Awalnya aku bingung hubungan seperti apa sebenarnya antara mama dan mas ku. Semakin lama aku semakin tau klo mama adalah mama angkat mas ku.
Mas ku dari kecil tinggal di Jawa bersama si Mbah. Aku dan keluarga ku juga gak bisa setiap tahun berkunjung ke sana. Karena kami sekeluarga tinggal di luar pulau, jadi butuh biaya yang besar untuk ke sana sekeluarga.
Sampai akhirnya tiba kami sekeluarga ke Jawa untuk mengunjungi si Mbah, bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Di sana baru lah aku tau klo mas ku itu masih ada orang tua dan aku taunya juga di kasih tau sama adik sepupu ku Eka waktu itu kita lagi ngabuburit.
Aku gak tau kalau mas Zaki masih punya orang tua, yang aku kira selama ini mas Zaki sudah gak ada orang tua lagi. Karna mas Zaki selalu tinggal di rumah si Mbah dan menemani si Mbah setiap hari. Makanya aku kaget ketika di kasih tau tentang mas Zaki.
" Mbak ini rumah orang tua mas Zaki." kata Eka tiba tiba sambil menunjuk ke arah rumah warna biru di sebelah kanan
" Serius ini rumahnya orang tua mas Zaki." kata ku kaget
" Iya ini rumahnya." kata Eka
" Hmm.." kata ku sambil menganggukkan kepala sambil melihat ke arah rumah orang tua mas Zaki
Setelah melewati rumah orang tua mas Zaki, kemudian kami melanjutkan keliling pantai, melihat lihat hingga mendekati waktu buka puasa. Mendekati waktu buka, kami pun beranjak pulang ke rumah dengan kecepatan sedang karna jalanan sangat ramai.
Selama di sana gak ada perubahan yang aku lihat. Sikap mas Zaki masih sama seperti mas dan adik nya.
Setelah lebaran kami sekeluarga pun pamit pulang. Karena waktunya aku, Abang dan adik ku untuk sekolah dan papa ku untuk bekerja.
Setalah beberapa tahun selesai mas Zaki lulus sekolah, mas Zaki tiba-tiba datang ke kota X tempat aku dan keluarga tinggal. Dari yang aku dengar dari mama, katanya mas Zaki akan melanjutkan kuliah di sini.
Selama mas Zaki tinggal di sini, aku hampir selalu di antar jemput sama mas Zaki klo mas Zaki gak kuliah terkadang pergi dan pulang sendiri.
Aku yang waktu itu masih duduk di SD, ya dengan senang hati di antar jemput. Karena uang jajan masih utuh, masih bisa di tabung.
Selama mas Zaki kuliah di sini, kami pun masih seperti biasa. Sampai akhirnya mas Zaki menyelesaikan kuliahnya. Yang pada saat itu aku sudah duduk di kelas 2 SMP. Mas Zaki pun memilih pulang ke Jawa untuk mencari pekerjaan di sana sekaligus menemani si Mbah.
Setahun kemudian mas Zaki datang ke kota X untuk menjemput aku, mama dan adik ku untuk ke jawa. Karena papa belum bisa ikut, jadi papa akan menyusul. Selama di perjalanan, aku merasa mas Zaki berubah. Mas Zaki yang dulu aku kenal gak pernah seperhatian ini. Tapi sekarang lebih perhatian, bukan seperti mas dan adiknya. Tapi seperti perhatian seorang pria ke seorang wanita yang ingin pendekatan.
" Mel, klo gak kuat puasa di batalin aja." kata mas Zaki melihat ke arah ku yang kebetulan aku duduk di pinggir dekat mas Zaki
" Masih kuat kok mas, kan belum jauh juga perjalanannya. Baru juga berapa menit busnya jalan. Nanti klo gak kuat di batalin mas." kata ku sambil melihat mas Zaki
" Ya sudah klo gitu, di pakai istirahat aja klo gitu biar gak pusing kepalanya. Di pakai tidur aja biar puasanya tahan." kata mas Zaki perhatian
" Kenapa Mel ? Sudah gak kuat puasanya." kata mama melihat ke arah ku
" Masih kuat kok ma. Ini mas Zaki bilang klo gak kuat di batalin aja puasanya, gak usah di tahan." kata ku
" Iy klo gak kuat di batalin aja, karena kan perjalanannya jauh 3 hari 2 malam. Klo di tahan untuk puasa nanti malah sakit." kata mas Zaki menimpali obrolan aku dan mama
" Iya bener itu kata mas mu." kata mama membenarkan
" Iya ma, mas. Nanti klo gak kuat aku batalin." kata ku sambil senyum
Selama diperjalanan, mas Zaki selalu perhatian dan selalu melirik lirik ke arah ku. Aku hanya diam dan pura-pura masa bodo.
Selama menempuh perjalanan yang jauh, akhirnya kami sampai di rumah si Mbah dan aku pun bisa beristirahat.
Selama di rumah si Mbah, mas Zaki selalu perhatiin aku. Pada waktu aku lagi menjemur pakaian, mas Zaki berdiri di depan pintu sambil perhatiin aku. Aku yang merasa klo ada yang lihatin, aku pun melihat ke arah pintu. Mata kami pun saling bertemu. Selama beberapa detik, akhirnya aku pun mengalihkan pandangan ke arah lain dan merasakan perasaan asing yang masuk ke dalam hati. Semenjak kejadian itu, aku pun mulai menghindar. Takut perasaan itu makin kuat ku rasa, sedangkan aku gak tau perasaan seperti apa yang mas Zaki punya untuk ku.
Akhirnya lebaran tiba, selesai shalat Id kami semua pergi mengunjungi kerabat. Di hari kedua mas Zaki pergi bersama adik sepupu ku yang bernama Sari. Ada perasaan cemburu yang kurasakan karena kedekatan mereka berdua. Tapi dengan segera ku tepis perasaan itu. Aku takut salah mengartikan perasaan ini dan aku takut kecewa, karena cinta bertepuk sebelah tangan atau orang sering bilang cinta sepihak.
Semenjak kejadian itu, aku sering banget mendengar lagu galau. Terkadang lagu yang aku dengar sengaja volumenya aku besarin biar dia tau.
Aku gak habis pikir sama sikap ku sendiri. Kenapa sikap aku jadi seperti ini? Setelah melihat dia perhatian juga sama adik sepupu ku itu. Aku merasa frustasi sendiri jadinya.
" Aarrggghhh "
Kenapa cinta serumit ini? Kenapa rasa cemburu begitu menyiksa? Sesulit inikah yang namanya jatuh cinta.
Ini untuk pertama kalinya aku merasakan perasaan ini. Perasaan yang tiba-tiba datang tanpa di undang, perasaan yang tiba-tiba datang tanpa permisi, perasaan yang entah bagaimana caraku mengatakannya.
Sesulit inikah mengartikannya, sesulit inikah mengatakan apa yang dirasakan.
Kalau tau sesulit dan serumit ini yang namanya jatuh cinta, aku gak mau merasakannya. Tapi perasaan cinta yang kita rasa bukan semata-mata kita yang mau. Perasaan cinta yang kita rasakan itu adalah anugerah yang harus kita terima. Karena perasaan itu murni di berikan oleh Allah untuk kita. Jadi kita gak bisa tau perasaan itu harus kita tuju ke siapa. Gak semudah membalikan telapak tangan kita merasakan perasaan cinta itu. Kita hanya bisa mengendalikan perasaan itu sendiri tanpa bisa mencegah cinta itu berlabuh kepada siapa. Sok bijak banget ya aku, hehehe..
Cinta.. Satu kata memberi banyak arti atau makna di hidup kita. Cinta tidak pernah melihat kemana akan berlabuh. Cinta akan datang dengan sendirinya tanpa bisa kita minta dan kita cegah. Cinta akan datang dan pergi dengan sendirinya. Kalau mau membahas masalah cinta tak akan pernah ada habisnya.
Selama berlebaran di sana, aku berusaha untuk menghindar. Karna aku gak mau mas Zaki tau kalau aku memiliki perasaan lebih ke mas Zaki. Aku takut kecewa kalau ternyata mas Zaki gak memiliki perasaan yang sama seperti apa yang aku rasakan.
Bagaimana bagusnya aku menghindar, tapi kali ini aku gak bisa menghindar lagi. Ketika Aku keluar kamar dan menuju ruang depan ternyata mas Zaki juga lagi duduk di sana. Aku yang sudah ke tangkap basah sama mas Zaki mau gak mau ikutan duduk juga di dekat dia.
" Mau kemana Mel?" tanya mas Zaki
" Gak mau kemana mana mas. Cuma mau duduk di sini aja mas. Mau keluar juga gak tau mau kemana. Kan gak tau jalan mas." kata ku
" Mau keluar gak, kalau mau ayo mas antar. Kita jalan jalan aja. Biar kamu tau daerah sini, jadi nanti kalau mau keluar sendiri gak nyasar." kata mas Zaki
" Emang mas gak ada niatan mau pergi sama seseorang gitu. Nanti kalau ngajak aku malah batal lagi mau pergi sama yang lain." tanya ku
" Gak ada kok Mel. Emang mas janjian sama siapa?" tanya mas Zaki
" Ya mana aku tau mas. Siapa tau aja kan mas ada janji sama seseorang." kata ku
" Gak ada kok. Ayo kalau mau pergi jalan jalan. Mumpung masih pagi belum panas." kata mas Zaki
" Ok kalau gitu. Aku siap siap dulu mas, mau ganti baju dulu mas." kata ku
" Iya siap siap dulu, mas juga mau siap siap sekalian ganti baju." kata mas Zaki sambil berdiri mau masuk ke dalam rumah
Aku hanya mengangguk aja dan berdiri mengikuti mas Zaki masuk ke dalam untuk ke kamar berganti pakaian dan siap siap.
Setelah siap siap, aku keluar menuju depan sekalian pamitan sama mama dan papa. Ternyata mas Zaki sudah siap di depan dan motor pun sudah di hidupkan sedang di panasi dulu sama mas Zaki. Aku menuju ke arah mas Zaki dan mas Zaki melihat aku.
" Sudah siap Mel." kata mas Zaki
" Sudah mas. Ayo mas berangkat sekarang." kata ku
" Ayo, sudah bilang mama papa belum Mel?!" tanya mas Zaki
" Sudah mas sebelum keluar tadi." jawab ku
" Ya udah yuk. Ini helm nya pakai." kata mas Zaki
" Iy mas." kata ku sambil mengambil helm dari tangan mas Zaki dan memasangnya di kepala
Aku melihat mas Zaki juga lagi memasang helm. Selesai memasang helm, mas Zaki menaiki motor dan bersiap untuk menjalankan motor. Mas Zaki melihat ke belakang ke arah ku.
" Ayo naik Mel. Sudah selesai belum pasang helm nya." kata mas Zaki
" Sudah mas." kata ku sambil aku menaiki motor
" Pegangan Mel, nanti jatuh." kata mas Zaki
" Iy mas." kata ku sambil pegangan di pinggir baju mas Zaki
Motor pun jalan keluar dari halaman rumah menuju jalan raya. Aku hanya diam aja di belakang, sambil melihat ke kanan ke kiri. Mengingat ingat jalan mana aja yang di lalui, biar kalau keluar sendiri gak ke sasar. Walaupun kotanya kecil, tapi kalau salah masuk ya nyasar juga nanti ujung ujungnya.
Gak jauh dari rumah, mas Zaki jelasin arah jalan ini mau kemana aja. Biar aku tau nama jalannya dan arahnya kemana aja. Sampai aku bingung sendiri jadinya sangking banyaknya.
" Mas, kita mau jalan jalan kemana?" tanya ku
" Kamu sudah di ajak Eka kemana aja kemarin Mel?" tanya mas Zaki bukannya menjawab pertanyaan ku malah balik nanya
" Baru di ajak ke pantai aja mas. Ke tempat lain belum. Karna kan sudah sore kemarin." kata ku
" Baru ke pantai yang dekat sini aja ya Mel. Bukan yang agak jauh dari sini ya." kata mas Zaki
" Iya mas yang dekat sini aja." kata ku
" Ya udah, mas ajak kamu jalan jalan ke pantai yang lain aja ya sekalian nanti kita lihat lihat tempat yang bagus." kata mas Zaki
" Iya mas, aku ikut mas aja. Karna aku gak tau mau ke mana dan aku gak tau daerah ini mas. Kan aku gak tinggal dan besar di sini mas, jadi aku gak tau. Kalau mas Zaki kan memang tinggal di sini. Jadi mas tau tempat tempat yang bagus dimana aja, atau tempat rekreasi dimana aja selain pantai." kata ku
" Iya ya. Kalau mas nanya ke kamu sama aja boong. Kan kamu gak tau daerah ini, namanya juga mudik lebaran. Hehehehe.." kata mas Zaki sambil tertawa
" Nah itu mas tau." kata ku tersenyum
Mas Zaki melihat ku dari kaca spion yang lagi tersenyum. Aku pun langsung memalingkan wajah ke arah lain. Aku melirik dari ekor mata ternyata mas Zaki sedang tersenyum.
Jantung ku berdetak lebih kencang dari biasanya. Dari pertama aku naik ke motor sampai sekarang lagi di jalan ini di tambah melihat senyum mas Zaki membuat jantung ku lari maraton di buatnya.
Tolong kondisi kan jantung ku. Ya ampun, tolong jantung bersahabat lah. Jangan buat aku makin gak karuan, makin salah tingkah. Kalau mas Zaki tau bisa malu aku nya.
" Mel, betah gak di sini." tanya mas Zaki
" Betah mas, tapi kalau lama lama bingung mau ngapain mas. Karna gak tau daerah sini. Kalau di X kan sudah tau pasti kalau mau kemana mana." kata ku
" Iya coba keluar jalan jalan sendiri Mel. Jadi bisa tau arah arah nya. Jadi kalau mau ke mana sudah tau arah nya kemana." kata mas Zaki
" Iya sih mas. Tapi masih takut nyasar mas. Paling yang aku baru tau ya jalan dari rumah ke arah pantai yang dekat sini aja mas. Selebihnya aku gak tau mas." kata ku
" Kalau yang kita lewati ini kira kira sudah hafal gak." tanya mas Zaki
" Mudah mudahan ingat mas. Kan baru pertama lewat sini, mungkin besok besok kalau lewat sini bisa ingat lagi ini mau ke mana." kata ku
" Iya besok besok mas ajak kamu lagi buat jalan jalan sebelum pulang ya." kata mas Zaki
" Iya mas. Sebelum aku pulang besok besok ajak lagi ya mas. Biar aku hafal jalan nya sama arahnya." kata ku
" Iya pasti, besok kita pergi dari pagi aja biar bisa ke daerah lain nya juga." kata mas Zaki
" Iya mas. Ingatin aja besok mas. Takutnya aku lupa mas. Tapi mas gak ada janji memangnya. Nanti ada janji sama yang lain pula." kata ku
" Gak ada kok. Tenang aja Mel." kata mas Zaki
" Ok.. Kalau gitu." kata ku
Selama di perjalanan aku dan mas Zaki bertukar cerita. Yang awalnya aku hanya diam aja, sekarang aku sudah mulai ikutan cerita sama mas Zaki. Karna mas Zaki bisa mencairkan suasana, jadinya gak canggung aja sepanjang jalan.
Mas Zaki selalu menanyakan tentang kegiatan aku selama sekolah. Dan mas Zaki juga menanyakan aku tentang cowok cowok yang dekat sama aku. Aku yang di tanya begitu sampai bingung mau menjawabnya. Kok malah menanyakan hal seperti itu.
" Mel, gimana sekolahnya?" tanya mas Zaki
" Biasa aja mas. Gak ada yang spesial mas." jawab ku
" Masa gak ada yang spesial di sekolah. Gak percaya mas." kata mas Zaki gak percaya
" Gak ada mas. Biasa aja mas. Cuma banyak teman aja mas." kata ku
" Memang gak ada yang dekati kamu di sekolah?!" tanya mas Zaki
" Gak ada mas. Semuanya teman mas. Masih kelas satu juga." kata ku cuek
" Iya lah sekolah dulu jangan dekat dekat dulu sama cowok. Belajar dulu yang bener. Nanti kalau sudah selesai sekolah kalau ada yang dekat ya gak apa apa." kata mas Zaki menasehati ku
" Iya mas. Lagian masih belum kepikiran ke sana mas. Masih mikir sekolah dulu mas. Tapi gak tau kalau nanti di kelas dua apa kelas tiga mas." kata ku
" Nah kalau kelas dua ya dekat dekat aja, tapi ya tau batasannya seperti apa. Jangan kebablasan, nanti jadinya gak baik." kata mas Zaki
" Iya mas, aku tau kok mas. Lagian aku juga gak kepikiran buat pacaran mas. Kalau bisa langsung nikah aja mas." kata ku memberi kode
" Serius mau langsung nikah aja, apa gak mau pacaran dulu?!" tanya mas Zaki
" Gak mau mas. Mending pacarannya setelah halal aja mas. Kan lebih enak dan gak takut dosa." kata ku bijak
" Iya mas setuju. Mending setelah halal baru pacaran. Karna pacaran setelah halal malah lebih enak." kata mas Zaki
" Emang apa enak nya mas?" tanya ku cuek dan sok penasaran
" Nanti kamu merasakan sendiri, kalau mas kasih tau sekarang nanti kamu malah pengen cepet cepet lagi." kata mas Zaki sambil tersenyum
" Iisshh mas Zaki buat aku penasaran aja." kata ku
" Masih kecil, jadi belum boleh tau. Nanti aja kalau sudah tujuh belas tahun ke atas baru di kasih tau." kata mas Zaki meledek ku
Aku hanya bisa mengerucutkan bibir ku. Karna gak dapat jawaban yang memuaskan.
" Mas, aku boleh nanya gak." kata ku
" Mau nanya apa Mel?" tanya mas Zaki
" Aku mau nanya sesuatu mas, tapi mas jangan marah ya." kata ku melirik mas Zaki dari kaca spion
" Iy mas gak marah kok. Emang mau nanya apa?" tanya mas Zaki
" Mmmm.. Mas.." kata ku ragu
" Mau nanya apa sih Mel? Kok ragu gitu." kata mas Zaki
" Aku bingung mau nanya nya mas." kata ku
" Nanti aja deh nanya nya, sebentar lagi kita sampai nih." kata mas Zaki
" Iya mas nanti aja." kata ku
Setelah cukup lama di perjalanan, aku dan mas Zaki sampai di tempat yang kita tuju. Ternyata tempat nya bagus banget dari pantai sebelumnya. Aku baru tau kalau ada tempat sebagus ini di sini.
" Bagus banget mas tempatnya." kata ku melihat sekitar
" Iya Mel. Tempat ini belum banyak orang yang datang ke sini. Makanya masih bagus dan bersih tempatnya." kata mas Zaki
" Iya mas. Udaranya juga bersih dan seger banget mas. Kalau orang yang lagi ada masalah datang ke sini, pasti pikirannya langsung fresh mas. Pasti langsung ilang beban pikirannya. Dan membuat hati dan pikiran menjadi tenang." kata ku sambil memejamkan mata dan menghirup udara dalam dalam
" Bener banget tu Mel. Setiap orang yang datang ke sini pasti langsung tenang pikirannya. Karna di sini selain pemandangannya bagus, udaranya juga bersih dan seger.' kata mas Zaki
" Iya mas." kata ku
Aku dan mas Zaki pun menikmati pemandangan yang ada di depan mata kita. Sangking bagus dan indahnya pemandangan pantai di atas bukit ini membuat aku gak bisa berpaling. Aku suka banget sama tempatnya.
Saat aku lagi melihat jauh ke depan, aku merasa ada yang menatap ke arah ku. Ternyata mas Zaki lagi memperhatikan aku. Aku hanya diam saja gak menoleh ke arah mas Zaki, aku hanya melihat melalui ekor mata ku.
Hhmm.. Aku berdehem sebentar biar mas Zaki berubah arah gak melihat ku lagi.
" Mel, tadi katanya ada yang mau di tanya ke mas." kata mas Zaki
" Eh.. Iya mas. Hampir aja aku lupa mas." kata ku sambil nyengir
Mas Zaki hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan ku..
" Baru juga umur berapa Mel, udah jadi pelupa." kata mas Zaki
" Iisshh... bukan gitu mas. Aku sangking terpesonanya sama pemandangan di sini jadi gak ingat lagi apa yang mau di tanya." kata ku
" Alasan aja kamu tuh." kata mas Zaki sambil meledek
" Gak alasan kok mas. Memang beneran kok." kata ku gak mau kalah
" Iya deh.. Mas ngalah aja dari pada nanti ngambek." kata mas Zaki
" Gak ngambek mas." kata ku
" Iya..iya.. Gak ngambek, tapi nangis." kata mas Zaki lagi
" Mas..." kata ku sambil memukul tangannya
" Hahahaha.." tawa mas Zaki
" Becanda Mel. Serius banget sih." kata mas Zaki
" Mas tu becandanya gak lucu tau." kata ku
" Ya udah kalau gak lucu. Mau nanya apa Mel?!" tanya mas Zaki
" Aduh apa ya.." kata ku bingung
Yang sebenernya bukan bingung, tapi malu mau nanya nya.
" Nah kan dia malah balik nanya. Gimana sih Mel?' kata mas Zaki
" Hehehehe.." aku malah ketawa
Aku melihat ke arah depan lagi sambil mengumpulkan keberanian buat bertanya ke mas Zaki. Sedangkan mas Zaki melihat ke arah depan juga sambil menunggu aku untuk bicara.
Ayo semangat Mel, biar jangan buat kamu makin penasaran Mel. Nanti malah ke pikiran, buat kamu jadi kesel sendiri. Aku pun melirik mas Zaki kemudian melihat ke depan lagi. Bismillah.. ucap ku dalam hati
" Mas sebelumnya maaf kalau aku mau tau dan kepingin tau tentang mas." kata ku masih lurus ke depan
" Hhmm.." mas Zaki hanya berdehem
" Aku dapat cerita dari Eka, katanya rumah orang tua mas yang ada di dekat pantai sana ya." tanya ku
" Iya rumah orang tua mas yang ada di dekat pantai sana. Kapan Eka cerita ke kamu?" tanya mas Zaki menoleh ke arah ku
" Waktu aku dan Eka pergi ngabuburit ke pantai sore sore itu mas." kata ku lagi sambil mengangguk
" Oo.." kata mas Zaki
" Terus kenapa mas gak tinggal bareng orang tua? Kok malah tinggal bareng si Mbah." tanya ku penasaran
" Gak kenapa napa. Mas cuma gak tega aja lihat si Mbah tinggal sendirian, makanya mas temani si Mbah." kata mas Zaki menjelaskan
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!