasuk terkenal loh di sana.” Ucap Tiwi.
“Tidak...”jawabku polos.
“Makanya banyak bergaul biar tau,ya sudah kita persiapkan semuanya biar bisa cepat berangkat.” Ucap Tiwi lalu kami pulang ke kosan masing-masing untuk mempersiapkan barang-barang kami.
🌸🌸🌸🌸
Perjalanan yang cukup melelahkan untukku dan Tiwi,dengan datang ke kota yang tidak ada satu pun orang kami kenal.Rasa penat dan lelah membuatku langsung berbaring di kasur kamar kos,tidak lama aku pun terlelap sehingga lupa untuk bangun bersih-bersih.
“Selamat pagi tiwi,baru bangun kamu ???” Ucapku yang sedang siap-siap.
“Iya,capek banget ni Ra.” Keluar dari kamar.
“Langsung sarapan aja,udah aku siapin tuh di meja.” Menunjuk ke arah meja.
“Iya..rajinnya udah mandi aja kamu padahal kan baru jam 07.00.” Ucap Tiwi.
“Biar nggak terlalu buru-buru ke kantornya,apa lagi kan ini hari pertama.” Ucapku tersenyum.
“Aku makan dulu deh baru siapa-siap.” Ucap Tiwi.
Bersiap-siap sambil merapikan pakaian yang masih berantakan,sambil memilih baju yang cocok untuk di pakai biar kesan di hari pertama magang tidak jelek-jelek amat.
“Ayo ra berangkat,udah jam 07.30 nih takutnya macet.” Ajak Tiwi yang sudah di depan menunggu.
“Tunggu bentar wi,ada yang ketinggalan.” Aku kembali masuk mencari barang.
“Ya udah cepetan Ra.” Ucap Tiwi.
“Ok udah,ayo berangkattt.”Keluar dari kamar.
🌸🌸🌸🌸
Di KANTOR
Melihat gedung yang tinggi dengan lantai yang bertingkat-bertingkat membuatku sedikit kaget,tidak sesuai dengan pemikiran ku yang beranggapan bahwa kantornya itu seperti biasanya hanya beberapa tingkat.
“Wahhhhh kantornya besar juga yaah.”Kagum ku sambil melihat ke atas dan sekeliling.”
“Cari siapa mba?” Tanya security.
“Ini pak,saya anak magang baru di kantor ini,bisa langsung masuk kan pak?’ sambil menunjukkan bukti surat dan identitas dari kampus.
“Oh silahkan masuk mba,langsung ke resepsionis aja mba.”Menunjuk masuk ke dalam kantor.
“Terima kasih pak.” Aku melangkah masuk ke kantor.
Menuju resepsionis aku langsung menunjukkan bukti surat dan identitas dari kampus,”Maaf bu’,saya anak magang baru di sini.Ini surat dari kampus.”
“Mba yang anak magang baru itu,kebetulan HRD nya belum datang,jadi mba tunggu di kursi sebelah sana.”Menunjuk ke arah kursi kosong.
Melihat ke arah kursi,”Oh di sana,baik bu.”
Tidak lama menunggu datang segerombolan orang menuju loby kantor tapi terlalu sibuk dengan ponsel,hanya mendengar sekilas dari orang-orang di sampingku,”Itu bosnya baru datang.”
Saat ingin melihat ternyata sudah masuk ruangan,yang terlihat hanya punggungnya saja,”Pantas aja perusahaannya besar,bos besarnya saja datang tepat waktu."Ucapku dalam hati.
“ HRD nya udah datang,silahkan masuk biar saya antar.”
“Oh iya mba.” Mengikuti mba resepsionis nya menuju ruangan.
“Ini anak magang yang dari luar kota itu pak.” Ucap mba nya pada HRD.
“Bisa saya liat surat pengantarnya.”Tanya HRD.
“Ini pak.” Aku memberikan suratnya.
“Azzahra widya putri,nama lengkapnya.” Ucap HRD sambil sekilas melirik ke arahku.
Iya pak,biasa di panggil Ara.” Ucapku.
“Ok...jadi mulai hari ini ade atau mba sudah bisa magang di sini dan itu terhitung dari hari ini sampai 3 bulan ke depan dan untuk posisinya sesuai dengan jurusan mba tapu untuk sementara di posisi administrasi yang saat ini sedang ada yang kosong,nanti juga akan di ajari oleh kepala divisi di sana.” Ucap HRD.
“Baik pak.”Beranjak dari kursi,ingin keluar dari ruangan tapi belum melangkah sudah di tanya lagi oleh HRD.
“Sudah tau ruangannya,” Tanya HRD.
“hehe belum pak.”Dengan sedikit malu aku tersenyum.
“Kamu ke luar saja,di luar sudah ada yang menunggu yang akan mengantar kamu ke ruangan.”Sambil senyum melihat tingkahku.
“Iya pak.”Dengan sedikit agak malu aku melangkah keluar.
“Mari saya antar ke ruangan,silahkan,” Di luar pintu sudah ada yang menunggu lalu berjalan mendahuluiku.
“Banyak juga ruangannya jadi bingung cara turunnya nanti gimana?” Ucapku dalam hati.
Di perjalanan menuju ruangan harus melewati banyak divisi dan tentunya karyawan yang lain,terlihat setiap pasang mata memandangku dan pandangannya begitu aneh seakan begitu terganggu dengan penampilanku.
“Masih ada yah di jaman sekarang cewek dengan penampilan norak begitu.” Terdengar samar suara bisik karyawan yang lain.
Aku hanya berjalan menunduk tanpa mempedulikan kata-kata yang lain,toh sudah biasa aku mendengarkan semua itu.Memang aku tidak peduli dengan penampilan dari dulu sampai-sampai nggak punya teman karena penampilanku yang norak.
Aku sadar aku ini dari keluarga miskin yang untuk kuliah saja aku sudah bersyukur,Jangankan beli pakaian untuk makan saja sehari-hari harus sangat irit,mau makan di kafe aja aku mikir dua kali takutnya nggak cukup untuk keperluan kampus dan yang lainnya.
Itu lah sebabnya aku berusaha menutup telinga mendengar setiap makian dari mereka yang merasa dirinya paling sempurna,ingin lebih fokus kuliah agar setelah selesai nanti aku bisa membuktikan kepada mereka yang selalu merendahkan bahwa aku mampu meski dengan penampilan seperti ini.
Setelah perjalanan beberapa menit,sampai juga di ruangan.kepala divisi menunjukkan meja kerjaku.
“Hai...anak magang baru ya.”Sapa salah satu karyawan di sampingku.
“Iya kak.” Ucapku tersenyum.
“Perkenalkan nama aku rika.” Mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan.
“Nama aku Ara.” Ku balas uluran tangannya.
“Salam kenal Ara.” Senyum Rika.
“Iya kak eh maksudnya Rika.”Senyum,untuk pertama kalinya bertemu orang yang terlihat tulus tanpa memandang aku ini siapa.
Setiap harinya ku lalui di kantor di temani oleh Rika karena hanya dia yang tidak malu berteman dengan aku,banyak mengajariku tentang pekerjaan.Tapi tidak lama kebersamaan kami,aku di pindahkan di lantai yang paling atas jadi lebih dekat dengan bos dan jadi sekertaris Baru CEO.
“Berhubung sekretaris lama sedang cuti melahirkan jadi untuk sementara kamu yang gantikan.”Jelas asisten CEO.
“Baik pak."Ucapku,menurut saja biar Magangnya juga tenang.
"Hari ini bos nggak datang karena ada urusan di luar jadi kamu mulai besok saja,untuk hari ini kamu di bagian administrasi saja.” Tutur asisten CEO.
“Baik pak." Ucapku.
Terdengar lagi bisikan yang tak biasa dari seluruh karyawan yang semakin tidak suka dan tidak percaya aku menjadi sekretaris CEO,melihat penampilanku yang tidak sebanding dengan mereka,”Kok bisa sih? Dia yang jadi sekretarisnya bos,kan masih mendingan kita dimana-dimana.” Ucap salah satu karyawan di divisi ku.
“Udah biarin aja,biar dia makin menderita menghadapi bos yang galak dan jutek itu.” Sambung Karyawan yang lain.
“Tapi dia keren tau.”Ucap teman di sampingnya.
Aku hanya berlalu pergi,membiarkan mereka membicarakan tentang bos yang belum pernah aku liat secara langsung hingga hari ini,bahkan untuk namanya saja aku tidak tau pasti.
Untuk hari pertama jadi sekretaris CEO,aku datang lebih cepat dari sebelumya agar tidak terlambat dan datang lebih awal dari bos.
“Selamat pagi pak.”Menyambut bos dengan menunduk tanpa berani untuk menatapnya.
“Selamat pagi,jadi ini sekretaris baru saya.” Ucap pak bos,sekilas memperhatikan penampilanku dari kepala hingga kaki.
“Iya pak.”Aku hanya menjawab singkat dengan masih menunduk.
“Semoga betah.” Berlalu masuk ke ruangannya.
Di dalam ruangan tanpa menutup pintu terdengar dari dalam suara bos,”Memang nggak ada sekretaris yang lain yang lebih cantik yang lebih modis dari dia apa?” Ucap bos yang sedikit kesal setelah melihatku.
“Dia itu anak magang pak,cocok untuk menggantikan sekretaris kita yang sedang cuti.” Ucap asistennya mencoba membujuk bosnya.
“Ya sudahlah,toh itu tidak penting yang penting dia bisa bekerja.” Ucap pak CEO ketus.
Mendengar itu hatiku terasa sesak aku hanya mampu memejamkan mata lalu ku elus dadaku agar sabar mendengar setiap cacian dari orang lain termasuk bos sendiri,wajar sih dia ingin sekertaris cantik karena umurnya masih 26 tahun,belum menikah.Mungkin karena terlalu banyak memilih jadi masih sendiri.
Menjadi sekretaris ternyata tidak sesulit yang ku bayangkan dan semuanya berjalan lancar,hingga 2 bulan aku bekerja,aku dapat bonus dari kantor dari hasil kerjaku yang memuaskan dan semua itu hanya ku simpan,sebagian lagi ku kirim ke kampung.
🌸🌸🌸🌸
Hari ini aku masuk kantor agak telat,bangunnya ke siangan karena begadang menyelesaikan pekerjaan kantor.
Sesampai di kantor semuanya sudah heboh.
“Ada apa rika,kok heboh begini.”Tanyaku pada rika yang kebetulan berdiri di loby.
“Habis menyambut CEO baru,masa kamu nggak tau kan kamu sekretarisnya.” Tanya Rika.
“Hm...nggak tau,bukannya CEO nya itu pak Putra?” Ucap Ara.
“Ternyata pak putra itu hanya keponakan dari yang punya perusahaan karena yang punya perusahaan, anaknya meninggal bersama suaminya saat kecelakaan jadi keponakannya yang menggantikan,tapi ternyata ibu bos ini punya anak tiri laki-laki yang akan mengurus sepenuhnya perusahaan.” Ujar Rika.
“Oh begitu,tau dari mana semua itu.aku aja baru tau.” Ucapku tersenyum.
“Yee...makanya jangan cuma kerja aja,perhatikan juga sekitar biar nggak ketinggalan.” Ucap Rika meledek.
“Hehe malas,nggak penting juga.Aku ke atas dulu yaah...nanti di cariin bos.”Melambaikan tangan.
“Eh ra,hati-hati tergoda CEO baru soalnya lebih cakep dari pak putra.” Ucap Rika berbisik dari kejauhan tapi masih bisa aku dengar.
“Nggak ngaruh.” Aku tersenyum lalu buru-buru menuju lantai atas.
Baru sampai di meja kerja,udah langsung di sambut oleh asisten baru CEO.
“Kenapa baru datang?” Tanya Asisten ketus.
“Loh,kamu siapa?” Tanyaku bingung melihat orang di depanku.
“Aku asisten baru CEO,malah balik nanya. kamu kenapa baru datang?” Tanya nya lagi dengan nada yang sedikit meninggi.
“Maaf pak aku agak telat soalnya ke siangan.” Ucapku jujur.
“Baiklah,Berhubung hari ini hari pertama kami masuk jadi kamu di maafkan Bos.” Ucapnya lagi.
“Iya pak.” Aku menunduk lewat di sampingnya untuk menyimpan tas di meja.
“Ayo masuk,di tunggu bos di dalam,jangan lupa bawa file-file yang di butuhkan.” Melangkah masuk ke dalam ruangan bos.
“Baik pak.” Sambil mempersiapkan file-file yang di butuhkan.
“Pak Reza,ini sekretarisnya.” Ucap asistennya.
“Hhaa pak Reza,kok mirip dengan sahabatku dulu tapi mungkin namanya aja yang sama.”Berucap dalam hati tapi masih menundukkan kepala.
“Dari tadi di tunggu,kenapa baru datang???” Ucap bos yang sedang sibuk di meja kerjanya.
“Maaf pak saya telat bangun tadi,” Aku masih menunduk,tidak berani menatap ke arah bos.
“Harusnya itu tidak menjadi alasan kamu telat tapi untuk hari ini saya maklumi.” Ucap Pak bos Lembut.
Makin ke sini aku makin penasaran dengan orang yang bernama Reza ini, jadi aku beranikan untuk menatapnya langsung.
“Terima kasih pak.” Aku memberanikan diri mengangkat kepala dan menatapnya tapi ternyata mereka orang yang berbeda hanya namanya yang sama.
“Kamu kembali ke mejamu nanti saya panggil jika ada perlu.” Ucapnya yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
“Baik pak.”untuk pertama kalinya aku senyum dan merasa tidak takut dengan bos.
Di meja aku kembali sibuk dengan pekerjaan,sementara di dalam bos dan asistennya sedang membicarakan aku tanpa bisa aku dengar.
“Aku dengar dari asisten sebelumnya dia itu pekerjaannya bagus meskipun masih magang,”jelas asisten kepada bos.
“Jadi masih magang,tapi dia lucu sih.Meskipun seperti itu.” Ucap bos.
“Maksudnya nggak secantik cewek-cewek lain yang pernah bos pacari.” Ucap Asisten.
“Kamu artikan saja sendiri.”Tersenyum melanjutkan pekerjaan.
“Memang bos tidak mau tau namanya?” Ucap asistennya.
“Tidak perlu,aku panggil dia unik aja.” Reza belum menyadari tentang sekretarisnya.
“Kok unik bos.” Asistennya bingung.
“Ya.... beda aja dari yang lain jadi unik,melihat dia aku jadi teringat seseorang tapi nggak mungkin lah. Nggak mirip juga.” Ucap Reza yang sejenak teringat dengan sahabat lamanya.
“Jadi ingat masa lalu yaah bos.” Ucap Asistennya.
“Hmmm tidak perlu di bahas,fokus kerja dulu.” Reza kembali fokus pada pekerjaannya.
🌸🌸🌸🌸
Pekerjaan semakin hari semakin banyak di tambah lagi CEO barunya masih menyesuaikan jadi semua pekerjaan aku yang handle,meski terkadang harus lembur.
“Kamu belum pulang?” Ucap Reza yang telah memperhatikan dari tadi.
“Belum pak,sebentar lagi selesai.” Hanya melirik lalu fokus pada berkas yang ada di meja.
“Jangan di paksakan kan bisa besok di lanjut.” Ucapnya lembut.
“Nanggung pak bentar lagi selesai.” Masih sibuk.
“Ya sudah selesaikan dulu nanti setelah selesai panggil saya di dalam.” Ucapnya lalu berbalik ingin masuk ke ruangan tapi tidak jadi karena pekerjaan ku sudah selesai.
“Tidak perlu pak,ini sudah selesai." Menatap kearah Reza.
“Kalau begitu ayo,biar saya antar pulang.” Pak bos ingin mengantar.
“Hah... tidak salah ini pak.” Mataku membulat tidak percaya,pak bos ingin mengantar.
“Iya, biar saya antar.tidak baik perempuan pulang sendiri,malam-malam begini.” Ucapnya lembut.
“Apa tidak merepotkan pak.” Tanyaku memastikan.
“Tidak,lebih repot lagi kalau kamu pulang sendiri nanti ada yang culik .Ujung-ujungnya tidak masuk kantor.” Tersenyum.
“Iya pak.” Menurut saja,sekali-kali di antar bos.
“ Jangan panggil bapak kalau Cuma berdua lagian kita seumuran.” Ucap pak bos.
“Oh ya,kirain bapak udah..” Belum selesai ucapan ku,tapi sudah di potong.
“Tua maksud kamu,emang muka aku keliatan tua apa,cakep begini di bilang tua.” Pak bos sedikit kesal.
‘Hahaha bercanda pak,eh Reza.” Ucapku tersenyum agar pak bos tidak marah.
“Jadi mau pulang atau mau berdiri di situ?” Tanya pak bos melirik ke arahku.
“Hehe pulang pak.” Kami berjalan menuju parkiran.
“Jangan lupa besok kamu cepat-cepat ke kantor soalnya kit ada meeting di luar.” Ucapnya saat hendak mematikan mobil.
“Iya bos.” Lalu aku turun dari mobil.
🌸🌸🌸🌸
Melihat Reza setiap hari membuat aku mengingat sahabatku dulu,sejak pertemuan terakhir kami,dia tidak pernah ada kabar lagi.Entah bagaimana dia di sana aku juga tidak tau,aku terlelap tidur sambil memegang foto reza sahabatku.
“Ra,bangun nanti kamu telat ke kantor.”Panggil tiwi di depan pintu kamar.
“Iya,wi.”masih setengah sadar tapi mencoba untuk bangun.
“Ra,kamu janjian sama siapa?” Teriak tiwi dari luar.
“Nggak ada ada wi,aku baru siap-siap ini.”Teriakku dari dalam kamar.
“Terus yang di depan itu siapa,pakai mobil bagus.”Teriak Tiwi lagi.
"Haa masa sih ?” Aku penasaran langsung keluar kamar melihat keluar jendela.
“Ya ampun wi.itu bos besar.” Mataku hanya membulat,tidak tau mau bilang apa melihat pak bos sudah di depan kos.
“Yang benar Ra,kok bisa tau kontrakan kita.” Tanya Tiwi penasaran.
“Dia yang antar aku tadi malam.” Ucapku yang masih bingung sendiri.
“Ya udah kamu keluar sana biar dia nggak menunggu lama.” Tiwi mendorongku keluar.
“Aku berangkat duluan ya.” Bergegas keluar menuju mobil bos.
“Kenapa ke sini pak kan bisa ketemu di kantor.”Tanyaku.
“Iya,saya sengaja jemput kamu biar kita bisa langsung ke tempat meeting soalnya jauh tempatnya biar nggak bolak-balik.”Masih dengan wajah seriusnya.
“Oh begitu.”Aku hanya mengangguk dan tidak ingin banyak bicara melihat wajahnya yang serius itu.
“Ayo naik.” Ajak pak bos.
“Iya bos.” lalu membuka pintu mobil.
Dalam perjalanan aku hanya diam,merasa canggung duduk berdua dengan pria yang juga bos aku.
“Kenapa diam,grogi yaah.” Ucap pak bos yang sekilas melirikku sambil masih fokus menyetir.
“Nggak...Cuma mau diam aja.”Jawabku.
“Memang kamu nggak naksir sama bos kamu yang ganteng ini.” Pak bos mencoba mencairkan suasana.
“Sayangnya sih nggak bos,soalnya saya sadar diri saya ini siapa.” Ucapku jujur.
“Memang kenapa???" Penasaran dengan ucapan ku.
“Ya...penampilan saya yang seperti ini,jelek dan norak.” Ucapku gamblang.
“Nggak ada yang salah,itu bisa di ubah yang terpenting itu hati yang tulus untuk orang lain.” Ucap pak bos membuat aku tersentuh.
“Tapi memang kenyataan nya seperti ini.” Ucapku lagi.
“Jangan suka merendah jika tidak ingin di rendahkan oleh orang,kamu harus lawan.” Ucap pak bos lembut.
“Iya pak.” Aku hanya mengangguk.
“Itu aja.” Ucapnya menatap ke arahku.
“Iya pak,lagian kita sebentar lagi sampai.” Ucapku membalas menatapnya.
Perjalan meeting yang menyenangkan sekaligus menghibur,untuk sekalian jalan-jalan di luar,tanpa sengaja bertemu dengan pacarnya bos.Tidak tau itu pacar ke berapa.begitu banyak pacarnya sampai tidak bisa membedakan.
“Sayang,kok kamu di sini.”Sapa pacarnya Reza.
“Eh sayang,ini aku lagi meeting tadi .” Ucapnya santai terlihat Reza tidak begitu serius pada pacarnya itu.
“Tapi kok sama cewek.” Dia menunjuk ke arahku.
"Ohhhh ...dia itu sekretaris aku sayang.” Sambil membujuk pacarannya agar tidak salah paham.
“Sayang...sekretaris kamu kok norak gitu?” Dengan tatapan tidak suka dia memperhatikan aku tapi pak bos hanya diam tanpa membelaku padahal tadi dia bilang penampilanku ini tidak masalah.
“Udah lah sayang,nggak usah di pedulikan.”Mengajak pacarnya duduk menjauh dari aku.
Mendengar perkataan Reza aku merasa sangat sakit,entah kenapa perkataan Reza terasa lebih menyakitkan dari yang pernah aku dengar padahal nggak seburuk yang di katakan oleh yang lain sebelumnya.
“Pak,aku pulang duluan.” Dengan perasaan kesal,aku memutuskan untuk pulang sendiri.
"loh...kenapa duluan kan bisa bareng pulangnya?” Pak bos bingung dengan sikapku yang tiba-tiba ingin pulang.
“Mungkin bapak ingin berduaan dengan pacarnya jadi saya pulang duluan saja.”Dengan perasaan yang sesak.
“Tidak perlu,biar kita pulang bareng,ini juga sudah selesai.”Pak bos menarik tanganku menuju parkiran tanpa memikirkan pacarnya yang menatapnya cemburu.
“Bisa di lepas tangannya pak.” Dengan tegas dan penuh marah.
“Maaf,nggak bermaksud tapi kenapa panggil pak lagi kan kita seumuran.” Ucapnya tanpa sadar bahwa aku sejak tadi sudah emosi.
‘Iya kita seumuran tapi kita beda kasta.” Aku masih mencoba menahan diri.
“Maksud kamu apa?” Pak bos belum sadar.
“Aku dengar pembicaraan bapak dengan pacarnya tadi.Memang aku ini nggak penting pak dan norak tapi bukan berarti orang-orang bebas menghina aku yang seperti ini.” Ku utarakan isi hatiku sambil membendung bulir bening yang ingin jatuh di pipih ku,entah kenapa rasanya begitu sesak.
“Bukan begitu maksudnya,tapi....” Pak bos mencoba menjelaskan tapi aku tidak ingin mendengarnya lagi.
“Sudah lah pak saya sadar kok dengan kondisi saya yang begini buktinya sampai sekarang bapak nggak tau kan siapa nama saya,sebegitu tidak pentingnya saya untuk orang-orang bahkan untuk nama pun nggak tau.” Ucapku yang makin tidak bisa membendung kesedihanku.
“Aku kan panggil kamu unik.” Ucap pak bos santai,tidak menyadari bahwa panggilannya itu sedikit membuat aku terganggu dan semakin tidak percaya diri.
“Itu bukan nama saya pak.” Aku semakin marah mendengar pak bos yang tidak mengerti.
“Kamu kenapa sih tiba-tiba marah.” Tanya pak bos sedikit bingung dengan sikap aku.
“Nggak kok pak,saya pulang naik mobil lain saja.” Aku menuju mobil asisten,meninggalkan pak bis yang masih kebingungan dan hanya menatapku dari jauh menaiki mobil asistennya.
“Kenapa nggak sama bos Ra.” Tanya asisten melirik ke arahku.
“Nggak apa-apa pak,kita pulang duluan.” Ucapku dengan wajah cemberut.
Di dalam mobil,reza termenung dan bingung sendiri dengan sikap sekretarisnya yang tiba-tiba berubah.Dia mengambil dompet dan melihat foto sahabatnya yang tidak pernah ada kabar setelah kepergiannya,sebenarnya sejak pertama kali melihat sekretarisnya dia langsung teringat dengan sahabatnya yang begitu mirip dengannya tapi Reza tidak mengenalinya karena wajahnya yang terlihat berbeda dan sekarang menggunakan hijab sehingga makin sulit untuk di kenali.
Sementara Ara pun merasakan sama tapi tidak bisa mengenali Reza karena penampilannya makin keren dan dewasa.
Di tempat lain di kamar kontrakan Ara melakukan hal yang sama,setiap kali dia merasa sedih hal pertama yang di lakukan itu memandangi foto sahabatnya karena menurutnya hanya sahabatnya itu yang bisa menerima dan memahaminya,”Memang hanya kamu yang bisa menerima ke adaan ku yang seperti ini tapi sayang kamu sudah jadi milik orang lain,semoga kamu selalu bahagia di sana Za.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!